DAFTAR ISI BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. 1.2. Pengertian Logika Logika dan Komputer BAB I1 : DASAR-DASAR LOGIKA 2.1 Pengertian Umum Logika 2.2 Logika dan Pernyataan 2.2.1 Logika 2.2.2 Pernyataan (Proposisi) 2.2.3 Penghubung Kalimat Dan Tabel Kebenaran 2.2.4 Ingkaran (Negasi) Suatu Pernyataan 2.3 Tautologi dan Kontradiksi 2.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi. 2.5 Inferensi Logika 2.6 Soal Latihan BAB 3 : KALIMAT BERKUANTOR 3.1 Predikat dan Kalimat Berkuantor 3.2 Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial 3.3 Ingkaran Kalimat Berkuantor 3.4 Kalimat Berkuantor Ganda 3.5 Soal Latihan BAB 4 : ALJABAR BOOLEAN 4.1 Aljabar Boole Sebagai Suatu Struktur Aljabar 4.2 Fungsi Boolean 4.3 Ekspresi Boole 4.4 Bentuk Normal Disjunctive 4.5 Rangkaian Logika 4.6 Soal Latihan BAB 5 : METODE PEMBUKTIAN 5.1 Petunjuk Umum Pembuktian 5.2 Metode Pembuktian Langsung 5.3 Metode Pembuktian Tak Langsung 5.3.1 Pembuktian Dengan Kontradiksi 5.3.2 Pembuktian Dengan Kontraposisi 5.4 Soal Latihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Logika Logika berasal dari bahasa yunani “LOGOS” yang berarti kata, ucapan, atau alasan. Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran serta mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah. Ilmu ini pertama kali dikembangkan sekitar 300 SM oleh ARISTOTELES dan dikenal sebagai logika tradisioanal atau logika klasik. Dua ribu tahun kemudian dikembangkan logika modern oleh GEORGE BOOLE dan DE MORGAN yang disebut dengan Logika Simbolik karena menggunakan simbol-simbol logika secara intensif. Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan aturan-aturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat bernilai benar. Kalimat yang dipelajari dalam logika bersifat umum, baik bahasa sehari-hari maupun bukti matematika yang didasarkan atas hipotesa-hipotesa. Oleh karena itu aturanaturan yang berlaku di dalamnya haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada kalimat atau disiplin ilmu tertentu. Ilmu logika lebih mengarah dalam bentuk sintakssintaks daripada arti dari kalimat itu sendiri. Logika matematika (mathematical logic) adalah cabang ilmu di bidang matematika yang memperdalam masalah logika, atau lebih tepatnya memperjelas logika dengan kaidah-kaidah matematika. Logika matematika sendiri juga terus berkembang, mulai dari logika proposional, logika predikat, pemrograman logika, dan sebaganya. Perkembangan terakhir ilmu logika adalah logika fuzzy, atau di Indonesia disebut logika kabur atau logika samar. Implementasi logika fuzzy dapat ditemui pada pengatur suhu udara (AC), mesin pencuci, kulkas, lainnya. Secara umum logika dibedakan menjadi dua yaitu Logika Pasti dan Logika Tidak Pasti. Logika pasti meliputi Logika Pernyataan (Propotitional Logic), Logika Predikat (Predicate Logic), Logika Hubungan (Relation Logic) dan Logika Himpunan. Sedangkan logika tidak pasti meliputi Logika Samar atau kabur (Fuzzy Logic). Logika Pernyataan membicarakan tentang pernyataan tunggal dan kata hubungnya sehingga didapat kalimat majemuk yang berupa kalimat deklaratif. Logika Predikat menelaah variabel dalam suatu kalimat, kuantifikasi dan validitas sebuah argumen. Logika Hubungan mempelajari hubungan antara pernyataan, relasi simetri, refleksif, antisimtris, dll. Logika himpunan membicarakan tentang unsur-unsur himpunan dan hukumhukum yang berlaku di dalamnya. Logika Samar merupakan pertengahan dari dua nilai biner yaitu ya-tidak, nol-satu, benar-salah. Kondisi yang ditunjukkan oleh logika samar ini antara lain : banyak, sedikit, sekitar x, sering, umumnya. Logika samar banyak diterapkan dalam kecerdasan buatan, mesin pintar atau sistem cerdas dan alat-alat elektronika. Program komputer dengan menggunakan logika samar mempunyai kapasitas penyimpanan lebih kecil dan lebih cepat bila dibanding dengan logika biner. Pada aplikasinya dalam bidang komputer, logika fuzzy diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sistem komputer yang dapat merepresentasikan cara berpikir manusia. 1.2. Logika Dan Komputer Logika disebut juga “the calculus of computer science” karena logika memegang peranan yang sangat penting di bidang ilmu komputer. Peran kalkulus (matematika) sama pentingnya untuk ilmu-ilmu bidang sains, misalnya ilmu fisika, ilmu elektronika, ilmu kimia, dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen setuju bahwa logika memainkan peranan penting dalam berbagai bidang keilmuan, bahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Logika, komputasi numerik, dan matematika diskrit memiliki peran penting dalam ilmu komputer karena semuanya berperan dalam pemrograman. Logika merupakan dasardasar matemtis suatu perangkat lunak, digunakan untuk memformalkan semantik bahasa pemrograman dan spesifikasi program, serta menguji ketepatan suatu program. