28 Agustus 2013 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM Disusun oleh : Silviana Sari G1A109025 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2013 1 28 Agustus 2013 Hubungan Beberapa Faktor Risiko Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum Silviana Sari1, Firmansyah2, Armaidi Darmawan3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 2 Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Bagian Obgin Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi 3 Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan faktor risiko ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum di bangsal obstetri dan ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain case control tak berpadanan. Sampel penelitian ini terdiri dari 62 kasus dan 62 kontrol. Data diperoleh dengan mengambil rekam medik di bangsal obsteri dan ginekologi RSUD Raden Mattaehr. Dari 62 sampel kasus dan 62 kelompok kontrol yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan hasil umur ibu risiko tinggi 2 responden (1,6%) kelompok kasus, dan 5 responden (4%) kelompok Kontrol. Primigravida 32 responden (25,8%) kelompok kasus, dan 19 responden (15,3%) kelompok kontrol. Umur kehamilan ≤16 minggu 53 responden (42,7%) kelompok kasus, dan 19 responden (15,3%) kelompok kontrol. Anemia 32 responden (25,8%) kelompok kasus, dan 16 responden (12,9%) kelompok kontrol. Terdapat hubungan bermakna antara primigravida dengan hiperemesis gravidarum (p=0,045. Terdapat hubungan bermakna antara umur kehamilan ≤16 minggu (p=0,000). Terdapat pula hubungan yang bermakna antara anemia dengan hiperemesis gravidarum (p=0,006). Tidak didapati perbedaan yang bermakna antara umur ibu dengan hiperemesis gravidarum (p=0,436). Kata Kunci: anemia; gravida; hiperemesis gravidarum; umur ibu; umur kehamilan; PENDAHULUAN Mual dan muntah merupakan gejala I1,2 dan 3% pada trimester terakhir.1,2 Namun yang paling terjadi sekitar 50-90% dari mulai timbul pada minggu ke-4 dan seluruh kehamilan.1-3 Hampir 90% gejala memberat pada minggu ke-8-12.1-6 dan mual dan muntah terjadi pada trimester ke menurun pada minggu ke- 14-20.1-3,5 Dalam 2 28 Agustus 2013 1-10% dari kehamilan, gejala dapat 13,15,16,18,19 primigravida/nullipara,8,10 faktor berlanjut setelah 20 sampai 22 minggu.3,7 adaptasi dan hormonal: wanita hamil dengan Hiperemesis gravidarum merupakan gejala anemia mual dan muntah berat yang terjadi selama hiperemesis kehamilan yang menyebabkan penurunan psikologis,1,6-8,11,14,16 berat badan > 3 kg8 atau >5% dari berat B,12,22 obesitas,10-13,20-21 badan sebelum kehamilan membutuhkan nutrisi perawatan.1-29 Keluhan menyebabkan keseimbangan (hipokalemia), sehingga parenteral ini metabolit defisiensi meningkatkan terjadinya gravidarum,6,7 faktor defisiensi vitamin Hiperemesis gravidarum memiliki insidensi 0,5-2%2,34,8,9-25 atau 5-20 kasus dapat dari 1.000 dari seluruh kehamilan. 2-4,8 Pada gangguan 0,3-2% kasus menyebabkan ibu harus elektrolit ditatalaksana rawat inap.3,8 Bahkan, di juga dehidrasi, dan akan dan dan Amerika Serikat lebih dari 285.000 ibu yang ketonuria.1-23 Bahkan jika tidak ditangani mengalami hiperemesis gravidarum dirawat dapat di mengakibatkan nutrisi, robekan pada rumah sakit setiap tahunnya.20-21,25 esofagus, Wernicke ensefalopathi, kerusakan Menurut Philip16 (2003), tercatat terdapat hati dan ginjal, dan kematian.1-20 8,6 juta orang menjadi kehilangan jam Penyebab hiperemesis gravidarum kerjanya karena masalah ini.16 Lane CA saat ini belum diketahui secara pasti dan