Modul Psikologi Umum 1 [TM2]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Umum I
Psikologi Sebagai Bagian dari
Ilmu Filsafat
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
61001
Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi, Psi
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi tentang tentang
tokoh-tokoh filsafat dan kaitannya
dengan psikologi sebagai bagian dari
ilmu filsafat
Mahasiswa memahami tokoh-tokoh
filsafat dan kaitannya dengan psikologi
sebagai bagian dari ilmu filsafat
BAB II: Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu
Filsafat
MASA FILSUF YUNANI KUNO
Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879,
psikologi (atau tepatnya gejala-gejala kejiwaan) dipelajari oleh filsafat dan Ilmu Faal. Filsafat
sudah mempelajari gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM, yaitu melalui filsuf-filsuf
Yunani Kuno. Para filsuf tertarik pada gejala-gejala kejiwaan tetapi mereka belum dapat
menerangkan gejala-gejala itu secara ilmiah. Mereka menerangkan gejala-gejala kejiwaan
tersebut melalui mitologi. Cara pendekatan mereka disebut dengan cara pendekatan
naturalistik. Di antara para filsuf itu adalah Thales (624-548 SM) yang dianggap sebagai
Bapak Filsafat.
A. THALES (642-84 SM)
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah
perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang
makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu
dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu
merupakan
awal
dari
kegiatan
berfilsafat
sehingga
tidak
mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales
mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida
dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai.
Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari
pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia
mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM. Di
dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus di
Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona.
‘14
2
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemikiran
Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche)
segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di
alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar
dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk
(padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga mengemukakan
pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali
keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
Pandangan tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak
hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang
berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan
memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
B. ANAXIMANDER (611-546 SM)
Anaximander (Greek : Anaximandros, Abad ke-6 SM). Ia juga tergolong
sebagai filsuf alam seperti Thales dan Anaximenes. Anaximander juga
berasal dari Miletus karena ia adalah murid dari Thales. Banyak yang
mengatakan dia memiliki cara pikir yang lebih menarik dibandingkan
gurunya, Thales. Anaximander adalah orang yang sangat berjasa dalam
bidang astronomi dan geografi, konon katanya Anaximander adalah orang
pertama yang membuat peta.
Anaximander adalah salah satu filsuf alam, maka ia juga mencari arkhê (prinsip) di
dalam ajarannya. Prinsip Anaximander sangat berbeda dengan gurunya, yakni yang tak
terbatas (Greek : to apeiron). Dia berpandangan jika ia mengambil prinsip yang sama seperti
gurunya yaitu air, maka unsur air tersebut akan mengalahkan unsur-unsur yang lain, seperti
tanah, udara, dan api. Menurut Aristoteles, Anaximander mengatakan unsur-unsur air,
tanah, udara, dan api itu saling bertentangan, dimana air bersifat basah, tanah bersifat
‘14
3
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kering, udara bersifat dingin, dan api bersifat panas. Oleh karena itu, jika hanya satu unsur
saja yang dominan, maka unsur yang lain akan hilang.
Dalam gagasannya tentang “keadilan” (Greek : adikia). Anaximander beranggapan
bahwa di dunia ini memiliki unsur-unsur yang seimbang, seperti air, tanah, udara, dan api.
Unsur-unsur tersebut pada dasarnya ingin selalu menjadi yang paling dominan, tetapi hal itu
tidak akan terjadi karena ada suatu keseimbangan hukum di alam ini, contohnya jika api
yang lebih dominan, maka ada abu sebagai penjaga keseimbangannya, yang mana hal itu
tak lain adalah tanah.
Selain gagasannya tentang keadilan, Anaximander juga mengutarakan sebuah
konsep teori evolusi. Dia beranggapan bahwa awal mula terjadinya kehidupan mahkluk
hidup di bumi ini berasal dari unsur air, dimana bentuk pertama kali adalah ikan.
