RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /MENKES/PER/ /2009 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT KHUSUS MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Khusus; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4431); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/SK/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007 tentang Perubahan Pertama Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 1 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/SK/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 355/Menkes/Per/V/2006 tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT KHUSUS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. 2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus adalah pengelompokan Rumah Sakit Khusus berdasarkan perbedaan tingkatan menurut kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan, peralatan, sarana dan prasarana serta administrasi dan manajemen yang dapat disediakan dan berpengaruh terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan. 3. Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar dan pelayanan gigi dan mulut dasar 4. Pelayanan medik spesialistik dasar adalah pelayanan medik dasar sesuai kekhususannya; 5. Pelayanan spesialistik penunjang medik meliputi radiologi, patologi klinik, mikrobiologi, patologi anatomi, rehabilitasi medik, anestesiologi; dan lain lain sesuai dengan kebutuhan kekhususannya dan diatur sesuai dengan lampiran keputusan ini. 6. Pelayanan medik spesialistik lain adalah pelayanan spesialistik selain pelayanan kekhususan yang mendukung pelayanan kekhususan antara lain meliputi spesialistik bedah, spesialistik penyakit dalam, spesialistik anak spesialistik obgyn, spesialistik bedah toraks; dan lain lain sesuai dengan kebutuhan kekhususannya dan diatur sesuai dengan lampiran keputusan ini. Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 2 7. Pelayanan penunjang klinik meliputi antara lain perawatan Intensif, pelayanan darah, pelayanan Gizi, pelayanan farmasi, pelayanan sterilisasi instrumen dan rekam medik; dan lain lain sesuai dengan kebutuhan kekhususannya dan diatur sesuai dengan lampiran keputusan ini. 8. Pelayanan penunjang non klinik meliputi laundry/linen, pelayanan jasa boga/dapur, pelayanan tehnik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, transportasi (ambulance), komunikasi, pemulasaraan jenazah, penampungan air bersih dan lain lain sesuai dengan kebutuhan kekhususannya dan diatur sesuai dengan lampiran keputusan ini. BAB II KRITERIA KLASIFIKASI Pasal 2 (1) Berdasarkan kemampuan pelayanan rumah sakit diklasifikasikan menjadi : a. RUMAH SAKIT KHUSUS Kelas A b. RUMAH SAKIT KHUSUS Kelas B c. RUMAH SAKIT KHUSUS Kelas C (2) RUMAH SAKIT KHUSUS Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rumah sakit pendidikan Pasal 3 Kriteria klasifikasi RUMAH SAKIT KHUSUS terdiri dari unsur pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana serta administrasi dan manajemen sesuai kemampuan pelayanannya. Pasal 4 (1) Kriteria klasifikasi dari unsur pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat sesuai kekhususannya, pelayanan medik spesialistik dasar sesuai kekhususan, pelayanan medik spesialistik penunjang, pelayanan medik spesialistik lain, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang non klinik; (2) Jenis dan jumlah pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan klasifikasi rumah sakit sesuai dengan kebutuhan kekhususannya dan tercantum dalam lampiran keputusan ini. Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 3 Pasal 5 (1) Kriteria klasifikasi dari unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada pelayanan medik dasar, pelayanan medik spesialistik sesuai kekhususannya, pelayanan medik subspesialistik, pelayanan medik spesialistik penunjang, pelayanan keperawatan dan penunjang medik; (2) Jenis dan jumlah sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan klasifikasi rumah sakit sesuai dengan kekhususannya dan tercantum dalam lampiran keputusan ini. Pasal 6 Jenis dan tingkat pelayanan medik spesialistik disesuaikan dengan kompetensi tenaga medis yang tersedia sesuai dengan kekhususannya dan tercantum dalam lampiran keputusan ini. Pasal 7 Kriteria klasifikasi dari unsur peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus sesuai dengan kekhususannya dan tercantum dalam lampiran keputusan ini; Pasal 8 Kriteria klasifikasi dari unsur sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus sesuai dengan kekhususannya dan tercantum dalam lampiran keputusan ini Pasal 9 (1) Kriteria klasifikasi dari unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi struktur organisasi dan tatakelola; (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi unsur pimpinan, pelayanan medik, keperawatan, penunjang medik, pendidikan dan penelitian, administrasi umum, komite medik, komite etik dan hukum serta satuan pengawas internal; (3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi, susunan dan uraian jabatan, tata hubungan kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws & medical staff bylaws; Pasal 10 (1) Penilaian masing-masing unsur kriteria klasifikasi Rumah Sakit Khusus sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini. (2) Kriteria klasifikasi yang diatur dalam peraturan ini sebagaimana dimaksud pada Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 4 ayat (1) berdasarkan klasifikasi rumah sakit khusus sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini BAB III Ketentuan Lain Pasal 11 Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini Pasal 12 (1) Setiap rumah sakit wajib memiliki klasifikasi rumah sakit berdasarkan kemampuan pelayanannya; (2) Klasifikasi rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. (3) Organisasi dan eselon rumah sakit daerah ditetapkan berdasarkan kelas rumah sakit dan sesuai dengan aturan yang berlaku Pasal 13 Setiap rumah sakit harus memberikan pelayanan gawat darurat dalam keadaan gawat darurat atau penyelamatan nyawa pasien (life saving). Pasal 14 Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususan dan menyebutkan satu jenis kekhususannya. hanya BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 15 (1) (2) (3) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalam peraturan menteri ini kepada pemerintah daerah provinsi Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit kepada pemerintah daerah Kabupaten / Kota Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 5 (4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lain. BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI (1) (2) (3) (4) (1) (2) Pasal 16 Untuk menjamin sinergi kesinambungan dan efektivitas langkah-langkah secara terpadu dalam pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit menteri, gubernur dan bupati/ walikota melakukan pemantauan dan evaluasi Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di provinsi Gubernur melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di kabupaten/ kota Pemantauan dan evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di daerah Pasal 17 Bupati dan walikota berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di daerahnya kepada gubernur Gubernur berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan dan program klasifikasi rumah sakit di daerahnya kepada Menteri BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 (1) Setiap rumah sakit wajib memenuhi ketentuan dalam peraturan ini paling lama 2 (dua) tahun sejak peraturan ini ditetapkan. (2) Klasifikasi rumah sakit swasta wajib menyesuaikan klasifikasinya paling lama 