BAB II - Repository | UNHAS

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. menurut Kotler dan Amstrong pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi dan pengendalian dari program - program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan
manajemen
pengorganisasian
adalah
(Organizing),
proses
pergerakan
perencanaan
(Actuating)
dan
(Planning),
pengawasan
(Controling).
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang
serta mendapatkan laba. Perusahaan harus mempelajari apa yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen agar usahanya terus berjalan.
Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan kelompok
mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan
dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain
(Kotler, 2005:10).
Peter Drucker seorang pakar terkemuka mengatakan orang dapat
mengangap bahwa penjualan akan selalu dibutuhkan, akan tetapi tujuan
pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga
produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu menjual
dirinya sendiri. Idealnya pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap
membeli yang dibutuhkan selanjutnya adalah menyedikan produk atau jasa
tersebut. Jadi dapat diartikan bahwa manajemen pemasaran adalah analisis
7
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan,
membangun
dan
mempertahankan
pertukaran
yang
menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan tujuan organisasi.
Penaganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang
banyak. Manajeman pemasaran akan terjadi apabila sekurang - kurangnya satu
pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan
dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian manajemen
pemasaran dapat diartikan :
Proses perencanaan, pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta
penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan
tujuan - tujuan individu dan organisasi (Kotler, 2005: 10).
Defenisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang
melibatkan
analisa,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengendalian
yang
mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan
tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak - pihak yang terkait.
Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha.
Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan
atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanaan merupakan tahap yang
menentukan
terhadap
kelangsungan
dan
kesuksesan
suatu
organisasi
pemasaran. proses perencanmaan merupakan suatu proses yang selalu
memandang kedepan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk
dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan
pemasaran.
8
2.2
Teori Tentang Keputusan Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan keputusan adalah
seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan
alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputuasan. Jika
seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian atau pilihan untuk
menggunakan waktu untuk mengerjakan dua alternatif maka orang tersebut
berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Sebaliknya jika konsumen
tersebut tidak mempunyai alternatif untuk memilih dan benar - benar terpaksa
melakukan pembelian tertentu \atau mengambil tindakan tertentu, ini bukanlah
suatu keputusan.
Umar (2000 : 17 ) menyatakan bahwa :
perilaku konsumen yang tidak tampak dipengaruhi oleh faktor psikologi
konsumen yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan
sikap. Motivasi, persepsi, dan sikap digunakan konsumen untuk berinteraksi.
Berbagai macam keputusan mengenai aktivitas kahidupan seringkali
harus dilakukan oleh setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen melakukan
keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah
mengambil keputusan. Sebuah keputusan adalah selaksi terhadap dua pilihan
alternatif atau lebih. Dengan perkataan lain pilihan alternatif harus tersedia bagi
seseorang ketika mengambil keputusan.
Sedangkan menurut Lamb, et al (2001) menyatakan bahwa keputusan
konsumen untuk menetapkan pilihan terhadap suatu produk dan pilihan - pilihan
jasa dapat berubah secara terus - menerus. Setelah mendapatkan informasi dan
merancang sejumlah pertimbangan dari produk yang tersedia, konsumen siap
untuk membuat suatu keputusan.
Peter dan Olson (2001 :21 ) bahwa :
9
a decision involves a choice between two or more alternative actions ( or
behavior). Decision always require choices between different behaviors.(Sebuah
keputusan yang melibatkan pilihan antara dua atau lebih tindakan alternatif atau
tingkahlaku. Keputusan selalu menghadirkan antara dua pilihan).
2.2.1
Proses Pengambilan Keputusan
Pemasar perlu memahami bagaimana proses keputusan konsumen dan
alasan pembelian yang tidak sama diantara berbagai tipe konsumen. Misalnya
keputusan pembelian mungkin dipengaruhi oleh kepribadian serta gaya hidup
konsumen.
Gambar 2.1 Tahapan proses pengambilan keputusan konsumen
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Kep.