Kemunculan manusia, seperti binatang lainnya juga, bahwasannya manusia itu dibesarkan
terlebih dahulu di badan seekor ikan sebelum ia dilemparkan untuk hidup di daratan. Ini
dikarenakan masa bayi manusia yang cukup lama, jadi tak mungkin dapat bertahan hidup
tanpa ada yang memeliharanya. Anaximander beranggapan seperti itu dari hasil
observasinya di lautan Yunani, yang mana seekor ikan hiu itu melindungi anak-anaknya di
dalam badannya.
Ditambahkan Anaximander pada dasarnya memiliki rasa keingintahuan yang lebih
besar terhadap astronomi. Ia berpendapat bahwa bumi itu berbentuk silinder dan tidak
bersandar dengan sesuatu apapun. Lalu kenapa bumi tidak terjatuh? dia mengatakan
karena memang kedudukan bumi berada tepat dalam pusat jagad raya. Selain itu
Anaximander juga sering menyatakan kalau ukuran matahari itu sama dengan bumi atau 27
kali lipat lebih besar. Walaupun semua pemikiran Anaximander kedengarannya tampak
aneh, tetapi ini adalah modal besar bagi umat manusia dalam membuka jalan baru untuk
memahami dunia.
C. ANAXIMENES (490-430)
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama
seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan
kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut
di dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros,
sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan
pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain,
‘14
4
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala
sesuatu.
Pemikiran
Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang
metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang
metafisik dengan yang fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang
metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat
fisik yakni udara.
Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat
yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena
itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara
adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul
sebagai bentuk lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan
dan pengenceran" (condensation and rarefaction. Bila udara bertambah kepadatannya
maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara
mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan
pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah
menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi
perubahan udara.
Tentang Alam Semesta
Pembentukan alam semesta menurut Anaximenes adalah dari proses pemadatan
dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut
Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan
melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan,
bintang, dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit
tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan basah dari
bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi.
Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka
tersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi.
Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan
udara.
‘14
5
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tentang Jiwa
Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu
bernafas untuk mempertahankan hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan
menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya.
Karena itu, untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes
mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raya berdasarkan
kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara. Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat
raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan
sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani. Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan
istilah-istilah tersebut di dalam pemikiran filsafatnya.
D. EMPEDOCLES (490-430 SM)
Empedokles adalah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Tokoh lainnya
dari
mazhab
ini
adalah
Anaxagoras.
Jikalau
filsuf-filsuf
Miletos
mengajarkan bahwa ada satu prinsip dasar yang mempersatukan alam
semesta, Empedokles berpendapat lain. Menurut Empedokles, prinsip
dasar itu tidaklah tunggal melainkan empat. Ia dikenal sebagai seorang
dokter, penyair, ahli pidato, dan politikus.
Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi. Puisi pertama berjudul "Perihal Alam"
(On Nature) dan yang kedua berjudul "Penyucian-Penyucian" (Purifications). Kedua karya
tersebut memiliki 5000 ayat, namun yang masih ada hingga kini tinggal 350 ayat dari karya
pertama, dan 100 ayat dari karya kedua. Para ahli tidak sepakat mengenai mana karangan
yang lebih dahulu ditulis.
Riwayat Hidup
Empedokles lahir di Agrigentum, pulau Sisilia, pada abad ke-5 SM (495-435 SM). Ia
berasal dari golongan bangsawan. Empedokles dipengaruhi oleh aliran religius yang disebut
orfisme, dan juga kaum Pythagorean. Ada sum ber lain yang mengatakan ia mengikuti
ajaran Parmenides. Pada usia yang tidak diketahui, ia dibuang dari kota asalnya namun
tidak ada informasi mengenai pembuangannya itu. Berdasarkan keterangan dari Aristoteles,
Empedokles meninggal pada usia 60 tahun. Menurut legenda, Empedokles meninggal
dengan cara terjun ke kawah vulkano di gunung Etna.
