BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode yaitu: • Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet • Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan wawancara langsung dengan narasumber 2.2 Data Umum 2.2.1 Hasil Data Wawancara Gambar 2.1 Kak Awam Prakoso Wawancara dilakukan di rumah sekaligus sanggar Kak Awam Prakoso di daerah Ciputat, Tangerang. Dalam wawancara tersebut, Penulis mendapat banyak penjelasan mengenai dongeng yang kemudian dispesifikkan menjadi fabel. Penulis juga mendapat banyak saran untuk keberhasilan tugas akhir Penulis. 3 4 Hasil wawancara dengan Kak Awam Prakoso : Apa yang dimaksud dengan dongeng dan apa yang membedakan dongeng dengan fabel? Cerita adalah suatu rangkaian peristiwa yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dimana cerita tersebut dibagi menjadi dua yaitu : 1. Cerita nyata (non fiksi) Contohnya : biografi, sejarah, kisah-kisah para nabi, testimoni 2. Cerita tidak nyata (fiksi) Contohnya : dongeng Dongeng adalah hasil rekayasa imajinasi seseorang yang ceritanya sederhana, mengandung pesan baik dan ceritanya tidak benar-benar terjadi. Dongeng sendiri terbagi menjadi banyak bagian, seperti : fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus) dan ephos (cerita besar mahabharata, ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Jadi, fabel merupakan bagian dari dongeng itu sendiri hanya saja lebih menekankan kepada binatang. Bagaimana dengan perkembangan fabel anak dari waktu ke waktu? Dongeng yang ada di Indonesia sudah disampaikan secara turun menurun dari generasi ke generasi. Kenapa? Karena itu sudah terjadi sekian ratus tahun sama seperti legenda. Dunia dongeng sudah memasyarakat sejak dulu tetapi karena dunia komunikasi tidak secanggih sekarang sehingga tidak terlihat. Banyak masyarakat juga yang mengklaim dongeng semakin tenggelam, tetapi sekarang sudah banyak pendongeng hampir di semua kota. Dan di Kampung Dongeng ini sendiri dalam 3 bulan kami meluluskan minimal 30 pendongeng dari berbagai provinsi di Indonesia. Jadi, perkembangan fabel di Indonesia dari waktu ke waktu cukup baik apalagi dunia komunikasi juga semakin mendukung seperti misalkan adanya blackberry, facebook dan lain sebagainya sehingga memudahkan kita untuk menemukan pendongeng. Lain halnya dengan mendongeng di dunia orang tua, tentu saja masih sangat kurang. Orang tua masih merasa sangat sibuk untuk bercerita pada 5 anaknya. Itu juga yang membuat kami terus berupaya membuat suatu gerakan masyarakat gemar mendongeng. Mengapa dongeng khususnya fabel penting bagi anak? Dongeng merupakan salah satu media komunikasi persuasif. Artinya bagaimana anak menerima pesan yang disampaikan dalam cerita secara damai, tidak terpaksa, tidak digurui. Dongeng juga sifatnya menghibur, memberikan pesan tetapi dengan kesenangan. Media komunikasi persuasif merupakan media yang paling efektif karena dengan mudah dapat tertanam di memori anak sehingga sampai bertahun - tahun ke depan memori tersebut tetap terngiang-ngiang dengan pesan yang disampaikan. Jika difokuskan ke manfaat dari fabel sendiri adalah fabel menjadi begitu penting bagi anak karena dapat melatih imajinasi anak, meningkatkan pengetahuan anak akan moral, mengembangkan emosi anak, sarana membangun karakter anak dan lain sebagainya. Menurut Kak Awam mengapa budaya mendongeng di dunia orang tua semakin hilang? Alasannya banyak sekali. Saya sering melakukan seminar di berbagai wilayah Indonesia. Alasan mereka yang pertama adalah sibuk. Kesibukan