1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data

advertisement
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data
Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode
yaitu:
• Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet
• Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan
wawancara langsung dengan narasumber
2.2
Data Umum
2.2.1
Hasil Data Wawancara
Gambar 2.1 Kak Awam Prakoso
Wawancara dilakukan di rumah sekaligus sanggar Kak Awam Prakoso di
daerah Ciputat, Tangerang. Dalam wawancara tersebut, Penulis mendapat banyak
penjelasan mengenai dongeng yang kemudian dispesifikkan menjadi fabel. Penulis
juga mendapat banyak saran untuk keberhasilan tugas akhir Penulis.
3
4
Hasil wawancara dengan Kak Awam Prakoso :
Apa yang dimaksud dengan dongeng dan apa yang membedakan dongeng
dengan fabel?
Cerita adalah suatu rangkaian peristiwa yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis dimana cerita tersebut dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cerita nyata (non fiksi)
Contohnya : biografi, sejarah, kisah-kisah para nabi, testimoni
2. Cerita tidak nyata (fiksi)
Contohnya : dongeng
Dongeng adalah hasil rekayasa imajinasi seseorang yang ceritanya sederhana,
mengandung pesan baik dan ceritanya tidak benar-benar terjadi. Dongeng sendiri
terbagi menjadi banyak bagian, seperti : fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita
petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri,
roh halus) dan ephos (cerita besar mahabharata, ramayana, saur sepuh, tutur tinular).
Jadi, fabel merupakan bagian dari dongeng itu sendiri hanya saja lebih
menekankan kepada binatang.
Bagaimana dengan perkembangan fabel anak dari waktu ke waktu?
Dongeng yang ada di Indonesia sudah disampaikan secara turun menurun dari
generasi ke generasi. Kenapa? Karena itu sudah terjadi sekian ratus tahun sama
seperti legenda. Dunia dongeng sudah memasyarakat sejak dulu tetapi karena dunia
komunikasi tidak secanggih sekarang sehingga tidak terlihat. Banyak masyarakat
juga yang mengklaim dongeng semakin tenggelam, tetapi sekarang sudah banyak
pendongeng hampir di semua kota. Dan di Kampung Dongeng ini sendiri dalam 3
bulan kami meluluskan minimal 30 pendongeng dari berbagai provinsi di Indonesia.
Jadi, perkembangan fabel di Indonesia dari waktu ke waktu cukup baik
apalagi dunia komunikasi juga semakin mendukung seperti misalkan adanya
blackberry, facebook dan lain sebagainya sehingga memudahkan kita untuk
menemukan pendongeng. Lain halnya dengan mendongeng di dunia orang tua, tentu
saja masih sangat kurang. Orang tua masih merasa sangat sibuk untuk bercerita pada
5
anaknya. Itu juga yang membuat kami terus berupaya membuat suatu gerakan
masyarakat gemar mendongeng.
Mengapa dongeng khususnya fabel penting bagi anak?
Dongeng merupakan salah satu media komunikasi persuasif. Artinya
bagaimana anak menerima pesan yang disampaikan dalam cerita secara damai, tidak
terpaksa, tidak digurui. Dongeng juga sifatnya menghibur, memberikan pesan tetapi
dengan kesenangan. Media komunikasi persuasif merupakan media yang paling
efektif karena dengan mudah dapat tertanam di memori anak sehingga sampai
bertahun - tahun ke depan memori tersebut tetap terngiang-ngiang dengan pesan
yang disampaikan.
Jika difokuskan ke manfaat dari fabel sendiri adalah fabel menjadi begitu
penting bagi anak karena dapat melatih imajinasi anak, meningkatkan pengetahuan
anak akan moral, mengembangkan emosi anak, sarana membangun karakter anak
dan lain sebagainya.
Menurut Kak Awam mengapa budaya mendongeng di dunia orang tua
semakin hilang?
Alasannya banyak sekali. Saya sering melakukan seminar di berbagai wilayah
Indonesia. Alasan mereka yang pertama adalah sibuk. Kesibukan sebetulnya bukan
menjadi persoalan, yang menjadi persoalan justru adalah cara. Dongeng sebetulnya
bisa dilakukan tanpa terbatas pada ruang dan waktu. Contohnya adalah sewaktu saya
sedang pergi ke luar kota dan makan ikan gurame di sebuah restoran, saya
menelepon anak saya yang paling kecil. Melalui telepon, saya menceritakaan tentang
si ikan gurame tersebut. Orang tua kadang-kadang lebih baik bercerita kepada
tetangga dan teman-temannya tentang belanjaannya daripada bercerita kepada
anaknya.