Pemikiran
‘14
6
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tentang Empat Anasir
Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah
tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat. Memang dia belum memakai istilah
anasir (stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato, melainkan menggunakan
istilah 'akar' (rizomata). Empat anasir tersebut adalah air, tanah, api, dan udara. Keempat
anasir tersebut dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling
berlawanan. Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan
tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah. Salah satu
kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa
udara adalah anasir tersendiri. Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih
mencampuradukkan udara dengan kabut.
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama.
Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan tetapi,
semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun
berbeda komposisinya. Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua
bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api. Suatu benda dapat berubah karena
komposisi empat anasir tersebut diubah.
Tentang Cinta dan Benci
Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam
alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain. Kedua prinsip tersebut
adalah cinta (philotes) dan benci (neikos). Cinta berfungsi menggabungkan anasir-anasir
sedangkan benci berfungsi menceraikannya. Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus
yang meresapi semua benda lain. Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles
menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman. Zaman-zaman ini
terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman keempat lalu kembali lagi ke
zaman pertama, dan seterusnya. Zaman-zaman tersebut adalah:
1. Zaman pertama. Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta
dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan sempurna,
dan benci dikesampingkan ke ujung.
2. Zaman kedua. Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir, sehingga alam
semesta sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian lagi dikuasai oleh benci. Bendabenda memiliki kemantapan tetapi dapat lenyap, misalnya makhluk-makhluk hidup dapat
mati. Menurut Empedokles, manusia hidup pada zaman ini.
‘14
7
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Zaman ketiga. Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di
mana benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya. Keempat anasir yang
sama sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan kosentris: tanah di dalam
pusat dan api pada permukaan. Cinta kini berada di ujung.
4. Zaman keempat. Sekarang cinta masuk kembali hingga timbul situasi yang sejajar
dengan zaman kedua. Apabila cinta menjadi dominan, artinya zaman pertama dimulai
kembali.
Tentang Pengenalan
Empedokles menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang sama akan
mengenal yang sama". Hal tersebut berarti bahwa unsur tanah di dalam diri kita mengenal
tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal air, dan seterusnya. Karena alasan ini,
Empedokles berpendapat bahwa darah merupakan hal utama dari tubuh manusi, sebab
darah dianggap sebagai campuran paling sempurna dari keempat anasir, terutama darah
paling murni yang mengelilingi jantung. Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di
dalam bidang biologi dan ilmu kedokteran selanjutnya.
Tentang Penyucian
Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang dapat
luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya. Di dalam karangan tersebut,
Empedokles memperkenalkan diri sebagai daimon (semacam dewa) yang jatuh karena
berdosa dan dihukum untuk menjalani sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh
ribu musim. Jiwa-jiwa itu berpindah dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada
burung-burung, dan juga manusia. Jikalau jiwa sudah disucikan, antara lain dengan
berpantang makan daging hewan, maka ia dapat memperoleh status daimon kembali.
Pandangan tentang perpindahan jiwa ini nampaknya diadopsi dari mazhab Pythagorean.
Pengaruh Empedokles
Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh Plato,
Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Karena kosmologi Aristoteles diterima umum
sepanjang seluruh Abad Pertengahan, maka teori tentang empat anasir merupakan
pandangan dunia sampai awal zaman modern. Setelah itu pada abad ke-17, Robert Boyle
membantah teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk kimia
modern.
‘14
8
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
E. HIPOKRATES (460-375 SM)
Hipokrates dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran menganggap bahwa jiwa
manusia dapat digolongkan ke dalam empat tipe kepribadian berdasarkan
cairan tubuh yang dominan, yaitu (1) sanguine (riang) yang di dominasi oleh
darah, (2) melankolis (murung) oleh sumsum hitam, (3) kolerik (cepat
bereaksi) oleh
sumsum kuning, (4) plegmatis (lamban) oleh lendir.
F. DEMOKRITUS (460-370 SM)
Demokritus adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab
Atomisme. Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab tersebut.
Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru
pemikiran Demokritus yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat. Selain
sebagai filsuf, Demokritus juga dikenal menguasai banyak keahlian.
Sayangnya,
karya-karya
Demokritos
tidak
ada
yang
tersimpan.
Demokritus menulis tentang ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan
etika. Ada sekitar 300 kutipan tentang pemikiran Demokritus di dalam sumber-sumber kuno.
Sebagian besar kutipan-kutipan tersebut berisi tentang etika.
Riwayat Hidup
Demokritus lahir di kota Abdera, Yunani Utara. Ia hidup sekitar tahun 460 SM hingga
370 SM. Ia berasal dari keluarga kaya raya. Pada waktu ia masih muda, ia menggunakan
warisannya untuk pergi ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Selain menjadi murid
Leukippos, Ia juga belajar kepada Anaxagoras dan Philolaos. Hanya sedikit yang dapat
diketahui dari riwayat hidup Demokritos. Banyak data tentang kehidupannya telah tercampur
dengan legenda-legenda yang kebenarannya sulit dipercaya.
Meskipun ia hidup sezaman dengan Sokrates, bahkan usianya lebih muda, namun
Demokritus tetap digolongkan sebagai filsuf pra-sokratik. Hal ini dikarenakan ia melanjutkan
dan mengembangkan ajaran atomisme dari Leukippos yang merupakan filsuf pra-sokratik.
Ajaran Leukippos dan Demokritus bahkan hampir tidak dapat dipisahkan. Selain itu, filsafat
Demokritus tidak dikenal di Athena untuk waktu yang cukup lama. Misalnya saja, Plato tidak
mengetahui apa-apa tentang Atomisme. Baru Aristoteles yang kemudian menaruh perhatian
besar terhadap pandangan atomisme.
‘14
9
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemikiran
Tentang Atom
Demokritus dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa atom adalah unsur-unsur
yang membentuk realitas. Di sini, mereka setuju dengan ajaran pluralisme Empedokles dan
Anaxagoras bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi, bertentangan
dengan Empedokles dan Anaxagoras, Demokritos menganggap bahwa unsur-unsur
tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi. Karena itulah, unsur-unsur tersebut diberi nama atom
(bahasa Yunani atomos: a berarti "tidak" dan tomos berarti "terbagi").
Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk realitas.
Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya. Selain itu, atom juga
tidak memiliki kualitas, seperti panas atau manis. Hal itu pula yang membedakan dengan
konsep zat-zat Empedokles dan benih-benih dari Anaxagoras. Atom-atom tersebut berbeda
satu dengan yang lainnya melalui tiga hal: bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan huruf
N), urutannya (seperti AN berbeda dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda dengan Z
dalam urutan abjad). Dengan demikian, atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga
massa. Jumlah atom yang membentuk realitas ini tidak berhingga.
Selain itu, atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak dapat dimusnahkan,
dan tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu, Demokritus
menyatakan bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan".Jika
ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak. Demokritus membandingkan gerak
atom dengan situasi ketika sinar matahari memasuki kamar yang gelap gulita melalui retakretak jendela. Di situ akan terlihat bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun
tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan demikian, tidak diperlukan prinsip
lain untuk membuat atom-atom itu bergerak, seperti prinsip "cinta" dan "benci" menurut
Empedokles. Adanya ruang kosong sudah cukup membuat atom-atom itu bergerak.
Tentang Dunia
Dunia dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda bentuk saling
mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan itu kemudian mulai bergerak berputar,
dan makin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagian dari gerak tersebut. Kumpulan
atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut sedangkan kumpulan atom yang lebih
halus dilontarkan ke ujungnya. Demikianlah dunia terbentuk.
‘14
10
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tentang Manusia
Tentang manusia, Demokritos berpandangan bahwa manusia juga terdiri dari atomatom. Jiwa manusia digambarkan sebagai atom-atom halus. Atom-atom ini digerakkan oleh
gambaran-gambaran kecil atas suatu benda yang disebut eidola. Dengan demikian muncul
kesan-kesan indrawi atas benda-benda tersebut.