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya logika matematika karena banyak ilmu, khususnya dalam bidang ilmu komputer, yang memerlukan logika untuk berkembang. Logika dalam ilmu komputer dalam ilmu komputer digunakan sebagai dasar dalam belajar bahasa pemrograman, struktur data, kecerdasan buatan, teknik/sistem digital, basis data, teori komputasi, rekayasa perangkat lunak, sistem pakar, jaringan syaraf tiruan, dan lain-lainnya yang mempergunakan logika secara intensif. Salah satu contoh yang populer adlah sistem digital, yaitu bidang ilmu yang didasari oleh logika untuk membuat gerbang logika (logic gates) dan arsitektur komputer sebagai inti mikroprosesor, otak komputer atau central processing unit. Arsitektur sistem komputer tersusun atas rangkaian logika 1 (true) dan 0 (false) yang dikombinasikan dengan sejumlah gerbang logika AND. OR, NOT, XOR, dan NAND. Dan program komputer berjalan di atas struktur penalaran yang baik dari suatu solusi terhadap suatu permasalahan dengan bantuan komponen program IF…THEN…ELSE, FOR…TO…DO, WHILE, CASE…OF. Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan mengenai peran penting logika dalam ilmu komputer. Jika seseorang ingin mempelajari ilmu komputer, maka ia tidak bisa terlepas dari masalah logika. Oleh karena itu, logika matematika dipelajari secara formal di perguruan tinggi, khususnya dalam ilmu komputer sebagai matakuliah wajib selama 1 semester. Di indonesia sendiri ilmu komputer lebih populer dengan nama Teknik Informatika atau Teknologi Informasi Dikutip dari buku “ Logika Matematika Untuk Ilmu Komputer”, oleh F. Soesianto dan Djoni Dwijono, Andi Offset, Jogjakarta. BAB II DASAR-DASAR LOGIKA 2.1. Logika Dan Pernyataan (Proposisi) Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat adalah kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan mengandung arti. Di dalam matematika tidak semua pernyataan yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Pernyataan disebut juga kalimat deklaratif yaitu kalimat yang bersifat menerangkan. Disebut juga proposisi. Pernyataan/ Kalimat Deklaratif/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Contoh : 1. Yogyakarta adalah kota pelajar (Benar). 2. 2+2=4 (Benar). 3. Semua manusia adalah fana (Benar).e 4. 4 adalah bilangan prima (Salah). 5. 5x12=90 (Salah). Tidak semua kalimat berupa proposisi Contoh : 1. Dimanakah letak pulau bali?. 2. Pandaikah dia?. 3. Andi lebih tinggi daripada Tina. 4. 3x-2y=5x+4. 5. x+y=2. 2.2. Penghubung Kalimat Dan Tabel Kebenaran Satu atau lebih proposisi dapat dikombinasikan untuk menghasilkan proposisi baru lewat penggunaan operator logika. Proposisi baru yang dihasilkan dari kombinasi tersebut disebut dengan proposisi majemuk (compound composition), proposisi yang bukan merupakan hasil dari kombinasi proposisi lain atomik. Proposisi majemuk tersusun dari sejumlah proposisi atomik. Dalam logika dikenal 5 buah penghubung, yaitu: sedangkan disebut proposisi Simbol Arti Bentuk ¬ Tidak/Not/Negasi Tidak…………. Dan/And/Konjungsi ……..dan…….. Atau/Or/Disjungsi ………atau……. Implikasi Jika…….maka……. Bi-Implikasi ……..bila dan hanya bila…….. Contoh 1: Misalkan : p menyatakan kalimat “ Mawar adalah nama bunga” Q menyatakan kalimat “ Apel adalah nama buah” Maka kalimat “ Mawar adalah nama bunga dan Apel adalah nama buah “ Dinyatakan dengan simbol p q Contoh 2 : Misalkan p: hari ini hari minggu q: hari ini libur nyatakan kalimat dibawah ini dengan simbol logika : a. Hari ini tidak hari minggu tetapi libur b. Hari ini tidak hari minggu dan tidak libur c. Tidak benar bahwa hari ini hari minggu dan libur Penyelesaian a. Kata “tetapi” mempunyai arti yang sama dengan dan sehingga kalimat (a) bisa ditulis sebagai : ¬p q b. ¬p ¬q c. ¬(p q) 2.2.1. Negasi ( not , ) Jika p sebarang proposisi, pernyataan ‘ not p’ atau ‘ negasi daripada p ’ akan bernilai F jika p bernilai T dan sebaliknya. Ditulis dengan p dan diberikan dalam table kebenaran : P T F p F T Jika p representasi dari “ Anita ada dirumah” maka p merepresentasikan “ Anita tidak ada dirumah “ atau “ Anita keluar” atau “ tidaklah benar Anita ada dirumah” adalah suatu operator unary atau monadic/monadika, yaitu operator yang hanya melibatkan satu operand. 