6 BAB 2 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran 2.1 Landasan

advertisement
6
BAB 2
Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran
2.1
Landasan Teori variabel X1
2.1.1
Pengertian perilaku konsumen
Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of
Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang
atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
Banyak definsi mengenai perilaku konsumen yang telah dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan
proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan,
dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan
kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat
(Hawkins, Best & Coney, 2001 dalam bukunya Fandy Tjiptono, 2004).
Perilaku Konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghentikan konsumsi produk, jasa, dan
gagasan (Schiffman & Kanuk, 2000 dalam bukunya Fandy Tjiptono, 2004).
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti, Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai
berikut:
7
1.
Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang
konsumen, kelompok konsumen serta masyarakat luas selalu berubah
dan bergerak sepanjang waktu
2.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa untuk
mengembangkan
strategi
pemasaran
yang
tepat,
kita
harus
memahami yang dipikirkan (kognisi), dirasakan pengaruh
Jadi perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam
memenuhi keinginannya terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan, dimana
keinginan dari konsumen itu bisa berubah-ubah.
Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Oleh karena itu, pemasar perlu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam
usaha memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler (2005, 183-200) Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi
oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.
1. Faktor budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen
dalam pembelian. Peran budaya (anak-anak mendapat kumpulan nilai, persepsi, preferensi
dan perilaku dari keluarganya), sub budaya (misalnya agama, kelompok ras, daerah
geografis), dan kelas sosial konsumen (strata sosial) sangatlah penting.
2. Faktor sosial
Faktor sosial seperti kelompok acuan (rekan kerja, teman, tetangga) ,keluarga(misalnya
orang tua, saudara kandung) serta peran dan status sosial.
8
3.Faktor Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi meliputi usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri sendiri.
4.Faktor Psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi,persepsi,pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
Dari faktor psikologis ada bagian yang disebut (sikap). Sikap ini akan dijelaskan lebih
detail lagi.
2.1.3
Sikap Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk ( 2004,p222) mengatakan bahwa sikap adalah
predisposisi yang dipelajari dalam merespon secara konsisten sesuatu objek, dalam bentuk
suka atau tidak suka. Sedangkan Lefton mendefinisikan sikap sebagai pola perasaan,
keyakinan, dan kecenderungan perilaku terhadap orang, ide, atau obyek yang tetap dalam
jangka waktu yang lama.
Menurut Nugroho J. Setiadi (2005,p214) sikap disebut juga sebagai konsep paling
khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer.
Secord dan Backman mendifinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek lingkungan sekitarnya (aaiopel.wordpress.com).
Dari berbagai pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
ungkapan atau pola perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang merespon suatu
obyek secara konsisten, dalam bentuk suka atau tidak suka. dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek
lingkungan sekitarnya.
Dalam setiap definisi sikap yang dijumpai, terlihat bahwa para penulis setuju akan
adanya konsep-konsep sebagai berikut. (Ristiyanti, 2005,p104)
9
•
Obyek, Dalam bersikap ada obyek yang disikapi. Obyek disini mempunyai
arti yang luas seperti : issues (masalah, pokok persoalan), tindakan,
perilaku, cara kerja, orang atau peristiwa. Dalam konteks sikap konsumen,
obyek dapat diartikan sebagai kategorti produk, brand, service (jasa) iklan,
harga, penyalur dan sebagainya.
•
Sikap, adalah sesuatu predisposisi yang dipelajari (Learned Predisposition)
predisposisi
disebut
juga
kecenderungan
umum.
Dalam
sikap
ada
kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk dan karena itu sikap
memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong konsumen kepada
suatu perilaku tertentu. Dalam terapan pemasaran, sikap yang relevan
terhadap perilaku beli terbentuk dari pengalaman langsung menggunakan
produk, dari informasi yang diperoleh dari orang lain atau dari media massa.
•
Sikap itu konsisten. Secara relatif, siikap selalu konsisten dengan perilaku
yang
diperlihatkannya.
Sekali
sikap
terbentuk,tak
mudah
untuk
mengubahnya. Hal ini penting dipahami karena walaupun resisten terhadap
perubahan, sikap bisa berubah, tetapi sulit. Untuk membentuk sikap positif
terhadap suatu produk diperlukan biaya promosi yang tidak sedikit, dan
apabila sikap terhadap suatu produk (terutama sikap negatif) sudah
terbentuk, sulit sekali untuk mengubahnya.
•
Sikap terjadi dalam situasi tertentu, Situasi adalah peristiwa atau keadaan
pada saat pengamatan. Situasi ini mempengaruhi hubungan antara sikap
dan perilaku. Contohnya, seseorang membutuhkan sabun mandi padahal
saat itu hujan deras, sementara dia tinggal di tempat yang jauh dari
pertokoan. Ia ingin membeli sabun Lifeboy, tetapi karena warung di sebelah
rumahnya hanya menjual sabun Lux, dia membeli Lux. Dalam contoh
10
tersebut, tidak selalu orang tersebut positif terhadap sabun Lux. Sikap dia
yang tampaknya positif dikondisikan oleh situasi.
•
Sikap itu terarah, dan mempuyai intensitas tertentu. Dikatakan terarah
karena sikap menyebabkan orang mempunyai pandangan negatif atau positif
terhadap obyek sikap. Seberapa besar ketidaksukaannya atau kesukaannya
terhadap obyek sikap dinyatakan oleh intensitas sikap itu.
Konsep-konsep diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Konsep sikap
(Sumber Ristiyanti,2005,p106)
2.1.4
Tiga Komponenen Sikap
Sikap memiliki tiga komponen sikap / unsur yaitu Kognitif (pengetahuan), Afektif
(emosi, perasaan) dan Konatif (tindakan).
