Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 98-104 (2011) ISSN : 2088-0111 Mekanisme Molekuler Regulasi Sintesis Follicle-Stimulating Hormone (FSH) oleh Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) dan Inhibin Molecular Mechanism of Synthesis Regulation of Follicle-Stimulating Hormone (FSH) by Gonadotropin-Releasing hormone (GnRH) and Inhibin 1 Rusli1 Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah Syiah Kuala Jl. Krueng Hasan Kalee Dasussalam, Banda Aceh 23111 ABSTRAK Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan mekanisme molekuler regulasi sintesis FSH oleh GnRH dan inhibin. Hormone FSH merupakan salah satu hormone gonadotropin yang dihasilkan oleh pituitari anterior yang berperan dalam proses follikulogenesis pada hewan ternak. Regulasi oleh GnRH melibatkan reseptor GnRH I pada sel-sel gonadotrop pituitary melalui kaskade signal transduksi yang meliputi aktivasi PKC, MAPK dan kalsium. Kaskade signal tersebut kemudian dapat meregulasi transkripsi melalui fosforilasi DNA-binding protein. Ketika sekresi FSH meningkat sebagai respon terhadap GnRH, maka folikel akan tumbuh dan mencapai ukuran folikel dominan. Sel-sel granulosa folikel tersebut akan mengasilkan protein inhibin yang berfungsi menghambat sekresi FSH selanjutnya. Hambatan oleh inhibin diduga terjadi melalui kompetisi antara prekusor α-inhibin dengan FRBC karena keduanya memiliki struktur kimia yang sama. Tetapi, secara umum diketahui bahwa mekanisme penghambatan inhibin adalah melalui hambatan terhadap aksi activin. Activin adalah protein gonad yang berfungsi meningkatkan sekresi FSH. Inhibin menghambat secara langsung aksi activin melalui reseptor activin tipe II dan blokade jalur signal protein Smad2 dan Smad3. Kata kunci : FSH, GnRH, inhibin, pituitary, hypothalamus ABSTRACT Purpose of this review is to explain mechanism molecular of synthesis regulation of FSH and GnRH and inhibin. Follicle Stimulating Hormone is represent one of hormone of gonadotropin yielded by pituitary of anterior which palying a part in of process folliculogenesis of livestock. Secretion regulation of this hormone is expecially conducted by GnRH hypothalamus and protein of inhibin ovary. Regulation by GnRH entangle reseptor GnRH I at cell of gonadotrop pituitary through cascade signal transduction covering activation PKC, MAPK and calcium. Then,rhe cascade signal later earn to regulated transcription through of the fosforilation DNA-binding protein. When FSH secretion mount as respon to GnRH, hence the follicle will grow and reach size measure of dominant follicle. Granulosa cell of the follicle will yield protein of inhibin functioning to pursue FSH secretion hereinafter. Resintance by inhibin anticipated happened by through competition among precursor α-inhibin by FRBC because both owning same chemical structure. But, generally known that the mechanism of inhibition by inhibin is through inhibition to action activin. Activin is protein of gonad functioning to increase FSH secretion. Inhibin pursue directly action of activin through reseptor activin of type of II and blockade of way or signal or protein of Smad2 and Smad3. Key word : FSH, GnRH, inhibin, pituitary, hypothalamus 98 Rusli (2011) Mekanisme Molekuler Regulasi… PENDAHULUAN Hormon gonadotropin folliclestimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) merupakan bagian integral dari sistem reproduksi mamalia. Kedua hormone ini disekresikan oleh pituitary anterior dan berfungsi dalam perkembangan folikel. Produksi dan sekresi gonadotropin diregulasi oleh positif feedback oleh inhibin, folistatin dan steroid (Suzako et al., 2002). Pola regulasi dapat dilihat pada Gambar 1. Regulasi pelepasan gonadotropin terutama dilakukan oleh GnRH yang dikenal sebagai generator pulsa LH. Pada hewan domestik, terdapat 3000-4000 neuron GnRH yang terdapat pada daerah pre-optichypothalamic