mengatakan bahwa mual dan muntah ini multifaktorial.2,8,24 Diduga adanya gangguan berdampak terhadap kondisi fisik dan keseimbangan hCG, emosional ibu yang merasa cemas dan estrogen, dan progesteron, tiroksin, kortisol, gelisah yang akan berpengaruh terhadap diperkirakan sebagai janin.23 penting.4,9,13 Beberapa hormonal seperti faktor penyebab faktor risiko hiperemesis gravidarum yang dilaporkan METODE adalah Riwayat hiperemesis gravidarum Penelitian ini dilakukan di RSUD pada kehamilan sebelumnya,9,10,13,19,25,27,29 Raden Mattaher Jambi dengan mengambil ibu dengan data sekunder berupa rekam medik. Waktu hiperemesis gravidarum, kehamilan ganda penelitian dimulai dari 6 Mei-25 Mei 2013. atau gemelli,14,19 penyakit trofoblast atau Desain penelitian yang digunakan adalah mola hidatidosa,8,9,14 usia ibu yang terlalu desain case control tak berpadanan dengan muda, yaitu kurang dari 20 tahun,1-3,8,9- membandingkan atau saudara perempuan faktor risiko pada 3 28 Agustus 2013 kelompok kasus dan kelompok kontrol. bivariat. Batas kemaknaan yang digunakan Pemilihan sampel dipilih dengan teknik adalah 5%. systematic random sampling. Kontrol HASIL DAN PEMBAHASAN diambil dari rumah sakit yang sama dan dipilih dengan teknik acak sistematis. Besar Hasil penelitian ini disajikan dalam sampel yang diambil yaitu sebanyak 62 bentuk tabel beserta penjelasan. kelompok kasus dan 62 kelompok kontrol. Tabel 1. Distribusi frekuensi faktor risiko penelitian Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yang dirawat di Bangsal Obstetri dan Ginekologi RSUD Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum Kasus Kontrol Raden Mattaher Jambi tahun 2011-2012. Umur Ibu <20 tahun N 2 % 1,6 N 5 % 8,1 Kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu: ≥20 tahun 60 96,8 57 91,9 Gravida Primi 32 51,6 19 30,6 Multi 30 48,4 43 58,9 53 9 85,5 14,5 19 43 30,6 69,4 32 30 51,6 48,4 16 46 25,8 74,2 Ibu hamil dengan gangguan saluran cerna, dalam hal peptikum. ini adalah gastritis, Data status ulkus pasien kurang lengkap, dan status hilang. Data penelitian ini dicatat dalam lembar pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara editing, coding, entry data, dan Umur kehamilan ≤ 16 minggu >16 minggu Status Hb Anemia Tidak anemia cleaning data. Analisis data dilakukan dengan program software komputer. Analisis kesetaraan kelompok penelitian dengan uji chi square. Pengukuran kekuatan hubungan kausatif dengan penghitungan Odds Ratio kepercayaan (OR) 95%. dengan interval Dilakukan analisis multivariat dengan metode regresi logistik bagi variabel menunjukkan independen kemaknaan pada yang analisa 4 28 Agustus 2013 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat yang membatasi usia pernikahan pada antara variabel hiperemesis gravidarum perempuan, yaitu >16 tahun. Seiring dengan dengan beberapa faktor risikonya: perkembangan ilmu pengetahuan, banyak ilmu Tabel 2. Hubungan antar beberapa faktor risiko dengan hiperemesis gravidarum kesehatan reproduksi yang membuktikan timbulnya berbagai faktor risiko kehamilan dan persalian yang dihadapi oleh ibu usia muda. Pernikahan pada usia muda merugikan kesehatan fisik Faktor Risiko Umur Ibu <20 tahun ≥20 tahun Gravida Primi Multi Umur kehamilan ≤ 16 minggu OR 0,380 2,240 Pvalue dan psikis perempuan, adanya pandangan 0,071-2,038 reference 0,436 - menikah di usia muda dianggap sebagai hal 1,080-4,644 reference 0,045 - dan mencegah wanita untuk mendapatkan 95% CI masyarakat bahwa perempuan yang tabu, dianggap menghancurkan masa