Pertemuan Pertama PENI PUSPITASARI,M.Pd. Pertemuan 1 Pengenalan dan ruang lingkup mata kuliah Pertemuan 2. Konsep Pembelajaran: Hakikat pengajaran dan pembelajaran, mengajar, belajar Konsep strategi dan model pembelajaran: Hakikat strategi pembelajaran, Komponen strategi pembelajaran, Kriteria pemilihan strategi pembelajaran bahasa Indonesia Hakikat model pembelajaran Pertemuan 3 Perbedaan model, pendekatan, metode, strategi, dan teknik. Pendekatan dan metodologi pembelajaran bahasa indonesia Pertemuan 4 Pendekatan CTL ,pendekatan saintific , pendekatan induktif, pendekatan deduktif dan berbasis teks Pertemuan5 Mengenal dan memahami berbagai jenis model- model belajar dan Rumpun Model Mengajar Pertemuan 6 Karakteristik pembelajaran keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan kesastraan: Karakteristik,strategi, dan metode pembelajaran membaca, Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran menyimak, Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran berbicara, Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran menulis, Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran kebahasaan Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran kesastraan Pertemuan 7 Evaluasi belajar mengajar bahasa Pertemuan 8 UTS Pertemuan 9 Mengenal karakteristik peserta didik selama proses pembelajaran Pengelolaan kelas: Keterampilan preventif (penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal), dan Keterampilan represif (pengembalian kondisi belajar yang mengganggu). Pertemuan 10 Model-model ice breaking Pertemuan 11 Pemilihan, seleksi bahan, dan materi pembelajaran Pertemuan 12 Implementasi tahapan umum kegiatan pembelajaran (kegiatan awal (apersepsi), kegiatan inti, kegiatan penutup). Pertemuan 13 Model pembelajaran kooperatif dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) Pertemuan 14 Model active learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) Pertemuan 15 Model quantum learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) Pertemuan 16 UAS Pertemuan ke- Urutan kelompok Materi 4 1 Pendekatan CTL Pendekatan saintific dalam pembelajaran bahasa Indonesia 4 2 Pendekatan induktif, Pendekatan deduktif dan pendekatan berbasis teks 5 3 Jenis model- model belajar dan Rumpun Model Mengajar dan kemungkinan implementasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia 6 4 Karakteristik, strategi, dan model pembelajaran menyimak, berbicara, membaca dan menulis (kebahasaan) 6 5 Karakteristik, strategi, dan model pembelajaran menyimak, berbicara, membaca dan menulis (kesastraan 7 6 Evaluasi belajar mengajar bahasa Pertemuan ke- Urutan kelompok Materi 8 - UTS 9 7 Mengenal karakteristik peserta didik selama proses pembelajaran 9 8 Pengelolaan kelas: Keterampilan preventif (penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal), dan Keterampilan represif (pengembalian kondisi belajar yang mengganggu). 10 9 Model-model ice breaking 14 13 Model active learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) Pertemuan 15 Pertemuan ke- Urutan kelompok Materi 11 10 Pemilihan, seleksi bahan, dan materi pembelajaran bahasa Indonesia 12 11 (4 orang) Implementasi tahapan umum kegiatan pembelajaran (kegiatan awal (apersepsi), kegiatan inti, kegiatan penutup). 13 12 (4 orang) Model pembelajaran kooperatif dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) 14 13 (4 orang) 15 14 (4 orang) Model quantum learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) 16 - UAS Model active learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan) Iskandarwassid, dan Dadang S. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arends, Richard I.2008.Learning To Teach (I). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arends, Richard I.2008.Learning To Teach (II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bruce,dkk. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pertemuan Ke-dua PENI PUSPITASARI,M.Pd. belajar strategi pembelajaran mengajar bahasa Indonesia model pengajaran Menurut Slamet (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Menurut T. Raka Joni (1981) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer. Usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan peserta didik agar tujuan dapat tercapai secara optimal, bukan hanya usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,2011). Menurut Gagne, mengajar merupakan usaha membuat siswa belajar. Menurut T Raka Joni, mengajar merupakan upaya menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar Pengajaran mempunyai arti cara mengajar (Purwadinata, 1967:22) Tardif (1987) memberi arti pengajaran secara terperinci, pengajaran adalah sebuah proses pendidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com) Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20) Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Komponen Pembelajaran Tujuan pengajara n Pengajar Peserta didik Materi pelajaran Metode dan media pembelajar an Faktor administrasi dan finansial Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Strategi merupakan taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses belajar bahasa, sehingga peserta didik dapat lebih leluasa dalam berpikir dan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya secara lebih mendalam dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Strategi pembelajaran bahasa Indonesia: rencana pengajaran bahasa Indonesia yang dilakukan secara cermat dan terukur. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Berdasarkan penekanan komponen dalam program pengajaran 1. 2. 3. Berpusat pada pengajar (teknik ceramah, team teaching, sumbang saran, demonstrasi, antardisiplin). Berpusat pada peserta didik (inkuiri, satuan pengajaran, advokasi, diskusi, kerja kelompok, penemuan, eksperimen, kerja lapangan, sosiodrama, nondirektif, penyajian kasus). Berpusat pada materi (tutorial, modular, pengajaran terpadu, kasuistik, kerja lapangan, eksperimen, demontrasi) Berdasarkan kegiatan pengolahan materi 1. 2. Ekspositoris: uraian tertulis/verbal (ceramah, diskusi, interaksi massa, antardisiplin, simulasi, demonstrasi, team teaching). Heuristik: pengaktifan peserta didik dengan mencari sendiri data (inkuiri, problem solving, eksperimen, penemuan, nondirektif, penyajian secara kasus, teknik penyajian lapangan) Berdasarkan cara penyampaian materi 1.Deduksi: umumkhusus (teknik ceramah) 2.Induksi : khususumum (teknik discovery, satuan pengajaran, kasus, nondirektif). Berdasarkan cara memperoleh penemuan 1. Ekspositoris : penguraian verbal/nonverbal. 2. Discovery: penemuan konsep oleh peserta didik 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi perubahan anak didik yang diharapkan. Memilih pendekatan pembelajaran. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, teknik pembelajaran yang tepat dan efisien. Menetapkan norma-norma dan batas keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan (evaluasi) secara keseluruhan. Pertemuan Ke-tiga PENI PUSPITASARI,M.Pd. Model Rangkaian pendekatan, strategi, metode, dan teknik/taktik Pendekatan Pandangan, filsafat, hakikat teoretis bahasa (pembelajaran bahasa) Strategi Konsep/ rencana pembelajaran secara utuh Metode Prosedur dalam pembelajaran/ kerangka proses pembelajaran Teknik/taktik Cara khas yang operasional/ tindakan Semi (1993) pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut. 1. Pendekatan formal/tradisional 2. Pendekatan fungsional 3. Pendekatan integral 4. Pendekatan sosiolinguistik 5. Pendekatan psikologi 6. Pendekatan behaviouristik 7. Pendekatan pengelolaan kelas 8. Pendekatan komunikatif 1. 2. 3. 4. Pendekatan pembelajaran bahasa masyarakat Pendekatan respons fisik total Pendekatan alamiah Pendekatan alam Bahasa sebagai suatu kegiatan rutin yang konvensional. Prosedur pembelajaran berdasarkan pengalaman pengajar dan yang dianggap baik oleh umum. Metode 1. 2. yang dipakai: Metode terjemahan tata bahasa Metode membaca Menyarankan apabila mempelajari bahasa sebaiknya kontak langsung dengan masyarakat pengguna bahasa Metode yang dipakai: 1. Metode langsung: tanpa terjemahan 2. Metode pembatasan: unsur bahasa yang penting 3. Metode intensif: pengulangan ucapan 4. Metode audio-visual: media audiovisual 5. Metode linguistik: tahapan linguistik peserta didik Pengajaran bahasa harus merupakan sesuatu yang multi dimensional, memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain. Metodologi yang digunakan terbuka. Studi tentang hubungan gejala masyarakat dengan gejala bahasa. Pengajaran harus diarahkan pada penguasaan kompetensi komunikatif oleh peserta didik. Menemukan fungsi-fungsi bahasa berdasarkan tujuan. Melakukan analisis linguistik untuk menemukan bentuk linguistik dalam kegiatan komunikasi. Pengajaran bahasa diarahkan pada dinamika bahasa dalam masyarakat. Menelaah peserta didik dari aspek psikologi. Asumsi-asumsi psikologis: 1. Teori behaviourisme: segala sesuatu yang dilakukan seseorang merupakan respons terhadap stimulus dari luar dirinya. - Pengajar arus memberikan stimulus. 2. Teori Gestalt: setiap individu mempunyai kajian mendalam. - Pengajaran harus komprehensif. 3. Teori Kognitif: segala aktivitas manusia yang dilakukan dengan sadar bersumber pada otak. - Pengajaran berpusat pada kecerdasan siswa. Berpusat pada pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Program belajar harus disusun dengan baik sesuai tahapan perkembangan anak. Pendekatan behaviouristik dapat dikendalikan dari luar, yaitu dengan stimulusrespons. Belajar bahasa tergantung pada frekuensi atau latihan. Teknik utama adalah peniruan (drill). 