HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERIODE 1 JANUARI 2011 – 30 NOVEMBER 2013 Naskah Publikasi Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SAVIRA DHANIA MUKTI 20100320171 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014 i Naskah Publikasi Naskah Publikasi ii LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Nama : Savira Dhania Mukti No. Mahasiswa : 20100320171 Judul : Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013 Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author. Demikian harap maklum Yogyakarta, Juli 2014 Pembimbing Mahasiswa dr. Supriyatiningsih, Sp.OG., M.Kes Savira Dhania Mukti *) Coret yang tidak perlu iii Hubungan antara Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013 Savira Dhania Mukti1 , Supriyatiningsih2, Sri Sumaryani3 Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014 INTISARI Latar Belakang: Frekuensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 37,1%. Anemia dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahaya anemia selama kehamilan antara lain terjadi abortus, gangguan tumbuh kembang pada janin, mola hidatidosa, dan lain-lain termasuk kasus hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah kejadian mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang merugikan janin. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Metode: Jenis penelitian ini adalah rancangan survei case control dengan menggunakan pendekatan retrospective. Sampel penelitian ini terdiri dari 94 kasus dan 94 kontrol dengan menggunakan teknik purposive sampling yang diambil dari data rekam medis responden. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan uji Chi Square dan Odd Ratio. Hasil: Berdasarkan hasil uji Chi Square antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh nilai P = 0,824 (Pvalue > 0,05). Nilai Odd Ratio adalah 0,906 yang berarti ibu yang menderita anemia hanya berpeluang 0,906 kali untuk terjadi hiperemesis gravidarum. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Kata Kunci: Gravidarum, Hiperemesis Gravidarum, Anemia, Anemia dalam Kehamilan 1 Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Dosen Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3 Dosen Keperawatan Maternitas, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta iv The Relationship between Anemia in Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum in Panembahan Senopati Bantul’s General Hospital Period January 1, 2011 - November 30, 2013 Savira Dhania Mukti1 , Supriyatiningsih2, Sri Sumaryani3 Student Research Project, School of Nursing Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta 2014 ABSTRACT Background: The frequency of anemia in pregnant women in Indonesia is still relatively high at 37.1%. Anemia can be a bad influence, especially during pregnancy, childbirth, and postpartum. Impacts of anemia during pregnancy, among other things abortion, fetal growth disorders, hydatidiform mole, and others including the case of hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum is nausea and vomiting that result in weight loss more than 5%, abnormal fluid intake and nutrition, electrolyte imbalance, dehydration, ketonuria and adverse consequences of fetal. The purpose of this study is to determine the relationship between anemia in pregnancy and hyperemesis gravidarum in Panembahan Senopati Bantul’s General Hospital period January 1, 2011 - November 30, 2013. Methods: This study was a case-control survey design using a retrospective approach. The study sample consisted of 94 cases and 94 controls using purposive sampling techniques were taken from the medical records of the respondents. The data were analyzed using Chi Square test and Odd Ratio. Results: Based on the results of the Chi Square test between anemia in pregnancy and hyperemesis gravidarum obtained value of P = 0,824 (Pvalue > 0,05). The odds ratio value is 0,906 which means mothers with anemia only likely to occur 0,906 times hyperemesis gravidarum. Conclusions: There was no relationship between anemia in pregnancy and hyperemesis gravidarum in Panembahan Senopati Bantul’s General Hospital Period January 1, 2011 - November 30, 2013. Keywords: Gravidarum, Hyperemesis Gravidarum, Anemia, Anemia in Pregnancy 1 Nursing Student, School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta 2 Lecturer of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta 3 Lecturer at Maternity Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta v A. PENDAHULUAN Frekuensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 37,1%17. Anemia dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahaya anemia selama kehamilan antara lain terjadi abortus, gangguan tumbuh kembang pada janin, mola hidatidosa, dan lain-lain termasuk kasus hiperemesis gravidarum12. Insidensi terjadinya kasus hiperemesis gravidarum sebesar 0,8% sampai 3,2% dari seluruh kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000 kehamilan21. Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang merugikan janin13,22. Salah satu penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum yaitu ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa12. Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai bahaya anemia dalam kehamilan dan risiko terjadinya hiperemesis gravidarum. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah rancangan survei case control dengan menggunakan pendekatan retrospective. Sampel penelitian ini terdiri dari 94 kasus dan 94 kontrol yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan teknik purposive sampling yang diambil dari data rekam medis 1 responden. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan uji Chi Square dan Odd Ratio. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan usia responden yaitu usia 2035 tahun pada kelompok kasus sebesar 77,7% dan pada kelompok kontrol sebesar 64,9%. Berdasarkan gravida yaitu terbanyak pada kelompok multigravida yaitu 55,3% pada kelompok kasus dan 74,5% pada kelompok kontrol. Berdasarkan usia kehamilan responden paling banyak adalah kehamilan trimester I yaitu sebanyak 69,1% pada kelompok kasus dan 61,7% pada kelompok kontrol. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 42,6% pada kelompok kasus dan 47,9% pada kelompok kontrol. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 44,7% pada kelompok kasus dan 51,1% pada kelompok kontrol. 2. Frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarum No Kejadian Hiperemesis Frekuensi Presentase Gravidarum 1 Hiperemesis Gravidarum 94 50% 2 Tidak Hiperemesis Gravidarum 94 50% Total 188 100% Sumber : Data Sekunder 2011 - November 2013 Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum dan ibu hamil yang tidak mengalami 2 hiperemesis gravidarum adalah sama dengan distribusi data sebanyak 94 orang (50%) pada kedua kelompok. Hasil analisis peneliti adalah banyaknya ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum disebabkan oleh multifaktorial dan merupakan komplikasi dalam kehamilan yang dapat membahayakan kesehatan ibu maupun janin. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum adalah kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, dan nuliparitas14. Penelitian yang dilakukan oleh Bolin et al.,5 bahwa kejadian hiperemesis gravidarum terutama pada trimester II berhubungan dengan penyakit kehamilan dan gangguan pada janin seperti pre-eklamsia, usia kehamilan yang kurang sehingga menyebabkan janin lahir dengan prematur, dan disfungsi plasenta pada janin. 3. Frekuensi kadar Hb pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Hb No Kadar Hb 1 Anemia (<11g%) 2 Tidak Anemia Frekuensi Kelompok Frekuensi Kelompok Kasus (%) Kontrol (%) 12 (12,8%) 11 (11,7%) 82 (87,2%) 83 (88,3%) 94 (100%) 94 (100%) (≥11g%) Total Sumber : Data Sekunder 2011 - November 2013 Hasil penelitian menunjukkan dari 188 responden terdapat 23 (12,2%) ibu yang mengalami anemia dan 165 (87,8%) ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Asumsi peneliti adalah banyaknya ibu hamil yang tidak menderita anemia disebabkan karena terpenuhinya asupan gizi, 3 zat besi, dan asam folat saat hamil. Apabila selama kehamilan ibu tidak mengalami anemia, maka metabolisme tubuh dapat bekerja secara optimal dan nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan dapat terpenuhi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lindstrom, et al.,10 bahwa tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil terutama di awal kehamilan lebih tinggi disebabkan karena kekurangan asupan gizi seperti asam folat, vitamin B-12 dan Zinc, sedangkan lebih rendah pada ibu hamil yang mengalami kekurangan zat besi. Selain asupan nutrisi yang baik, tingkat pendidikan ibu hamil yang mayoritas SMA yaitu sebanyak 90 (47,9%) merupakan salah satu faktor banyaknya ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Semakin baik tingkat pengetahuan ibu hamil dapat membentuk perilaku gizi yang baik terutama dalam makanan dengan gizi yang seimbang2. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan, tingkat pengetahuan, status ekonomi, penyakit kehamilan, dan asupan nutrisi merupakan penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil13. Antenatal Care (ANC) sebagai sumber promosi dan edukasi bagi ibu hamil untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi dalam kehamilan seperti pemeriksaan kadar Hb dan golongan darah7. Pemeriksaan ANC dilakukan minimal empat kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Optimalnya pemberitahuan informasi selama ANC tentang anjuran mengkonsumsi zat besi (tablet Fe) dan vitamin yang diberikan sesuai umur kehamilan dapat mengurangi terjadinya anemia dalam kehamilan. 4 4. Hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Tabel 3. HEG HEG Kadar Hb Anemia Tidak Anemia Jumlah Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tabel Silang Antara Anemia Dalam Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Tidak HEG Total OR 95% CI F % F % F % 12 6,4% 11 5,9% 23 12,2% 82 43,6% 83 44,1% 165 87,8% 0,906 0,38 – 2,17 94 94 50% 50% Pvalue 0,824 188 100% Sumber : Data Sekunder 2011 - November 2013 Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami anemia tidak memiliki kecenderungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum yaitu sebesar 12 responden (6,4%), sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami anemia memiliki kecenderungan mengalami kejadian hiperemesis gravidarum sebesar 82 responden (43,6%). Setelah dilakukan uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,824 (Pvalue >0,05). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ho diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013. Ibu yang menderita anemia hanya berpeluang 0,9 kali untuk terjadi hiperemesis gravidarum (OR = 0,906). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi6 tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RS PKU Muhammadiyah Gombong” 5 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb15. Asumsi peneliti adalah status gizi yang baik saat kehamilan dapat mencegah terjadinya berbagai komplikasi dalam kehamilan. Hal tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Rohana18 bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yaitu ibu hamil yang mempunyai pola makan dengan tingkat asupan energi dalam kategori cukup sebanyak (40,7%) dan kategori tidak cukup (59,3%), sedangkan tingkat asupan protein dalam kategori cukup (52,5%) dan kategori tidak cukup (47,5%). Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum, peneliti berasumsi dimungkinkan karena terdapatnya faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum yaitu faktor adaptasi dan hormonal, faktor organik, dan faktor psikologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Lacasse, et al.,8 bahwa etiologi mual dan muntah selama kehamilan sering kali sulit dimengerti tetapi mual dan muntah selama kehamilan ini dapat dipertimbangkan sebagai akibat dari masalah multifaktorial. Faktor adaptasi dan hormonal dalam hal ini terkait dengan hormon hCG dan hormon serotonin pada ibu hamil. Peneliti berasumsi hormon hCG yang meningkat di awal-awal kehamilan akan menstimulasi kelenjar tiroid sehingga mengakibatkan mual dan muntah. Hal ini didukung oleh Panesar, et al.,16 menyatakan bahwa hCG tidak secara tunggal terlibat dalam etiologi hiperemesis 6 gravidarum, tetapi hiperemesis gravidarum mungkin secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas stimulasi tiroid. Salah satu fungsi hormon serotonin dalam darah adalah untuk mencegah terjadinya mual dan muntah berlebihan yang dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dan terjadi dehidrasi11. Penelitian lain tentang hormon serotonin yaitu didapatkan hasil bahwa hormon serotonin tidak berperan secara signifikan dalam etiologi terjadinya hiperemesis gravidarum20. Asumsi peneliti bahwa faktor organik seperti infeksi Helicobacter pylori merupakan faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih, dkk.,3 dan Bezircioglu, et al.,4 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ibu hamil yang terinfeksi Helicobacter pylori dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pH lambung yang disebabkan adanya akumulasi cairan akibat hormon steroid yang meningkat, dan perubahan pada imunitas humoral serta seluler yang mengakibatkan kerentanan terhadap kuman Helicobacter pylori juga meningkat. Faktor lain yang terlibat pada kejadian hiperemesis gravidarum yaitu faktor psikologis. Asumsi peneliti adalah masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah atau memperburuk gejala yang sudah ada. Leeners, et al.,9 menyatakan bahwa faktor psikososial sangat terlibat dalam etiologi hiperemesis gravidarum dan tidak hanya mempengaruhi durasi dan keparahan gejala namun juga mempengaruhi resistensi sehingga berpengaruh pada keberhasilan strategi penatalaksanaan hiperemesis gravidarum. Menurut teori, kenyamanan yang optimal dalam 7 kehamilan bukan hanya kenyamanan fisik, tetapi juga kenyamanan psiko-emosional dan spiritual seperti kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, dan beban pekerjaan20. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardianti2 dan Sari19 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum dikarenakan pada ibu hamil yang mengalami anemia terjadi kekurangan zat gizi seperti vitamin B1, B6, B12, vitamin C, zat besi (Fe), asam folat, dan zinc yang mempengaruhi penurunan kadar serotonin dalam darah sehingga berakibat terjadinya hiperemesis gravidarum. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan tujan penelitian sebagai berikut: 1. Frekuensi ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum dan mengalami anemia yaitu sebesar 6,4%. Ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum dan tidak mengalami anemia sebesar 43,6%. 2. Frekuensi ibu yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan mengalami anemia yaitu sebesar 5,9%. Ibu yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan tidak mengalami anemia sebesar 44,1%. 3. Tidak terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013 dibuktikan dengan Pvalue = 0,824 (P > 0,05); OR = 0,906. 8 E. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mendeteksi gejala komplikasi kehamilan terutama faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di setiap kunjungan Antenatal Care. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan kepada ibu hamil rutin dalam pemeriksaan Antenatal Care agar dikenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan tentang variabel-variabel lain yang menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda. F. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Ayah/papi dan mami serta adik-adikku (Enas dan Haykel) yang selalu memberikan doa dan mendukung baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 2. dr. Supriyatiningsih, Sp.OG., M.Kes selaku dosen pembimbing yang dengan sabar selalu memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.Mat selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk karya tulis ilmiah ini. G. RUJUKAN 1. Amaliyah, G. (2011). Hubungan Pengetahuan Makanan Sumber Fe dan Vitamin C dengan Kadar Hb pada Ibu Hamil Post Hiperemesis 9 Gravidarum di Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. Ardianti, N. (2012). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tingkatan Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2007 – Desember 2011. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 3. Asih, D.M.R., Kampono, N., Prihartono, J. (2009). Hubungan Pajanan Infeksi Helicobacter Pylori dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 4. Bezircioglu, I., Elveren, H.B., Baloglu, A., Bicer, M. (2011). The Positivity of Helicobacter pylori Stool Antigen Patients with Hyperemesis Gravidarum. J Turkish-German Association, 12: 71-4. Diakses 27 Desember 2013, dari www.journalagent.com/ 5. Bolin, M., Akerud, H., Cnattingius, S., Stephansson, O., Wikstrom, A.K. (2013). Hyperemesis Gravidarum and Risks of Placental Dysfunction Disorders: a Popoulation-Based Cohort Study. An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 1471-0528.12132. Diakses 1 Juli 2014, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3613752/ 6. Dewi, A.P.S. (2011). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Kebumen: STIKES Muhammadiyah Gombong. 7. Getachew, M., Yewhalaw, D., Tafess, K., Getachew, Y., Zeynudin, A. (2012). Anaemia and Associated Risk Factors Among Pregnant Women in Gilgel Gibe Dam Area, Southwest Ethiopia. Biomed Central, 5:296. Diakses 25 Oktober 2013, dari http://www.parasitesandvectors.com/content/5/1/296 8. Lacasse, A., Rey, E., Ferreira, E., Morin, C., Berard, A. (2009). Epidemiology of Nausea and Vomiting of Pregnancy: Prevalence, Severity, Determinants, and The Importance of Race/Ethnicity. Biomed Central Journals Pregnancy and Childbirth, 9:26. Diakses 3 Juli 2014, dari http://www.biomedcentral.com/1471-2393/9/26 9. Leeners, B., Sauer, I., Rath, W. (2000). Nausea and Vomiting in Early Pregnancy/Hyperemesis Gravidarum. Current Status of Psychosomatic 10 Factors. Zeitschrift Fur Neonatologic, 204 (4): 128-134. Diakses 3 Juli 2014, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11008334 10. Lindstrom, E., Hossain, M.B., Lonnerdal, B.O., Raqib, R., Arifeen, S.E., Ekstrom, E.C. (2010). Prevalence of Anemia and Micronutrient Deficiencies in Early Pregnancy in Rural Bangladesh, The MINIM at Trial. Nordic Federation of Obstetrics and Gynecology, 90: 47-56. Diakses 31 Oktober 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21275915 11. Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC. 12. Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 13. Mullin, P.M., Bray, A., Schoenberg, F., MacGibbon, K.W., Romero, R., Goodwin, T.M., et al. (2011). Prenatal Exposure to Hyperemesis Gravidarum Linked to Increased Risk of Psychological and Behavioral Disorders in Adulthood. Journal of Developmental Origins of Health and Disease, 1-5. Diakses 26 Desember 2013, dari http://www.helpher.org 14. Ocviyanti, D. (2010). Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. 15. Ojofeitimi, E.O., Ogunjuyigbe, P.O., Sanusi, R.A., Orji, E.O., Akinlo, A., Liasu, S.A., et al. (2008). Poor Dietary Intake of Energy and Retinol Among Pregnant Woman: Implications for Pregnancy Outcome. Pakistan Journal of Biological Science, 7(3): 480-484. Diakses 3 Juli 2014, dari www.pjbs.org/pjnonline/fin851.pdf 16. Panesar, N.S., Li, C.Y., Rogers, M.S. (2001). Are Thyroid Hormones or hCG Responsible for Hyperemesis Gravidarum? A Matched Paired Study in Pregnant Chinese Women. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 80 (6): 519-524. Diakses 3 Juli 2014, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11380287 17. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diakses 23 Desember 2013, dari http://depkes.go.id// 11 18. Rohana. (2008). Pola Makan pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum dan Anemia di Wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. 19. Sari, S. (2013). Hubungan Beberapa Faktor Risiko Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum. Jambi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi. 20. Tiran, D. (2008). Nausea and Vomiting in Pregnancy: an Integrated Approach to Care. Jakarta: EGC. 21. Vikanes, A.V., Stoer, N.C., Magnus, P., Grjibovski, A.M. (2013). Hyperemesis Gravidarum and Pregnancy Outcomes in the Norwegian Mother and Child Cohort – a Cohort Study. BioMed Central Pregnancy and Childbirth, 13: 169. Diakses 9 Desember 2013, dari http://www.biomedcentral.com/1471-2393/13/169 22. Wegrzyniak, L.J., Repke, J.T., Ural, S.H. (2012). Treatment of Hyperemesis Gravidarum. Reviews in Obstetrics & Gynecology, 5 (2), 7884. Diakses 3 November 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410506/ 12