Model tiga komponen sikap merupakan model yang dikembangkan oleh para ahli
perilaku yang menentukan secara tepat komposisi sikap dengan maksud agar perilaku dapat
dijelaskan dan diprediksi.
Model tiga komponen sikap (Three Component Attitude Model), (Prasetijo dan
Ihalauw, 2005, p106-107) :
11
•
Komponen Kognitif, merupakan pengetahuan (cognition) dan persepsi yang
diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap
(attitude object) dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber.
Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk kepercayaan (belief),
yaitu konsumen
mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut.
Misalnya Juwita yakin bahwa vitamin C dapat mencegah sariawan.
•
Komponen Afektif, merupakan emosi atau perasaan terhadap suatu produk
atau merk tertentu yang mempunyai hakikat evaluatif; yaitu mencakup
penilaian seseorang terhadap obyek sikap secara langsung dan menyeluruh
(apakah produk itu disukai atau tidak; atau apakah produk itu baik atau
buruk).Misalnya Juwita suka terhadap vitamin C.
•
Komponen Konatif, kecenderungan seseorang untuk melaksanankan suatu
tindakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek sikap.
Komponen konatif lazimnya diperlakukan sebagai ekspresi niat konsumen
untuk membeli atau menolak suatu produk atau jasa. Komponen Konatif
sering dianggap sebagai pernyataan konsumen untuk membeli. Misalnya
Juwita akan membeli vitamin C.
Cognitive Component
Conative Component
Gambar2.2 Model Tiga Komponen Sikap
Affective Component
12
Sumber : Prasetijo dan Ihalauw (2005, p108)
Ketiga komponen tersebut berada dalam suatu hubungan yang konsisten. Sebelum
suka atau tidak suka (komponen afektif) terhadap sesuatu obyek, tentu seseorang harus
tahu dan yakin lebih dahulu (komponen kognitif). Seseorang membeli suatu produk
(komponen konatif), tentu karena suka (komponen afektif), kecuali dalam keadaan terpaksa.
2.1.5
Pembentukan Sikap & faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Sikap
Menurut Schiffman Kanuk (2004, p233) ada beberapa sumber yang mempengaruhi
pembentukan sikap. Pembentukan sikap sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,
pengaruh keluarga, dan teman-teman, pemasaran langsung, dan media massa. Sarana
utama pada terbentuknya sikap terhadap barang-barang dan jasa adalah melalui
pengalaman langsung konsumen dalam mencoba dan menilai barang atau jasa tersebut.
Sikap konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam perilaku pembelian.
Dalam proses pengambilan keputusan, ada dua variabel pemikiran dalam sisi psikologis
seorang konsumen, yaitu sikap dan kebutuhan. Dalam terminologi pemasaran, kebutuhan
adalah tujuan yang menggerakkan konsumen melakukan pembelian. Sedangkan sikap adalah
evaluasi konsumen atas kemampuan suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan itu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap
mempengaruhi pembelian. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berperilaku dan
dapat dipengaruhi oleh situasi. Sikap konsumen terhadap produk atau jasa tertentu bisa
bersifat positif maupun negatif.
Dua fase pembentukan sikap :
1. Pada saat konsumen tidak mempunyai pengetahuan atau sikap terhadap
merk, pembentukan sikap terhadap merk sangat dibutuhkan
13
2. Apabila sikap telah terbentuk, fase berikutnya adalah bagaimana mengubah
sikap. Konsumen mulai belajar tentang sikap terhadap merk produk atau
jasa tertentu sebelum melakukan tindakan pembelian.
Sikap
yang
dibentuk
dan
dikembangkan
sepanjang
waktu
melalui
proses
pembelajaran yang dipengaruhi oleh pengaruh keluraga dan kelompok kawan sebaya,
informasi, pengalaman dan kepribadian (Simamora,2004,p185).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembentukan Sikap
•
Pengaruh keluarga dan kelompok kawan sebaya
Keluaraga mempunyai pengaruh penting dalam keputusan pembelian. Simamora
(2004,p186) menyatakan bahwa sikap terhadap kesehatan pribadi, pilihan item produk,
sikap terhadap sayuran yang direbus atau makanan kering, dan kepercayaan mengenai
nilai medis semuanya dari keluarga. Banyak studi yang memperlihatkan bahwa kawan
sebaya mampu mempengaruhi dalam perilaku pembelian.
•
Pengalaman
Pengalaman penggunaan suatu merk produk pada masa lalu akan memberikan evaluasi
terhadap
niat
pembelian
Simamora(2004,p186),
ada
ulang
terhadap
beberapa
faktor
produk
yang
atau
jasa.
mempengaruhi
kita
Menurut
untuk
mengevaluasi kontak langsung dengan produk dan aspek lain yang terkait, yaitu:
¾
Kebutuhan. Sikap setiap orang berbeda sesuai dengan tingkat kebutuhan
masing-masing. Kalau kebutuhan terhadap mobil keluarga meningkat, maka
sikap terhadap mobil-mobil keluarga juga menigkat, sedangkan sikap terhadap
bukan mobil keluarga (sedan, pick up) berkurang.
¾
Pesepsi selektif. Setiap orang menginterprestasikan realitas yang dihadapi
berdasarkan persepsi masing-masing. Dengan persepsi yang berbeda, tentu
sikap juga berbeda.
14
¾
Kepribadian. Ini adalah faktor lain yang berkenan dengan : Bagaimana orangorang mengolah pengalaman langsung mereka dengan obyek. Seberapa agresif
atau pasif dan intovert atau ekstrovert seseorang mempengaruhi sikap yang
dibentuk.