2.2.2. Konjungsi ( and, ) Konjungsi adalah suatu operator binary atau dyadic/diadika, yaitu operator yang melibatkan dua operand. Jika p dan q sebarang dua proposisi (kalimat deklarativ = kalimat yang dapat ber”nilai” benar atau salah), maka pernyataan ‘ p and q ‘ akan mempunyai T (True/Benar) jika dan hanya jika kedua proposisi p dan q bernilai T (True/Benar). Ia ditulis dengan : pq dengan operator/functor muncul diantara dua operand tersebut, dan mempunyai table kebenaran sebagai berikut : p T T F F q T F T F pq T F F F Sifat-sifat operator konjungsi adalah : a. Komutatif : p q =qp b. Asosiatif : p (q r) = (p q) r 2.2.3. Disjungsi ( or , ) Disjungsi juga ada ( jarang digunakan) yang menggunakan bentuk , “ either …… or ……” Pernyataan ‘ p or q mempunyai nilai T (True/ Benar) jika dan hanya jika p atau q ( atau keduanya) bernilai T (True/Benar) ‘ . Ditulis dengan : pq dan mempunyai table kebenaran : p T T F F Q T F T F pq T T T F Sifat-sifat operator konjungsi adalah a. Komutatif : p q =qp b. Asosiatif : p (q r) = (p q) r Perhatikan kalimat sebagai berikut : “ Pensil itu murah Anita memerlukannya ( atau keduanya) “ “ Saya bangun terlambat Anjing besar itu mengejarnya ( atau keduanya)” “ Lampunya mati Kabelnya putus (atau keduanya)” pada kalimat pertama Anita membeli pensil itu karena harganya murah atau karena ia membutuhkan atau keduanya, sedang kalimat kedua Saya terlambat datang karena bangun terlambat atau karena dikejar anjing besar atau keduanya, dan yang ketiga lampu mobil mati karena lampunya/plenthongnya mati atau kanbelnya putus atau keduanya. Hal itu semua berarti bahwa operator disebut dengan “ inclusive or “ Selanjutnya perhatikan kalimat/pernyataan majemuk dibawah ini : “ Saya sedang duduk atau saya sedang berdiri (tidak keduanya) “ “ Saya kekantor nail angkot atau aaya kekantor naik becak (tidak keduanya) “ kalimat-kalimat tersebut akan tidak mungkin bahwa keduanya benar; misalnya tidak mungkin terjadi bahwa saya duduk sekaligus berdiri, jika tidak mungkin saya naik becak sekaligus naik angkot. Untuk kalimat-kalimat sejenis tersebut , maka operator disebut dengan “ exclusive or “. (“xor”) Untuk membedakan “ exclusive or “ (atau “xor”) dengan “ inclusive or “ , maka digunakan operator sebagai berikut : untuk “ inclusive or “, yang selanjutnya dalam pembicaraan selalu dimaksud “inclusive or” untuk “ excluve or “ atau “xor”. 2.2.4. Implikasi/Kondisional ( Implies , ) Jika p dan q adalah proposisi maka diperoleh pernyataan “ Jika p maka q” ,yg juga berarti “ p hanya jika q “ , karena jika q bernilai salah (not q) maka benar-nya pernyataan tersebut haruslah juga p salah (not p), dan juga berarti “ q jika p” ; ada juga yang mengatakan “ q merupakan sarat perlu untuk p” , karena terjadinya q memang mutlak diperlukan untuk terjadinya p sebab jika q salah (not q) maka juga p salah (not p) agar pernyataan tersebut bernilai benar; juga ada yang mengatakan “ p merupakan sarat cukup untuk q” karena jika p terjadi (p benar) maka q pun terjadi (q benar). Dari penjelasan diatas maka dipilih bahwa pernyataan tersebut T (True/Benar) jika p benar (T) dan q benar (T) , atau p salah (F). Jika tidak demikian (yaitu p adalah T dan q adalah F) maka ia bernilai salah (F). Hal ini dapt dijelaskan sebagai berikut bahwa pernyataan tersebut benar (T) jika p benar (T) dan q benar (T) atau p salah (F) dan q boleh salah (F) boleh benar (T) (lht table kebenarannya) Pernyataan tersebut ditulis : pq dan table kebenarannya adalah : P T T F F q T F T F pq T F T T Untuk penjelasan ini maka perhatikan kalimat : “ Jika Anita pergi keluar negeri maka ia mempunyai passport” maka dijelaskan sebagai berikut : Jika Anita keluar negeri ( T) dan Ia mempunyai passport (T), maka legal (T) Jika Anita keluar negeri (T) dan Ia tidak mempunyai passport (F), maka illegal (F) Jika Anita tidak keluar negeri (F) dan ia mempunyai passport (T), maka legal (T) Jika Anita tidak keluar negeri (F) dan ia tidak mempunyai passport (F), maka legal (T) Perhatikan bahwa implikasi tidak bersifat komutativ dan juga tidak bersifat asosiatif. Operator implikasi sering disebut juga dengan operator kondisional I.4.5. Bi-implikasi ( Ekuivalensi , ) Suatu pernyataan “ p adalah ekuivalen dengan q “ mempunyai nilai T (True) jika dan hanya jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama. ditulis : pq dan mempunyai table kebenaran sebagai berikut : p T T F F q T F T F pq T F F T Ia bersifat asosiatif dan komutatif. ( Perhatikan bahwa (p q) mempunyai table kebenaran sama dengan operator “eksklusif or” (xor, ) .Tunjukan !!! Pernyataan p q dikatakan bi-kondisional karena