Tentang Pengenalan
Sebelumnya telah dikatakan bahwa setiap benda, yang tersusun atas atom-atom,
mengeluarkan gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola. Gambaran-gambaran inilah
yang masuk ke panca indra manusia dan disalurkan ke jiwa. Manusia dapat melihat karena
gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan dengan atom-atom jiwa. Proses semacam
ini berlaku bagi semua jenis pengenalan indrawi lainnya.
Lalu bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh indra manusia, seperti pahit,
manis, warna, dan sebagainya? Menurut Demokritos atom-atom tersebut tidak memiliki
kualitas, jadi darimana kualitas-kualitas seperti itu dirasakan oleh manusia? Menurut
Demokritos, kualitas-kualitas seperti itu dihasilkan adanya kontak antara atom-atom tertentu
dengan yang lain. Misalnya saja, manusia merasakan manis karena atom jiwa bersentuhan
dengan atom-atom yang licin. Kemudian manusia merasakan pahit bila jiwa bersentuhan
dengan atom-atom yang kasar. Rasa panas didapatkan karena jiwa bersentuhan dengan
atom-atom yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dengan demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu hanya
dirasakan oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya. Karena itulah,
Demokritos menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu benda.
Yang dapat diamati hanyalah gejala atau penampakan benda tersebut. Demokritos
mengatakan:
"Tentunya akan menjadi jelas, ada satu masalah yang tidak dapat
dipecahkan, yakni bagaimana keadaan setiap benda dalam kenyataan yang
sesungguhnya...Sesungguhnya,
kita
sama
sekali
tidak
tahu
sebab
kebenaran terletak di dasar jurang yang dalam."
Etika
Menurut Demokritus, nilai tertinggi di dalam hidup manusia adalah keadaan batin
yang sempurna (euthymia). Hal itu dapat dicapai bila manusia menyeimbangkan semua
‘14
11
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
faktor di dalam kehidupan: kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan pantangan. Yang
bertugas mengusahakan keseimbangan ini adalah rasio.
G. SOCRATES
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal
pada tahun 399 SM. Bapaknya pematung, ibunya bidan. Pada mulanya
Socrates mau menuruti jejak bapaknya, sebagai pematung. Namun, ia
berganti haluan: dari membentuk batu jadi patung, ia membentuk watak
manusia. Masa hidupnya hampir sejalan dengan perkembangan sufisme di
Athena. Socrates bergaul dengan semua orang, tua dan muda, kaya dan
miskin. Ia seorang filosof. Ajaran filosofinya tak pernah dituliskannya, melainkan
dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup.
Menurut kata teman-temannya: Socrates demikian adil, sehingga ia tak pernah
berlaku zalim. Ia begitu pandai menguasai dirinya, sehingga ia tak pernah memuaskan hawa
nafsu dengan merugikan kepentingan umum. Ia demikian cerdiknya, sehingga ia tak pernah
khilaf dalam menimbang buruk baik. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik
benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi
bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup.
Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia
bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir.
Pemikiran Filsafatnya
Oleh karena Socrates tidak menuliskan filosofinya, maka sulit sekali mengetahui
dengan kesahihan ajarannya. Ajarannya itu hanya dikenal dari catatan-catatan muridmuridnya, terutama Xenephon dan Plato. Catatan Xenephon kurang kebenarannya, karena
ia sendiri bukan seorang filosof. Untuk mengetahui ajaran Socrates, orang banyak
bersandar kepada Plato. Dalam uraian-uraian Plato, yang kebanyakan berbentuk dialog,
hampir selalu Socrates yang dikemukakannya. Ia memikir, tetapi keluar seolah-olah
Socrates yang berkata.
Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selamalamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan, bahwa
semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates
berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari. Dalam mencari kebenaran itu ia
tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya
jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai
kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa
kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa
‘14
12
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik, menguraikan,
seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.