•
Media massa
Media massa merupakan sumber informasi utama pada saat ini. Setiap hari media massa
memaparkan ide, produk, opini dan iklan. Banyak orang membentuk sikap hanya
berdasarkan informasi yang dperoleh melalui media massa saat ini.
•
Karakteristik individu
Karakteristik seseorang mempengaruhi pembentukan sikap karena memiliki cara dan
kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi. Informasi apa yang diinginkan,
bagaimana menginterprestasikan informasi tersebut dan informasi apa yang masih
diingat, tergantung dari karakterisitk individu, seperti tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin,kepribadian, dan lain-lain.
Kepribadian/
konsep diri
Sikap/
keyakinan
orang lain
• Pengalaman
langsung
• Kelompok
• Media Massa
Persepsi
tentang
produk/ jasa &
merk
• Karakteristik
individu
Struktur
kebutuhan
Keyakinan dan
perasaan
mengenai
produk/jasa
&merk
Sistem nilai
Sikap
terhadap
produk/jasa
&merk
15
Gambar2.3 Sistem Pembentukan Sikap
Sumber Bilson Simamora (2004,p187)
2.1.6
Perubahan sikap
Menurut pendapat Rangkuti (2006, p66), ada dua teori perubahan sikap :
1. Cognitif Dissonance Theory
Ketidak sesuaian terjadi ketika konsumen memperoleh informasi penting tentang
kepercayaan atas suatu produk atau jasa yang bertentangan dengan kepercayaan
sebelumnya.
2. Attribution Theory
Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana seseorang merespon suatu kejadian
dengan menggunakan tolak ukur perilaku mereka miliki secara relatif dibandingkan
dengan perilaku orang lain.
Strategi pengubahan sikap yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap
konsumen mereka terdiri dari (Rangkuti,2006,p66) :
1. Mengubah komponen afektif
Yaitu mempengaruhi rasa suka konsumen terhadap merek tertentu secara tidak
langsung dengan tujuan meningkatkan kepercayaan positif yang dapat mengarah ke
perilaku
pembelian.
conditioning.
Cara
yang
umum
digunakan
adalah
melalui
classical
16
2. Mengubah komponen perilaku
Personel pemasaran perlu mengetahui faktor-faktor pembentukan sikap untuk
mencoba-coba produk atau jasa tertentu yang dapat menuntun konsumen pada
peningkatan pengetahuan yang dapat mengubah komponen kognitif.
3. Mengubah komponen kognitif
Pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengubah sikap adalah berfokus
pada komponen kognitif. Dengan berubahnya kepercayaan, perasaan, dan perilaku,
sikap juga akan berubah.
Keyakinan (kepercayaan) dan evaluasi konsumen terhadap suatu produk membentuk
sikap konsumen. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Karena
dalam memutuskan produk dan jasa yang akan dibeli maka konsumen akan memilih produk
dan jasa yang dievaluasi secara paling menguntungkan, Sehingga adanya sikap yang baik
dan positif atas berbagai atribut produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, maka
konsumen akan melakukan pembelian berulang terhadap produk atau jasa tersebut. Sikap
positif ini akan memberikan dasar pada pembelian ulang dan membentuk rekomendasi dari
mulut ke mulut. (Sri Hartini,2004).
2.2
Landasan Teori variabel X2
2.2.1
Defenisi Jasa
Perkembangan Pemasaran berawal dari tukar menukar barang secara sederhana
tanpa menggunakan alat tukar berupa uang ataupun logam mulia. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan, maka semakin dibutuhkan suatu alat tukar yang berlaku umum dan untuk
17
itulah diciptakan uang. Disamping itu, manusia juga memerlukan jasa yang mengurus hal-hal
tertentu, sehingga jasa menjadi bagian utama dalam pemasaran.
Banyak ahli pemasaran yang berusaha untuk mendefinisikan pengertian jasa. Salah
satunya adalah Kotler. Menurut Kotler (2002,p486), jasa adalah sebagai setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Menurut (Freddy Rangkuti, 2003,p26)Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau
tindakan tak kasat mata dari suatu pihak ke pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan
dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa
mempengaruhi hasil jasa tersebut.
Menurut (Rambat Lupiyadi 2001,p5) jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi yang biasanya
dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai
tambah (seperti misalanya kenyamanan, hiburan, kesenangan dan kesehatan) atau
pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.
Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat
hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi
aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.(wikipedia)
Dari berbagai definisi pengertian jasa di atas, maka secara umum dijelaskan bahwa
jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain,
dimana produk yang ditawarkan berupa produk tidak berwujud dan lebih dapat dirasakan
dari pada dimiliki, dan biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang
18
dihasilkan dan dapat memberikan nilai tambah pada konsumen,serta tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun.
Dalam strategi pemasaran, definisi jasa harus diamati dengan baik, karena
pengertiannya sangat berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi dan cepat lambatnya
pertumbuhan jasa akan sangat tergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja
(penampilan yang ditawarkan oleh pihak produsen).
Jenis-jenis jasa menurut Kottler (p.465) adalah sebagai berikut
•
Barang berwujud murni (seperti sabun, pasta gigi)
•
Barang berwujud yang disertai jasa (Produsen mobil tidak hanya menjual mobil
saja, melainkan juga kualitas dan pelayanan kepada pelanggannya misalnya
reparasi, pelyanan, pasca jual)
•
Campuran (barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Misalnya restoran yang
harus didukung oleh makanan dan pelayanannya)
•
Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan (misalnya penumpang
pesawat terbang yang membeli jasa transportasi. Mereka sampai di tempat
tujuan tanpa sesuatu hal berwujud yang memperlihatkan pengeluaran mereka.
