BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali perkembangan yang dapat kita lihat di sekeliling kita yang menetap di Jakarta. Seiring berkembangnya segala aspek kehidupan di Jakarta, berkembang juga segi Kepariwisataan di daerah Jakarta yang menarik turis mancanegara maupun luar Jakarta untuk melihat-lihat ataupun menikmati ragam pariwisata yang ditawarkan di Ibukota Jakarta. Kepariwisataan memiliki segi positif dalam mendorong perbaikan di bidang Ekonomi. Perbaikan di bidang ekonomi itu sendiri salah satunya didukung oleh bisnis perhotelan yang merupakan sarana penunjang di dalam bidang kepariwisataan. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta melalui 3 Pintu masuk (Soekarno-Hatta, Tanjung Priok, dan Halim Perdanakusuma) pada bulan Januari 2012 mencapai 162.368 kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan kunjungan wisatawan mancanegara bulan Desember 2011 yang berjumlah 168.363 kunjungan, namun jika dibandingkan dengan kunjungan wisata bulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara bulan Januari tahun ini justru lebih tinggi sebesar 11,84 persen. Sepuluh kebangsaan yang menjadi pengunjung terbanyak ke Kota Jakarta untuk bulan Januari 2012 sesuai urutan banyaknya pengunjung adalah Malaysia, China, Jepang, Singapura, Saudi Arabia, Korea Selatan, Australia, Taiwan, Amerika, dan 2 India. (Sumber: Dinas Pariwisata DKI Jakarta Bulan Maret 2012). Dari penjelasan diatas Penulis melatarbelakangi keinginannya untuk merencanakan pembangunan Hotel bagi para wisatawan menengah kebawah. Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam Peraturan daerah provinsi DKI Jakarta mengenai kawasan strategis kepentingan ekonomi Pasal 94 ayat (1): Pengembangan kawasan strategis kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 ayat (1) huruf a, untuk kegiatan perdagangan, jasa, dan campuran berintensitas tinggi untuk skala pelayanan nasional dan internasional meliputi kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi proyek perancangan Hotel terletak di Jl. Jaksa, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, merupakan lokasi meet up untuk kalangan wisatawan dengan budget minim atau yang dikenal sebagai backpacker sebelum memulai perjalanannya menelusuri Ibukota Jakarta. Tahun 1993, Dinas Pariwisata Jakarta mencatat 57.201 wisatawan mancanegara telah menetap di hotel dan hostel di sepanjang jalan ini dan sekitarnya, termasuk 29.676 warga Eropa, 9.309 warga Australia, 4.215 warga Amerika dan 649 warga Afrika. Lama menginap rata-rata wisatawan asing di Jalan Jaksa adalah tiga hari. Pada 5-7 Agustus 1994, Festival Jalan Jaksa tahunan diadakan pertama kalinya (Susanty, Lenah. The Jakarta Post, 02 August (1994)) Festival jalanan ini ditujukan untuk meningkatkan popularitas Jalan Jaksa dan merayakan budaya penduduk asli Jakarta yang dikenal sebagai suku Betawi. Hal ini lah salah satu faktor yang mendorong Penulis memilih Jalan Jaksa sebagai daerah tempat untuk membangun hotel. 3 Di sisi lain merujuk kepada peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia nomor 13 tahun 2012 menimbang bahwa dalam rangka lebih meningkatkan penghematan tenaga listrik, perlu dilakukan pemakaian tenaga listrik secara efisien dan rasional tanpa mengurangi keselamatan, kenyamanan dan produktivitas. Tentang penghematan pemakaian tenaga listrik, hanya 25% energi listrik di Indonesia dihasilkan dari energi terbaharui seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Panas Bumi (Badan Pusat Statistik.) Sementara mayoritas pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam yang merupakan sumber energi tak-terbaharui. Energi tak-terbaharui semakin lama semakin berkurang dengan kecepatan yang semakin tinggi. Selain itu energi tak-terbaharui juga sering dihubungkan dengan kerusakan lingkungan hidup karena hasil pembakaran fosil mengemisi CO2. CO2 dapat menyebabkan efek rumah kaca (green house effect) dimana panas yang dipancarkan permukaan bumi dipantulkan kembali oleh lapisan udara atmosfer yang terkena polusi yang mengakibatkan bumi semakin panas. (Satwiko, P. 2004.) “Penghematan energi dalam bangunan bukan lagi persoalan menghemat energi semata, tetapi merupakan bagian penting memangkas emisi CO2.” (Tri Harso Karyono. 2008.) Dari pemaparan diatas bisa kita lihat betapa penting nya menerapkan pola pikir energy saving kedalam tiap rancangan arsitektur yang sedang dirancang, termasuk juga hotel yang akan dibangun di Jalan Jaksa, Menteng, Jakarta Pusat ini. Energi yang dikonsumsi untuk bangunan gedung adalah untuk; 4 penerangan (15-20%), pengkondisian udara / AC (65-70%) dan lain-lain (10-20%). (Daryanto. 2006.) . Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan pasif (passive design), bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. (Tri Harso Karyono. 