2 (dua) tahun sejak peraturan ini ditetapkan. (3) Ketentuan mengenai kriteria klasifikasi ini dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 6 BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal ……………………. MENTERI KESEHATAN, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 7 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : TANGGAL : LAMPIRAN I KRITERIA KLASIFIKASI RS KHUSUS PARU Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan paru paripurna dan sistem rujukan, rumah sakit paru sebagai rumah sakit khusus dibedakan atas rumah sakit paru kelas A, B dan C. A. Pelayanan pokok di rumah sakit paru, terdiri dari : I. II. III. Pelayanan medik umum Pelayanan gawat darurat sesuai kekhususannya, Pelayanan medik spesialistik dasar sesuai kekhususan : NO. IV. V. VI. VII. JENIS PELAYANAN SPESIALISTIK KELAS A KELAS B KELAS C 1 Infeksi paru + + + 2 Asma dan PPOK + + + 3 Onkologi paru + - - 4 Faal paru klinik + + + 5 Penyakit paru akibat kerja + + + 6 Imunologi paru + - - 7 Intervensi paru + + - pelayanan medik spesialistik penunjang, pelayanan medik spesialistik lain, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang B. SUMBER DAYA MANUSIA Secara fungsional SDM pada rumah sakit paru terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, perawat, tenaga kesehatan non perawatan serta tenaga non kesehatan. Berikut ini merupakan jenis ketenagaan dan jumlah kebutuhan minimal pada Rumah Sakit Paru : Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 8 No. JENIS TENAGA KELAS A KELAS B KELAS C A. MEDIS 23 12 4 I Medik dasar : 1 Dokter Umum 6 4 2 2 Dokter gigi 2 1 1 II Medik spesialistik sesuai kekhususannya : 1 Dokter Spesialis Paru 4 2 1 2 Dokter Sub Spesialis Paru 2 - - 3 Dokter Spesialis Radioterapi 1 - - 4 Dokter Spesialis Anak 1 1 - 5 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 1 - 6 Dokter Spesialis Jantung 1 - - 7 Dokter Spesialis Bedah Thoraks 1 1* - III Medik Spesialistik Penunjang: 1 Dokter Spesialis Radiologi 1 1 - 2 Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 1 - 3 Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 - - 4 Dokter Spesialis Anestesi 1 1* - 5 Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis 1 - - 2 / 1 tt 2 / 1 tt 1 / 2 tt 1 / 1 tt 1 / 1 tt 1 / 1 tt Keparawatan Ruang Gawat Darurat 1 / 10 1 / 10 1 / 10 (per shift) pasien pasien pasien Keperawatan dan kebidanan Ruang 4 / 100 4 / 100 4 / 100 B. 1 KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Keperawatan dan kebidanan Ruang Rawat Inap Keperawatan dan kebidanan Ruang Raat Intensif 2 Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 9 Rawat Jalan pasien pasien pasien 32 20 11 1 Apoteker 1 1 1 2 SKM 1 1 - 3 SMF / SAA 5 3 2 4 AKZI / SPAG 3 2 1 5 ATRO / APRO 4 2 1 6 ATEM 2 1 1 7 Ahli Madya Kesehatan Lingkungan 1 1 1 8 Ahli Madya Rekam Medis 1 1 1 9 Fisioterapis 3 2 1 10 Analis Ahli Kesehatan (AAK) 8 5 2 11 Perawat Anestesi 3 1 - 38 15 8 1 S2 Perumahsakitan/ Manajemen 1 1 - 2 Sarjana Ekonomi 2 1 1 3 Sarjana Hukum 1 1 - 4 Sarjana Administrasi 1 1 1 5 Akademi Komputer 3 1 1 6 D3 / SLTA / STM 30 10 5 C. Penunjang medik TENAGA PENUNJANG NON D. MEDIK C. PERALATAN Peralatan Rumah Sakit Paru disusun berdasarkan instalasi yang terdapat di rumah sakit (IGD, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Intensif, Ruang Isolasi, Instalasi Radiologi, Ruang Operasi, dll). No. NAMA PERALATAN Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 KELAS A KELAS B KELAS C 10 I. II. III. INSTALASI GAWAT DARURAT 1 Bedside Monitor 2 1 - 2 Suction 1 1 1 3 Autoclave 1 1 1 4 Nebulizer 1 1 1 5 DC Shock 1 1 1 6 Resuscitation Kit 1 1 1 7 Ventilator 1 - - 1 Spirometer 2 1 1 2 Nebulizer 2 1 1 3 ECG 1 1 1 4 Bronchoscopy 1 1 1 5 Body Plathysmograph 1 - - 6 Sleep Lab 1 - - 7 Pulmonary Exercise Set 1 - - 8 Bronchial Provocation