Namun, perjalanan tersebut meliputi barang-barang berwujud, seperti makanan
dan minuman, potongan tiket dan majalah penerbangan. Jasa tersebut
membutuhkan barang padat modal (pesawat udara) agar terealisasi, tetapi
komponen utamanya adalah jasa.)
•
Jasa murni (misalnya jasa menjaga bayi, psikoterapi)
Ada beberap faktor yang perlu diperhatikan dalam konsep manajemen jasa pelayanan :
1.
Merumuskan suatu strategi pelayanan
19
2.
Mengkonsumsikan kualitas pada pelanggan
3.
Menetapkan suatu standar kualitas secara jelas
4.
Menerapkan system pelayanan yang efektif
5.
Karyawan yang berorentasi kepada kualitas pelayanan
6.
Survey tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan.
Dalam suatu industri jasa, kesuksesan perusahaan tergantung pada sejauh mana
perusahaan mampu mengelola tiga aspek yang dikenal sebagai Segitiga jasa berikut :
1.
Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan
2.
Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut
3.
Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan
Pelanggan
External marketing
Interactive marketing
Menetapkan janji mengenai produk
Menyampaikan produk atau jasa
atau jasa yang akan disampaikan
sesuai dengan yang telah dijanjikan
karyawan
manajemen
Internal marketing
Membuat agar produk atau jasa
disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan
Gambar 2.4 Diagram Segitiga Pemasaran Jasa
Sumber : Rangkuti (2006,p27)
20
•
External Marketing : Menetapkan janji mengenai produk/ jasa yang akan
disampaikan
•
Interactive Marketing : Menyampaikan produk/ jasa sesuai dengan
yang telah
dijanjikan
•
Internal Marketing : Membuat agar produk/ jasa yang disampaikan sesuai dengan
yang dijanjikan
2.2.2
Karakteristik Jasa
(Menurut Philip Kottler p376) karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Intangiable (tidak berwujud)
Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan tidak dapat
dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan)akan dirasakan pada waktu bersamaan
dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lain, maka dia
akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.
3. Variability (bervariasi)
Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima
jasa dan kondisi di mana jasa tersebut diberikan.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.
21
Ketidak berwujudan
Ketidak terpisahkan
Jasa tidak dapat
dilihat, dirasa, diraba,
didengar atau
dinikmati sebelum di
beli
Keragaman
Jasa tidak dapat
dipisahkan dari
penyedia dan
pelanggannya
Jasa /
Pelayanan
Kualitas jasa
tergantung pada siapa
yang menyediakan,
kapan, dimana dan
bagaimana
Tidak tahan lama
Jasa tidak dapat
disimpan untuk
penjualan atau
pemakaian
Gambar 2.5 empat karakteristik jasa (kualitas pelayanan)
Sumber Kotler & Amstrong, 2001, p378
2.2.3
Konsep Pelayanan
Menurut Tjiptono (2000, p87), pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang
atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan adalah tindakan
atau perbuatan sesorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Pelayanan adalah sebuah produk yang ditawarkan dan disampaikan kepada pelanggan yang
membutuhkan. Pelayanan tidak hanya terbatas sebagai produk jasa, melainkan sebagai yang
menyertai produk barang dalam penyampaiannya. Pelayanan secara luas mencakup baik
yang kelihatan (tangiables) maupun yang tidak kelihatan (intangiables).
22
Pentingnya pelayanan:
1. Pelanggan adalah raja
Ungkapan ini menandakan pentingnya kedudukan pelanggan dalam sebuah usaha
bisnis. Seiring dengan kemajuan perekonomian, tingkat persaingan telah menjadi semakin
tinggi, sehingga hanya perusahaan yang mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan
yang akan memperoleh simpati. Pelanggan di buat senyaman mungkin dengan kerahmatan
dan sopan santun para karyawan perusahaan.Pelanggan dibuat merasa nyaman dalam
ruangan yang tidak membosankan dengan fasilitas yang menyenangkan. Dengan kata lain,
pelanggan hanya perlu bicara, semua kebutuhan dan keinginannya akan terlayani dengan
baik.
2. Mencari tahu harapan dan keinginan pelanggan
Sadar akan pentingnya kedudukan pelanggan yang diibaratkan sebagai raja, maka
perusahaan perlu memberikan pelayanan yang baik. Untuk memperbaiki kualitas pelayanan,
perusahaan perlu mengetahui seberapa baik pelayanan yang diberikan bagi kepuasan
pelanggan. Hal yang perlu dilakukan adalah mencari tahu tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan yang telah diberikan kepada mereka. Untuk ini perusahaan dapat
melakukan dengan beberapa cara, yang semuanya dimaksudkan untuk memperoleh
masukan mengenai penilaian pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan. (Philip Kottler,
dalam bukunya Marketing Management) menuliskan beberapa bentuk dan cara pengukuran
tersebut.
•
Sistem keluhan dan Saran
•
Survei kepuasan pelanggan
23
•
Ghost shopping (seseorang yang bertindak pura-pura sebagai pembeli potensial,
baik terhadap produk perusahaannya sendiri maupun terhadap produk perusahaan
lain dan pesaingnya)
•
Lost costumer analysis (menghubungi kembali pelanggan yang berhenti membeli
atau lari ke pemasok lain)
3. Memperkecil gap kualitas pelayanan
•
Mengurangi gap 1, dimana manajemen tidak mengetahui dengan baik harapan
pelanggan.
•
Mengurangi gap 2, dimana terjadi penetuan standar kualitas pelayanan yang kurang
tepat.
•
Mengurangi gap 3, dimana terjadi kinerja yang tidak sesuai standar.