Pembelian
Evaluasi
Pasca
Pembelian
Sumber Kotler 2001 : 193
Perilaku konsumen yang teramati dari perilaku pembelian konsumen
merupakan salah satu tahap dari proses pembuatan atau pengambilan
keputusan konsumen (Consumer Decision Making). Proses pengambilan
keputusan konsumen meliputi serangkaian kegiatan mulai dari identifikasi
kebutuhan, pencarian alternatif, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan
evaluasi perilaku purna beli. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a.
Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya tergantung pada banyaknya
ketidaksesuaian antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan.
Jika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau lambang tertentu kebutuhan
akan dikenali. Misalnya seorang yang lapar (keadaan actual) dia ingin
menghilangkan perasaan itu (keadaan yang diinginkan) akan mengalami
pengenalan kebutuhan jika ketidaksesuaian diantaranya cukup besar.
10
b.
Pencarian Informasi
Setelah konsumen menyadari adannya masalah kebutuhan dan kebutuhan
tersebut dirasa sangat mendesak untuk dipenuhi maka konsumen akan
mencari alternatif dari berbagai pemuas kebutuhan yang potensial.
Konsumen tidak membeli suatu produk jika produk tersebut tidak
memuaskan kebutuhannya, sehingga konsekuansinya pencarian yang
didasari dengan tujuan untuk menemukan tentang produk dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mencari lebih banyak
informasi dalam pengambilan keputusannya yaitu:
1. Keterlibatan konsumen yang tinggi. Jika konsumen memiliki
keterlibatan yang tinggi dalam pembelian produk maka konsumen
akan lebih banyak mencari informasi sebelum
melakukan
pembelian. Konsumen memiliki tingkat keterlibatan tinggi pada
produk jika produk tersebut menimbulkan resiko, penting bagi
konsumen, secara terus menerus menarik bagi konsumen,
mempunyai daya tarik emosional dan dapat diidentifikasi pada
norma kelompok.
2. Pengetahuan produk yang rendah. Jika konsumen kurang memiliki
informasi tentang produk yang akan dibeli maka konsumen
cenderung mencari informasi sebanyak - banyaknya. Misalnya
seseorang yang akan membeli komputer seri terbaru maka ia
cenderung mencari informasi yang lebih banyak dari pada kalau ia
akan membeli komputer seri lama yang pernah ia beli.
3. Tersedia banyak waktu atau tidak ada tekanan waktu. Konsumen
yang memiliki banyak waktu memungkinkan untuk mencari
11
informasi yang lebih banyak dari pada konsumen yang memiliki
tekanan waktu. Konsumen yang memiliki keterbatasan waktu akan
lebih sedikit atau bahkan tidak melakukan pencarian informasi dan
hanya akan menggunakan informasi yang ia miliki untuk
melakukan pembelian.
4. Harga produk mahal. Semakin tinggi harga produk, semakin tinggi
probabilitas pencarian informasi.
5. Terdapat perbedaan produk. Jika produk memiliki perbedaan
secara subtantial maka pencarian informasi akan semakin banyak.
Misalnya furniture memilki beberapa merek, karena mereknya
beragam maka desain dan kualitasnyapun seragam, maka
pencarian informasi akan lebih banyak dilakukan.
c.
Evaluasi Alternatif
Segera setelah atau bersamaan dengan diperolehnya informasi maka
konsumen akan melakukan pemrosesan informasi untuk mengevaluasi
alternatif yang ada dan memilih satu atau beberapa alternatif yang terbaik.
Pemrosesan
informasi
tergantung
tingkat
keterlibatan
konsumen.
Konsumen akan memiliki keterlibatan tinggi akan secara aktif mencari
informasi
dan
memprosesnya
untuk
dijadikan
dasar
pengambilan
keputusan.
d.
Keputusan Membeli
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap produk
serta merek yang menjadi pilihanya. Namun demikian apakah konsumen
pada akhirnya membeli atau tidak dipengaruhi oleh sikap orang lain dan
faktor keadaan lain yang tidak terduga.
e.