sebetulnya bukan menjadi persoalan, yang menjadi persoalan justru adalah cara. Dongeng sebetulnya bisa dilakukan tanpa terbatas pada ruang dan waktu. Contohnya adalah sewaktu saya sedang pergi ke luar kota dan makan ikan gurame di sebuah restoran, saya menelepon anak saya yang paling kecil. Melalui telepon, saya menceritakaan tentang si ikan gurame tersebut. Orang tua kadang-kadang lebih baik bercerita kepada tetangga dan teman-temannya tentang belanjaannya daripada bercerita kepada anaknya. Yang kedua orang tua mengatakan mereka tidak bisa mendongeng. Alasan ini kemudian saya patahkan dengan satu kalimat setiap insan manusia secara naluri senang bercerita. 6 Ada juga yang mengatakan tidak mempunyai referensi cerita. Orang tua beranggapan bahwa bercerita harus mempunyai referensi cerita. Padahal tidak. Semua hal yang disekeliling kita yang kita temui bisa dijadikan referensi. Selanjutnya adalah mereka merasa tidak percaya diri. Kalau malu dalam mendidik anak, itu saya rasa berarti orang tua tidak mempunyai kesungguhan dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya. Kenapa? Karena untuk mengasuh anak itu perlu dengan keceriaan. Orang tua harus masuk ke dalam dunia anak. Tidak bisa anak dipaksa masuk ke dalam dunia orang dewasa. Karena anak itu bukan orang dewasa yang miniatur. Bagimana cara paling efektif untuk menarik minat anak-anak untuk mendengarkan dongeng fabel? Di dalam teknik mendongeng, seorang pendongeng harus belajar untuk mencari perhatian anak-anak. Anak-anak akan sulit dikondisikan mendengarkan sebuah cerita kalau kita tidak mencari perhatian mereka terlebih dahulu. Setelah itu baru menciptakan kondisi akrab, seperti menciptakan pertanyaa-pertanyaan Siapa yang ingin jadi orang hebat? Siapa yang ingin jadi orang pintar? Siapa yang ingin jadi orang utan? Nah, seperti itu nanti anak-anak akan tertawa. Setelah proses mengakrabkan berhasil, baru kemudian bercerita. Karena kalau anak sudah gembira, mau disampaikan pesan apa pun pasti akan masuk. Bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik terutama bagi orang tua untuk anaknya? Pertama kita pilih naskah yang benar-benar sederhana tetapi bobot muatan pesannya kuat. Kedua mengenal karakter anak sendiri apakah mereka audiovisual atu audiotori atau kinestetik atau anak spesial atau anak berkebutuhan khusus. Misalkan mempunyai anak audiovisual, orang tua harus menyiapkan alat peraga dan lain sebagainya. 7 Hewan apa yang paling diminati dalam dongeng fabel oleh anak saat ini? Binatang-binatang yang ada di hutan, contohnya harimau, serigala. Sebetulnya bukan masalah hewannya. Tapi lebih ke arah konfliknya. Yang saya pelajari anak-anak menyukai semua hewan tetapi konflik yang ada dalam sebuah cerita itu yang selalu ditunggu-tunggu Menurut Kak Awam, bagaimana ketersediaan buku fabel di toko buku saat ini, apakah semakin banyak atau justru semakin berkurang? Ketersediaan buku fabel sekarang semakin banyak dan juga semakin ngawur. Banyak anak-anak muda yang pintar nulis dongeng tetapi sulit masuk ke penerbit. Justru penerbit dengan mudahnya menerbitkan buku-buku dengan cerita yang sama secara terus menerus. Jadi menurut saya belum banyak buku fabel yang benar-benar membangun karakter anak. Seharusnya penerbit menerbitkan buku fabel dengan cerita-cerita baru bukan cerita yang sudah ada diterbitkan lagi berulang-ulang. Ada saran untuk kesuksesan tugas akhir saya? Ya, saat ini fabel luar lebih diminati daripada fabel dengan konten lokal. Saya juga bingung fabel konten lokal apa yang bisa diangkat. Kalau mau fabel Kak Awam saja. Ha ha ha ha. Itu belum ada visualnya loh. Kamu jangan mengangkat fabel dengan hewan kancil. Menurut saya dongeng kancil itu tidak mendidik karena kancil itu licik dan tidak cocok untuk pembentukan karakter anak. Kamu bisa lihat sekarang banyak koruptor saat ini karena dulu asupan kita dunia kancil. Ini juga sudah diteliti oleh pakar-pakar bahwa fabel kancil itu tidak mendidik karena menyesatkan semua. 