•
Mengurangi gap 4, dimana terjadi bahwa pelayanan yang diberikan tidak sesuai
dengan yang dijanjikan.
4. Memberikan kesan pertama yang baik
Pengalaman pertama ini sering sangat menetukan bagi pengambilan keputusan
pembeli apakah mereka mau datang lagi atau tidak. Ketika mereka mengalami kesan baik
pada kunjungan pertama, besar kemungkinan akan mempengaruhi keputusan mereka untuk
datang kembali. Sebaliknya, dengan kesan buruk yang mereka alami akan sangat
berpengaruh pada keputusan mereka untuk tidak mau kembali lagi.
Pihak yang paling berkompenten menentukan seberapa tinggi kualitas pelayanan
adalah pemakai jasa pelayanan itu sendiri. Dengan demikian, penilaian harus berdasarkan
pandangan pelanggan. Sedangkan apa yang diinginkan dan diharapkan pelanggan dapat
berbeda jenis dan tingkatannya dari satu pelanggan ke pelanggan yang lain. Penilaian
24
terhadap kualitas pelayanan tidak hanya terjadi atas produk pelayanan itu sendiri, tetapi juga
terhadap proses dimana pelayanan itu berlangsung.
2.2.4
Dimensi Kualitas
Pengertian Kualitas menurut beberapa para ahli :
1.
W.Edwards Deming (dalam Yamit, 2004,p7), kualitas dapat didefinisikan sebagai
apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.
Crosby (dalam Yamit, 2004,p7), kualitas adalah nihil cacat, kesempurnaan dan
kesesuaian terhadap persyaratan
3.
Juran (dalam Yamit, 2004,p7), kualitas merupakan kesesuaian terhadap
spesifikasi
4.
Kotller (2002, p310) kualitas adalah fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi keinginan yang dinyatakan
atau tersirat.
5.
Tjiptono (2001, p51) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan
6.
Garin dan Davis (2004) menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses, dan tugas,
serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.
Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa yang harus dikerjakan dengan
baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian
utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan
25
(competitive adavntage).Keunggulan suatu produk atau jasa tergantung dari keunikan serta
kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan
keinginan pelanggan.(wikipedia)
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu
standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan serta dapat mempengaruhi kinerja
dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas bukan hanya menekan pada aspek hasil akhir,
yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas
lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa
melalui manusia dan proses yang berkualitas.
Menurut Umar (2002, p38-40) ada lima dimensi penentu kualitas jasa.
1. Reliabitlity (keandalan) : kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan
2. Responsiveness (ketanggapan) : respon atau kesigapan karyawan dalam membantu
konsumen dalam melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menangani
transaksi dan menangani keluhan yang diajukan konsumen.
3. Assurance (kepastian/jaminan) : meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan
terhadap produk/jasa secara tepat, kualitas keramahtamaan, perhatian dan
kesopanan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam memberikan keamanan
didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan
kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Dimensi kepastian ini merupakan
gabungan dari dimensi :
•
Kompetensi: keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan
untuk melakukan pelayanan.
•
Kesopanan : meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.
26
•
Kredibilitas : meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan.
4. Emphaty (Empati) : perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada
konsumen seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan
karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk
memahami keinginan dan kebutuhan konsumennya. Dimensi empati ini merupakan
penggabungan dari dimensi :
•
Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan
perusahaan.
•
Komunikasi
merupakan
kemampuan
melakukan
komunikasi
untuk
menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari
konsumen
•
Pemahaman
kepada
konsumen,
meliputi
usaha
perusahaan
untuk
memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
5. Tangiables (Berwujud,Bukti langsung) yaitu meliputi penampilan fasilitas fisik seperti
gedung dan ruangan front office, tersedia tempat parkir, kebersiahan, kerapihan dan
kenyamanan ruangan, penampilan karyawan.
2.2.5
Konsep pelayanan Berkualitas
Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara
konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar
kinerja pelayanan. Untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, ada dua konsep yang
dikemukakan oleh Albrcht dalam Yamit (2004,p23-24). Dua konsep tesebut adalah:
27
1. Service Triangle adalah suatu model interaktif manajemen pelayanan yang
menghubungkan antara perusahaan dengan pelanggannya. Model tersebut terdiri
dari tiga elemen dengan pelanggan sebagai titik fokus, yaitu:
•
Strategi pelayanan (service strategy) , adalah strategi untuk memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar
yang telah ditetapkan perushaan. Standar pelayanan ditetapkan sesuai
keinginan dan harapan pelanggan sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
pelayanan yang diberikan dengan harapan pelanggan. Strategi pelayanan
harus pula dirumuskan dan diimplementasikan seefektif mungkin, sehingga
mampu membuat pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tampil beda
dengan pesaingnya. Untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi
pelayanan yang efektif, perusahaan harus fokus pada kepuasan pelanggan
sehingga perusahaan mampu membuat pelanggan melakukan pembelian
ulang bahkan mampu meraih pelanggan baru.
•
Sumberdaya manusia yang memberikan pelayanan (sevice people), orang
yang berinteraksi secara langsung maupun yang tidak berinteraksi langsung
dengan pelanggan harus memberikan pelayanan kepada pelanggan secara
tulus (emphaty), responsif, ramah, fokus, dan menyadari bahwa kepuasan
pelanggan
adalah
segalanya.
Untuk
itu
perusahaan
harus
pula
memperhatikan kebutuhan pelanggan internalnya (karyawan) dengan cara
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, rasa aman dalam bekerja,
pengahasilan
yang
wajar,
sistem
penilaian
kinerja
yang
mampu
menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya jika perusahaan membuat
strategi pelayanan dan menerapkannya secara baik untuk memuaskan
pelanggan eksternalnya, sementara pada saat yang sama perusahaan gagal
28
memberikan kepuasaan kepada pelanggan internalnya, demikian pula
sebaliknya.