ia mempunyai table kebenaran sama dengan (p q ) (q p) atau (p q ) (p q). (Buatkan table kebenarannya !!) Jika p menyajikan/merepresentasikan “ Tombol lampu dihidupkan “, dan q merepresentasikan “ lampu menyala “, maka pernyataan : p q merepresentasikan situasi normal yaitu “tombol dihidupkan jika dan hanya jika lampu menyala” Pernyataan tersebut dapat dibuat lebih kompleks dengan menambahkan kondisi baru misalnya : listriknya (power supply) dan plentongnya/lampunya/bohlomnya keduanya berfungsi. Contoh lain adalah : “Akita akan menjadi kaya jika ia menang dalam “who want to be millionaire” atau ia mendapat hibah ratusan juta ” Jika p merepresentasikan “Akita akan menjadi kaya “, q merepresentasikan “ Akita menang dalam ‘who want to be millionaire’ “, dan r merepresentasikan “ Akita mendapat hibah ratusan juta” maka pernyataan diatas dapat disajikan dengan p (q r). 2.3. Ingkaran (Negasi) Suatu Proposisi 2.3.1. Negasi Suatu Konjungsi Contoh : Fahmi makan nasi dan minum kopi Suatu konjumgsi akan bernilai benar jika kedua kalimat penyusunnya yaitu p dan q bernilai benar, sedangkan negasi adalah pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan awalnya bernilai benar dan bernilai benar jika pernyataan awalnya bernilai salah. Oleh karena itu negasi dari : “Fahmi makan nasi dan minum kopi” adalah suatu pernyataan majemuk lain yang salah satu komponennya merupakan negasi dari komponen pernyataan awalnya. Jadi negasinya adalah: “Fahmi tidak makan nasi atau tidak minum kopi”. 2.3.2. Negasi Suatu Disjungsi Contoh : “Fahmi makan nasi atau minum kopi” Suatu disjungsi akan bernilai salah hanya jika kedua komponen penyusunnya bernilai salah., selain itu benar. Oleh karena itu negasi dari kalimat diatas adalah : “ Tidak benar bahwa Fahmi makan nasi atau minum kopi” atau dapat juga dikatakan “Fahmi tidak makan nasi dan tidak minum kopi. 2.3.3. Negasi Suatu Implikasi Contoh : “Jika hari hujan maka Adi membawa payung”. Untuk memperoleh negasi dari pernyataan diatas, kita dapat mengubah bentuknya ke dalam bentuk disjungsi kemudian dinegasikan, yaitu : p q p q Maka negasinya ( p q) (p q) p q 2.3.4. Negasi Suatu Biimplikasi Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataaan p dan q yang dinotasikan dengan p q (p q) (q p) sehingga : (p q) [(p q) (q p)] [(pq ) (qp)] (pq ) (qp) (p q) (p q ) (q p) Diberikan suatu formula proposisional P, negasi daripada P ditulis dengan P. Jika suatu proposisional dinegasikan menjadi lebih mudah untuk disederhanakan maka untuk menyederhanakan ditempuh dengan menegasikan terlebih dahulu kemudian dikerjakan dengan formula- fomrlua yang telah ada. Contoh : Konversikan kalimat dibawah ini kedalam bentuk notasi logika proposisional, negasikan dan hasil negasinya dikembalikan dalam bentuk kalimat : “ Jika makluk hidup mempunyai telinga panjang dan gigi besar, ia adalah kelinci” Penyelesaian : Andaikan p = “Makluk hidup mempunyai telinga panjang” q = “ Makluk hidup dengan gigi besar” r = “ Makluk hidup adalah kelinci” maka bentuk logikanya adalah : ( p q ) r ditransformasikan menjadi ( p q ) r ) sehingga (p q) r kemudian di negasi kan menjadi ((p q) r ) didapat p q r sehingga : “Makluk hidup bertelinga panjang,bergigi besar dan bukan kelinci” yang merupakan negasi daripada kalimat aslinya. 2.4. Tautologi, Kontradiksi, Dan Contingent 2.4.1. Tautologi Sebarang formula (P) yang selalu mempunyai nilai kebenaran T ( tak peduli nilai kebenaran daripada varibel proposionalnya) disebut tautology, dan dikatakan tautologies atau valid. Jadi tautology adalah suatu formula proposisional (mis. P) yang bernilai kebenaran T untuk setiap interpretasi yang mungkin, jadi setiap interpretasi daripada P merupakan model daripada P (beberapa buku menulis dengan |= P). Dengan definisi tersebut maka semua entri dalam kolom daripada table kebenaran yang merepresentasikan nilai formula tersebut adalah T. Suatu formula proposisi P dikatakan satisfiable (dapat puas) jika ia mempunyai suatu model, yaitu terdapat suatu interpretasi I daripada P sedemikian sehingga P bernilai kebenaran T untuk interpretasi I tersebut. Jika P tidak valid maka ia disebut invalid dan ditulis | P. Jika P tidak satisfiable (tak-dapat-puas) maka ia disebut unsatisfiable (kontradiksi). (lihat definisi kontradiksi berikutnya) Contoh : p p adalah tautology dan dituliskan dengan : = (p p) Catatan : Bahwa = bukan suatu operator logis (logical operator) melainkan metasymbol. Terdapat relasi antara = dengan =T . Untuk ini diberikan contoh sebagai berikut Menggunakan = = p (p) = (p q) (q p) = (p q) (p) (q) = (p