area (POA-AH) pada beberapa spesies dan pada medial-basal hypothalamus (MBH) pada spesies lainnya. Hormone GnRH masuk kedalam pembuluh porta pituitary yang kemudian berikatan pada reseptor spesifik pada gonadotrop. Frekuensi pulsa GnRH yang lambat dan amplitudo yang rendah meningkatkan mRNA FSHβ, sedang frekuensi pulsa yang cepat akan menstimulasi sintesis LHβ (Suszko et al., 2003). Gambar 1. Hipothalamus-pituitari-gonadal axis Efek negatif feedback terhadap sekresi FSH terutama dilakukan oleh inhibin dan steroid. Inhibin adalah suatu hormone glikoprotein dimer (α-βA, α-βB) yang disekresikan terutama oleh sel granulose (Scanlon et al., 1993). Subunit-α mempunyai berat molekul 18 kDa, sedang masing-masing subunit-β mempunyai berat molekul kira-kira 14 kDa. Selain inhibin, hormone estradiol juga dipertimbangkan mempunyai efek negatif terhadap sekresi FSH (Kaneko et al., 1995). Namun Taya et al.(1996) menegaskan bahwa inhibin merupakan inhibitor utama sekresi FSH, sedang estradiol beraksi sebagai signal maturasi folikel dan penentu waktu LH surge preovulatori. 99 Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 98-104 (2011) Regulasi sekresi FSH oleh GnRH Regulasi reproduksi terjadi melalui sekresi gonadotropin pituitary yang melibatkan hormone gonadotropin LH dan FSH. Sekresi kedua hormone ini di control oleh feedback negatif atau positif tergantung pada fase siklus oleh steroid gonad dan melalui stimulasi pelepasan pulsa GnRH dari median eminence hypothalamus. Interaksi antara hypothalamus-pituitarigonad dapat dilihat pada Gambar 1. Ketika hormone hypothalamus mencapai pituitary melalui sistem pembuluh portal, hormone tersebut berikatan pada reseptor membran sel spesifik dan memulai langkah metabolik yakni stimulasi atau penghambatan hormone pituitary kedalam sirkulasi umum. Meskipun sekarang telah ditemukan dua bentuk isoform GnRH yakni GnRH I dan GnRH II, tetapi hanya diketahui satu reseptor untuk stimulasi sekresi gonadotropin yakni reseptor GnRH I, sedang reseptor GnRH II yang berlokalisasi di otak diduga mempengaruhi tingkah laku reproduksi (Okada et al., 2003; Millar et al., 2001). Okada et al. (2003) mengindikasikan bahwa GnRH II menstimulasi sekresi FSH dan LH terjadi melalui reseptor GnRH I sebagaimana aksi GnRH I. Dalam studi tersebut, digunakan sel-sel pituitary kera yang dibebaskan dari steroid dan distimulasi dengan GnRH I atau GnRH II selama 6 jam. Kepada sel-sel tersebut juga diberikan Antide (suatu antagonis GnRH I) untuk mencegah sekresi gonadotropin. Dari hasil studi terlihat bahwa GnRH II mempunyai efektivitas sedikit lebih rendah dibanding GnRH I. Di dalam kedua kultur, Antide mampu mencegah sekresi FSH dan LH yang distimulasi oleh GnRH I maupun GnRH II. Selanjutnya, diketahui pula bahwa kombinasi GnRH I dan GnRH II tidak lebih efektif menstimulasi sekresi FSH dan LH dibanding dengan stimulasi tunggal. Hormone GnRH beraksi terhadap ekspresi gen gonadotropin melalui reseptor GnRH. Reseptor ini akan mengaktivasi Ltype calcium channels (PLC), yang memungkinkan kalsium intraseluler masuk ke dalam sel. Aktivasi ini juga akan mengakibatkan pengikatan GnRh pada 100 ISSN : 2088-0111 reseptornya, menimbulkan pembelahan phosphatidylinositol-diphosphate yang memediasi pelepasan kalsium intraseluler, dan menghasilkan diacylglycerol (DAG). Peningkatan kalsium intraseluler dan produksi DAG akan menimbulkan aktivasi PKC. Aktivasi PKC akan menimbulkan aktivasi protein kinase yang lain seperti MAPK. Kaskade signal tersebut kemudian dapat meregulasi transkripsi melalui fosforilasi DNA-binding protein (Vasilyev et al., 2002). Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) juga dikenal sebagai luteinizing hormone-releasing (LHRH) berfungsi menstimulasi sekresi LH dan FSH secara fisiologis dan ketika diberikan eksogenus dalam bentuk pulsa. Ketika diberikan dalam bentuk infus kontinu, LH dan FSH awalnya dilepaskan tetapi kemudian dihambat karena down-regulation reseptor GnRH pituitary oleh GnRH. Weiss et al. (1990) membuktikan pengaruh 2 model infus GnRH yakni pulsa dan kontinu. Model kontinu akan menekan sekresi FSHβ mRNA sampai 48% dibanding normal, sedang model pulsa akan menstimulasi 4 kali dibanding control. Regulasi sekresi FSH oleh inhibin Rekombinan human inhibin A (rhinhibin A) dapat menghambat sekresi FSH beta mRNA dan FSH (rhinhibin A). Injeksi tunggal 100µgram/kh rhinhibin A pada tikus menghasilkan penurunan konsentrasi FSH beta mRNA 6 jam setelah pemberian. Konsetrasi tersebut mulai rebound pada jam ke-10 tetapi tetap lebih rendah dibanding kontrol. Level serum FSH menurun mulai jam ke-2 dan terus berkurang pada jam ke-6 dan ke-10 (Carroll et al., 1991. Pada sapi dara telah dibuktikan bahwa penigkatan sekresi inhibin selama fase folikuler akan menyebabkan turunnya level FSH. Sapi-sapi tersebut sebelumnya diinjeksi dengan prostaglandin. Konsentrasi inhibin sebelum injeksi adalah 50 pg/ml. Setelah luteolisis, konsentrasi inhibin meningkat menjadi 125 pg/ml seiring dengan penurunan plasma FSH kira-kira 3 kali. Hal ini mengindikasikan peran Rusli (2011) Mekanisme Molekuler Regulasi… endokrin inhibin sebagai supresor negative feedback pada FSH hipofisa anterior. Setelah ovulasi, konsentrasi inhibin A turun mencapai konsentrasi terendah sekitar 55 pg/ml dan diiringi dengan penigkatan sekresi FSH sekunder. Penigkatan ini untuk emergensi gelombang gelombang folikel baru dan seleksi folikel dominan pertama (Bleach et al., 2001). Hal yang sama dilaporkan Anonymous (2004) pada rodensia. Level inhibin turun setelah ovulasi disebabkan oleh LH surge preovulatori yang menekan ekspresi gen inhibin. Peran precursor subunit α-inhibin telah diidentifikasi dan mungkin berhubungan dengan FSH receptor binding protein (FRBC). Reseptor FRBC mempunyai kesamaan struktur biokimia (57.000 mol wt) dengan precursor α-inhibin sehingga timbul hipotesis bahwa subunit αinhibin dan prekursornya mempunyai peran regulasi FSH melalui modulator autokrin/parakrin aksi FSH dalam ovarium pada reseptornya. Dalam studi untuk investigasi aktivitas FRBC ini digunakan 3 sumber α-inhibin yakni pFF, human FF dan 293 cell line yang ditransfeksikan ke dalam full-length human α-inhibin cDNA. Dari hasil studi tersebut terbukti bahwa terjadi penghambatan FSH pada jaringan alami dan reseptor FSH rekombinan yang diekspresikan dalam cell line 293 (Schneyer et al., 1991). Mekanisme control sekresi FSH melalui modulator autokrin/parakrin prekursor α-inhibin ini sangat sedikit diketahui dan dilaporkan. Umunya, mekanisme kontrol sekresi FSH oleh inhibin selalu dihubungkan dengan penghambatan aktivitas activin oleh inhibin. Kontrol sekresi melalui penghambatan aksi activin Mekanisme penghambatan aksi activin oleh inhibin adalah melalui aksi langsung secara kompetesi terhadap kemampuan untuk berikatan pada ActRIIA. Reseptor ActRIIA merupakan reseptor activin tipe II untuk transduksi signal activin dalam gonadotroph pituitary (Matzuk, 2000). Jalur transduksi signak activin dimulai dengan pengikatan activin pada reseptor tipe II serin/threoin transmembrannya, yakni ActRIIA. Ikatan ligan-reseptor tipe I, yakni activin receptorlike kinase (ALK4 atau ActRIB). Aktivasi reseptor tipe I, selanjutnya akan memfosforilasi co-aktivasi faktor Smad (Suszko et al., 2003). Model transduksi signal dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Model transduksi signal activin 101 Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 98-104 (2011) Fosforilasi tersebut menyebabkan Smad2 dan Smad3 bersama-sama dengan Smad4 tersebut bergerak secara cepat dari sitoplasma menuju nucleus, Smad2 dan Smad3 masing-masing berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dengan gen FSHb. Stimulasi interaksi ini bersama-sama dengan protein lainnya akan membuat