•
Sistem pelayanan (sevice system), adalah prosedur pelayanan kepada
pelanggan yang melibatkan seluruh aktifitas fisik termasuk sumberdaya
manusia yang dimiliki perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat secara
sederahana, tidak berbelit-belit dan sesuai standar yang telah ditetapkan
perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu melakukan desain ulang
sistem pelayanannya, jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan
pelanggan. Desain ulang tidak berarti harus merubah total, tapi hanya
bagian tertentu yang menjadi titik kritis penentu kualitas pelayanan.
Misalnya memperpendek prosedur pelayanan atau karyawan diminta
melakukan pekerjaan secara general sehingga pelanggan dapat dilayani
secara cepat menciptakan one stop service.
2. Total Quality Service
Total Quality Service adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
berkualitas kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan (stakeholders), yaitu
pelanggan, pegawai dan pemilik. Pelayanan mutu terpadu ini memiliki lima elemen
penting yang saling terkait, yaitu:
•
Market and costumer reseach adalah penelitian untuk mengetahui struktur
pasar, segmen pasar, demografis, analisis pasar potensial, analisis kekuatan
pasar, mengetahui harapan dan keinginan pelanggan atas pelayanan yang
diberikan
•
Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan pelayanan
berkualitas kepada pelanggan sehingga perusahaan dapat mempertahankan
pelanggan bahkan dapat meraih pelanggan baru.
29
•
Education, training and communication adalah tindakan untuk meningkatkan
kualitas
sumberdaya
manusia
agar
mampu
memberikan
pelayanan
berkualitas, mampu memahami keinginan dan harapan pelanggan
•
Process
improvement
adalah
desain
ulang
berkelanjutan
untuk
menyempurnakan proses pelayanan, konsep PDCA (Plan Do Check Action)
dapat diterapkan dalam perbaikan proses pelayanan berkelanjutan ini.
•
Asessment, measurement, and feedback adalah penilaian dan pengukuran
kinerja yang telah dicapai oleh karyawan atas pelayanan yang telah
diberikan kepada pelanggan. Penilaian ini menjadi dasar informasi baik
kepada karyawan tentang proses pelayanan apa yang perlu diperbaiki,
kapan harus diperbaiki dan dimana harus diperbaiki.
2.2.6
Penyebab terjadinya kesenjangan kualitas pelayanan
1. Kesenjangan pertama.Terjadi karena manajemen tidak mengetahui dengan baik
harapan pelanggan. Hal itu muncul karena kurangnya riset pemasaran, tidak
cukupnya komunikasi ke atas dan ke bawah, serta selalu banyak tingkatan
manajemen.
2. Kesenjangan kedua. Terjadi karena standar kualitas pelayanan yang tidak tepat. Hal
ini
disebabkan
tidak
memadainya
komitmen
manajemen
terhadap
kualitas
pelayanan, adanya persepsi akan ketidak mungkinan, standardisasi tugas yang tidak
memadai dan kurang atau tidak adanya penentuan tujuan yang jelas.
3. Kesenjangan ketiga. Terjadi karena pelayanan yang tidak sesuai dengan standar. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia. Unsur- unsur yang
termasuk disini adalah peranan yang mempunyai dua arti, konflik peranan,
30
kesalahan penempatan pegawai, rendahnya penerapan teknologi, tidak tepatnya
sistem supervisi, serta rendahnya pengontrolan dan kerja sama kelompok.
4. Kesenjangan keempat. Terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan
yang diajanjikan. Hal ini terjadi karena komunikasi horizontal tidak memadai serta
adanya kecenderungan memberi janji yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan :
•
Komunikasi dari mulut ke mulut. Harapan yang timbul di hati orang akan kualitas
pelayanan tertentu dapat disebabkan oleh apa yang dia dengar dari teman atau
tetangganya. Seiring, orang mau mengunjungi tempat tertentu terdorong oleh
berita yang mereka dapatkan dari orang-orang yang mereka kenal, semakin
banyak yang menyampaikan hal yang sama, maka seseorang akan semakin
percaya sehingga orang tersebut akan menanggapi berita tersebut dan akan
berkunjung ke tempat yang direkomendasikan.
•
Kebutuhan pribadi. Harapan seseorang juga bisa timbul dari spesifikasi
pribadinya. Disini harapan orang bisa berbeda-beda, tergantung dari berbagai
kondisi yang menyertainya, yang akhirnya menumbuhkan kebutuhan yang khas.
Misalnya tentang penggunaan kartu kredit, ada orang yang mengharapkan dia
diberi limit yang tinggi tetapi ada juga orang yang menginginkan limit yang
aman, jauh dari penyalahgunaan atau harapan lainnya.
•
Pengalaman masa lalu. Ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu dalam hal
menerima pelayanan. Pengalaman pelayanan yang kurang dari suatu toko akan
menumbuhkan harapan yang rendah didalam hati orang, yang akhirnya
mengurungkan niatnya untuk datang kembali ke tempat yang sama. Begitu pula
sebaliknya, pengalaman pelayanan yang menyenangkan akan membuat orang
tersebut untuk kembali ke tempat itu.
31
•
Komunikasi eksternal. Ini berkaitan dengan apa yang disampaikan ke luar oleh
pihak perusahaan mengenai kualitas produk atau pelayanan lain yang mereka
sediakan. Komunikasi ini bisa langsung ataupun tidak langsung seperti seminar,
open house, iklan dan radio, televisi dan sarana komunikasi lainnya. Komunikasi
ini dibentuk semenarik mungkin untuk manarik berbagai lapisan dan golongan.