Yang kedua orang tua mengatakan mereka tidak bisa mendongeng. Alasan ini
kemudian saya patahkan dengan satu kalimat setiap insan manusia secara naluri
senang bercerita.
6
Ada juga yang mengatakan tidak mempunyai referensi cerita. Orang tua
beranggapan bahwa bercerita harus mempunyai referensi cerita. Padahal tidak.
Semua hal yang disekeliling kita yang kita temui bisa dijadikan referensi.
Selanjutnya adalah mereka merasa tidak percaya diri. Kalau malu dalam
mendidik anak, itu saya rasa berarti orang tua tidak mempunyai kesungguhan dalam
pengasuhan terhadap anak-anaknya. Kenapa? Karena untuk mengasuh anak itu perlu
dengan keceriaan. Orang tua harus masuk ke dalam dunia anak. Tidak bisa anak
dipaksa masuk ke dalam dunia orang dewasa. Karena anak itu bukan orang dewasa
yang miniatur.
Bagimana cara paling efektif untuk menarik minat anak-anak untuk
mendengarkan dongeng fabel?
Di dalam teknik mendongeng, seorang pendongeng harus belajar untuk
mencari perhatian anak-anak. Anak-anak akan sulit dikondisikan mendengarkan
sebuah cerita kalau kita tidak mencari perhatian mereka terlebih dahulu. Setelah itu
baru menciptakan kondisi akrab, seperti menciptakan pertanyaa-pertanyaan Siapa
yang ingin jadi orang hebat? Siapa yang ingin jadi orang pintar? Siapa yang ingin
jadi orang utan? Nah, seperti itu nanti anak-anak akan tertawa. Setelah proses
mengakrabkan berhasil, baru kemudian bercerita. Karena kalau anak sudah gembira,
mau disampaikan pesan apa pun pasti akan masuk.
Bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik terutama bagi orang tua
untuk anaknya?
Pertama kita pilih naskah yang benar-benar sederhana tetapi bobot muatan
pesannya kuat.
Kedua mengenal karakter anak sendiri apakah mereka audiovisual atu
audiotori atau kinestetik atau anak spesial atau anak berkebutuhan khusus. Misalkan
mempunyai anak audiovisual, orang tua harus menyiapkan alat peraga dan lain
sebagainya.
7
Hewan apa yang paling diminati dalam dongeng fabel oleh anak saat ini?
Binatang-binatang yang ada di hutan, contohnya harimau, serigala.
Sebetulnya bukan masalah hewannya. Tapi lebih ke arah konfliknya. Yang saya
pelajari anak-anak menyukai semua hewan tetapi konflik yang ada dalam sebuah
cerita itu yang selalu ditunggu-tunggu
Menurut Kak Awam, bagaimana ketersediaan buku fabel di toko buku saat
ini, apakah semakin banyak atau justru semakin berkurang?
Ketersediaan buku fabel sekarang semakin banyak dan juga semakin ngawur.
Banyak anak-anak muda yang pintar nulis dongeng tetapi sulit masuk ke penerbit.
Justru penerbit dengan mudahnya menerbitkan buku-buku dengan cerita yang sama
secara terus menerus. Jadi menurut saya belum banyak buku fabel yang benar-benar
membangun karakter anak. Seharusnya penerbit menerbitkan buku fabel dengan
cerita-cerita baru bukan cerita yang sudah ada diterbitkan lagi berulang-ulang.
Ada saran untuk kesuksesan tugas akhir saya?
Ya, saat ini fabel luar lebih diminati daripada fabel dengan konten lokal. Saya
juga bingung fabel konten lokal apa yang bisa diangkat. Kalau mau fabel Kak Awam
saja. Ha ha ha ha. Itu belum ada visualnya loh. Kamu jangan mengangkat fabel
dengan hewan kancil. Menurut saya dongeng kancil itu tidak mendidik karena kancil
itu licik dan tidak cocok untuk pembentukan karakter anak. Kamu bisa lihat sekarang
banyak koruptor saat ini karena dulu asupan kita dunia kancil. Ini juga sudah diteliti
oleh pakar-pakar bahwa fabel kancil itu tidak mendidik karena menyesatkan semua.