Test 1 - - 1 /10 TT 1 / 10 TT 1 / 10 TT 2 Sterilizator 1 / RR 1 / RR 1 / RR 3 Nebulizer 1 / 10 TT 2 / 10 TT 1 4 WSD (Water Seal Drainage) Set 4 1 1 5 Troicard (20,24, 28, 32) 4 2 1 INSTALASI RAWAT JALAN INSTALASI RAWAT INAP 1 Suction Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 11 IV. RUANG IRCU 1 / TT 1 / TT - 2 Nebulizer 1 1 - 3 Ventilator Mechanic 1 2 - 4 Anti Decubitus Mattras 4 - - 5 Bedside Monitor 4 2 - 6 IRCU Bed 4 2 - 7 Resuscitation Kit 4 1 - 8 Continuous Suction 1 1 - 9 Infusion / Syringe Pump 2 2 - 10 DC Shock 4 1 - 11 Bronchoscopy 1 - - 12 Mobile X-Ray (40 mA) 1 - - 1 X-Ray dengan Fluoroscopy 1 1 1 2 Mobile X-Ray (100 mA) 1 1 - 3 Automatic Film Processor 1 1 - 4 CT Scan 1 - - 5 USG 1 - - 6 C-Arm 1 - - a. Automatic Haematology Analyzer 1 1 1 b. Automatic Blood Chemistry Analyzer 1 1 - c. Blood Gas Analyzer 1 1 - d. Electrolyte Analyser 1 1 - e. ELISA automatic/semiautomatic 1 - - f. Flow Cytometer 1 - - g. PCR Machine 1 - - h. Fluoresence Microscope 1 - - 1 Oxygen Central V. INSTALASI RADIOLOGI VI. INSTALASI LABORATORIUM 1. Peralatan Canggih : Analyzer Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 12 i. Deepfreez Refrigerator (-20OC) 1 - - a. Binocular Microscope 4 3 2 b. Sentrifuge 3 2 1 c. Icubator aerob 3 2 1 d. Incubator anaerob 1 - - e. Autoclave 2 1 1 f. Perometer 1 1 1 g. Biosafety Cabinet class II 2 1 1 h. Urine Analyzer 1 1 - i. Inspisator 1 1 1 j. Refrigerator 3 2 1 k. ELISA Machine (Washer + Reader + 1 1 - a. Rak dan Tabung LED 5 3 1 b. Haemotology Cell Counter 2 1 1 c. Hb meter + Pipet eritrosit + pipet - - 1 2 1 1 1 Anesthesi Machine 1 1 - 2 Patient Monitor 1 1 - 3 DC Shock 1 1 - 4 Meja Operasi 1 1 - 5 Lampu Operasi 1 1 - 6 Infusion / Syringe Pump 1 1 - 7 Rescusitation Kit 1 1 - 8 Peralatan Bedah Paru / Toraks 1 1 - 2. Peralatan Sedang : Incubator) 3. Peralatan Sederhana : leukosit + bilik kantong d. Glucose meter VII. INSTALASI BEDAH SENTRAL Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 13 VIII + - - 1 Exercises Treadmill 1 - - 2 Static Bicycle / Ergocycle 1 1 - 3 Shortwave Diathermy 1 1 - 4 Infrared 1 1 1 5 Nebulizer 1 1 1 RUANG ISOLASI 1 APD untuk petugas kesehatan : (Masker, Sepatu Boots, Gaun/Sarung tangan/Kaos kaki disposable, Kaca mata goggles, tutup muka, apron.) 2 Peralatan untuk pasien : Termometer Stetoscope Sphygmomanometer Tourniquet IV Set Pole Basin Mobile Screen Bedpan Bed linen Disposable patient gowns Alat makan disposable dan food box khusus IX. INSTALASI REHABILITASI MEDIK D. SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana fisik/ruangan rumah sakit paru terdiri dari atas bangunan utama dan bangunan penunjang. Berikut adalah ruangan yang perlu ada pada sarana dan prasarana fisik di rumah sakit paru. Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 14 NO. NAMA RUANGAN I. BANGUNAN UTAMA II. KELAS A KELAS B KELAS C 1 Ruang Administrasi + + + 2 Ruang Rawat Jalan + + + 3 Ruang Rawat Inap 75 TT 50 TT 25 TT 4 UGD + + + 5 Ruang Radiologi + + + 6 Ruang Radiotherapy + - - 7 Ruang Farmasi + + + 8 Ruang Laboratorium + + + 9 Ruang Rehabilitasi Medik + + + 10 Ruang Perawatan Utama / VIP + + - 11 Ruang Tindakan + + + 12 Ruang Bedah + + - 13 Ruang Pulih + + - 14 Ruang IRCU + + - 15 Ruang Komite Medik + + + 16 Ruang Diagnostik Central + - - 17 Ruang Penyuluhan PKMRS + + + 18 Ruang Pemulasaraan Jenazah + + + 19 Dapur / Gizi + + + 20 Laundry + + + 21 IPSRS / Bengkel + + + 22 IPLRS / Lab. IPAL + + + 23 Ruang Perpustakaan + + + 24 Ruang Diklat + - - 25 Ruang Pertemuan + + + BANGUNAN PENUNJANG Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 15 1 Ruang Generator + + + 2 IPAL + + + 3 Tempat Pembuangan Sampah sementara + + + Catatan : Ruang Incenerator dapat dilakukan kerja sama dengan rumah sakit di sekitar. Draft Ditjen Bina Pelayanan Medik’09, 01/07/09 16