Evaluasi Perilaku Purnabeli
12
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa
tingkat
kepuasan
dan
ketidakpuasan
yang
dirasakan.
Kepuasan
merupakan suatu fungsi dari dekatnya antara harapan dari pembelian
suatu produk dengan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan
keinginan pemakai. Jika kemampuan produk yang dibeli sesuai dengan
yang diharapkan, maka konsumen tersebut akan merasa terpuaskan. Jika
produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya, maka konsumen akan
merasa
tidak
puas
dan
rugi.
Ketidakpuasan
inilah
yang
dapat
menyebabkan konsumen akan ganti produk.
Proses keputusan memilih barang atau jasa dan lain - lainnya itu
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi internal dalam dirinya
sendiri.
1.
Faktor budaya
Budaya adalah faktor mendasar dalam pembentukan norma - norma
yang dimiliki seseorang yang kemudian membentuk atau mendorong
keinginan dan perilakunya menjadi seseorang konsumen. Budaya ini
meliputi hal - hal yang dipelajari dari keluarga, tetangga, teman guru
dan tokoh - tokoh masyarakat yang meliputi:
a.
Nilai - nilai adalah norma yang dianut masyarakat
b.
Persepsi adalah cara pandang pada sesuatu
c.
Preferensi adalah rasa lebih suka pada sesuatu dibandingkan
dengan lainnya.
d.
2.
Behaviour (tindak tanduk)
Faktor sosial
13
a. Reference group adalah kelompok mempengaruhi anggotanya
dalam membuat keputusan pembelian sesuatu barang atau jasa
meskipun ada pengecualian pada sebagian orang.
b. Keluarga faktor ini juga penting dalam mempengaruhi dalam
memilih suatu barang dan jasa.
c. Peran
dan
status,
peran
seseorang
di
masyarakat
atau
diperusahaan akan mempengaruhi pola tindakannya dalam
membeli barang dan jasa.
3.
Faktor teknologi
a. Transfortasi pribadi, mobil dan motor bertambah dari tahun
ketahun berikut kecanggihan teknologinya yang bertambah dari
tahun ketahun.
b. Alat rumah tangga, merupakan pasar ritel yang besar karena
perkembangan yang semakin pesat.
c. Audio Visual, telah menjadi produk pemikat perorangan sejak
puluhan tahun lalu, baik untuk dinikmati diri sendiri maupun
keluarga.
d. Internet dan seluler kemajuan teknologi komputer pribadi, telepon
seluler meningkatkan pasar hardware.
Menurut Boyd, et al (2000) menyatakan bahwa pengambilan keputusan
konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Kebanyakan
konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses
mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan merek apa yang aakn
dibeli. Walaupun nyata bahwa berbagai konsumen akhirnya memilih untuk
membeli barang - barang yang berbeda disebabkan oleh perbedaan karakteristik
pribadi (kebutuhan, manfaat yang dicari, sikap, nilai, pengalaman masa lalu dan
14
gaya hidup) dan pengaruh sosial (perbedaan kelas sosial, kelompok rujukan atau
kondisi keluarga).
Menurut Kotler, et al dalam Tjiptono (2002) menyatakan bahwa dalam
keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang
terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam
peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang
satu orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan beberapa orang.
Pemahaman mengenai masing - masing peranan ini sangat berguna dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kelima peran tersebut meliputi:
1. Pemrakarsa (initiator) yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya
keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide
untuk membeli suatu barang dan jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (influencer) yaitu orang yang pandangan, nasihat atau
pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian.
3. Pengambil keputusan (decider) yaitu orang yang menentukan keputusan
pembelian, misalnya pakah mereka jadi membeli, apa yang dibeli,
bagaimana cara membeli atau dimana membelinya.
4. Pembeli (buyer) yaitu orang yang melakukan pembelian aktual.
5. Pemakai (user) yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan
barang atau jasa yang dibeli.
Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen
mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi
pemasaran dengan lebih baik.
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi diantara merek merek dalam kelompok pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk suatu
15
maksud pembelian untuk membeli merek paling disukai. Namun demikian dua
faktor dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian.
Menurut Yazid (2001) menyatakan bahwa dalam keputusannya untuk
membeli
konsumen
cenderung
meminimalkan
risiko
(konsekuensi
dan
ketidakpastian) berdasarkan kepada kualifikasi data tertentu yang diterimanya.
Ini bisa dilakukan dengan mengurangi ketidakpastian. Dalam jasa mungkin bisa
berupa penurunan harapan yang semula dimiliki. Namun hal ini tidak selalu dapat
dilakukan karena itu pengurangan resiko untuk meningkatkan kepastian apa
yang dibelinya merupakan stategi yang secara luas digunakan. Hal ini dapat
dilakukan dengan catatan mencari informasi tambahan berkenaan dengan
pembelian yang akan dilakukan. Secara umum semakin banyak informasi yang
dimiliki konsumen sebelum pembelian, semakin kecil kemungkinan munculnya
kekecewaan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap organisasi jasa
tersebut.
Ada beberapa cara untuk meraih isi dompet konsumen ( Mesvahra 2010:112) :
1. Fokus pada konsumen
Temukan apa yang mereka mau dan berikan!. Buatlah kondisi toko retail
anda sesuai dengan target konsumen anda. Tajamkan penawaran anda
sehingga anda mendapatkan positioning dibenak konsumen. Selalu
telaah tren jenis produk (assortment) harga dan bentuk promosi.
2. Multiformat
Pemain harus bermain multiformat untuk menangkap pasar secara
maksimal. Peritel dapat memilih format yang cocok. Ada supermarket,
minimerket, discount store, personal care dan lain - lain. Kekuatan merek
ritel anda, yang dipercaya konsumen bisa menjadi payung untuk
keseluruhan strategi multiformat anda.
16
3. Terapkan model bisnis swalayan (self - service)
Impulse purchase atau pembelian tidak direncanakan adalah DNA bisnis
ritel kedelapan. Mereka yang menerapkan model bisnis self - service
mempunyai faktor perlipatgandaan dalam penjualan, profit, kepuasan
pelanggan dan loyalitas.
2.3
Teori Tentang Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi (2003) menyatakan bahwa: perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan dan menghabiskan produk
atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
ini.
Lamb, et all (2002 :35 ) menyatakan bahwa :
consumer behavior is procceses a consumer uses to make purchase decision, as
well as to use and dispose of purchased goods or services; also includes factors
that influence purchase decision and the product use.(Perilaku konsumen adalah
sebuah proses dimana seorang konsumen membuat keputusan berbelanja, juga
menggunakan atau tidak menggunakan perbelanjaan barang atau jasa, serta
dipengaruhi oleh faktor keputusan berbelanja pada produk yang ingin
digunakan).
Kutz dan Boone (2006) menyatakan bahwa :
consumer behavior is, mental and physical activities that occur during selection
and purchase of product; consumer behavior is, mental and physical activities of
individuals who actually use the purchased good and services (Perilaku
konsumen adalah aktivitas mental dan fisik yaitu mulai dari menyeleksi dan
membeli produk) .
Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan
bagaimana kecenderungan konsumen untuk berekreasi terhadap informasi yang
diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun stategi pemasaran yang sesuai.
Zeithaml dan Bitner (2004) menyatakan bahwa :
service may be incompatible with exiting values and behavior, especially if
consumers are accostumed to providing the service for themselves (Jasa
mungkin tidak sesuai dengan nilai yang keluar dan sikap, khususnya jika
konsumen tidak menggunakan jasa untuk dirinya)
17
2.4
Teori Tentang : Motivasi, Persepsi dan Sikap Yang Mempengaruhi
Keputusan Konsumen yang Merupakan Indikator dari Penelitian
Menurut Sumarwan (2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan
tersebut
pada
saat
sebelum
membeli,
ketika
membeli,
menggunakan,
menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal - hal diatas atau kegiatan
mengevalusi.