depan, pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Hal ini membuat perubahan demografis usia 13,327 >16 minggu 5,47-32,43 0,000 Reference - 1,440-6,532 Reference 0,006 - perempuan yang menikah di atas usia 20 tahun menjadi lebih sedikit. Status Hb <11 g/dl ≥11 g/dl 3,067 Prevalensi ibu hamil dengan umur berisiko tinggi yang didapat tidak sebesar hasil yang diteliti Asih DMR2 18,2% (10) PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis univariat, maka prevalensi ibu hamil yang memiliki umur risiko tinggi yang mengalami kasus yaitu 3,2% (2) responden dibandingkan dengan kontrolnya 48,1% (5) responden. Hal ini disebabkan karena populasi ibu dan Ardianti31 42% (21), hal ini disebabkan karena Asih mendefinisikan umur <24 tahun dan Ardianti membagi kelompok umur berisiko <20 dan >35 tahun, sehingga jumlah populasi berisiko didapat lebih banyak Prevalensi ibu hamil primigravida hamil yang berusia <20 tahun yang datang yang mengalami kasus yaitu 51,6% (32) berobat ke pelayanan kesehatan sangat responden dibandingkan dengan ibu hamil sedikit. Adanya Undang-undang pernikahan kontrolnya yaitu 30,6% (51) responden. Hal 5 28 Agustus 2013 ini disebabkan oleh banyaknya ibu hamil pengenceran, akibatnya eritrosit dan Hb primigravida memeriksakan menurun. Adanya defisiensi Fe, vitamin B6 kehamilannya karena perasaan senang sebab dan B12 serta Vitamin C yang ikut berperan merupakan dalam pembentukan sel darah merah turut yang kehamilan pertama dan dinantikan. Hasil penelitian Asih DMR2 menurunkan yaitu 27,2% (15) dan Ardianti31 7,68% (22) terjadai anemia. responden. jumlah eritrosit sehingga Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prevalensi ibu dengan umur Ardianti49 66% (33) responden, dan kehamilan ≤16 minggu yang mengalami Bezircioglu53 13,8% (5) responden. Hal ini kasus disebabkan Karena penurunan asupan zat yaitu 85,4% (53) responden dibandingkan dengan kontrolnya 30,6% (19) besi, responden. tentang Mual dan muntah pada dan kurangnya pemeriksaan pengetahuan anta natal ibu care, kehamilan lebih sering terjadi pada usia penurunan jumlah penyerapan zat besi (Fe), kehamilan ≤16 minggu, mual dan muntah perdarahan pada gastritis dan penggunaan ini disebabkan karena peningkatan kadar zat besi oleh infeksi Helicobacter Pylori. sekresi hCG dan estrogen yang dihasilkan oleh sel trofoblas blastosit pada 12-16 minggu pertama kehamilan. hCG melewati kontrol ovarium menyebabkan di korpus hipofisis dan luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron sehingga merangsang mual dan muntah.29 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan risiko rendah yaitu umur ≥20 tahun lebih banyak dibandingkan dengan ibu hamil dengan risiko tinggi yaitu umur <20 tahun. Setelah diuji dengan statistik chi square didapatkan hasil uji statistik dengan p-value lebih dari 0,05. Ardianti49 56.6% (43) responden. Penyebab Prevalensi ibu hamil dengan anemia yang mengalami kasus yaitu 51,6% (32) responden dibandingkan dengan kontrolnya 25,8% (16) responden. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan, plasma darah bertambah sehingga darah mengalami pasti hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum jelas dan multifaktorial.7 Beberapa teori menjelaskan tentang hubungan antara faktor risiko umur ibu hamil dengan kejadian hiperemesis gravidarum, yaitu ibu hamil yang berusia muda/adolesen (kurang dari 20 6 28 Agustus 2013 tahun).7 Pada ibu yang berumur kurang dari Hasil penelitian DB19 Fell 20 tahun, rahim seorang ibu belum berfungsi menyatakan terdapat hubungan antara umur secara optimal dan jika ditinjau dari fungsi ibu dengan risiko tinggi yaitu umur <20 fisiologis dan secara psikologis ibu hamil tahun, sesuai dengan teori di atas. Sementara yang berumur kurang dari 20 tahun belum penelitian Razak32 (2009) di RS Angkatan siap menerima kehamilannya, belum matang Laut Jala Ammari Makassar yaitu terdapat emosinya, cenderung labil dan belum siap hubungan antara umur ibu dengan risiko untuk menjadi orang tua sehingga dapat tinggi yaitu umur <20 dan >35 tahun dengan memicu munculnya konflik mental atau hiperemesis gravidarum sesuai dengan teori stress tidak yang dijelaskan di atas. Pada penelitian yang memperhatikan asupan nutrisinya sehingga dilakukan oleh Razak32, jumlah ibu hamil dapat lambung yang berumur <20 dan >35 tahun lebih sehingga menstimulasi aferen pada nervus banyak, yaitu 73,68% dibandingkan dengan vagus yang diteruskan pada chemoreceptor umur risiko rendah (20-35 tahun) yaitu trigger zone sebagai pusat muntah di 26,32% sesuai dengan teori yang telah medulla oblongata yang mencetuskan mual dijelaskan di atas. yang membuat menyebabkan iritasi ibu dan muntah pada ibu hamil.37 Pada penelitian ini, tidak ditemukan Penelitian ini sama hasilnya dengan adanya hubungan yang bermakna antara penelitian yang dilakukan oleh Asih DMR2 umur ibu dengan hiperemesis gravidarum. (2009) yang dilakukan di RS Dr.Cipto Data ini tidak sesuai dengan kepustakaan Mangunkusumo, dan yang menyatakan usia muda merupakan penelitian yang dilakukan oleh Ardianti31 di faktor risiko yang berhubungan dengan RS Bhakti Yuda Depok (2012) yaitu tidak hiperemesis terdapat hubungan yang bermakna antara dikarenakan oleh jumlah populasi penelitian faktor risiko umur ibu dengan hiperemesis di bawah 20 tahun lebih sedikit, ibu hamil gravidarum dengan nilai p value >0,05. Hal dengan umur berisiko tinggi lebih sedikit ini disebabkan karena jumlah ibu hamil dibandingkan dengan ibu hamil berisiko yang berumur risiko tinggi (<20 tahun) lebih rendah sedikit dibandingkan dengan umur risiko hubungan. Dari pengamatan peneliti, hal ini rendah (≥20 tahun). disebabkan karena jumlah ibu hamil usia RS Fatmawati, gravidarum. sehingga akan Hal ini bisa mempengaruhi muda < 20 tahun yang berkunjung untuk 7 28 Agustus 2013 memeriksakan kehamilannya sangat sedikit. hamil dengan umur risiko tinggi, dari faktor Ibu usia muda merasa malu untuk datang psikologis6,7 memeriksakan kehamilannya dikarenakan terhadap jehamilannya,4 keinginan kuat oleh suatu alasan yang tidak diketahui. memiliki anak, dukungan untuk hamil dari Bahkan, adanya Undang-undang pernikahan suami, kelurga dan orang-orang terdekat yang membatasi usia pernikahan pada serta faktor lain yang dapat mempengaruhi perempuan, yaitu >16 tahun. Seiring dengan faktor perkembangan ilmu pengetahuan, banyak mengatasi masalah yang dapat memicu ilmu yang stress yang dapat menstimulasi pusat mual membuktikan timbulnya berbagai faktor dan muntah di medulla oblongata. Faktor risiko defisiensi kesehatan kehamilan reproduksi dan persalinan yang seperti psikologis penerimaan ibu nutrisi sehingga ibu dapat hamil,12,22 ibu dihadapi oleh ibu usia muda. Pernikahan Kemungkinan lainnya yaitu pada ibu hamil pada usia uda dapat merugikan kesehatan dengan umur risiko rendah ditemukan fisik Adanya adanya berbagai faktor risiko lain selain perubahan cara pandang masyarakat bahwa faktor umur ibu yang muncul seperti faktor perempuan yang menikah di usia muda psikologis, primigravida, defisiensi nutrisi dianggap