2.2.2 Hasil Data Riset dan Survey Survey ini bertujuan untuk memperkuat argumen Penulis mengenai semakin redupnya kebiasaan mendongeng dalam dunia orang tua. 8 HASIL SURVEY Jumlah Responden : 50 Rentang Usia : 25 – 45 Tahun Dimulai – Diakhiri : 04-03-2013 sampai 08-03-2013 Tabel. 1 Usia Jumlah 25-35 tahun 30 36-45 tahun 20 Hal ini menunjukkan hubungan usia dengan pengetahuan akan fabel dan kebiasaan mendongeng. Tabel. 2 Pengertian fabel Jumlah Tahu 42 Tidak Tahu 8 Hal ini menunjukkan sebagian besar respoden tahu apa itu fabel, sehingga dapat disimpulkan rentang usia tidak mempengaruhi pengetahuan resoden secara umum tentang fabel. 9 Tabel. 3 Pemahaman contoh dongeng fabel Jumlah Cinderella, Snow White 5 Si Kancil, Kelinci dan Kura-Kura Lomba Lari 35 Sangkuriang 10 Hasil survey menunjukkan sebagian besar respoden tahu contoh cerita dongeng fabel. Tabel. 4 Kebiasaan mendongeng masih sering dilakukan Jumlah Ya 5 Tidak 45 Hal ini menunjukkan sebagian besar respoden dari berbagai rentang usia sudah tidak pernah mendongeng untuk anak lagi, sehingga dapat disimpulkan kebiasaan mendongeng sudah semakin redup. Tabel. 5 Alasan tidak lagi mendongeng Jumlah Sibuk / tidak ada waktu 20 Sudah lupa ceritanya / tidak punya referensi 18 Anak lebih suka main gadget 12 Hasil survey dengan jawaban kesibukan didominasi oleh responden dengan usia 25-35 tahun, diikuti dengan sudah lupa ceritanya dimana jawaban responden dari rentang usia 25-35 tahun dan 36-45 tahun hampir sama rata, diikuti juga dengan 10 anak lebih suka main gadget dimana jawaban responden juga hampir sama rata dari rentang usia 25-35 tahun dan 36-45 tahun. Tabel. 6 Merasa kesulitan dalam mendongeng Jumlah Ya 35 Tidak 15 Hal ini menunjukkan hampir semua responden dengan rentang usia 25-35 tahun merasa kesulitan dalam mendongeng, sedangkan jawaban tidak, didominasi oleh rentang usia 36-45 tahun. Tabel. 7 Buku fabel yang diminati Jumlah Fabel luar (contoh: 3 Little Pigs) 27 Fabel lokal (contoh: Si Kancil) 8 Fabel lokal cerita baru (contoh: Pertualangan Si Ayam Jago) 15 Hasil survey menunjukkan fabel luar paling diminati, diikuti dengan fabel lokal dengan cerita baru seperti Pertualangan si Ayam Jago karya Awam Prakoso dan terakhir diikuti dengan fabel lokal. 2.2.3 Sumber Data Literatur Pengetian dan manfaat dongeng Dikutip dari: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/01/WP-Juli-web.pdf Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), 11 mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; mahabharata, ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Jadi kesimpulannya adalah “dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini. Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak. Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya. ”Selain merangsang kecerdasan anak, para orang tua dapat menyisipkan pesan-pesan moral lewat cerita yang mereka bawakan. Sehingga kita dapat menanamkan budi pekerti kepada anak sejak usia dini” Kutipan dari Helen Heard (The Educational Benefits of Story Telling). Manfaat dongeng fabel Dikutip dari : http://revistashop.wordpress.com/2012/01/23/mengapa-orangtua-perlu-mendongeng/ Manfaat yang diperoleh anak melalui dongeng : Merangsang imajinasi dan kreativitas Mengembangkan kecerdasan berbahasa anak Meningkatkan keterampilan berpikir 12 Mengembangkan emosi Menanamkan nilai moral dan etika Memperkuat ikatan emosional dengan orangtua Ajang relaksasi atau hiburan Persiapan bercerita Dikutip dari : http://jakafilyamma.blogspot.com/2012/07/pengertian-cerita-dongengdanmetode.html Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anakanak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh : 1. Pemilihan tema dan judul yang tepat bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya menari-nari. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya: a. Sampai pada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Si Wortel, Tomat yang Hebat, Anak Ayam yang Manja, Kambing Gunung dan Kambing Gi As, Anak Nakal Tersesat di Hutan Rimba, Cerita Nenek Sihir, Orang Jahat, Raksasa yang Menyeramkan dan sebagainya. b. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke Planet Biru, Robot Pintar, Anak yang Rakus dan sebagainya c. Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan Si Pintar dan Si Pikun, Karni Juara Menyanyi dan sebagainya. 2. Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut: 13 a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris. 3. Suasana (situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana. Panduan Mendongeng Dikutip dari: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/01/WP-Juli-web.pdf 1. Persiapan Sebelum mendongeng, siapkan cerita yang menarik dan mengandung pesan moral, tentunya. Biasanya, anak usia 3-8 tahun menyukai dongeng tentang binatang, cerita rakyat tradisional, dan cerita tentang orang di sekitarnya. sedangkan anak usia 9-12 tahun, lebih suka cerita tokoh heroik, penuh tantangan dan bahaya, yang sifatnya lebih realistis. 2. Bangun suasana Saat mendongeng, suasana yang menarik juga perlu dibangun agar anak tetap fokus pada cerita. Curi perhatian dari anak dengan pancingan tebak-tebakan, iringan lagu, atau selingan permainan di sela-sela waktu mendongeng. kegiatan mendongeng akan terasa lebih atraktif, dan orang tua bisa makin intim dengan anak. 14 3. Kuasai teknik Teknik mendongeng memang penting, tetapi anda juga tak harus terlalu terpaku pada teori. Vokal dan ekspresi wajah, serta posisi saat mendongeng, merupakan teknik yang perlu diperhatikan. 4. Beri penutup Karena dongeng merupakan salah satu sarana sosialisasi moral dan budi pekerti, maka setelah mendongeng anda perlu memberi kesimpulan atas cerita. anak perlu tahu mana tokoh yang baik dan patut dicontoh, dan mana yang sebaiknya tidak diikuti. 5. Durasi Perhatikan durasi mendongeng. anak usia dini tak bisa berlama-lama berkonsenrasi mendengarkan dongeng. buat dongeng yang singkat, paling lama 15 menit untuk anak pada usia enam tahun kebawah. sementara untuk anak yang lebih besar dan menginjak sekolah dasar, mereka bisa mendengarkan dongeng lebih lama. 6. Materi Dongeng Anak usia dini menyenangi cerita fabel yang sederhana. sementara anak yang lebih besar menyenangi cerita petualangan atau heroik. 7. Mimik Muka Jangan lupa bercerita disertai mimik wajah untuk memperkuat cerita. meski anda mendongeng dengan cara membaca buku, tapi bila disertai mimik yang kuat, pengalaman dongeng yang anda berikan akan membuat dongeng menjadi lebih menarik bagi anak. 8. Variasi Selingi dongeng dengan aktivitas lain yang melibatkan anak, seperti bernyanyi bersama, menebak teka-teki, dan bermain. 