q) (p) (q) Menggunakan =T p =T (p) (p q) =T (q p) (p q) =T (p) (q) (p q) =T (p) (q) Pada kolom pertama baris pertama dibaca “p (p) adalah tautology “ sedang pada kolom kedua baris pertama dibaca “ Formula p mempunyai table kebenaran yang sama dengan formula (p) .Itu semua adalah penegasan tentang formula logis (logical formulae), dan bukan formula logis. Dikatakan bahwa dua formula P dan Q adalah ekuivalen logis (logically equivalent) jika ekuivalen logis mereka yaitu ‘ P Q’ adalah suatu tautology ( dapat dikatakan bahwa mereka mempunyai table kebenaran yang sama) Dikatakan bahwa dua formula P dan Q adalah implai logis (logically implies) jika implikasi logis mereka yaitu ‘ P Q’ adalah suatu tautology. 2.4.2. Kontradiksi (Contradiction, Absurdities) Terdapat suatu konsep yang sesuai untuk formula diatas yaitu yang selalu bernilai kebenaran F. Sebarang formula yang selalu mempunyai nilai kebenaran F (tak peduli nilai kebenaran daripada varibel proposionalnya) disebut suatu absurditi atau suatu kontradiksi (unsatisfiable/tak-dapat-puas). Jadi suatu absurdity atau kontradiksi adalah suatu formula proposisional ( mis. P) yang mempunyai nilai F untuk setiap interpretasi yang mungkin. Dengan definisi tersebut maka semua entri dalam kolom daripada table kebenaran yang merepresentasikan nilai formula tersebut ( P ) adalah F. Contoh : (p p) dan p p keduanya adalah kontradiksi atau absurdity. Untuk itu perhatikan table kebenaran kedua formula tersebut : p T F p F T p p T T Tautologi ( p p ) F F Kontradiksi p p F F Kontradiksi terlihat bahwa kolom 4 dan 5 entrinya (isinya) semua F berarti (p p) dan p p keduanya suatu absurdity/kontradiksi. Untuk kolom 3 entrinya semua T, ini berarti (p p) suatu tautology . 2.4.3. Formula Tercampur (Mixed Formulae, Contingent) Sebarang formula yang tergantung pada nilai kebenaran daripada variablevariabelnya dapat mempunyai nilai T ataupun F disebut dengan suatu formula tercampur atau contingent Contoh: 1. Tunjukkan bahwa p (p) adalah tautologi! P p p(p) T T T T F T F T T F F T 2. Tunjukkan bahwa (p q) [(p) (q)] adalah tautologi! p q p q pq p q (pq) [(p) (q)] T T F F T F T T F F T T F T F T T F T F T F F T T F T T 3. Tunjukkan bahwa (p q) [(p) (q)] adalah kontradiksi! p q p q pq p q (pq) [(p) (q)] T T F F T F F T F F T T F F F T T F T F F F F T T F T F 4. Tunjukkan bahwa [(p q) r] p adalah contingent! P q r pq (pq) r [(pq) r] p T T T T F F F F T T F F T T F F T F T F T F T F T T F F F F F F T T F F T T T T T T T T F F F F 2.5. Konvers, Invers, Dan Kontraposisi Perhatikan pernytaan di bawah ini! “Jika suatu bender adalah bendera RI maka ada warna merah pada bendera tersebut” Bentuk umum implikasi di atas adalah “p q” dengan p : Bendera RI q : Bendera yang ada warna merahnya. Dari implikasi diatas dapat dibentuk tiga implikasi lainnya yaitu : 1. KONVERS, yaitu q p Sehingga implikasi diatas menjadi : “ Jika suatu bendera ada warna merahnya, maka bendera tersebut adalah bendera RI”. 2. INVERS, yaitu p q Sehingga implikasi diatas menjadi : “ Jika suatu bendera bukan bendera RI, maka pada bendera tersebut tidak ada warna merahnya”. 3. KONTRAPOSISI, yaitu q p Sehingga implikasi di atas menjadi : “ Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya, maka bendera tersebut bukan bendera RI”. Suatu hal yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya, akan tetapi tidak demikian halnya dengan invers dan konversnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel kebenaran berikut P T T F F Q p q pq q p p q q p T F F T T T T F F T F T T F T T F T F F T F T T T T T T Terlihat bahwa Kondisonal mempujnyai nilai kebenaran sama dengan kontraposisi. Kenyataan ini sering digunakan untuk membuktikan suatu persoalan yang sulit kalau diselesaikan secara langsung. Contoh : Pandang Pernyataan dibawah ini ; • Jika A suatu segitiga samasisi, maka A suatu segitiga sama kaki ( p q) , pasti T • Jika A suatu segitiga samakaki, maka A suatu segitiga samasisi (q p) , dapat T atau F • Untuk x bilangan bulat buktikan bahwa : jika x gasal (ganjil) maka x2 gasal . Andaikan p : x gasal dan q : x2 gasal , maka buktikan p q benar (T) Dibuktikan langsung yaitu x gasal maka dapat ditulis dengan x = 2n+1 ( n sebarang bilangan bulat ) maka x2 = (2n + 1)2 = 4n2 + 4n + 1 = 2(2n2 +2) + 1 yang merupakan bilangan genap. terbukti. • Untuk x bilangan bulat buktikan bahwa : jika x2 gasal maka x gasal. Andaikan p : x2 gasal , dan q : x gasal , maka buktikan p q benar (T) Karena membuktikan langsung, seperti diatas sulit maka dibuktikan kebenaran kontrapositifnya yaitu membuktikan bahwa q p adalah benar (T). Pernyataan tersebut dapat dituliskan menjadi “ Jika x tak gasal (genap) maka x^2 tak gasal (genap) “; x tak gasal (genap) maka x = 2n , untuk sebarang bilangan bulat n, maka x^2 = (2n)^2 = 4n^2 = 2(2n^2) yang jelas merupakan bilangan genap. Didapat bahwa q p benar karena kointrapositivenya benar maka p q benar. Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini : “ Jika microwave di”on” kan, maka pintunya tertutup “ ekuivalen dengan “ Jika microwave pintunya terbuka (not tertutup) maka microwave di”off”kan (not di”on”kan)” “ Jika Anita keluar negeri, maka ia mempunyai passport” ekuivalen dengan “ Jika Anita tidak mempunyai passport maka ia tidak keluar negeri” “Jika mobil berjalan dijalan umum maka ia ber-STNK” ekuivalen dengan …(kerjakan sendiri) 2.6. Ingkaran Konvers, Invers, Dan Kontraposisi Contoh: Tentukan ingkaran atau negasi konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi berikut. “Jika suatu bendera adalah bendera RI maka bendera tersebut berwarna merah dan putih” Penyelesaian Misal p : Suatu bendera adalah bendera RI q : Bendera tersebut berwarna merah dan putih maka kalimatnya menjadi p q atau jika menggunakan operator dan maka p q ekuivalen(sebanding/) dengan p q. Sehingga 1. Negasi dari implikasi Implikasi : (pq) p q Negasinya : (pq) pq Kalimatnya :“Suatu bendera adalah bendera RI dan bendera tersebut tidak berwarna merah dan putih”. 2. Negasi dari konvers Konvers : qp qp Negasinya : (qp) qp Kalimatnya : “Ada/Terdapat bendera berwarna merah dan putih tetapi bendera tersebut bukan bendera RI”. 3. Negasi dari invers Invers : p q (p)q) pq Negasinya : (pq) pq Kalimatnya : “Suatu bendera bukan bendera RI atau bendera tersebut berwarna merah dan putih”. 4. Negasi dari kontraposisi Kontraposisi : q p (q)p qp Negasinya : (qp) qp Kalimatnya : “ Suatu bendera tidak berwarna merah dan putih dan bendera tersebut adalah bendera RI”. 2.7. Ekuivalensi Logika Pada tautologi, dan juga kontradiksi, dapat dipastikan bahwa jika dua buah ekspresi logika adalah tautologi, maka kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis, demikian pula jika keduanya kontradiksi. Persoalannya ada pada contingent, karena memiliki semua nilai T dan F. Tetapi jika urutan T dan F atau sebaliknya pada tabel kebenaran tetap pada urutan yang sama maka tetap disebut ekuivalen secara logis. Perhatikan pernyataan berikut : Contoh: 1. Dewi sangat cantik dan peramah. 2. Dewi peramah dan sanagt cantik. Kedua pernyataan di atas, tanpa dipikir panjang, akan dikatakan ekuivalen atau sama saja. Dalam bentuk ekspresi logika dapat ditulis sebagai berikut : A = Dewi sangat cantik. B = Dewi peramah. Maka ekspresi logikanya : 1. A B 2. B A Jika dikatakan kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis maka dapat ditulis A B B A. Ekuivalensi logis dari kedua ekspresi logika tersebut dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran sebagai berikut ini : A T T F F B AB BA T T T F F F T F F F F F Pembuktian dengan tabel kebenaran diatas, walaupun setiap ekspresi logika memiliki nilai T dan F, tetapi karena memiliki urutan yang sama, maka secara logis tetap dikatakan ekuivalen. Tetapi jika urutan T dan F tidak sama, maka tidak biasa dikatakan ekuivalen secara logis. Tabel kebenaran merupakan alat untuk membuktikan kebenaran ekuivalensi secara logis. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari tabel kebenaran tersebut. Lihat pernyataan berikut ini : Contoh: 1. Badu tidak pandai, atau dia tidak jujur. 2. Adalah tidak benar jika Badu pandai dan jujur. Secara intuitif dapat ditebak bahwa kedua pernyataan di atas sebenarnya sama, tetapi bagaimana jika idbuktikan dengan menggunkan tabel kebenaran berdasarkan ekspresi logika. Adapaun langkah-langkahnya : 1. Ubah dahulu argumen di atas ke dalam bentuk ekspresi/notasi logika. Misal : A=Badu pandai B=Badu jujur Maka kalimatnya menjadi 1. AB 2. (AB) 2. Buat tabel kebenarannya A T T F F B A B AB AB (A B) T F F T F F F F T F T T T T F F T T F T T F T T Perhatikan ekspresi di atas! Meskipun kedua ekspresi logika di atas memiliki nilai kebenaran yang sama, ada nilai T dan F, keduanya baru dikatakan ekuivalen secara logis jika dihubungkan dengan perangkai ekuivalensi dan akhirnya menghasilkan tautologi. 3. Tambahkan perangkai biimplikasi untuk menghasilkan tautologi AB (A B) A B (AB) F F T T T T T T T T T T Jika hasilnya adalah tautologi (bernilai T semua), maka dikatakan bahwa kedua argumen tersebut ekuivalen secara logis. 