2008) Dikarenakan persentase terbesar banyaknya energi yang dikonsumsi adalah dalam perihal pengkondisian udara yaitu sebesar 65-70%, maka keputusan untuk mengambil tema penghawaan pasif untuk di terapkan kedalam perancangan desain Hotel yang akan dirancang dirasakan tepat mengingat peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia nomor 13 tahun 2012 menimbang bahwa dalam rangka lebih meningkatkan penghematan tenaga listrik, perlu dilakukan pemakaian tenaga listrik secara efisien dan rasional tanpa mengurangi keselamatan, kenyamanan dan produktivitas. Namun penerapan penghawaan pasif ada beberapa jenis, Penulis akan menjabarkan pada bab-bab berikutnya sehingga akan didapat jenis penghawaan pasif seperti apa yang cocok untuk hotel di daerah Jalan Jaksa. 1.2. Permasalahan Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan pada latar belakang, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Kebutuhan akan hotel di daerah Jalan Jaksa untuk para backpackers 2. Rata-rata hotel di Jalan Jaksa berbintang 3 5 3. Kondisi di Jalan Jaksa yang padat dan sempit, susah untuk sirkulasi udara yang baik 4. Jenis penghawaan seperti apakah yang efektif dihadirkan dalam hotel dengan penerapan penghawaan pasif 1.3. Tujuan dan Manfaat Pembahasan Berangkat dari permasalahan yang telah diungkap pada uraian latar belakang, maka yang menjadi tujuan dari pembahasan ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis hotel apa yang perlu didirikan di Jalan Jaksa. 2. Untuk mengetahui jenis penghawaan seperti apakah yang dapat dihadirkan di bangunan sebagai upaya efisiensi energi dengan memperhatikan kondisi tapak, dengan kecepatan angin rendah. 3. Untuk mendapatkan desain bangunan dengan penghawaan yang sesuai upaya efisiensi energi untuk mewujudkan bangunan yang sustainable. Seluruh hasil yang didapat dari studi pembahasan ini baik berupa rumusan, pembuktian teori ataupun temuan-temuan tertentu diharapkan manfaatnya : 1. Dapat memberi pengetahuan dan kontribusi dapat terhadap dipergunakan pengembangan untuk ilmu kemungkinan penelitian lebih lanjut mengenai Hotel di wilayah beriklim tropis. 2. Dapat memberi masukan teknis dalam perancangan Hotel di 6 wilayah perkotaan dalam merespon pengaruh iklim tropis lembab, dan juga perihal mengenai bangunan yang menerapkan pendekatan penghawaan secara pasif. 3. Dapat menjadi masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan hotel dengan kriteria yang sama dan mengindahkan pengaruh iklim di daerah tropis lembab sehingga pembangunan yang dilaksanakan selalu mengacu kepada faktor lingkungan dan penghematan energi. 1.4. Metodologi Pembahasan Metode penelitian dilakukan dengan cara : 1.5. - Survey - Tebar angket - Analisis data Ruang Lingkup Pembahasan Batasan penelitian ini akan meninjau : - Jenis hotel yang sesuai yang akan dihadirkan di Jalan Jaksa - Program ruang yang sesuai untuk mewadahi kegiatan dan aktifitas - Jenis penghawaan yang sesuai dengan kondisi tapak dan lingkungan - Sirkulasi ruang dalam bentuk bangunan untuk mewujudkan efisiensi 7 energi - Desain bangunan yang sesuai penghawaan, terpilih untuk mewujudkan desain yang sustainable 1.6. Sistematika Pembahasan Penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa BAB, yaitu sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat pembahasan, metodologi pembahasan, ruang lingkup pembahasan, sistimatika pembahasan dan kerangka berpikir pembahasan. BAB II Tinjauan dan Landasan Teori Berisi tentang tinjauan pustaka, menguraikan teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan yang meliputi, tinjauan terhadap tapak, klasifikasi hotel, , kenyamanan thermal dan penghematan energi yang akhirnya mendukung penggunaan penghawaan pasif pada hotel. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini menjelaskan rencana penelitian, penentuan sampel, variabel yang akan dipelajari dari jalannya penelitian. BAB IV Analisis Penelitian Berisi tentang pembahasan Hotel dengan penerapan penghawaan pasif yang meliputi : 8 1. Analisa kondisi dan potensi lingkungan 2. Analisa kegiatan dan sistem ruang 3. Analisa gubahan massa bangunan terhadap keadaan di sekitar tapak 4. Analisa jenis penghawaan pasif di dalam hotel. BAB V Simpulan dan Saran Meliputi kesimpulan dan rekomendasi. 9 1.7. Kerangka Berpikir. Latar Belakang - Kurang baiknya hotel yang dikhususkan untuk Turis low budget atau yang dikenal dengan Backpacker di sekitar Jalan Jaksa - Penghawaan pasif apa yang cocok untuk hotel di Jalan Jaksa . Maksud dan Tujuan - Untuk mengetahui jenis hotel apa yang akan didirikan di Jalan Jaksa - Untuk mengetahui jenis penghawaan pasif apa -Tinjauan umum -Tinjauan khusus -Survey lapangan yang sesuai untuk hotel di Jalan Jaksa Topik dan Tema Permasalahaan - Topik : Sustainable Design Architecture - Aspek Manusia - Tema - Aspek Bangunan : Penerapan penghawaan pasif pada hotel - Aspek lingkungan Analisa Permasalahan Menganalisa permasalahan, kemudian menerapkan dalam perancangan. Konsep Perancangan Skematik Desain Desain 10 p-1