Bahkan ketika dua orang konsumen memiiliki keterlibatan yang sama
terhadap produk, mereka sering membeli merek yang berbeda karena alasan
yang berbeda. Informasi yang mereka kumpulkan, cara mereka memproses dan
menjabarkannya, serta evaluasi mereka terhadap merek - merek alternatif
semuanya dipengaruhi oleh karakteristik psikologis dan pribadi. Sebagian dari
variabel - variabel psikologis atau pikiran yang penting yang mempengaruhi
proses pengambilan keputusan konsumen mencakup: motivasi, persepsi
konsumen dan sikap.
2.4.1
Faktor Motivasi
Kurtz dan Booze (2006) motivasi adalah inner state that directs a person
toward the goal of satisfing a need. Sedangkan menurut Lamb, et all, (2002)
bahwa: motivies are the driving forces that cause a persoon to take action to
satisfy specific needs. Sedangkan menurut Schiffman dan kanuk (2007)
menyatakan bahwa motivasi sebagai keadaan tertekan karena dorongan
kebutuhan
yang
membuat
individu
melakukan
perilaku
yang
menurut
anggapannya akan memuaskan kebutuhan dan dengan demikian akan
mengurangi ketegangan. Apakah kepuasan akan benar - benar tercapai
tergantung pada tindakan yang dilakukan. Individu secara sadar maupun tanpa
18
sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka
harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan
membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan. Tujuan tertentu yang
mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan
tersebut merupakan hasil dari pemikiran dan proses belajar individu.
Sunarto (2004) menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan yang
diaktivasi atau digerakkan dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan
tujuan. Hal ini termasuk “dorongan, keinginan, harapan atau hasrat. Motivasi
dimulai dengan timbulnya rangasangan yang memacu pengenalan kebutuhan .
rangsangan ini bisa berasal dari dalam diri konsumen : rangsangan internal yang
dapat menimbulkan pengenalan kebutuhan. Rangsangan juga dapat berasal dari
luar konsumen seperti komentar teman. Jika rangsangan menimbulkan
perbedaan antara keadaan yang diinginkan seseorang dengan keadaan aktual
orang tersebut, maka akan timbul kebutuhan.
Berkowitz, et al (2000) bahwa : problem recognation, the initial tep in te
purchase decision, is perceiving a differance between a person’s ideal and actual
situations big enough to trigger a dicision .
Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan (tension) kepada
konsumen sehingga adanya doronngan dirinya (drive state) untuk melakukan
tindakan yang bertujuan (goal-deracted behaviour).
Kensumen selalu dihadapkan pada persoalan baiaya atau pengorbanan
yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan
diinginkan. Tindakan tersebut bisa berbagai macam. Pertama kosumen akan
mencari informasi mengenai produk, merek, atau toko. Kedua konsumen
mungkin akan berbicara kepada teman, saudara, atau mendatangi toko. Ketiga
19
konsumen mungkin membeli produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. :
Tujuan khusus yang ingin dicapai konsumen, dan rangkaian tindakan
yang mereka ambil untuk mencapai semua tujuan ini, dipilih atas dasar proses
berfikir (kesadaran) dan proses belajar sebelumnya.
Menurut Setiadi (2003) menyatakan bahwa motivasi konsumen
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi,
efektivitas dan menciptakan hubungan yang harmonis antara produsen atau
penjual dengan pembeli atau konsumen.
Sedangkan menurut Berkowitz, et al, (2000) bahwa:
motivation is the energizing force that cause behaviour that satisfied a
need.
Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa : motivasi yang dimiliki
konsumen secara garis besar dapat terbagi dua kelompok besar antara lain
motivasi yang berdasarkan rasional dan motivasi yang berdasarkan emosional.