2.2.2
Hasil Data Riset dan Survey
Survey ini bertujuan untuk memperkuat argumen Penulis mengenai semakin
redupnya kebiasaan mendongeng dalam dunia orang tua.
8
HASIL SURVEY
Jumlah Responden : 50
Rentang Usia : 25 – 45 Tahun
Dimulai – Diakhiri : 04-03-2013 sampai 08-03-2013
Tabel. 1
Usia
Jumlah
25-35 tahun
30
36-45 tahun
20
Hal ini menunjukkan hubungan usia dengan pengetahuan akan fabel dan
kebiasaan mendongeng.
Tabel. 2
Pengertian fabel
Jumlah
Tahu
42
Tidak Tahu
8
Hal ini menunjukkan sebagian besar respoden tahu apa itu fabel, sehingga
dapat disimpulkan rentang usia tidak mempengaruhi pengetahuan resoden secara
umum tentang fabel.
9
Tabel. 3
Pemahaman contoh dongeng fabel
Jumlah
Cinderella, Snow White
5
Si Kancil, Kelinci dan Kura-Kura Lomba Lari
35
Sangkuriang
10
Hasil survey menunjukkan sebagian besar respoden tahu contoh cerita
dongeng fabel.
Tabel. 4
Kebiasaan mendongeng masih sering dilakukan
Jumlah
Ya
5
Tidak
45
Hal ini menunjukkan sebagian besar respoden dari berbagai rentang usia
sudah tidak pernah mendongeng untuk anak lagi, sehingga dapat disimpulkan
kebiasaan mendongeng sudah semakin redup.
Tabel. 5
Alasan tidak lagi mendongeng
Jumlah
Sibuk / tidak ada waktu
20
Sudah lupa ceritanya / tidak punya referensi
18
Anak lebih suka main gadget
12
Hasil survey dengan jawaban kesibukan didominasi oleh responden dengan
usia 25-35 tahun, diikuti dengan sudah lupa ceritanya dimana jawaban responden
dari rentang usia 25-35 tahun dan 36-45 tahun hampir sama rata, diikuti juga dengan
10
anak lebih suka main gadget dimana jawaban responden juga hampir sama rata dari
rentang usia 25-35 tahun dan 36-45 tahun.
Tabel. 6
Merasa kesulitan dalam mendongeng
Jumlah
Ya
35
Tidak
15
Hal ini menunjukkan hampir semua responden dengan rentang usia 25-35
tahun merasa kesulitan dalam mendongeng, sedangkan jawaban tidak, didominasi
oleh rentang usia 36-45 tahun.
Tabel. 7
Buku fabel yang diminati
Jumlah
Fabel luar (contoh: 3 Little Pigs)
27
Fabel lokal (contoh: Si Kancil)
8
Fabel lokal cerita baru (contoh: Pertualangan Si Ayam
Jago)
15
Hasil survey menunjukkan fabel luar paling diminati, diikuti dengan fabel
lokal dengan cerita baru seperti Pertualangan si Ayam Jago karya Awam Prakoso
dan terakhir diikuti dengan fabel lokal.
2.2.3 Sumber Data Literatur
Pengetian dan manfaat dongeng
Dikutip dari:
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/01/WP-Juli-web.pdf
Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan
benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul),
11
mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; mahabharata, ramayana,
saur sepuh, tutur tinular). Jadi kesimpulannya adalah “dongeng adalah cerita, namun
cerita belum tentu dongeng”.
Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari
kegiatan mendongeng ini. Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan
imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari
televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan.
Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari
dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk
menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa
empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras,
maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan
menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai
dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita
dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat
baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan
mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku
dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti
buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
”Selain merangsang kecerdasan anak, para orang tua dapat menyisipkan
pesan-pesan moral lewat cerita yang mereka bawakan. Sehingga kita dapat
menanamkan budi pekerti kepada anak sejak usia dini” Kutipan dari Helen Heard
(The Educational Benefits of Story Telling).