dianggap (piridoksin dan Fe), pola dan jenis makanan menghancurkan masa depan, dan mencegah yang tidak sesuai yang dapat memicu mual wanita untuk mendapatkan pengetahuan dan dan muntah29. dan psikis sebagai perempuan. hal tabu, wawasan yang lebih luas. Dengan berbagai alasan tersebut, inilah yang membuat perubahan demografis usia perempuan yang menikah di atas usia 20 tahun menjadi lebih sedikit. Namun, perlu penelitian lebih lanjut dengan desain cohort untuk membuktikan bahwa faktor risiko usia muda < 20 tahun meningkatkan risiko terjadinya hyperemesis Berdasarkan tabel penderita hiperemesis 4.8, jumlah gravidarum pada kelompok primigravida lebih banyak bila dibandingkan dengan kelompok multigravida, dan setelah diuji dengan statistik didapatkan adanya hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum dengan p-value < 0,05. gravidarum. Literatur Penyebab gravidarum pasti multifaktorial.2,14 hiperemesis Terdapat menyatakan bahwa hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada ibu hamil primigravida bila faktor lain yang mempengaruhi pada ibu 8 28 Agustus 2013 dibandingkan dengan multigravida.8,10 Hal Hasil penelitian ini tidak sejalan ini disebabkan karena pada primigravida dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih memiliki kadar hormon estrogen yang lebih DMR2 (2009) dan Ardianti N31 2012 di RS tinggi dibandingkan dengan multigravida.19 Bhakti Yuda Depok yang menunjukkan Ibu yang pertama kali hamil (primigravida) tidak adanya hubungan antara hiperemesis belum gravidarum terhadapa faktor risiko gravida dapat beradaptasi peningkatan dengan human Chorionik ibu dikarenakan jumlah ibu hamil Gonadotropin (hCG) dan hormon estrogen multigravida yang berkunjung lebih banyak yang diduga menjadi penyebab hiperemesis dibandingkan ibu hamil primigravida gravidarum.6,19 Elabd MM28 menjelaskan bahwa estrogen peningkatan dapat menyebabkan sensitivitas olfactorius (penciuman) terhadap aroma29 atau bau yang tidak enak yang dapat merangsangan mual dan muntah. Dijelaskan juga bahwa kehamilan pertama merupakan pengalaman baru bagi ibu hamil dimana ibu belum siap secara mental menghadapi kehamilannya, cemas dan takut dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, dan tanggung jawab sebagai ibu sehingga kondisi demikian dapat menstimulasi stress yang mempengaruhi psikologis ibu.29 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Henry (2010)33 dengan P-Value <0,05 yang berarti terdapatnya hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan faktor risiko gravida sesuai dengan teori yang telah dijelaskan di atas. Teori menyatakan bahwa mual dan muntah yang berhubungan dengan kehamilan biasanya dimulai pada minggu ke 4 sampai minggu ke 16 kehamilan, mencapai puncaknya pada minggu ke 11-13 dan berakhir pada minggu ke-14-16.2,29 Mual dan muntah ini disebabkan karena meningkatnya Chorionic kadar hormon Gonadotropin (hCG) human yang dihasilkan oleh sel-sel trofoblas blastosit khususnya pada 12-16 minggu pertama kehamilan. hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron sehingga merangsang mual dan muntah.2,29 Pada penelitian ini, ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara hiperemesis gravidarum dengan umur kehamilan ibu, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardianti31 9 28 Agustus 2013 (2012) di RS Bhakti Yuda Depok sebagaimana teori yang dijelaskan di atas. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Incim Setelah diuji dengan statistik chi-square diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan yang bermakna tidak terdapat Menurut literatur, Menurut WHO, yang kejadian anemia berkisar antara 20-89% bermakna antara hiperemesis gravidarum dengan menetapkan Hb <11 gr% sebagai dengan umur kehamilan, hal ini disebabkan dasarnya35,36 pada kehamilan relatif terjadi karena desain yang digunakan adalah Case anemia karena darah ibu hamil mengalami control berpadanan dengan umur kehamilan. kondilusi Sehingga banyak kelompok kontrol dalam peningkatan penelitian yang atau pengenceran volume 30-40% dengan yang memiliki umur puncaknya pada usia kehamilan 32-34 sehingga tidak minggu. Darah bertambah banyak dalam didapatkan hubungan yang bermakna antara kehamilan, yang biasa disebut hidremia.1 hiperemesis Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kehamilan ini hubungan hiperemesis gravidarum dengan faktor risiko anemia. Bezircioglu dkk (2011)34 yang menyatakan bahwa antara berisiko gravidarum dengan umur kehamilan. Pada kurang dibandingkan dengan bertambahnya penelitian ini, terdapat hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan umur kehamilan, data ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-16, dengan puncak sekitar 8-12 minggu dan berangsur-angsur akan menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.2 plasma, sehingga terjadi pengenceran darah yang dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan.1 Anemia ini akan gravidarum menyebabkan karena hiperemesis kekurangan gizi.6,7 seperti vitamin B1, B6,12,22 B12,Vit C, zat besi (Fe), asam folat dan Zinc yang berperan sebagai komponen dalam pembentukan sel darah merah.35 Jika ibu hamil kekurangan zat gizi tersebut, maka pembentukan sel Berdasarkan analisis pada tabel 4.8, darah merah akan terganggu yang dapat jumlah penderita hiperemesis gravidarum menyebabkan anemia defisiensi zat gizi.35,36 dengan status anemia (Hb < 11 g/dl) lebih Selain itu, zat tersebut juga bermanfaat banyak bila dibandingkan ibu hamil yang sebagai tidak mengalami anemia (Hb ≥ 11 g/dl). mengendalikan stress dan gejala kelelahan, pembentukan energi dan 10 28 Agustus 2013 sehingga pada ibu hamil dengan anemia, p=0,003. Hal ini dikarenakan penurunan akan meningkatkan terjadinya hiperemesis jumlah penyerapan zat besi (Fe), perdarahan gravidarum6,7. Adanya infeksi H.Pylori14,28 pada gastritis dan penggunaan zat besi oleh sebagai salah satu penyebab hiperememesis infeksi Helicobacter Pylori. 34 gravidarum akan menyebabkan penurunan KESIMPULAN penyerapan Fe, penggunaan zat besi oleh infeksi Helicobacter Pylori serta perdarahan Dengan tingkat kepercayaan 95%, maka pada saluran cerna yang membuat Kadar Fe dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat menurun. Ketidaktahuan ibu hamil akan hubungan pentingnya pemeriksaan Ante Natal Care hiperemesis gravidarum dengan faktor risiko (ANC) yang dilakukan minimal empat kali umur ibu hamil. selama kehamilan,1 yaitu satu kali pada yang bermakna antara Ibu hamil primigravida berisiko lebih trimester pertama, satu kali pada trimester tinggi kedua, dan dua kali pada trimester ketiga gravidarum. menyebabkan pelayanan kesehatan yang kehamilan muda ≤16 minggu berisiko lebih seharusnya didapat menjadi tidak optimal. tinggi Sehingga anjuran mengkonsumsi zat besi gravidarum. Pada Ibu hamil dengan anemia (tablet Fe) dan vitamin yang seharusnya memiliki diberikan sesuai umur kehamilan tidak dapat mengalami hiperemesis gravidarum. untuk mengalami Pada untuk ibu hiperemesis dengan mengalami risiko lebih usia hiperemesis tinggi untuk diperoleh sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada hubungan penelitian yang ini SARAN Saran bagi peneliti lain agar dapat didapatkan bermakna antara hiperemesis gravidarum dengan faktor risiko anemia, hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan di atas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardianti N (2012)31 di RS Bhakti Yuda Depok sesuai dengan teori yang telah dijelaskan di atas dan penelitian yang dilakukan penelitian lanjutan terhadap faktor risiko lainnya yang mempengaruhi hiperemesis gravidarum seperti pengaruh obesitas, faktor psikologis, infeksi Helicobacter Pylori, dan faktor lainnya. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan desain cohort terhadap fakor risiko umur ibu dengan hiperemesis gravidarum dilakukan oleh Incim Bezircioglu34 dengan 11 28 Agustus 2013 UCAPAN TERIMA KASIH 1. Dr.dr.H.Yuwono, M.Biomed selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi atas izin dan rekomendasinya kepada penulis dalam penelitian ini 2. dr.Firmansyah, Sp.OG selaku dosen pembimbing I, atas segala bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini. 3. dr.Armaidi Darmawan, M.Epid, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, serta motivasi kepada penulis. 4. Staff Rekam Medik RSUD Raden Mattaher yang telah membantu penulis dalam memperoleh data penelitian. 5. Keluarga saya, Ibu Muharni, Bapak Anas Rudin, Kakak saya Ewi Mulia Sari dan Rika Muliya Sari, S.Si, Adik saya Kevin Putranda, Safri Aldi, juga buat kelurga besar saya atas cinta, kasih sayang, dukungan moriil, materiil, dan spiritual bagi penulis. 6. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Saifuddin AB, Rachimhadi T, Winkjosastro GH. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawodihardjo. Ed. 4, cet. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawodihardjo; 2011. hal.177-8, 213-22, 775, 777, 815-8. 2. Asih DMR, Kampono N, Prihartono J. Hubungan Pajanan Infeksi Helicobater Pylori Dengan Hiperemesis Gravidarum. Journal Indonesia. Jakarta: Dept.Obgyn FKUI. 2009 November. Vol.33.No.3;144-50. 3. Gunawan K, Paul Samuel KM, Dwiana O. Diagnosis Dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc. 2011 November ; 61(11):1-7. 4. Wirakusumah FF, Johanes CM, Budi Handono. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed.2. FK.Unpad. Jakarta: EGC; 2010. hal.64-67. 5. Cunningham FG, Gant FG, Leveno KL, et al. Obstetry William. Edisi ke- 21. Jakarta: EGC. hal.181-213 ,1424-25. 6. Manuaba IAC. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC; 2010. hal.94,107, 210,233, 237-40,243. 7. Manuaba, IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007. Hal.396-9 8. Mochtar, Rustam. Editor: Sofian A. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi. Ed.3. Jakarta: EGC; 2011. Hal.35, 196. 9. Ogunyemi DA, Chelmow C, et al. Hyperemesis Gravidarum. Medscape; 2010. Diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/2 54751-overview#showall. 10. Lord LM, Palletier K. Editor. Parrish CR. Management of Hyperemesis. Gravidarum with Enteral Nutrition. Nutrition Issues In Gastroenterology. series 63. 2008; p.16-30. 11. Mesics S. Hyperemesis Gravidarum. Am J Obstet Gynecol. 2008; p.3-17. 12. Jacquelyn R. Hyperemesis Gravidarum. Severe Morning Sickness; Persistent Vomiting of Pregnancy; HG. Department of pediatrics. Ebsco: 2011.p.1-5. 13. Jueckstock JK, Kaestner R and Mylonas I, et al. Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal Challenge. BMC Medicine. 2010. 8:46. 