Motivasi yang berdasarkan rasional akan mementukan pilihan - pilihan terhadap
suatu produk didasarkan pada kriteria yang betul - betul obyektif, seperti ukuran,
berat atau harga secara matang atau dipertimbangkan terlebih dahulu menurut
pikiran yang sehat, patut, layak untuk membeli produk tersebut. Kecenderungan
yang akan dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut sangat puas.
Sedangkan untuk motivasi yang berdasarkan emosional pemilihan produk
menurut kriteria pribadi yang dipengaruhi oleh perasaan atau subyektif (sebagai
contoh kebanggaan, ketakutan, kasih sayang atau status), konsumen terkesan
terburu- buru. Kecenderungan yang terlihat konsumen tidak merasa puas
terhadap produk yang telah dibeli karena produk tersebut hanya sesuai dengan
keinginan kita hanya dalam jangka pendek saja.
20
Arah motivasi dapat positif atau negatif. Kita dapat merasakan adanya
tenaga pendorong kearah atau menjauhi atau menghindari obyek atau keadaan
tertentu. Beberapa psikolog menyebutkan dorongan positif sebagai kebutuhan,
keinginan atau hasrat dan menyebut dorongan negatif sebagai rasa takut atau
keengganan. Tetapi walaupun kekuatan motivasi positif dan negatif kelihatan
sangat berbeda dari sudut kegiatan fisik (dan kadang - kadang bersifat
emosional), keduanya pada dasarnya sama, yaitu keduanya bermanfaat untuk
memulai dan menunjang perilaku manusia.
2.4.2
Faktor Persepsi
Boyd, et al (2000) menyatakan bahwa menyatakan bahwa persepsi
adalah proses dengan apa seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasi
informasi.
Berkowitz, et al (2000) bahwa perception the process by which an
individual selects, organizes and interprets information to create a meaningful
picture of the world.
Menurut lamb, et al (2001) menyatakan bahwa karaktersitik pribadi
konsumen seperti kebutuhan, sikap, kepercayaan dan pengalaman masa lalu
tertentu mereka terhadap kategori produk mempengaruhi informasi yang mereka
perhatikan, kuasai dan ingat. Karakteristik pesan itu sendiri dan cara pesan itu
disampaikan juga mempengaruhi persepsi konsumen. Proses dimana kita
memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan (stimulus) kedalam
gambaran yang memberi makna dan melekat disebut persepsi. Singkatnya
persepsi adalah cara kita memandang dunia di sekitar kita serta bagaimana kita
dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan bantuan dalam membuat suatu
keputusan pembelian.
21
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda - beda. Oleh
karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh
seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya.
2.4.3
Faktor sikap, Karakteristik dan Pembentukan Sikap
1.
Pengertian Sikap
Berkowitz, et al
(2000) bahwa: an attitude us a learned
predispotition to respond to an object or class of onjects in a
consistensly favorable or unfavorable way.
Menurut Lamb, et al (2001) menyatakan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon secara
konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan, seperti halnya
suatu merek. Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting
yang akan mempengaruhi keputusan konsumen.
Kurtz dan Boone (2006) bahwa: attitude are person’s enduring
favorable or unfavorable evaluation, emotions or action tencencies
toward some object or idea.
Sikap tergantung pada sistem nilai dari seorang individu yang
mewakili standar pribadi tentang baik dan buruk, benar dan salah
dan seterusnya. Pada kenyataannya,keputusan konsumen sangat
dipengaruhi oleh sikapnya terhadap produk atau jasa yang
dikonsumsinya.
Boyd, et al (2000) menyatakan bahwa: sikap adalah perasaan
positif atau negatif tentang suatu obyek (katakanlah sebuah
merek) yang mempengaruhi sesorang untuk berperilaku dalam
cara tertentu terhadap objek itu. Sikap yang dilahirkan dari
22
evaluasi konsumen bahwa sebuah merek tertentu memberikan
manfaat yang dibutuhkan untuk membantu memuaskan kebutuhan
tertentu. Evaluasi ini bersifat multidimensi; konsumen menilai
setiap merek pada sebuah himpunan dimensi atau atribut yang
dibsri bobot berdasarkan kepentingan relatifnya.
