Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis dalam skripsi ini. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidak seimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca panca indra). Setiap orang dapat terkena penyakit skizofrenia apabila terjadi suatu masalah atau kejadian sehingga menyebabkan stress yang terlalu berat dan selalu mengganggu pikirannya. Gangguan skizofrenia terkadang berkembang pelan-pelan dan tidak nampak dengan jelas. Biasanya seseorang yang sudah mengidap skizofrenia gejalanya adalah perasaan yang kurang hangat, minatnya makin lama makin lemah terhadap dunia lingkungannya, melamun yang berlebihan, jarang tersenyum, wajah dingin serta tidak adanya respon emosional. Akhirnya, respon-respon yang tidak selaras atau ringan saja tampil, misalnya tidak begitu peduli terhadap barang umum milik masyarakat. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang atau berputar-putar. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara 47 sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin. Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas. Gejala-gejala Positif termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran. Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan atau mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktifitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara. Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh pasien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Mereka yang mengidap skizofrenia sering berhalusinasi pendengaran dan penglihatan. Halusinasi pendengaran ini dimana orang mendengar suara-suara, musik, dan lain-lain, yang sebenarnya tidak ada. Ini merupakan yang paling sering muncul dan rata-rata lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki. Suara-suara tersebut mungkin juga menyuruh mereka melukai 48 seseorang atau melukai diri mereka sendiri. Orang-orang dengan gangguan skizofrenia mungkin bicara balik membalas suara tersebut, bahkan sebagaimana mereka berbicara kepada orang lain. Sedangkan halusinasi penglihatan biasanya seringkali berbarengan dengan halusinasi pendengaran. Pada halusinasi ini dimana orang meihat seseorang, makhluk gaib, bahkan sesuatu barang, yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi yang dialami oleh penderita biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase halusinasi terbagi empat tahap, fase pertama ini penderita mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Penderita mungkin atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Fase kedua kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, penderita berada pada tingkat ”listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas.Fase ketiga halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol penderita menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara. Kemudian Fase keempat Penderita merasa terpaku dan tidak berdaya melepas diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi penderita tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya Dalam kehidupan sekarang ini yang penuh dengan tantangan dan masalah-masalah yang timbul dari kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti memiliki masalahnya sendirisendiri, seperti: masalah pekerjaan, masalah sekolah, hingga masalah keluarga. Masalahmasalah itu dapat menimbulkan gangguan kejiwaan atau atau tepatnya mengalami strees. 49 Ciri-ciri gangguan kejiwaan manusia modern adalah dimulai dengan mengidap kecemasan, disusul merasa kesepian, kemudian mengidap kebosanan dan ujungnya adalah perilaku menyimpang. Dalam skripsi ini saya membahas tentang gejala penyakit skizofrenia yang dialami oleh tokoh utama yang bernama Chika Yasunaga dalam film Hasami Otoko. Dalam film ini diceritakan Chika mengidap penyakit skizofrenia yang dikarenakan kehilangan orang yang sangat dicintainya yaitu ayahnya, ayahnya meninggal bunuh diri dengan cara lompat dari apartemen tempat dia tinggal. Awalnya Chika adalah seorang gadis periang yang suka bermain dan bergaul layaknya gadis SMU seusianya. Ia tinggal dalam suatu kelurga kecil. Sampai pada suatu saat dimana dia sewaktu pulang sekolah harus menyaksikan suatu kejadian yang merubah hidupnya, Chika menyaksikan sendiri ayahnya bunuh diri dengan cara melompat dari apartemen dan meninggal dipangkuannya. Pada saat itu Chika menyalahkan dirinya sendiri yang berfikir ayahnya bunuh diri karena nilainya disekolah buruk dan hampir dikeluarkan dari sekolah. Setelah kejadian itu Chika masih saja menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat menjadi seperti yang paling disukai oleh ayahnya, ayahnya menyukai gadis yang pintar dan cantik. Tanpa disadari oleh Chika hal itu terus menerus mengganggu pikirannya, hal inilah yang menyebabkan Chika mengidap penyakit skizofrenia yang belum dapat menerima kematian ayahnya. Chika pun akhirnya memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen, keputusan ini malah membuat penyakit skizofrenia yang dialami oleh Chika menjadi bertambah parah karena perasaan stressnya semakin mendalam dan mulailah timbul halusinasi tentang keberadaan ayahnya. 