Manfaat dongeng fabel
Dikutip dari :
http://revistashop.wordpress.com/2012/01/23/mengapa-orangtua-perlu-mendongeng/
Manfaat yang diperoleh anak melalui dongeng :
 Merangsang imajinasi dan kreativitas
 Mengembangkan kecerdasan berbahasa anak
 Meningkatkan keterampilan berpikir
12
 Mengembangkan emosi
 Menanamkan nilai moral dan etika
 Memperkuat ikatan emosional dengan orangtua
 Ajang relaksasi atau hiburan
Persiapan bercerita
Dikutip dari :
http://jakafilyamma.blogspot.com/2012/07/pengertian-cerita-dongengdanmetode.html
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita
apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anakanak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan
materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1. Pemilihan tema dan judul yang tepat bagaimana cara memilih tema cerita
yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh,
yang membuat imajinasinya menari-nari. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik,
berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya:
a. Sampai pada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti
Si Wortel, Tomat yang Hebat, Anak Ayam yang Manja, Kambing Gunung dan
Kambing Gi As, Anak Nakal Tersesat di Hutan Rimba, Cerita Nenek Sihir, Orang
Jahat, Raksasa yang Menyeramkan dan sebagainya.
b. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh
pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke Planet Biru,
Robot Pintar, Anak yang Rakus dan sebagainya
c. Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis
rasional (sage), seperti: Persahabatan Si Pintar dan Si Pikun, Karni Juara Menyanyi
dan sebagainya.
2.
Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan
bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng
menyimpulkan sebagai berikut:
13
a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak menutup
kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan
daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif,
komunikatif dan humoris.
3. Suasana (situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa
yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar
nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan
profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya.
Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan
dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan
satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
Panduan Mendongeng
Dikutip dari:
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/01/WP-Juli-web.pdf
1. Persiapan
Sebelum mendongeng, siapkan cerita yang menarik dan mengandung pesan
moral, tentunya. Biasanya, anak usia 3-8 tahun menyukai dongeng tentang binatang,
cerita rakyat tradisional, dan cerita tentang orang di sekitarnya. sedangkan anak usia
9-12 tahun, lebih suka cerita tokoh heroik, penuh tantangan dan bahaya, yang
sifatnya lebih realistis.
2. Bangun suasana
Saat mendongeng, suasana yang menarik juga perlu dibangun agar anak tetap
fokus pada cerita. Curi perhatian dari anak dengan pancingan tebak-tebakan, iringan
lagu, atau selingan permainan di sela-sela waktu mendongeng. kegiatan mendongeng
akan terasa lebih atraktif, dan orang tua bisa makin intim dengan anak.
14
3. Kuasai teknik
Teknik mendongeng memang penting, tetapi anda juga tak harus terlalu
terpaku pada teori. Vokal dan ekspresi wajah, serta posisi saat mendongeng,
merupakan teknik yang perlu diperhatikan.
4. Beri penutup
Karena dongeng merupakan salah satu sarana sosialisasi moral dan budi
pekerti, maka setelah mendongeng anda perlu memberi kesimpulan atas cerita. anak
perlu tahu mana tokoh yang baik dan patut dicontoh, dan mana yang sebaiknya tidak
diikuti.
5. Durasi
Perhatikan durasi mendongeng. anak usia dini tak bisa berlama-lama
berkonsenrasi mendengarkan dongeng. buat dongeng yang singkat, paling lama 15
menit untuk anak pada usia enam tahun kebawah. sementara untuk anak yang lebih
besar dan menginjak sekolah dasar, mereka bisa mendengarkan dongeng lebih lama.
6. Materi Dongeng
Anak usia dini menyenangi cerita fabel yang sederhana. sementara anak yang
lebih besar menyenangi cerita petualangan atau heroik.
7. Mimik Muka
Jangan lupa bercerita disertai mimik wajah untuk memperkuat cerita. meski
anda mendongeng dengan cara membaca buku, tapi bila disertai mimik yang kuat,
pengalaman dongeng yang anda berikan akan membuat dongeng menjadi lebih
menarik bagi anak.
8. Variasi
Selingi dongeng dengan aktivitas lain yang melibatkan anak, seperti
bernyanyi bersama, menebak teka-teki, dan bermain.