Menurut Lamb,et al (2001) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga
unsur yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan),
konatif
(tindakan).
Sikap
merupakan
ungkapan
perasaan
konsumen tentang suatu obyek apakah disukai atau tidak dan
sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap
berbagai atribut dan manfaat dari obyek tersebut.
2.
Karakteristik Sikap
Menurut Sumarwan (2002) menyatakan bahwa karakteristik sikap
itu terdiri atas :
a. Sikap memiliki obyek: didalam konteks pemasaran, sikap
konsumen harus terkait dengan obyek, obyek tersebut bisa
terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran
seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan
media dan sebagainya.
b. Konsistensi sikap: sikap adalah gambaran perasaan dari
seorang konsumen dan perasaan tersebut akan direfleksikan
oleh perilakunya. Karena itu sikap memiliki konsistensi dengan
perilaku.
c. Sikap positif, negatif dan netral seseorang mungkin menyukai
sesuatu (sikap positif) atau tidak menyukai sesuatu (sikap
negatif) atau bahkan tidak memiliki sikap (sikap netral). Sikap
23
yang memiliki dimensi positif , negatif dan netral tersebut
sebagai karakteristik valance dari sikap.
d. Identitas sikap: sikap seorang konsumen terhadap suatu
merek produk akan bervariasi tingkatannya ada yang sangat
menyukai atau bahkan ada yang begitu sangat tidak
menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat
kesukaan terhadap suatu produk maka ia mengungkapkan
intensitas
sikapnya.
Intenstitas
sikap
disebut
sebagai
karakteristik extrimity dari sikap.
e. Resistensi sikap (Resistance): adalah seberapa besar sikap
seorang konsumen bisa berubah.
f.
Persistensi sikap (Persistance): adalah karateristik sikap yang
menggambarkan bahwa sikap berubah karena berlalunya
waktu.
g. Keyakinan sikap (Confidance) adalah kepercayaan konsumen
mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya.
h. Sikap dan situasi : sikap sesorang terhadap suatu obyek
seringkali muncul dalam konsteks situasi. Ini artinya situasi
akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu obyek.
3.
Pembentukan Sikap
Mowen Dan Minor (2002) menyatakan bahwa: tiga mekanisme
menjelaskan bagaimana sikap terbentuk secara lanngsung: proses
pembelajaran perilaku, proses yang disebut fenomena exposure
nyata dan suasana hati.
a. Proses Pembelajaran Perilaku dan Formasi Sikap
24
Sikap dapat diciptakan secara langsung melalui proses
pembelajaran
perilaku
yang
dapat
ditimbulkan
oleh
rangsangan sehingga suatu merek tertentu kana menimbulkan
perasaan dan emosi tertentu. Penguatan sosial dapat
merupakan faktor utamayang mempengaruhi formasi sikap.
Tanggapan positif dari orang lain menghasilkan penguatan
evaluasi
konsumen
biasanya
terjadi
secara
berulang.
Tanggapan negatif dari orang lain dapat menghasilkan
penghukuman terhadap evaluasi konsumen. Selain itu sikap
juga muncul karena konsumen membentuk sikap mereka
dengan meniru.
b. Exposure Nyata dan Formasi Sikap
Kesukaan seseorang akan sesuatu mungkin meningkat
karena mereka saling melihatnya. Keberatan merupakan hal
yang
penting,
terutama
jika
konsumen
memandang
rangsangan secara negatif yaitu exposure berulang mungkin
akan mengacu pada rangsangan tidak suka yang hebat.
c. Suasana Hati dan Formasi Sikap
Suasana hati memiliki dampak langsung terhadap formasi
sikap. Suasana hati juga akan mempengaruhi evaluasi:
suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang evaluasi
yang positif, sementara suasana hati yang buruk akan
meningkatkan evaluasi yang negatif.