Socrates mencari pengertian, yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya. Sebab
itu ia selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani, apa yang disebut indah, apa yang
bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu” harus lebih dahulu daripada “apa sebab”. Ini
biasa bagi manusia dalam hidup sehari-hari. Anak kecil pun mulai bertanya dengan “apa
itu”. Oleh karena jawab tentang “apa itu” harus dicari dengan tanya jawab yang mungkin
meningkat dan mendalam, maka Socrates diakui pula—sejak keterangan Aristoteles—
sebagai pembangun dialektik pengetahuan. Tanya jawab, yang dilakukan secara meningkat
dan mendalam, melahirkan pikiran yang kritis. Dalam berjuang mencari kebenaran yang
umum lakunya, yaitu mencari pengetahuan yang sebenar-benarnya, terletak seluruh
filosofinya.
Oleh karena Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab sana dan
sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah
metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi menjadi dasar
definisi. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia
tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan
lawan saksi. Seperti disebut di atas, dari lawannya bersoal jawab, yang masing-masing
terkenal sebagai ahli dalam haknya sendiri-sendiri, dikehendakinya definisi tentang “berani”
“indah” dan lain sebagainya. Pengertian yang diperoleh itu diujikan kepada beberapa
keadaan atau kejadian yang nyata. Apabila dalam pasangan itu pengertian tidak mencukupi,
maka dari ujian itu pengertian dicari perbaikan definisi. Definisi yang tercapai dengan cara
begitu diuji pula sekali lagi untuk mencapai perbaikan yang lebih sempurna. Demikianlah
seterusnya. Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Dengan melalui induksi sampai
kepada definisi.
Definisi yaitu pembentukan pengertian yang umum lakunya. Induksi dan definisi
menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah inti
sari daripada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham
etiknya itu kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan
yang berdasarkan pengertian. Dari mengetahui beserta keinsafan moral, mesti menimbulkan
budi. Apabila budi adalah tahu, maka tak ada orang yang sengaja, atas maunya sendiri,
berbuat jahat. Kedua-duanya, budi dan tahu, bersangkut-paut. Apabila budi adalah tahu,
berdasarkan timbangan yang benar, maka “jahat” hanya datang dari orang yang tidak
mengetahui, orang yang tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar.
Orang yang kesasar adalah kurban daripada kekhilafananya sendiri. Kesasar bukanlah
perbuatan yang disengaja. Tidak ada orang yang khilaf atas maunya sendiri. Oleh karena
budi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat
‘14
13
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
baik. Untuk itu perlulah orang pandai menguasai diri dalam segala keadaan. Dalam suka
maupun duka. Dan apa yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik bagi kita sendiri.
Jadinya, menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai “kesenangan
hidup”. “Kesenangan hidup” tidak pernah dipersoalkan oleh Socrates, sehingga muridmuridnya kemudian memberikan pendapat mereka sendiri-sendiri tentang kesenangan
hidup.
Pandangannya tentang jiwa
Ia selalu bertanya tanpa memberikan jawaban karena ia ingin orang lain berpikir dan
memahami jawaban pertanyaan tersebut. Menurut Plato dan Aristoteles, ia adalah orang
pertama yang memperkenalkan cara berpikir induktif dan membuat definisi universal. Cara
berpikir ini kemudian dikenal sebagai metode Sokrates.
Ia juga orang pertama di dunia yang mengemukakan bahwa di dalam diri manusia
terdapat jiwa/ rohani. Ia menyadari bahwa jiwa jauh lebih penting daripada tubuh fisik dan
jiwa tidak akan mati. Karena penemuannya inilah, banyak orang menganggapnya sebagai
bapak psikologi rasional.