Selain dari empat faktor di atas, faktor lain yang perlu ditambahkan ialah harga.
Harga menetukan keputusan orang untuk membeli atau tidak membeli produk tertentu.
Misalnya, orang mendapat barang yang harganya murah tapi pelayanannya kurang. Orang
lebih cenderung membeli barang tersebut dari pada harganya mahal dengan layanan yang
baik. (jurnal universitas trisakti, jurnal manajemen dan pemasaran jasa vol.1.No1,maret
2005)
2.3
Landasan Teori Variabel Y
2.3.1
Pengertian keputusan pembelian
Menurut Schiffman & kanuk (2004, p485) keputusan adalah seleksi terhadap dua
pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang
ketika mengambil keputusan.
Pengambilan
keputusan
konsumen
adalah
proses
pengintegrasian
yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan
memilih salah satu diantaranya. Hasil pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice) yang
disajikan secara kognitif sebagai keinginan berprilaku (Nugroho J. Setiadi, 2003, p415).
32
Perilaku pembelian adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,
mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan ini.(Engel et al,1995 dalam Simamora,2002,p1-2).
Dari beberapa pendapat maka keputusan pembelian adalah suatu tindakan
mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, dimana terdapat dua
pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang
ketika mengambil keputusan.
Menurut Philip Kotler (2005, 183-200) Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi
oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.
1. Faktor budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen
dalam pembelian. Peran budaya (anak-anak mendapat kumpulan nilai, persepsi,
preferensi dan perilaku dari keluarganya), sub budaya (misalnya agama, kelompok ras,
daerah geografis), dan kelas sosial konsumen (strata sosial) sangatlah penting.
2. Faktor sosial
Faktor sosial seperti kelompok acuan (rekan kerja, teman, tetangga) ,keluarga (misalnya
orang tua, saudara kandung) serta peran dan status sosial.
3.Faktor Karakteristik pribadi
Karakteristik pribadi meliputi usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri sendiri.
4.Faktor Psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi,persepsi,pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
33
Kebudayaan
Sosial
Personal
Kultur
Kultur rujukan
Subkultur
- motivasi
- persepsi
Pembeli
- learning
Keluarga
Kelas sosial
Peran dan
status sosial
Gambar 2.6
- usia
- tahap daur
hidup
- jabatan
Psikologi
- keadaan
ekonomi
- gaya hidup
- kepercayaan
-kepribadian
- sikap
Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
Sumber: Kotler p200
Dalam membeli suatu barang atau jasa, seorang konsumen akan melalui suatu
proses keputusan pembelian. Menurut Ma’ruf (2006, p61-62) terdapat tiga proses keputusan
pembelian, yaitu:
1.
Proses keputusan panjang (extended decision making) untuk barang durable
(rumah, lahan, mobil, kulkas, mesin cuci, dll). Proses itu menurut Berman dan
Evans adalah stimulus ->kebutuhan ->mencari info ->Evaluasi ->Transaksi >Perilaku
pasca
pembelian.
Pengertian
stimulus
adalah
situasi
yang
menyebabkan munculnya kebutuhan dalam diri konsumen.
2.
Proses keputusan terbatas (limited decision making), sama dengan proses di
atas tetapi terjadi secara lebih cepat dan kadang meloncati tahapan. Proses
terbatas ini biasanya untuk barang seperti pakaian, hadiah, mobil kedua, atau
jasa seperti wisata ke luar kota atau ke luar negeri.
34
3.
Proses pembelian rutin, keputusan pembelian yang terjadi secara kebiasaan
sehingga proses pembelian sangat singkat saja. Begitu dirasakan ada kebutuhan,
langsung dilakukan pembelian, misalnya membeli baterai. Menurut Utami (2006,
p37) kesetiaan pada merk dan kesetiaan pada toko adalah contoh pengambilan
keputusan berdasarkan kebiasaan.
Proses pembelian yang panjang dan terbatas dapat dikatakan sebagai pembelian
yang bersifat insidental. Sedangkan, proses pembelian rutin merupakan proses yang
berlawanan dengan proses pembelian yang bersifat insidental. Pembelian yang insidental
yaitu yang hanya sekali atau sekali-sekali dibeli.
Belanja impulsif atau impulse buying adalah proses pembelian barang yang terjadi
secara spontan. Menurut Ma’ruf (2006, p64) ada tida jenis pembelian impulsif, yaitu:
1. Pembelian tanpa rencana sama sekali. Konsumen belum punya rencana apa pun
terhadap pembelian suatu barang, dan membeli barang itu begitu saja ketika
terlihat.
2. Pembelian yang setengah tak direncanakan. Konsumen sudah ada rencana membeli
suatu barang tetapi tidak punya rencana merk ataupun jenis/berat, dan membeli
barang begitu ketika melihat barang tersebut.
3. Barang pengganti yang tidak direncanakan. Konsumen sudah berniat membeli suatu
barang dengan merek tertentu, dan membeli barang diamaksud tapi dari merk lain.
2.3.2
Peran dalam Keputusan Pembelian
Peran dalam keputusan pembelian merupakan hal yang penting bagi pembeli dan
penjual (perusahaan) itu sendiri. Bagi perusahaan adalah penting untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku pembelian, namun terdapat hal lain yang harus juga
diperhatikan perusahaan yaitu pemegang peranan dalam pembelian dan keputusan untuk
membeli.
35
Menurut Kotler (2003, p200), terdapat lima orang yang berperan dalam keputusan
pembelian, yaitu:
1. Pemrakarsa (Initiator), orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu
produk atau jasa.
2. Pemberi pengaruh (Influencer), orang yang pandangan atau nasehatnya memberi
bobot dalam pengambilan keputusan terakhir.