mRNA seluler, yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan secara keseluruhan level FSH dan diikuti dengan pelepasannya (Bernard, 2004). Kehadiran inhibin akan menghilangkan kemampuan activin berikatan pada reseptor tipe II, meskipun afinitasnya lebih rendah 10 kali terhadap inhibin. Lewis et al. (2000) menambahkan bahwa hambatan aktivitas activin dilakukan inhibin dengan cara berikatan bersama-sama dengan ActRIIA dan betaglycan. Betaglycan merupakan reseptor tipe III untuk TGF-β yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap inhibin. Protein lain yang terlibat dalam pembuatan mRNA seluler di dalam nucleus adalah protein forkhead activin signal transducer (FAST) (Labbe et al., 1998). Kompleks activin-Smad, dan protein FAST ini dapat bertindak sebagai regulasi negative atau positif. Pada regulasi positif kompleks tersebut akan berikatan dengan ko-activator seperti cAMP respone element binding protein (CREB) dan homolognya p300 (Pouponnot et al,. 1998), sedang pada regulasi negative kompleks tersebut akan berikatan dengan ko-represor seperti TGIF (Wotton et al., 1999). Mekanisme control sekresi FSH oleh inhibin yang lain diduga berhubungan dengan blokade kemampuan activin untuk memproduksi FSHb melalui jalur signal Smad2 dan Smad3 (Bernard, 2004). Jalur signal Smad adalah kritis untuk transmisi signal family TGF-β dari permukaan sel ke nucleus. Di dalam nucleus, Smad berfungsi sebagai co-modulator proses transkripsi untuk regulasi ekspresi gen TGF-βdependent (Hsueh, 2004). Activin dan inhibin merupakan anggota dari family TGF-β. Defisiensi Smad3 pada tikus (Smad3-/-) akan menurunkan fertilasi 102 ISSN : 2088-0111 karena Smad3 berperan dalam pertumbuhan folikel, atresi dan diferensiasi. Pemberian FSH pada tikus Smad3-/akan mengekspresikan FSHR yang normal. Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi antara Smad3 dan signal FSH terlibat dalam downstream FSHR pada ovarium tikus (Hsueh, 2004). Ekspresi Smad3 yang berlebihan, tetapi tidak SMAD2, melalui transfeksi transient akan menstimulasi level mRNA FSHβ. Perbedaan protein SMAD2 dan SMAD3 terletak pada daerah N-terminal MAD homology 1 (MH1), sedang SMAD2 mengadung 30 asam amino yang tidak terdapat pada Smad3. Protein Smad2δexon3 terjadi secara alami karena kehingan asam amino ini. Ekspresi Smad2δexon3 yang berlebihan akan menstimulasi mRNA FSHβ dalam jumlah yang sama dengan stimulasi oleh Smad3. Secara bersama-sama, aktivasi transkripsi FSHβ akan distimulasi oleh Smad3 dan Smad2δexon3 pada sel-sel gonadotroph tikus (Bernard, 2003). Bukti lain dari keterlibatan Smad dalam regulasi FSH dapat dilihat dari perannya dalam proses folikulogenesis. Proses folikulogenesis itu sendiri terutama merupakan tanggung jawab hormone FSH, sehingga keterlibatan Smad pada regulasi FSH secara tidak langsung akan mempengaruhi proses folikulogenesis. Xu et al., (2002) menujukkan keterlibatan ekspresi Smad2 dan Smad3 selama folikulogenesis. Protein Smad2 dan Smad3 merupakan mediator untuk activin dan TGF-β yang diekspresikan dalam sel-sel granulosa preantal tetapi tidak pada folikel yang besar. Ekspresi Smad2 terdapat kembali pada selsel luteal. Protein Smad2 lebih respon terhadap stimulasi activin sedang Smad3 lebih respon terhadap stimulasi TGF-β. Ketidak hadiran protein Smad pada folikel yang besar sesuai dengan pendapat Vitale et al., (2002) bahwa pada folikel yang besar terdapat produksi inhibin yang bertindak sebagai faktor parkrin yang menghambat pertumbuhan folikel lainnya. Pemberian inhibin pada ovarium tikus in vitro akan mengakibatkan penghambatan pertumbuhan folikel dan meningkatkan persentase sel-sel granulosa yang Rusli (2011) Mekanisme Molekuler Regulasi… mengalami apoptosis yang diikuti dengan peningkatan Bax tetapi tidak pada Bcl-2. KESIMPULAN 1. Regulasi sintesis FSH oleh GnRH terjadi melalui reseptor GnRH yang terdapat pada sel-sel gonadotrop. Meskipun terdapat dua bentuk isoform GnRH yakni GnRH I dan GnRH II, tetapi dalam regulasi sintesis FSH kemungkinan keduanya menggunakan reseptor yang sama yakni reseptor GnRH I. Reseptor GnRH II diduga berhubungan dengan tingkah laku reproduksi karena berlokasi di dalam otak. 2. Regulasi sintesis FSH melalui reseptor ini melibatkan kaskade transduksi signal meliputi aktivasi PKC, MAPK dan kalsium. 