15
Hati-Hati Dampak Kisah Dongeng Si Kancil
Dikutip dari :
http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/13/remaja-tawuran-siapa-yangdipersalahkan-514181.html
“Si kancil anak nakal suka mencuri ketimun. Ayo cepat ditangkap Jangan
diberi Ampun”
Masih ingatkah kita dengan dongeng si kancil, lagu diatas tentunya
mengingatkan kita tentang cerita anak-anak di masalalu, kisah kancil yang berkisah
tentang kecerdikannya dalam melakukan tipu muslihat pada pak tani, gajah, buaya,
monyet , dan lain-lain. Dalam cerita si kancil selalu dikisahkan sebagai tokoh yang
selalu menang dalam setiap topik ceritanya, si kancil berhasil menang setelah menipu
pak tani, si kancil berhasil lolos dari sumur setelah menipu gajah, dll, namun tahukah
dampak dari cerita si kancil?
Sebuah cerita yang akan disampaikan pada anak-anak harusnya mengusung
nilai-nilai moral yang baik karena pada fase anak-anak nilai-nilai moral mulai
berkembang, apa yang akan terjadi jika yang diajarkan adalah nilai-nilai negatif,
sikap culas, menipu, berbohong, melakukan sesuatu atas kepentingan pribadi, nah hal
inilah yang kita dapati dari tokoh cerita si kancil. Apalagi dalam cerita kancil selalu
menjadi tokoh sentral, dan dalam ceritanya tidak ada punishment, sanksi jera dari
perbuatan buruk yang dia lakukan, apalagi tokoh-tokoh yang baik selalu terkena
dampak, tidak bisa berbuat apa-apa, selalu sial, sehingga secara tidak langsung nilai
moral yang disampaikan, jangan jadi jujur, jangan jadi baik, tiadak apa-apa kita
menipu orang lain, berbohong tidak apa-apa, jadi orang baik kan membuat hidup
sengsara dan sial.
Kuatnya nilai moral yang dapat disampaikan melalui tokoh dan cerita akan
tersimpan dan berpengaruh kuat pada karakter kepribadian hingga dewasa, karena
cerita disampaikan dengan menyenangkan, tokoh imajinatif seperti hewan-hewan,
serta cara penyampaiannya tidak menggurui anak-anak, sehingga nilai-nilai itu
membekas pada alam bawah sadar anak-anak tanpa disadarinya.
Ketika saya melihat cerminan bangsa ini, mengapa banyak orang yang suka
menipu, mengapa banyak pejabat yang suka korupsi, mulai dari yang kelas kakap
16
sampai dengan kelas teri, saya merasa ada kaitannya juga mungkin dengan ceritacerita yang disampaikan masalalu, dalam alam bawah sadar mereka menyimpan
nilai-nilai moral yang tidak baik,dan hal inilah yang mungkin membedakan kenapa
bangsa jepang menjadi bangsa yang pekerja keras, atau bangsa barat yang pandai
berdiplomasi, cerita anak yang disampaikan mengandung niali-nilai positif tersebut.
Profil Awam Prakoso
Awam Prakoso, yang akrab dipanggil Kak Awam ini lahir di Blora Jawa
tengah pada 18 Mei 1973 dari pasangan Taksisman dan Soekartini. Yang semasa
kecilnya, bukan saja mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun
juga oleh keempat saudara laki-lakinya.
Semangat berkesenian dimulainya sejak ia duduk di bangku Taman KanakKanak Hingga sekarang. Sejak di bangku perkuliahan pada tahun 1992, ia sudah
dipercaya untuk menjadi ketua umum Sanggar di kampusnya. Dari sanggarlah diri
Kak Awam terbentuk pribadi seni yang matang. Bahkan setelah menamatkan
kuliahnya tahun 1996, dan mulai bekerja di salah satu Bank Swasta di Jakarta, ia
masih dipercaya untuk membina sanggarnya. Bekerja di kantoran tidaklah
mematahkan semangatnya untuk terus berkesenian. Terbukti ketika itu ia mampu
membuat pertunjukan seni (Drama Musikal) dengan pemain dari karyawankaryawan Bank tempat ia bekerja.
Tercatat pada tahun 1998 saat krisis moneter melanda tanah air, Kak Awam
terkena dampak PHK di kantor tempat ia bekerja. Kondisi tersebut membuatnya
semakin bebas berkesenian. Dan mulai tahun 2000 Kak Awam dipercaya untuk
membina Berbagai Sanggar di Jakarta.