H. PLATO
Plato lahir pada tahun 428/7 sebelum masehi dari keluarga terkemuka di
Athena, ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Ketika
bapaknya meninggal ibunya menikah lagi dengan adik ayahnya Plato yang
bernama Pyrilampes yang tidak lain adalah seorang politikus, dan Plato
banyak terpengaruh dengan kehadiran pamannya ini. Karena sejak
kehadiran pamannya ini ia banyak bergaul dengan para politikus Athena. Selain para
politikus ia juga banyak dipengaruhi oleh Kratylos, seorang filusuf yang meneruskan ajaran
Herakleitos yang mempunyai pendapat bahwa dunia ini terus berubah.
Dari pergaulan dengan para politikus, Plato akhirnya menelurkan sebuah pemikiran
bahwa pemimpin suatu negara haruslah seorang filsuf, hal ini dilontarkan karena
kekecewaannnya atas kepemimpinan para politikus yang ada pada saat itu, terutama yang
berkaitan dengan kematian gurunya, yaitu Socrates, di persidangan yang berakhir pada
kematian gurunya tersebut. Pada perkembangan selanjutnya Plato mendirikan Akademia
sebagai pusat penyelidikan ilmiah dan di sekolah ini ia berusaha merealisasikan cita-citanya
yaitu menjadikan filsuf-filsuf yang siap menjadi pemimpin negara, dan akademia inilah awal
dari munculnya universitas-universitas saat ini karena lebih menekankan pada kajian ilmiah
bukan sekedar reotrika.
Ia terus mengepalai dan mengajar di akademia ini hingga akhir hayatnya. Dalam
menelurkan karya-karya fisafatnya Plato menggunakan metode dialog, karena ia percaya
filsafat akan lebih baik dan teruji jika dilakukan melalui dialog dan banyak dari karya‘14
14
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
karyanya disampaikan secara lisan di akademia-nya. Di satu sisi ia masih mempercayai
beberap mitos yang digunakan olehnya untuk mengemukakan dugaan-dugaan mengenai
hal-hal duniawi. Ia banyak dipengaruhi oleh gurunya, Socrates dalam pemikirannya.
Pemikiran Filsafatnya
Idea merupakan inti dasar dari seluruh filasaft yang diajarkan oleh Plato. Ia
beranggapan bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari subjek
yang berfikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya pemikiran itu
tergantung dari idea-idea. Ia memberikan beberapa contoh seperti segitiga yang
digambarkan di papan tulis dalam berbagai bentuk itu merupakan gambaran yang
merupakan tiruan tak sempurna dari idea tentang segitiga. Maksudnya adalah berbagai
macam segitiga itu mempunyai satu idea tentang segitiga yang mewakili semua segitiga
yang ada.
Dalam menerangkan idea ini Plato menerangkan dengan teori dua dunianya, yaitu
dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan pancaindera, sifat dari dunia ini
tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia
idea, dan dunia idea ini semua serba tetap, sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna.
Idea mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Hubungan antara idea dan
realitas jasmani bersifat demikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa berada
tanpa pendasaran oleh idea-idea itu. Hubungan antara idea dan realitas jasmani ini melalui
3 cara, pertama, idea hadir dalam benda-benda konkrit. Kedua, benda konkrit mengambil
bagian dalam idea, disini Plato memperkenalkan partisipasi dalam filsafat. Ketiga, Idea
merupakan model atau contoh bagi benda-benda konkrit. Benda-benda konkrit itu
merupakan gambaran tak sempurna yang menyerupai model tersebut.
Pandangannya tentang jiwa
Plato menganggap bahwa jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia,
dan pandangannya ini dipengaruhi oleh Socrates, Orfisme dan mazhab Pythagorean. Salah
satu argumen yang penting ialah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan idea-idea,
dengan itu ia menuruti prinsip-prinsip yang mempunyai peranan besar dalam filsafat. Jiwa
memang mengenal idea-idea, maka atas dasar prinsip tadi disimpulkan bahwa jiwapun
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan idea-idea, jadi sifatnya abadi dan tidak berubah.