1. 2. 3. 4. 5. Pendekatan otoriter: otoritas pengajar untuk menciptakan kondisi kelas yang baik. Pendekatan permisif: pengajar memberikan kebebasan peserta didik untuk melakukan sesuatu. Pendekatan pengubahan perilaku: semua perilaku peserta didik adalah hasil belajar. Pendekatan iklim sosio-emosional: pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang baik antara pengajar dengan peserta didik, dan antara sesama peserta didik. Pendekatan proses kelompok: pentingnya ciri kelompok yang sehat dan mendukung pembelajaran. Acuan pijakannya kebutuhan peserta didik dan fungsi bahasa. Tujuan belajar bahasa membimbing peserta didik agar mampu berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Silabus pembelajaran harus ditata sesuai fungsi pemakaian bahasa. Peranan tata bahasa dalam pembelajaran tetap diakui. Tujuan utama adalah komunikasi. Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik dalam berkomunikasi diperluas. Kegiatan belajar harus didasarkan pada teknik-teknik kreatif peserta sendiri, peserta didik dibagi dalam kelompok kecil. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Metode terjemahan tata bahasa Metode membaca Metode audio-lingual Metode reseptif dan produktif Metode langsung Metode komunikatif Metode integratif 8. Metode tematik 9. Metode kuantum 10. Metode konstruktivistik 11. Metode partisipatori 12. Metode kontekstual 13. Metode pembelajaran bahasa komunitas 14. Metode respons fisik total 15. Metode cara diam 16. Metode sugestopedia Penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tata bahasa. Penekanan pada membaca, menulis, terjemahan. Sedangkan berbicara dan menyimak diabaikan. Seleksi kosa kata berdasarkan teks bacaan yang dipakai. Unit yang mendasar adalah kalimat. Bahasa daerah sebagai pengantar. Bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan memahami teks bacaan. Mengutamakan pengulangan. Pembelajaran bahasa berfokus pada lafal kata, pelatihan pola-pola kalimat. Menitik beratkan aspek linguistik melalui analisis kesalahan pengucapan. Metode reseptif mengarah pada proses penerimaan isi bacaan, baik yang tersurat maupun tersirat. Isi bacaan harus diserap dengan baik oleh peserta didik. Penggunaan bahasa di masyarakat seperti penutur asli. Peserta didik diberi latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung. Menekankan pada proses pembelajaran. Menitikberatkan pada terjadinya komunikasi selama proses belajar berlangsung. Menyatukan beberapa bidang studi. Misal: mengintegrasikan berbicara dengan menulis. Semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Tema yang telah ditentukan diolah dengan perkembangan lingkungan peserta didik yang terjadi saat itu. Metode tematik sering digunakan pada pengajaran berbicara dan menulis dengan mengangkat tema budaya yang relevan dengan usia peserta didik. Mengutamakan percepatan belajar dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Menekankan pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya inkuiri, dan ketrampilan metakognitif. Peserta didik diberi tugas yang kompleks, sulit, namun realistis. Menekankan keterlibatan atau keikutsertaan peserta didik secara penuh. Peserta didik adalah subjek belajar. Pengajar hanya fasilitator. Penilaian utama diberikan pada partisipasi peserta didik. Konsepsi pembelajaran yang membantu pengajar menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, serta pembelajaran yang memotivasi peserta didik agar menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari. Tujuh elemen penting: inkuiri, pertanyaan, konstruktivistik, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refleksi. Pengajar cenderung pasif karena kedudukannya sebagai pembimbing saja. Peserta didik belajar berkelompok dengan posisi melingkar. Prinsip proses pembelajarannya adalah membina hubungan antara pembelajar dengan pengajar. Pengajar berperan sebagai pengarah semua tingkah laku peserta didik. Fase sebagai berikut. 1. Pengajar memberi perintah kepada peserta didik kemudian memperagakan bersamasama. 2. Peserta didik mendemonstrasikan perintah tanpa pembelajar. 3. Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah. 4. Peserta didik belajar memberikan perintah. Pembelajar membekali diri dengan kemandirian. Pengajar tidak banyak berbicara (diam). Teknik yang paling tepat adalah relaksasi. Pengajar menekan perasaan negatif peserta didik. Contoh: Pembelajaran menulis puisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Teknik penyajian diskusi Teknik penyajian kerja kelompok Teknik penyajian penemuan Teknik penyajian simulasi Teknik penyajian unit teaching Teknik penyajian sumbang saran Teknik penyajian inkuiri Teknik penyajian eksperimen Teknik penyajian demonstrasi Teknik penyajian karya wisata Teknik penyajian kerja lapangan Teknik penyajian secara kasus Teknik penyajian sistem regu (team teaching) Teknik penyajian drill Teknik penyajian ceramah Pertemuan Ke-empat PENI PUSPITASARI,M.Pd. Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks). Depdiknas (2003): Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. CTl memungkinkan siswa menghubungkan mata pelajaran akademis dengan konteks keidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna baru (Johnson dalam Rusman,2002) Kontruktivisme (contructivism) Bertanya (questioning) Menemukan (inquiry) Masyarakat belajar (learning community) Pemodelan (modeling) Refleksi Penelitian sebenarnya (authentic assessment) (1) Melakukan hubungan yang bermakna. (2) Mengerjakan pekerjaan yang berarti. (3) Mengatur cara belajar sendiri. (4) Bekerja sama. (5) Berpikir kritis dan kreatif. (6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa. (7) Mencapai standar yang tinggi. (8) Menggunakan penilaian sebenarnya. Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) PEMBELAJARAN MEMBACA Guru dapat menciptakan masyarakat belajar di kelas. Masyarakat belajar berfungsi sebagai wadah bertukar pikiran, bertukar informasi, tanya jawab tentang berbagai permasalahan belajar yang dihadapi, dan pada akhirnya dicari solusi tentang permasalahan tersebut. Guru seharusnya menjadi model yang mendemonstrasikan teknik membaca yang baik di kelas. Guru juga harus memonitor pemahaman siswa. Memonitor pemahaman penting untuk mencapai sukses membaca. Salah satu hal yang terkait dalam proses memonitor ini adalah kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan guru. Guru harus seimbang baik posisinya sebagai pendamping siswa maupun pengembang keterampilan siswa dalam pemahaman bacaan PEMBELAJARAN BERBICARA Pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik belajar dalam konteks interaksi kelompok (cooperating). Guru membuat suatu kelompok belajara (learning community). Dalam komunitas tersebut siswa berusaha untuk mengutarakan pikirannya, berdiskusi dengan teman. Konsep dasar dalam teknik ini adalah menyatukan pengalaman-pengalamn dari masing-masing individu. Teknik ini memacu siswa untuk berkomentar, mengungkapkan gagasannya dalam komunitas belajar. Tahap pertama, siswa diberikan peluang untuk berbicara. Apabila terdapat kesalahan penggunaan bahasa, guru dapat memberikan pembenaran selanjutnya. Menumbuhkan keterampilan berbicara, dimulai dengan menumbuhkan kepercayaan diri pada diri siswa. PEMBELAJARAN MENYIMAK Teknik-teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa pada keterampilan mendengarkan dapat menggunakan teknik observasi. Observasi dilakukan guru dengan melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan menyimak siswa. Proses perekaman dapat dilakukan guru menggunakan buku atau lembar observasi untuk siswa. Rekaman observasi ini berisi perilaku siswa saat pembelajaran menyimak berlangsung dan pembelajaran keterampilan yang lain. Teknik kedua adalah dengan portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa dalam satu periode waktu tertentu, misalnya satu semester yang menggambarkan perkembangan siswa dalam keterampilan menyimak. Data yang didapat dari portofolio digunakan untuk mengetahui perkembangan belajar menyimak siswa. Teknik ketiga adalah jurnal dalam mendengarkan. Jurnal digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipahami, perasaan siswa terhadap pembelajaran menyimak, kesulitan yang dialami atau keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang dipelajari. Jurnal dapat berupa diary, atau catatan siswa yang lain. PEMBELAJARAN MENULIS Komponen CTL berwujud refleksi adalah berusaha untuk menghubungkan apa yang telah dipelajari dengan realitas sehari-hari siswa. Instrumen yang diberikan guru dapat berupa pemberian tugas menuliskan kegiatan sehari-hari dalam sebuah diary yang pada nantinya dapat dijadikan sebuah dokumen portofolio. Isi diary adalah tentang apa yang dipelajari hari itu, permasalahan apa yang dihadapi, serta proses pencarian jawaban tentang permasalahan tersebut. Setelah siswa menulis diary dalam periode tertentu, guru dapat melakukan penilaian tentang tulisan siswa tersebut dan pada akhirnya ditentukan keputusan siswa tersebut telah dapat memenuhi kompetensi atau belum. Seorang guru yang memiliki kompetensi memadai seharusnya dapat melakukan penilaian secara autentik tentang kegiatan menulis siswanya. Penilaian yang sebenarnya adalah penilaian berbasis siswa. Penilaian guru tentang kegiatan menulis siswa harus sesuai dengan kompetensi siswa yang sesungguhnya. Guru harus membuat rubrik penilaian yang dapat mencakup semua aspek yang akan dinilai. Sebelum membuat rubrik, guru harus dapat membuat instrumen yang mudah dimengerti oleh siswa, dan instrumen yang dapat membuat siswa berpikir kritis dan kreatif. Instrumen menulis yang dibuat guru harus dapat memfasilitasi siwa untuk menulis kreatif. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dirancang secara prosedural sesuai dengan langkah-langkah umum kegiatan ilmiah. Pendekatan saintific merupakan pendekatan yang digunakan dalam kurikukum 2013. mengamati menanya mencoba mengolah menyajikan menyimpulkan mencipta Kemendikbud (2013) Kompetensi Inti 1. 2. 3. 4. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan ssosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusaiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah kailmuan 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks dan negosiasi. 2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik. 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil onservasi, prosedur kompleks, eksposisi dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan. 4.1 Menginterpretasi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, eksposisi, dan negosiasi, baik secara lisan maupun tulisan. Networking Questioning Observing Teks Anekdot Bagaimana isinya? (Strutkur, kaidah, interpretasi teks Associating Mencari bentuk teks (humor, sindiran dll.) Experimenti ng Membuat anekdot Menggunaka n multimodal di TV, internet dalam pembelajara n menulis anekdot Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005) Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan. Kompetensi Dasar: 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, eksposisi dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan. Langkah-langkah pembelajaran: (1) Penyampaian definisi teks anekdot oleh guru (2) Pemberian contoh teks anekdot oleh guru (3) Pemberian tugas menulis teks anekdot Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati. Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan Kompetensi Dasar: 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, eksposisi dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan. Langkah-langkah pembelajaran: (1) Pemberian contoh teks anekdot oleh guru (2) Penyampaian definisi teks anekdot oleh guru (3) Pemberian tugas menulis teks anekdot Pembelajaran bahasa berbasis teks kerap pula disebut sebagai pembelajaran bahasa berbasis genre. Genre merupakan sebuah proses interaksi sosial dan budaya yang melatarbelakangi terciptanya teks dengan berbagai jenis yang berbeda. Proses sosial ini berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai secara bertahap. Dengan berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai sarana yang mengembangkan kemampuan berpikir. Teks, yang merupakan satuan bahasa mengandung makna, pikiran, dan gagasan yang lengkap secara kontekstual, tidak selalu berwujud bahasa tulis. Teks ini dapat berwujud baik tulis maupun lisan, bahkan teks dapat berwujud perpaduan antara teks lisan atau tulis dan gambar/animasi/film. Secara konkret, teks merupakan sebuah objek, tetapi secara abstrak, teks merupakan satuan bahasa di dalam wilayah bahasa sebagai sistem, serta mempunyai tata organisasi yang kohesif. Bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan. Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna. Bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa tidak pernah bisa dilepaskan dari konteks, karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya. Bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia, dan cara berpikir itu direalisasikan melalui struktur teks. Tahap pembangunan konteks: situasi dan budaya. Tahap pemodelan teks. Tahap pembangunan teks secara bersamasama. Tahap pembangunan teks secara mandiri. Keempat tahap itu berlangsung secara siklus. Pertemuan ke-lima PENI PUSPITASARI,M.Pd. 1. 2. 3. 4. Model Model Model Model interaksi sosial pemrosesan informasi personal modifikasi tingkah laku Model ini didasari oleh teori Gestalt yang menyatakan pokok pandangan bahwa makna objek/peristiwa terletak pada keseluruhan bentuk. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh, bukan bagian-bagian. Menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat. No Model Tujuan a. Penentuan kelompok Perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial. b. Inkuiri sosial Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial dan penalaran logis c. Metode laboratori (penelitian) Perkembangan ketrampilan antar pribadi dan kelompok d. Jurisprudential Dirancang utama untuk mengajarkan kerangka acuan jurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu sosial e. Bermain peran Dirancang untuk memengaruhi siswa agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial. f. Simulasi sosial Dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan. - Berdasarkan teori belajar kognitif Piaget dan berorientasi pada kemampuan siswa memperoleh informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai topik yang telah direncanakan. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa. Melaksanakan penilaian proses dan hasil. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya. No Model Tujuan a. Model berpikir induktif Dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik/pembentukan teori. b. Model latihan inkuiri Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial dan penalaran logis c. Inkuiri ilmiah Dirancang untuk mengajar sistem penelitian dari suatu disiplin dan diharapkan memiliki efek dalam kawasankawasan lain. d. Penemuan konsep Dirancang terutama untuk mengembangkan penalaran induktif dan untuk perkembangan dan analisis konsep e. Pertumbuhan kognitif Dirancang untuk memengaruhi siswa agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial. f. Model penata lanjutan Dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan g. Memori Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Bertolak dari teori humanistik yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utama pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. No Model Tujuan a. Pengajaran non-direktif Penekanan pada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri. b. Latihan kesadaran Meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. c. Sinektik Perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif. d. Sistemsistem konseptual Dirancang untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi. e. Pertemuan kelas Perkembangan pemahaman diri dan tanggungjawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial. Bertolak pada teori belajar behaviouristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara manipulasi penguatan. Menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah pemberian tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. No Model Tujuan a. Manajemen kontingensi Fakta-fakta, konsep, keterampilan b. Kontrol diri Perilaku/keterampilan sosial c. Relaksasi/san Tujuan-tujuan pribadi (mengurangi ketegangan tai dan kecemasan) d. Pengurangan ketegangan Mengalikan kesantaian kepada kecemasan dalam situasi sosial e. Latihan asertif dan desentisasi Ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial f. Latihan langsung Pola-pola perilaku, keterampilan Pertemuan ke-enam PENI PUSPITASARI,M.Pd. Pembelajaran Menyimak Keterampilan mempersepsi 1. Membedakan bunyi bahasa 2. Mengenali kata Keterampilan menganalisis Keterampilan menyintesis 1. Mengidentifikasi satuan gramatikal 2. Mengidentifikasi satuan pragmatis 1. Menghubungka n penanda bahasa dengan penanda lainnya 2. Memanfaatkan latar belakang pengetahuan (1) simak-ulang ucap (2) simak-tulis (dikte) (3) simak-kerjakan (4) simak-terka (5) memperluas kalimat (6) menyelesaikan cerita (7) membuat rangkuman (8) menemukan benda (9) bisik berantai (10) melanjutkan cerita (11) parafrase (12) kata kunci Guntur Tarigan (1981:15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Suhendar (1992: 118-131) mengemukakan bahwa bila kita akan menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan. Keenam tersebut sebagai berikut: 1) lafal, 2) struktur, 3) kosakata, 4) kefasihan, 5) isi pembicaraan, 6) pemahaman (1) ulang-ucap (2) lihat-ucapkan (3) memerikan (4) menjawab pertanyaan (5) bertanya (6) pertanyaan menggali (7) melanjutkan (8) menceritakan kembali (9) percakapan (10) parafrase (11) reka cerita gambar (12) bermain peran (13) wawancara (14) memperlihatkan dan bercerita Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan) (2) tahap inkubasi (3) tahap iluminasi (4) tahap verifikasi/evaluasi (1) membaca survei (2) membaca sekilas (3) membaca dangkal (4) membaca nyaring (5) membaca dalam hati (6) membaca kritis (7) membaca teliti (8) membaca pemahaman Teknik secara umum: 1. SQ3R atau metode telaah tugas merupakan salah satu metode pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tingkat lanjut. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari question, Rl adalah read, R2 adalah recite dan R3 adalah review. Atau dalam bahasa Indonesia, SQ3R adalah singkatan dari survei, tanya, baca, katakan, dan ulang. 2. Membaca Cepat adalah membaca segala sesuatu secara cepat dengan teliti dengan maksud untuk menemukan informasi khusus, informasi tertentu yang dia inginkan dari bahan bacaan. 3. Scramble merupakan metode pembelajaran membaca yang menghendaki siswa untuk melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah diacak susunannya dengan cara belajar sambil bermain. Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan. 4. Isian Rumpang adalah metode pembelajaran membaca berupa penyajian suatu wacana yang secara sengaja dirumpangkan. Perumpangan itu dilakukan dengan cara melesapkan kata-kata tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan guru mengenai tingkat kebutuhan yang perlu dilatihkan kepada siswa. (1) menyalin kalimat (2) membuat kalimat (3) meniru model (4) menulis cerita dengan gambar berseri (5) menulis catatan harian (6) menulis berdasarkan foto (7) meringkas (8) parafrase (9) melengkapi kalimat (10) menyusun kalimat (11) mengembangkan kata kunci Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menyiapkan alat dan bahan ajar: 1. Pemeriksaan bahan ajar 2. Persiapan lingkungan 3. Persiapan peserta didik 4. Penyajian bahan pengajaran Alat untuk menyampaikan pengalaman yang tidak dapat diperoleh dari sekolah (film, Tv, rekaman, dst) Alat yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala (program atau model demonstrasi) Alat dramatisasi (film inspiratif) Alat automatisasi (multimedia interaktif) 1. 2. 3. 4. Materi sesuai kurikulum Materi sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan peserta didik Materi hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan Materi mencakup hal yang faktual dan konseptual Mengidentifikasi nama unit atau topik yang akan diajarkan Mengidentifikasi generalisasi dari konsep yang dipakai dalam tiap unit Mengidentifikasi konsep-konsep dan sub konsep yang meliputi generalisasi Menyusun generalisasi dan konsep berdasarkan urutan logis Mengembangkan kerangka rencana untuk setiap unit pelajaran Valid/tepat Bermanfaat Menarik Berada didik dalam batas kemampuan peserta Evaluasi dapat diartikan secara luas yakni proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan (Purwanto,1992) Evaluasi dapat dilakukan baik dengan test maupun non-test. Didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Dibedakan antara penilaian dan penskoran. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi yakni orientasi kelompok dan orientasi pribadi. Kegiatan penilaian merupakan bagian integral dengan proses belajar-mengajar. Penilaian harus komparabel (adil). Sistem penilaian jelas bagi peserta didik dan pengajar. Pertemuan Ke-10 PENI PUSPITASARI,M.Pd. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Keterampilan membuka pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan memberi penguatan Keterampilan mengadakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan mengelola kelas Keterampilan pembelajaran perseorangan Keterampilan menutup pembelajaran 1. Keterampilan Preventif Adalah keterampilan yang berkaitan dengan menciptakan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. a. b. c. d. e. f. Sikap tanggap Memberikan perhatian Memusatkan perhatian kelompok Memberikan petunjuk yang jelas Menegur perilaku siswa yang menyimpang Memberikan penguatan Adalah keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. a. b. c. Modifikasi tingkah laku Guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Pertemuan 12 PENI PUSPITASARI,M.Pd. APERSEPSI KEGIATAN INTI KEGIATAN AKHIR A. Apersepsi Depdiknas (2003) menyatakan bahwa apersepsi meliputi: (1) Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik. (2) Motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik. (3) Peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui halhal yang baru. Depdiknas (2003) mengemukakan tiga bentuk kegiatan ini yaitu: 1. Kegiatan eksplorasi Merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. (a) Memperkenalkan materi/keterampilan baru. (b) Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik. (c) Mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut. 2. Konsolidasi Merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru. (a) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru. (b) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah. (c) Meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan. (d) Mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. 3. Pembentukan sikap dan perilaku Merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku. (a) Peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. b) Peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari. (c) Mencari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik. Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut. (a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik. (b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru. (c) Cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat-enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 1. 2. 3. 4. Pembelajaran secara tim. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Kemauan untuk bekerja sama. Keterampilan bekerja sama. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Menyajikan informasi. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Evaluasi. Memberikan penghargaan. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Model student teams achievements division (STAD) Model Jigsaw Model investigasi kelompok Model make a match (pasangan) Model team games tournaments (TGT) Model struktural Langkah-langkah: a. Penyampaian tujuan dan motivasi. b. Pembagian kelompok. c. Presentasi dari guru. d. Kegiatan belajar dalam tim. e. Kuis (evaluasi). f. Penghargaan Prestasi tim. Langkah-langkah: a. Siswa dikelompokkan dengan anggota +/- 4 orang. b. Tiap orang diberi materi dan tugas yang berbeda. c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli). d. Setelah kelompok berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai. e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. f. Pembahasan. g. Penutup. Langkah-langkah: a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri +/- 5 siswa. b. Memberi pertanyaan terbuka yang bersifat analitis. c. Mengajak siswa berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati. Langkah-langkah: a.Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa jawaban). b. Setiap siswa mendapatkan satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. d. Siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi poin. e. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, dst. f. Simpulan. Langkah-langkah: a. Siswa bekerja dalam kelompok kecil b. Games tournament c. Penghargaan kelompok Pertemuan 14 PENI PUSPITASARI,M.Pd. Active learning berdasarkan pendekatan student center oriented (pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam active learning, belajar harus melibatkan seluruh potensi siswa yang meliputi potensi gerakan fisik, potensi panca indera, dan potensi kemampuan intelektual. Pembelajaran tidak boleh berlangsung satu arah, melainkan interaktif antara guru dengan siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah cooperatif learning dan problem based learning. Pembelajaran berorientasi active learning adalah pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara penuh mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, sampai evaluasi pembelajaran. 1. Keterlibatan siswa dalam proses perencanaan, meliputi: a.Perumusan tujuan pembelajaran. b.Penyusunan rancangan pembelajaran. c.Memilih dan menentukan sumber belajar. d.Menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan. 2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, meliputi: a. Kegiatan fisik, mental, intelektual. b. Kegiatan eksperimental. c. Keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. d. Keterlibatan siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang ada. e. Adanya interaksi multiarah. 3. Keterlibatan siswa dalam proses evaluasi pembelajaran, meliputi: a. Mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan. b. Melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakan, baik secara terstruktur maupun tugas mandiri yang diberikan guru. c. Menyusun laporan hasil belajar baik secara tulis maupun lisan. Kemampuan guru. Sarana dan prasarana belajar. Lingkungan belajar. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Menyajikan informasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok Membimbing kelompok bekerja dan belajar Evaluasi Memberikan penghargaan Peserta didik lebih termotivasi Mempunyai lingkungan yang aman Partisipasi seluruh kelompok belajar Setiap orang bertanggungjawab dalam kegiatan belajarnya sendiri Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya Reseptif meningkat Pendapat induktif distimulasi Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan Memberikan kesempatan untuk mengambil resiko Keterbatasan waktu Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan Ukuran kelas yang besar Keterbatasan materi, peralatan, dan sumber daya Risiko penerapan active learning • Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya Quantum learning •E=mc² E= energi yang terdiri dari antusiasme, efektivitas belajar mengajar serta semangat dari guru maupun peserta didik m= massa yang terdiri dari individuindividu yang terlibat, situasi pembelajaran, materi serta fisik c= interaksi, dalam hal ini interaksi merupakan hubungan antara guru dengan peserta didik maupun hubungan antar peserta didik Sendiri Quantum learning Menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya. Langkah- langkah dalam penerapan metode pembelajaran kuantum diurutkan menjadi : (1) Pengkondisian awal (2) Penyusunan rancangan pembelajaran (3) Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum: (a) Penumbuhan minat (b) Pemberian pengalaman umum (c) Penamaan atau penyajian materi (d) Demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa (e) Pengulangan yang dilakukan oleh siswa (f) perayaan atas usaha siswa. (4) Evaluasi