15 Hati-Hati Dampak Kisah Dongeng Si Kancil Dikutip dari : http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/13/remaja-tawuran-siapa-yangdipersalahkan-514181.html “Si kancil anak nakal suka mencuri ketimun. Ayo cepat ditangkap Jangan diberi Ampun” Masih ingatkah kita dengan dongeng si kancil, lagu diatas tentunya mengingatkan kita tentang cerita anak-anak di masalalu, kisah kancil yang berkisah tentang kecerdikannya dalam melakukan tipu muslihat pada pak tani, gajah, buaya, monyet , dan lain-lain. Dalam cerita si kancil selalu dikisahkan sebagai tokoh yang selalu menang dalam setiap topik ceritanya, si kancil berhasil menang setelah menipu pak tani, si kancil berhasil lolos dari sumur setelah menipu gajah, dll, namun tahukah dampak dari cerita si kancil? Sebuah cerita yang akan disampaikan pada anak-anak harusnya mengusung nilai-nilai moral yang baik karena pada fase anak-anak nilai-nilai moral mulai berkembang, apa yang akan terjadi jika yang diajarkan adalah nilai-nilai negatif, sikap culas, menipu, berbohong, melakukan sesuatu atas kepentingan pribadi, nah hal inilah yang kita dapati dari tokoh cerita si kancil. Apalagi dalam cerita kancil selalu menjadi tokoh sentral, dan dalam ceritanya tidak ada punishment, sanksi jera dari perbuatan buruk yang dia lakukan, apalagi tokoh-tokoh yang baik selalu terkena dampak, tidak bisa berbuat apa-apa, selalu sial, sehingga secara tidak langsung nilai moral yang disampaikan, jangan jadi jujur, jangan jadi baik, tiadak apa-apa kita menipu orang lain, berbohong tidak apa-apa, jadi orang baik kan membuat hidup sengsara dan sial. Kuatnya nilai moral yang dapat disampaikan melalui tokoh dan cerita akan tersimpan dan berpengaruh kuat pada karakter kepribadian hingga dewasa, karena cerita disampaikan dengan menyenangkan, tokoh imajinatif seperti hewan-hewan, serta cara penyampaiannya tidak menggurui anak-anak, sehingga nilai-nilai itu membekas pada alam bawah sadar anak-anak tanpa disadarinya. Ketika saya melihat cerminan bangsa ini, mengapa banyak orang yang suka menipu, mengapa banyak pejabat yang suka korupsi, mulai dari yang kelas kakap 16 sampai dengan kelas teri, saya merasa ada kaitannya juga mungkin dengan ceritacerita yang disampaikan masalalu, dalam alam bawah sadar mereka menyimpan nilai-nilai moral yang tidak baik,dan hal inilah yang mungkin membedakan kenapa bangsa jepang menjadi bangsa yang pekerja keras, atau bangsa barat yang pandai berdiplomasi, cerita anak yang disampaikan mengandung niali-nilai positif tersebut. Profil Awam Prakoso Awam Prakoso, yang akrab dipanggil Kak Awam ini lahir di Blora Jawa tengah pada 18 Mei 1973 dari pasangan Taksisman dan Soekartini. Yang semasa kecilnya, bukan saja mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun juga oleh keempat saudara laki-lakinya. Semangat berkesenian dimulainya sejak ia duduk di bangku Taman KanakKanak Hingga sekarang. Sejak di bangku perkuliahan pada tahun 1992, ia sudah dipercaya untuk menjadi ketua umum Sanggar di kampusnya. Dari sanggarlah diri Kak Awam terbentuk pribadi seni yang matang. Bahkan setelah menamatkan kuliahnya tahun 1996, dan mulai bekerja di salah satu Bank Swasta di Jakarta, ia masih dipercaya untuk membina sanggarnya. Bekerja di kantoran tidaklah mematahkan semangatnya untuk terus berkesenian. Terbukti ketika itu ia mampu membuat pertunjukan seni (Drama Musikal) dengan pemain dari karyawankaryawan Bank tempat ia