2.7.1 Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika Identitas Ikatan p1 p p1 T p0 p p0 0 Idempoten Negasi pp p pp 1 pp p pp 0 Negasi Ganda Komutatif Asosiatif p p pq qp (pq)r p(qr) pq qp (pq)r p(qr) Distributif p(qr) (pq)(pr) p(qr) (pq)(pr) De Morgan’s (pq) p q (pq) p q Aborbsi p(pq) p p(pq) p Selain dengan menggunkan tabel kebenaran, menentukan dua buah argumen adalah ekuivalen secara logis dapat juga menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika. Cara ini lebih singkat Contoh: 1. Buktikan ekuivalensi kalimat di bawah ini dengan hukum-hukum ekuivalensi. (pq) (pq) p Penyelesaian (pq) (pq) (p(q)) (pq) (pq) (pq) p (qq) p T p Terbukti Dalam membuktikan ekuivalensi pq ada 3 macam cara yang bisa dilakukan : 1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika yang ada). 2. Q diturunkan terus-menerus (dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logika yang ada), sehingga didapat P. 3. P dan Q diturunkan secara terpisah sehingga akhirnya didapat R Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks yang diturunkan ke dalam bentuk yang sederhana. Jadi jika p kompleks amaka aturan (1) yang dilakukan. Sebaliknya jika q yang lebih kompleks maka aturan (2) yang dilakukan. Aturan (3) digunakan jika p dan q sama-sama kompleks. 2.7.2. Penyederhanaan Logika Operasi penyederhanaan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logis. Selanjutnya perhatikan operasi penyederhanaan berikut dengan hukum yang digunakan tertulis di sisi kanannya. Penyederhanaan ekspresi logika atau bentuk-bentuk logika ini dibuat sesederhana mungkin dan sudah tidak dimungkinkan dimanipulasi lagi. Contoh: 1. p (p q) p (p q) ingat pq pq (p) (p q) ingat pq pq p (p q) Hk. Negasi ganda dan De Morgan (pp) (pq) Hk. Distributif p(pq) Hk. Idempoten pp p p Hk. Absorbsi 2. p(pq) (p 1) (pq) Hk.Identitas p(1q) Hk.Distributif p1 Hk.Identitas p Hk.Identitas 3. (pq) (qp) (pq) (qp) ingat pq pq (pq) (pq) Hk. Komutatif [(pq) p] [(pq)q] Hk. Distributif [(pp)(pq)] [(pq)(qq)]Hk. Distributif [0(pq)] [(pq)0] (pq)(pq) Operasi penyederhanaan Hk. Kontradiksi Hk. Identitas dengan menggunakan hukum-hukum logika dapat digunakan untuk membuktikan suatu ekspresi logika Tautologi, Kontradiksi, maupun Contingent. Jika hasil akhir penyederhanaan ekspresi logika adalah 1, maka ekspresi logika tersebut adalah tautologi. Jika hasil yang diperoleh adalah 0, berarti ekspresi logika tersebut kontradiksi. Jika hasilnya tidak 0 ataupun 1, maka ekspresi logikanya adalah contingent. Contoh: 1. [(pq)p]q [(pq)p] q ingat pq pq [(pq)p] q ingat pq pq [(pq)p] q Hk. Negasi ganda dan De Morgan [(pp)(qp)] q Hk. Distributif [1(pq)] q Hk. Idempoten dan komutatif (pq)q Hk. Identitas p(qq) Hk. Assosiatif p1 Hk. Idempoten 1 Hk. Identitas Karena hasil akhirnya 1, maka ekspresi logika diatas adalah tautologi. 2. (pq) [(p) (q)] (pq)(pq) [(pq)p][(pq)q] Hk. Distributif [(pp)(qp)][(pq)(qq)] Hk. Distributif [0(qp)][(pq)0] Hk. Negasi (pq)(pq) Hk. Idempoten (pp)(qq) Hk. Assosiatif 00 Hk. Negasi 0 Hk. Idempoten Hasil akhir 0, maka ekspresi logika diatas adalah kontradiksi. 3. [(pq)p] q [(pp)(qp)] q Hk. Distributif [0 (qp)] q Hk. Negasi (qp) q Hk. Identitas (qp) q ingat pq pq (qp) q Hk. De Morgan (qq)p Hk. Assosiatif qp Hk. Idempoten Hasilnya bukan 0 atau 1, ekspresi logika di atas adalah contingent. 2.8. Inferensi Logika 2.8.1. Argumen Valid Dan Invalid Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P1 , P2 , .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain yang disebut konklusi (kesimpulan). Secara umum di notasikan dengan P1,P2, ..........,Pn ├Q Premis P1 P2 atau dapat juga ditulis Konklusi Premis Pn Q Nilai kebenaran suatu argumen ditentukan sebagai berikut : Konklusi “ Suatu argumen P1,P2,…………,,Pn ├ Q dikatakan benar (valid) jika Q bernilai benar untuk semua premis yang benar dan argumen dalam keadaan selain itu dikatakan salah (invalid/fallacy)”. Dengan kata lain, suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disubtitusikan ke dalam premis, jika semua premis benar maka konklusinya juga benar. Sebaliknya jika semua premis benar tetapi konklusinya ada yang salah maka argumen tersebut dikatakan invalid (fallacy). Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi P1 P2 ........Pn ) Q adalah sebuah Tautologi. Contoh: 1. Premis P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan belajar komputer P2 : Office dan Delphi diperlukan Konklusi Q : Semua orang akan belajar komputer Jika ditulis dalam bentuk notasi logika Misal p : Office dan Delphi diperlukan q : Semua orang belajar komputer Maka argumen diatas dapat ditulis : pq, p ├ q (valid) 2. Misal p : Saya suka kalkulus q : Saya lulus ujian kalkulus Maka argumen p q, p ├ q dapat ditulis P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus P2 : Saya lulus ujian kalkulus Saya lulus ujian kalkulus (valid) Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Tentukan premis dan konklusi argumen 2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan konklusi. 