Selain mempunyai tugas mendongeng keliling, ia juga tak pernah lelah untuk
memberikan pelatihan drama dan membuat pertunjukan anak. Karir dongengnya
sendiri dimulai sejak ia menjuarai sebuah festival Dongeng di Taman Mini Indonesia
Indah pada tahun 2000.
Awam Prakoso juga berprestasi menjuarai berbagai festival mendongeng.
Lalu, mendapatkan penghargaan sebagai “Tokoh Muda Pemerhati Anak-Anak” yang
17
diberikan oleh Kak Seto di acara 40 Tahun Pengabdian Kak Seto di Dunia AnakAnak.
Hingga Saat ini sudah tercatat begitu banyak Kak Awam mendongeng di
berbagai tempat, baik di sekolah-sekolah, event-event anak sampai mengudara di
radio. Saat ini dan seterusnya, waktunya akan terus dicurahkan untuk dunia anak.
Visual Buku Awam Prakoso
Gambar 2.2 Cover Buku Kampung Dongeng Kak Awam
Gambar 2.3 Visual Pipit Tidak Mengejek Lagi
18
Gambar 2.4 Visual Bonbin Si Kera yang Serakah
Gambar 2.5 Visual Ayam Jago Gemar Menabung
Gambar 2.6 Visual Petualangan Jinggo si Ayam Kecil
19
2.2.4
Media Online Berupa Blog dan Website
Media pendukung dan informasi :
-
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/01/WPJuli-web.pdf
-
http://ilmuawan9saja.wordpress.com/2012/12/09/mendongeng-danganlantang-bisa-mencerdaskan-anak/
-
http://revistashop.wordpress.com/2012/01/23/mengapa-orangtua-perlumendongeng/
-
http://rumahparenting.biz/article/41630/dongeng-sebelum-tidur.html
-
http://www.buahaticerdas.com/joomla/index.php?option=com_content&
view=article&id=139
-
http://ruangkata-katavie.blogspot.com/2011/11/dongeng.html
-
http://jakafilyamma.blogspot.com/2012/07/pengertian-cerita-dongengdan-metode.html
-
http://kampungdongeng.com/
2.3 Target Audience
2.3.1 Target Primer
Geografi:
Domisili : Jakarta
Wilayah: Perkotaan
Iklim: Tropis
Demografi:
Usia: 25-40 tahun
Gender: Perempuan
Pekerjaan: Business woman, karyawan, ibu rumah tangga
SES: B-A
20
Psikografi :
Gaya hidup: aktif dan hedonis
Ciri-ciri: sibuk, memiliki waktu bersama anak di akhir pekan dan malam hari,
penyayang, perhatian, dekat dengan anak
2.3.2 Target Sekunder
Geografi:
Domisili : Jakarta
Wilayah: perkotaan
Iklim: tropis
Demografi
Usia: 3-5 tahun
Gender: laki-laki dan perempuan
Pekerjaan: pelajar dan belum sekolah
SES: B-A
Psikografi
Gaya hidup: aktif
Ciri-ciri: ceria, senang beraktivitas, lincah dan cekatan
2.4 Analisa SWOT
2.4.1 Strength
 Banyak dongeng fabel dengan cerita-cerita baru di luar Si Kancil yang
bermunculan
 Semakin banyaknya profesi pendongeng sehingga mudah mendapatkan
referensi cerita serta panduan orang tua untuk mendongeng
21
 Konten sebuah dongeng tidak mutlak harus sama dari awal hingga akhir
tetapi bisa disesuaikan dengan umur pembaca yang penting garis besar
cerita tidak berubah
2.4.2 Weakness

Dongeng fabel kurang menyentuh semua lapisan usia anak

Banyak cerita fabel yang tidak membangun karakter anak
2.4.3 Opportunity
 Buku dongeng fabel dengan cerita yang baru masih sedikit di penerbit
 Buku dongeng fabel di toko buku masih didominasi cerita yang dahulu
seperti Si Kancil
 Buku dongeng fabel dengan cerita baru masih belum diolah secara
visual
2.4.4 Threat
 Cerita fabel baru sulit diterima masyarakat karena yang tertanam di
memori orang tua bahwa cerita fabel adalah si kancil
 Fabel luar lebih digemari masyarakat
Download