Plato mengatakan bahwa dengan kita mengenal sesuatu benda atau apa yang ada di dunia
ini sebenarnya hanyalah proses pengingatan sebab menurutnya setiap manusia sudah
mempunyai pengetahuan yang dibawanya pada waktu berada di dunia idea, dan ketika
manusia masuk ke dalam dunia realitas jasmani pengetahuan yang sudah ada itu hanya
tinggal diingatkan saja, maka Plato menganggap juga seorang guru adalah mengingatkan
muridnya tentang pengetahuan yang sebetulnya sudah lama mereka miliki.
‘14
15
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Plato manusia memiliki tiga elemen dalam jiwa, pertama adalah
kemampuan menggunakan bahasa dan berpikir; kedua, elemen raga/tubuh dalam bentuk
nafsu badaniah, hasrat, dan kebutuhan; ketiga, elemen rohaniah/kehendak bisa dilihat
dengan adanya emosi seperti kemarahan, sindiran, ambisi, kebanggaan, dan kehormatan.
Elemen paling tinggi menurut Plato adalah berpikir (akal) dan terendah nafsu badaniah
(Lavine, 2003:73-74). Jiwa, menurut pandangan Plato, tidak dapat mati karena merupakan
sesuatu yang adikodrati berasal dari dunia ide. Meski kelihatan bahwa jiwa dan tubuh saling
bersatu, tetapi jiwa dan tubuh adalah kenyataan yang harus dibedakan. Tubuh
memenjarakan jiwa, oleh karenanya jiwa harus dilepaskan dari tubuh dengan dua macam
cara yaitu pertama dengan kematian dan kedua dengan pengetahuan. Jiwa yang terlepas
dari ikatan tubuh bisa menikmati kebahagiaan melihat ide karena selama ini ide tersebut
diikat oleh tubuh dengan keinginan atau nafsu badaniah sehingga menutup penglihatan
terhadap ide (Hadiwijono, 2005).
I.
ARISTOTELES
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani
(dahulunya termasuk wilayah Makedonia Tengah) tahun 384 SM. Ayahnya
adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun,
Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat
menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles
meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander
dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan
dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang
diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Pandangan Filsafatnya
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup
enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karyakaryanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik,
kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan
keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada
(eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk
akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa
Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
‘14
16
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang
bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Meskipun sebagian besar
ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal
yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan
hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena
dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun
kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsiasumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran
Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles
dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan
teologi Yahudi oleh Maimonides (1135–1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid
(1126–1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai
sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai
sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana
yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Pandangannya tentang jiwa
Aristoteles meninggalkan ajaran dualisme Plato tentang jiwa dan tubuh. Plato
berpendapat bahwa jiwa itu bersifat kekal, tetapi Aristoteles tidak. Menurut Aristoteles, jiwa
dan tubuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa adalah bentuk dan tubuh adalah materi. Jiwa
merupakan asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan. Jiwa adalah penggerak
tubuh, kehendak jiwa menentukan perbuatan dan tujuan yang akan dicapai (Hadiwijono,
2005:51). Secara spesifik, jiwa adalah pengendali atas reproduksi, pergerakan, dan
persepsi.
Aristoteles mengibaratkan jiwa dan tubuh bagaikan kampak. Jika kampak adalah
benda hidup, maka tubuhnya adalah kayu atau metal, sedangkan jiwanya adalah
kemampuan untuk membelah dan segala kemampuan yang membuat tubuh tersebut
disebut kampak. Sebuah kampak tidak bisa disebut kampak apabila tidak bisa memotong,
melainkan hanya seonggok kayu atau metal Disadari oleh Aristoteles bahwa tubuh bisa mati
dan oleh sebab itu, maka jiwanya juga ikut mati. Seperti kampak tadi yang kehilangan
kemampuannya, manusia juga demikian ketika mati ia akan kehilangan kemampuan berpikir
dan berkehendak.
‘14
17
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Hadiwijono,H.(1998). Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Cetakan ke- 15. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Hatta, M.( 1986). Alam Pikiran Yunani, Cetakan ke- 3. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta: PT Bulan Bintang
‘14
18
Psikologi Umum I
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download