3. Kontrol sekresi FSH oleh inhibin diduga terjadi melalui : Kompetisi antara prekursor αinhibin dengan FRBC karena keduanya mempunyai struktur kimia yang sama. Penghambatan aksi activin melalui aksi langsung terhadap reseptor activin tipe II dan blokade melalui jalur protein Smad2 dan Smad3. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2004. Mayo Lab Research. http://www. biochem. northwestern. edu/mayo/home. Html. Bernard, D. J. 2003. Smad3 dan Smad2 splice-variant stimulate endogenous FSHβ mRNA levels in mouse gonadotrope cells. http://www.popcouncil.org/medi a center/present/abstracts/endo20 03/bernard_abstractSmad3.htm. Bernard, D. J. 2004. Regulation of gonadalpituitary interaction. http://www.popcouncil.org/index . html. Bleach, E. C. L., R. G. Glencross, S. A. Feist, N. P. Groome, and P. G. Knight. 2001. Plasma inhibin A in heifer: Relationship with follicle dynamics, gonadotrophins,and steroid during estrous cyle and after treatmeant with bovine follicular fluid. Biol. Reprod. 64:743-752. Carroll, R. s., P. M. Kowash, J. A. Lofgren, R. H. Schwall, and W. W. chin. 1991. In vivo regulation of FSH sythensis by inhibin and activin. Endocrinology. 129 (6):32993304. Hsueh, A. J. 2004. Mother against decapentaplegic Drosophila, homology of 3 (MADH3). http://avary.stanford.edu/4_displ ay.html?rec=948. Kaneko, H., H. Kishi, G. Watanabe, K. Taya, S. Sasamoto, and Y. Hasegawa. 1995. Immunoneutralization of inhibin and estradiol during the follicular phase of the estrous cycle in cows. Biol. Reprod., 53:931-939. Labbe, E., C. Silvestri, P. A. Hoodless, J. L. Wrana, and L. Attisano L. Smad2 and Smad3 positively and negatively regulate TGF βdependent transcription through the forkhead DNA-binding protein FAST2. Mol Cell 2:109120. Lewis, K. A., P. C. Gray, A. L. Blount, L. A. MacConell, E. Wiater, L. M. Bilezikjian, and W. Vale. 2000. Betaglycan binds inhibin and can mediate functional antagonism of activin aignalling. Nature 404:411-414. Matzuk, M. M. 2000. Editorial: In search of binding-identification of inhibin receptors. Endocrinology 141 (7):2281-2284. Okada, Y., A. M. Kawano, S. S. Kakar, and S. J. Winters. 2003. Evidence that GnRH II stimulates LH and FSH secretion from monkey pituitary cultures by activating 103 Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 98-104 (2011) the GnRH I receptor. Biol.Reprod. 69 (4): 1356-1361. Schneyer, A. L., P. M. Sluss, R. W. Whitcomb, K. A. Martin, R. Sprengel, and W. F. Crowley Jr. 1991. Precursors of alphainhibin modulate folliclestimulating hormone receptor binding and biological activity. Endocrinology. 129:1987-1999. Suszko, M. I., D. J. Lo, H. Suh, S. A. Camper, and T. K. Woodruff. 2003. Regulation of the rat follicle-stimulating hormone βsubunit promoter by activin. Molecular Endocrinology 17(3):318-322. Vasilyev, V. V., F. Pernasetti, S. B. Rosenberg, M. J. Barsoum, D. A. Austin, N. J. G. Webster, and P. L. Mellon. 2002. Transcriptional activation of avine FSH-β gene by GnRH involves multiple signal transduction pathways. Endocrinology 143(5):16511659. Weiss, J., J. L. Jameson, J. M. Burrin and W. F. Crowley, Jr. 1990. 104 ISSN : 2088-0111 Divergent responses of gonadotropin subunit messenger RNAs to continuous versus pulsatile gonadotropin-releasing hormone in vitro. Molecular Endocrinology, 4:557-564. Xu, J., J. Oakley, and J. A. McGee. 2002. Stage-specific expression of Smad2 and Smad3 during folliculogenesis. Biol. Reprod. 66:1571-1578.