25
2.5
Teori Tentang Perusahaan Pesaing yang Mempengaruhi Keputusan
Konsumen
Menurut Kotler dan Susanto (2000) menyatakan bahwa pesaing
perusahaan terdekat adalah mereka yang mengejar pasar sasaran yang sama
dengan strategi yang sama pula.
Mengetahui pesaing adalah sangat penting bagi perencanaan pemasaran
yang efektif. Dengan demikian perusahaan dapat menggunakan serangan yang
tepat terhadap para pesaingnya dan juga menyiapkan pertahanan yang kuat
terhadap serangan.
Pada dasarnya, bisnis jasa bersaing dalam lingkungan yang lebih sulit
dari pada produk manufaktur. Pemasar yang memahami konsumen akan
memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik. Pesaing perusahaan terdekat
adalah yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan yang sama serta
membuat penawaran yang sama.
Kotler (2005) menyatakan bahwa kita dapat membedakan empat tingkat
persaingan berdasarkan tingkat subtitusi produk:
1. Persainan merek: perusahaan dapat membedakan empat tingkat
persaingan lain yang menawarkan produk dan jasa sejenis kepada
pelanggan yang sama dengan harga yang sama.
2. Persaingan industri : perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan
luas sebagai semua perusahaan yang membuat produk atau jenis produk
yang sama.
3. Persaingan bentuk: perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan
lebih luas sebagai semua produk manufaktur perusahaan yang
memberikan saja yang sama.
26
4. Persaingan umum: perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan
lebih luas sebagai semua perusahaan yang bersaing untuk konsumsi
rupiah yang sama.
Levitt dalam Tjiptono (2002) menyatakan bahwa: syarat yang harus
dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah
berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan.
Sedangkan menurut Boyd, et al (2000) menyatakan bahwa: konsumen
yang berbeda menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengevaluasi
merek - merek alternatif, bergantung pada kekuatan kebutuhan mereka,
keterlibatan mereka dengan kategori produk dan resiko yang mereka kaitkan
dengan pembelian. Konsumen menilai merek - merek yang ada relatif terhadap
tawaran pesaing berdasarkan atribut yang penting.
Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek dan
perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari stimuli
pemasaran dan lingkungan.
Menurut Setaidi (2003) menyatakan bahwa: citra adalah total persepsi
terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai
sumber setiap waktu. Sasaran penting dari strategi pemasaran adalah untuk
mempengaruhi
persepsi
terhadap
suatu
objek,
yang
dibentuk
dengan
memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Sasaran penting dan
strategi pemasaran adalah untuk mempengaruhi persepsi terhadap merek atau
perusahaan.
Citra merek merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek
dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek. Selain
itu juga citra perusahaan juga dapat mempengaruhi citra merek berdasarkan
27
pengalaman konsumen atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut.
Kotler dan Fox dalam Setiadi (2003) menyatakan bahwa: citra sebagai jumlah
dari gambaran - gambaran, kesan - kesan dan keyakinan - keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.
2.6
Kerangka Fikir
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dijelaskan
sebelumnya maka perlu dibangun sebuah kerangka piker yang akan
mempermudah proses analisis. Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut .
Skema 1. Kerangka Fikir
Gambar 2.3
Motivasi
(X1)
Persepsi
(X2)
Sikap
(X3)
Keputusan
memilih
Prodak asuransi
jiwa
(Y)
28
2.7
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah
penelitian, oleh sebab itu perumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat atau pertanyaan (Sugiono, 2004:51). Berdasarkan permasalahan
yang diteliti, maka penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga faktor motivasi, persepsi, dan sikap yang berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan
produk asuransi jiwa Prudential Prulght Agency di Makassar.
2. Diduga faktor motivasi berpengaruh dominan terhadap keputusan
konsumen memilih produk asuransi jiwa Prudential di Makassar.
Download