bekerja. Tercatat pada tahun 1998 saat krisis moneter melanda tanah air, Kak Awam terkena dampak PHK di kantor tempat ia bekerja. Kondisi tersebut membuatnya semakin bebas berkesenian. Dan mulai tahun 2000 Kak Awam dipercaya untuk membina Berbagai Sanggar di Jakarta. Selain mempunyai tugas mendongeng keliling, ia juga tak pernah lelah untuk memberikan pelatihan drama dan membuat pertunjukan anak. Karir dongengnya sendiri dimulai sejak ia menjuarai sebuah festival Dongeng di Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 2000. Awam Prakoso juga berprestasi menjuarai berbagai festival mendongeng. Lalu, mendapatkan penghargaan sebagai “Tokoh Muda Pemerhati Anak-Anak” yang 17 diberikan oleh Kak Seto di acara 40 Tahun Pengabdian Kak Seto di Dunia AnakAnak. Hingga Saat ini sudah tercatat begitu banyak Kak Awam mendongeng di berbagai tempat, baik di sekolah-sekolah, event-event anak sampai mengudara di radio. Saat ini dan seterusnya, waktunya akan terus dicurahkan untuk dunia anak. Visual Buku Awam Prakoso Gambar 2.2 Cover Buku Kampung Dongeng Kak Awam Gambar 2.3 Visual Pipit Tidak Mengejek Lagi 18 Gambar 2.4 Visual Bonbin Si Kera yang Serakah Gambar 2.5 Visual Ayam Jago Gemar Menabung Gambar 2.6 Visual Petualangan Jinggo si Ayam Kecil 19 2.2.4 Media Online Berupa Blog dan Website Media pendukung dan informasi : - http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2013/01/WPJuli-web.pdf - http://ilmuawan9saja.wordpress.com/2012/12/09/mendongeng-danganlantang-bisa-mencerdaskan-anak/ - http://revistashop.wordpress.com/2012/01/23/mengapa-orangtua-perlumendongeng/ - http://rumahparenting.biz/article/41630/dongeng-sebelum-tidur.html - http://www.buahaticerdas.com/joomla/index.php?option=com_content& view=article&id=139 - http://ruangkata-katavie.blogspot.com/2011/11/dongeng.html - http://jakafilyamma.blogspot.com/2012/07/pengertian-cerita-dongengdan-metode.html - http://kampungdongeng.com/ 2.3 Target Audience 2.3.1 Target Primer Geografi: Domisili : Jakarta Wilayah: Perkotaan Iklim: Tropis Demografi: Usia: 25-40 tahun Gender: Perempuan Pekerjaan: Business woman, karyawan, ibu rumah tangga SES: B-A 20 Psikografi : Gaya hidup: aktif dan hedonis Ciri-ciri: sibuk, memiliki waktu bersama anak di akhir pekan dan malam hari, penyayang, perhatian, dekat dengan anak 2.3.2 Target Sekunder Geografi: Domisili : Jakarta Wilayah: perkotaan Iklim: tropis Demografi Usia: 3-5 tahun Gender: laki-laki dan perempuan Pekerjaan: pelajar dan belum sekolah SES: B-A Psikografi Gaya hidup: aktif Ciri-ciri: ceria, senang beraktivitas, lincah dan cekatan 2.4 Analisa SWOT 2.4.1 Strength Banyak dongeng fabel dengan cerita-cerita baru di luar Si Kancil yang bermunculan Semakin banyaknya profesi pendongeng sehingga mudah mendapatkan referensi cerita serta panduan orang tua untuk mendongeng 21 Konten sebuah dongeng tidak mutlak harus sama dari awal hingga akhir tetapi bisa disesuaikan dengan umur pembaca yang penting garis besar cerita tidak berubah 2.4.2 Weakness Dongeng fabel kurang menyentuh semua lapisan usia anak Banyak cerita fabel yang tidak membangun karakter anak 2.4.3 Opportunity Buku dongeng fabel dengan cerita yang baru masih sedikit di penerbit Buku dongeng fabel di toko buku masih didominasi cerita yang dahulu seperti Si Kancil Buku dongeng fabel dengan cerita baru masih belum diolah secara visual 2.4.4 Threat Cerita fabel baru sulit diterima masyarakat karena yang tertanam di memori orang tua bahwa cerita fabel adalah si kancil Fabel luar lebih digemari masyarakat