3. Pengambil keputusan (Decider), orang yang sangat menentukan sebagian atau
keseluruhan keputusan pembelian, apakah harus membeli, apa yang dibeli, kapan
hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
4. Pembeli (Buyer), orang yang melakukan pembelian sebenarnya.
5. Pemakai (User), orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.
2.3.3
Proses Keputusan Pembelian
(Philip Kotler, 2003,p 204-208)Konsumen melewati lima tahap dalam proses
keputusan pembelian. Sebenarnya, proses pembelian telah dimulai jauh sebelum pembelian
aktual terjadi dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian terjadi. Masing-masing tahap
proses keputusan pembelian tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan
keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui
maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera dipenuhi
atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan-kebutuhan yang sama-sama
harus dipenuhi. Jadi dari tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan.
2. Pencarian informasi dan penilaian sumber-sumber
Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi
tentang sumber-sumber dan menilainya, untuk memenuni kebutuhan dan keinginan
yang dirasakan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau
36
eksternal. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap
beberapa toko untuk membuat perbedaan harga dan kualitas produk, sedangkan
pencarian informasi pasif mungkin hanya dengan membaca suatu pengiklanan dimajalah
atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus tentang gambaran produk yang
diinginkan. Ada empat kelompok yang menjadi sumber informasi konsumen yaitu :
•
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga maupun kenalan lainnya
•
Sumber komersial: iklan Wiraniaga, penjual, kemasan, pajangan
•
Sumber publik: media massa, organisasi penilaian konsumen
•
Sumber pengalaman: menangani, memeriksa dan menggunakan produk
3. Evaluasi Alternatif
Tahapan ini meliputi 2 tahapan yakni menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta
mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.
Tujuan pembelian tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestise, ada
yang hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendek, ada juga yang ingin
meningkatkan pengetahuan.
4. Keputusan Pembelian
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian yang nyata. Jadi,
setelah tahap di atas dilakukan, maka konsumen harus mengambil keputusan apakah
membeli atau tidak. Bila konsumen membeli maka akan dijumpai serangkaian keputusan
yang haras diambil menyangkut jenis produk atau jasa, merek, penjualan, kuantitas,
waktu pembelian dan cara pembayaran. Namun ada dua faktor berikut dapat berada
diantara niat pembelian dan keputusan pembelian:
•
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal,
yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
37
konsumen, dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang tersebut
dengan
konsumen,
semakin
besar
konsumen
akan
mengubah
niat
pembeliannya.
•
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul
dan dapat mengubah niat pembelian. Konsumen mungkin membentuk niat
membeli berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan yang diperkirakan, harga
yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun kejadiankejadian yang tidak terantisipasi mungkin mengubah niat membeli tersebut.
Sikap orang lain
Evaluasi
alternatif
Niat untuk
membeli
Keputusan
pembeli
Faktor situasi
yang tidak
terantisipasi
Gambar 2.7Tahap-tahap antara Evaluasi alternatif & keputusan pembelian
Sumber Kotler 2003, p207
5. Perilaku Pasca Pembelian
Semua tahapan yang ada di dalam proses pembelian sampai dengan tahap kelima
adalah bersifat operatif. Bagi perusahaan, perasaan dan perilaku sesudah pembelian juga
sangat penting. Perilaku mereka dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga
mempengaruhi
ucapan-ucapan
pembeli
pihak
lain
yang
menggunakan
produk
perusahaan. Jika produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ke konsumen dan
sesuai dengan apa yang diaharapkan oleh konsumen maka konsumen tersebut akan
merasa puas dan ia akan menunjukkan kemungkinan untuk membeli kembali produk
38
tersebut. Tetapi jika tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan maka konsumen akan
merasa kecewa. Dan biasanya jika produk/ jasa yang ditawarkan sesuai dengan harapan
konsumen maka konsumen akan merekomendasikan produk/ jasa tersebut kepada orang
lain.
Pengenalan Masalah
Pencarian informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian
Gambar 2.8 Model lima tahap proses pembelian
Sumber Kotler Philip, p203
39
2.4
Kerangka Pemikiran
Sikap Konsumen (x1)
-Kompenen Kognitif
-Komponen Afektif
-Komponen Konatif
Kualitas pelayanan (x2)
-Tangiables
-Reliability
-Responsiveness
-Assurance
-Empathy
2.5
Proses Keputusan
pembelian (Y)
-Pengenalan
masalah
-Pencari informasi
-Evaluasi
alternative
-Keputusan
pembelian
-Perilaku pasca
pembelian
Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa
saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.
Fungsi hipotesis menurut Nasution ialah sbb:
•
Untuk menguji kebenaran suatu teori
•
Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan
•
Memperluas pengetahuan peniliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:
•
Untuk T – 1
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap konsumen dengan
proses keputusan pembelian konsumen
40
Ha = Ada hubungan yang signifikan antara sikap konsumen dengan proses
keputusan pembelian konsumen
•
Untuk T – 2
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan
proses keputusan pembelian konsumen
Ha = Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan
proses keputusan pembelian konsumen
•
Untuk T – 3
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap konsumen dan
kualitas pelayanan dengan proses keputusan pembelian
Ha = Ada hubungan yang signifikan antara analisa sikap konsumen dan
kualitas pelayanan dengan proses keputusan pembelian
•
Untuk T – 4
Hipotesis:
Ho = Tidak ada pengaruh antara sikap konsumen dan kualitas pelayanan
terhadap proses keputusan pembelian
Ha = Ada pengaruh antara sikap konsumen dan kualitas pelayanan terhadap
proses keputusan pembelian
Download