50 Semakin Chika memikirkan tentang ayahnya, lama kelamaan Chika menjadi berhalusinai penglihatan dan melihat seolah-olah ayahnya tinggal satu apartemen dengan dirinya. Halusinasi ayahnya semakin terlihat nyata oleh Chika dan akhirnya Chika berkomunikasi dengan halusinasi ayahnya itu layaknya seorang anak yang sedang berbicara dengan ayahnya. Halusinasi penglihatan Chika juga bertambah parah yang dibuktikan dengan cara ia melihat seisi apartemennya seolah penuh dengan interior rumah, padahal sebenarnya apartemen tempat dia tinggal itu kosong tidak ada satupun perabotan rumah. Pada suatu saat Chika dan halusinasi ayahnya mengadakan pertemuan dengan seorang siswi SMU disebuah ladang pertanian, pada saat itu timbullah halusinasi penglihatan dan pendengaran yang dialami oleh Chika. Pada saat itu Chika berhalusinasi ayahnya membisikkan sesuatu dan Chika melihat halusinasi ayahnya membunuh siswi SMU itu dengan menggunakan gunting. Pada hari berikutnya Chika dan halusinasi ayahnya kembali mengadakan pertemuan dengan siswi SMU yang sedang tidak masuk sekolah. Sambil menunggu siswi SMU itu merokok dan pada saat Chika dan halusinasi ayahnya bertemu dengannya Chika langsung bertanya, sekarang kamu merokok dan siswi SMU itu membenarkan walaupun sesekali saja. Lalu halusinasi ayahnya langsung berbicara, anak sekolah belum boleh merokok dan menghampirinya untuk dibunuh kembali dengan menggunakan gunting. Kembali Chika berhalusinasi bahwa ayahnya yang membunuh siswi SMU itu, disini Chika mengalami halusinasi penglihatan dan pendengaran. Padahal sebenarnya Chikalah yang melakukan pembunuhan itu sendiri, karena merasa dendam dengan siswi SMU yang pintar dan cantik seperti yang paling disukai oleh ayahnya sudah merusak pikirannya. Karena pada saat sekolah dia tidak seperti itu. Beberapa hari 51 berikutnya Chika dan halusinasi ayahnya sedang berjalan mencari seorang siswi yang sudah menjadi target pembunuhan mereka, di tengah jalan mereka menemukan anak siswi itu dan mencari di mana tempat dia tinggal. Karena pembunuhan ini sudah meresahkan masyarakat, mulailah para polisi mengumpulkan saksi dan bukti-bukti untuk menangkap hasami otoko ini. Sampai pada suatu situasi dimana salah satu agen polisi mengetahui bahwa Chika mengalami gangguan kejiwaan dan menyadari Chikalah Hasami Otoko itu. Dalam suatu introgasi itu tejadilah suatu pertengkaran mulut antara polisi dan Chika, karena sudah kesal polisi itu tidak sengaja menembak perut Chika dan polisi itu bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri. Chika pun hilang kesadaran dan ketika sadar kembali dirinya sudah ada dirumah sakit. Disini Chika kembali bertemu dengan ibunya yang setelah sekian lama tidak bertemu, dan disini jugalah ibunya kembali memberitahukan tentang kejadian yang sebenarnya bahwa ayahnya bunuh diri karena terlilit hutang bukan dikarenakan dirinya berhenti sekolah. Ibunya mulai menceritakan dari awal kejadian sampai selesai, akhirnya Chika mulai sedikit sadar dan mencari lagi sosok ayahnya untuk menanyakan kembali benar atau tidak semua yang dikatakan ibunya itu. Sampailah Chika di suatu atap gedung, di sanalah Chika menemukan halusinasi ayahnya yang tidak lain adalah pikirannya sendiri. Pada saat itu mulailah Chika mananyakan apakah ayahnya membenci dirinya dan beberapa pertanyaan lainnya mengenai kejadian bunuh diri itu, halusinasi ayahnya menjawab bahwa tidak ada seorang ayah yang membenci putrinya sendiri. Kemudian ayahnya bilang dia bunuh diri bukan karena membencinya tapi karena terlilit hutang. 52 Mulai dari sini hidup Chika perlahan kembali normal, ini membuktikan peranan keluarga sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Dalam skripsi ini saya menganalisis adegan-adegan yang menunjukkan gejala skizofrenia pada diri Chika. Banyak sekali adegan-adegan yang menggambarkan Chika mengidap skizofrenia dan halusinasi tentang ayahnya. 53