3. Carilah baris kritis yatitu baris diman semua premis bernilai benar. 4. Dalam baris kritis tersebut, jika nilai kesimpulan semuanya benar maka argumen tersebut valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai konklusi salah maka argumen tersebut tidak valid. Contoh: Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid a) p(qr), r ├ pq b) p(qr), q(pr) ├pr Penyelesaian a) Baris p q r qr p(qr) r pq ke (Premis) (Premis) (konklusi) 1 T T T T T F T 2 T T F T T T T 3 T F T T T F T 4 T F F F T T T 5 F T T T T F T 6 F T F T T T T 7 F F T T T F F 8 F F F F F T F Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa baris 2, 4, dan 6 premisnya bernilai benar semua. Kemudian lihat pada baris konklusi. Ternyata pada baris konklusi semuanya bernilai benar. Maka argumen diatas adalah valid. b) Silahkan Anda kerjakan!. 2.8.2. Aturan Penarikan Kesimpulan A. MODUS PONEN Modus ponen atau penalaran langsung adalh salah satu metode inferensi dimana jika diketahui implikasi ” Bila p maka q ” yang diasumsikan bernilai benar dan antasenden (p) benar. Supaya implikasi pq bernilai benar, maka q juga harus bernilai benar. Modus Ponen : pq , p ├ q atau dapat juga ditulis pq p ―――― q Contoh: Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10 Digit terakhir suatu bilangan adalah 0 ―――――――――――――――――――――――――――――――――― ―― Bilangan tersebut habis dibagi 10 B. MODUS TOLLENS Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus ponen. Hal ini mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya. Modus Tollens : pq, q ├ p Atau dapat juga ditulis pq q ―――― p Contoh 1.17: Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10 Suatu bilangan tidak habis dibagi 10 ―――――――――――――――――――――――――――――――――― ―― Digit terakhir bilangan tersebut bukan 0 C. PENAMBAHAN DISJUNGTIF (ADDITION) Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat digeneralisasikan dengan penghubung ””. Alasannya adalah karena penghubung ”” bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. Misalnya saya mengatakan ”Langit berwarna biru” (bernilai benar). Kalimat tersebut tetap akan bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung ””. Misalnya ”Langit berwarna biru atau bebek adalah binatang menyusui”. Kalimat tersebut tetap bernilai benar meskipun kalimat ”Bebek adalah binatang menyusui”, merupakan kalimat yang bernilai salah. Addition : p ├(pq) atau q ├ (pq) Atau dapat ditulis p atau ―――― pq q ―――― pq Contoh: Simon adalah siswa SMU ―――――――――――――――――――― Simon adalah siswa SMU atau SMP D. PENYEDERHAAN KONJUNGTIF (SIMPLIFICATION) Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan operator ””, maka kalimat tersebut dapat diambil salah satunya secara khusus (penyempitan kalimat). Simplification : (pq) ├p atau (pq) ├ q Atau dapat ditulis pq ――― p atau pq ――― q Contoh: Langit berwarna biru dan bulan berbentuk bulat ――――――――――――――――――――――――― Langit berwarna biru atau Bulan berbentuk bulat E. SILOGISME DISJUNGTIF Prinsip dasar Silogisme Disjungtif (Disjunctive syllogism) adalah kenyataan bahwa apabila kita dihadapkan pada satu diantara dua pilihan yang ditawarkan (A atau B). Sedangkan kita tidak memilih/tidak menyukai A, maka satu-satunua pilihan adalah memilih B. Begitu juga sebaliknya. Silogisme Disjungtif : pq, p ├q dan pq, q ├ p Atau dapat ditulis pq atau p ―――― q pq q ―――― p Contoh: Saya pergi ke mars atau ke bulan Saya tidak pergi ke mars ―――――――――――――――――― Saya pergi ke bulan F. SILOGISME HIPOTESIS (TRANSITIVITY) Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi pq dan qr keduanya bernilai benar, maka implikasi pr bernilai benar pula. Transitivity : pq , qr ├ pr Atau dapat ditulis pq qr ――――― pr Contoh: Jika hari hujan maka tanahnya menjadi berlumpur Jika tanahnya berlumpur maka sepatu saya akan kotor ――――――――――――――――――――――――――――― Jika hari hujan maka sepatu saya akan kotor. G. KONJUNGSI Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut dengan menggunakan penghubung ”” juga bernilai benar. Konjungsi p q ―― pq H. DILEMA Kadang-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung ””, masingmasing kalimat dapat mengimplikasikan maka suatu kesimpulan dapat diambil. Dilema : pq pr qr ――― r sesuatu yang sama. Berdasarkan hal itu