14. Sandven I. The Case Control Method In Obstetrics And Gynecology: Etiology Of Hyperemesis Gravidarum. Series of dissertation. Norway: Faculty Of Medicine, University Oslo; 2011. 12 28 Agustus 2013 15. Mylonas I, Gingelmaier A, Kainer F. Review article. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dutsch Arztebl. 2007; 104(25): a 1821–6. 16. Philip BDO. Hyperemesis gravidarum: Literature review. Wisconsin Medical Journal. 2003. Vol.102. No.3. 17. Buhling KJ. Matthias David. Nausea and Hyperemesis. Gravidarum. Gynakol Geburstmed Gynacol Endokrinol; 2008. 4(1): 36-48. 18. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum Assessment And Management. Australian Family Physician 2007; 36 (9):698-701. 19. Fell DB, Dodds L, Joseph KS, Allen, Victoria M; Butler B. Risk Factors for Hyperemesis Gravidarum Requiring Hospital Admission During Pregnancy. Green J. 2006;107(2). Part1. 20. Mullin PM, Ching CY, Schoenberg F, Macgibbon K, Romero R, Goodwin TM & Fejzo MS Et al. Risk Factors, Treatments, And Outcomes Associated With Prolonged Hyperemesis Gravidarum. The Journal of MaternalFetal and Neonatal Medicine : 2011;1-5. 21. Mullin PM, A Bray, F. Schoenberg KW. MacGibbon, R. Romero. et al. Prenatal Exposure To Hyperemesis Gravidarum Linked To Increased Risk Of Pshycological And Behavioral Disorder In Adulthood. Journal of Developmental of health and disease. 2011; p.1-5. 22. Verberg MFG, Gillot DJ, AL-Fardan N, et al. Hyperemesis Gravidarum, A Literatur Review.Oxford University Press Of European Society Of Human Reproductive And Embryology. 2005: 11(5);527-39. 23. Lane CA, Arsenault MY. The Management Of Nausea and vomiting of pregnancy. J Obstet and Gyn. 2002; 24(10):817. 24. Bilir C, Akarsu S, Akdemir NB, Gokosmanoglu F. Increased Cys-C Levels in Hyperemesis Gravidarum. J Clin Gynecol Obstet. 2012;1(1):10-14. 25. Fejzo MS, Ching CY, Dchoenberg FP, Et Al. Change In Paternity And Recurrence Of Hyperemesis Gravidarum. The Journal Maternal-Fetal And Neonatal Medicine; 2012. 24(8):1241-5. 26. Morgan G Hamilton C. Obstetry Dan Gynaecologi: Panduan Praktik. Ed 2. Jakarta: EGC; 2009. 27. Fells DB, Dodds L, Joseph KS, Allen VM, Butler B. Risc Factor for hyperemesis gravidarum Requiring Hospital Admission During Pregnancy.Vol.107. No 2.(1). Feb, 2006: 277-84. 28. Elabd MM. Fawzy AA, et al. New Treatment Of Hyperemesis Gravidarum A Randomized Study. Vol.42. No.1. 2006. 29. Tiran D. Mual Dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC; 2008. hal. 2-35. 30. Arisman MB. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. hal. 25-31. 31. Ardianti N. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Tingkatan Hiperemesis Gravidarum Di RSU Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2007 – Desember 20011. (Skripsi FK). Jakarta: FK UPN. 2012. 32. Razak. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RS Jala Ammari Makassar. Skripsi YAMMA. 2010. 33. Henry. Hubungan Antara Status Gravida Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Karang Rejo. 2010 34. İncim Bezircioğlu, Hatice Barın Elveren, Ali Baloğlu, Merve Biçer. The positivity of Helicobacter pylori Stool Antigen in patients with Hyperemesis 13 28 Agustus 2013 gravidarum. J Turkish-German Gynecol Assoc. 2011; 12: 71-4. 35. Tarwoto, Wasnidar. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep dan Penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media; 2007. hal.17. 36. Haniff J, Das A, Teck L,Sun CW, Anemia In pregnancy in Malaysia: A Croos-Sectional Survey. Asia Pac J Clin Nutr. 2007;16(3):527-36. 14