Modul Psikologi Perkembangan 1 [TM6]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Perkembangan 1
Teori Etologi
Fakultas
Program Studi
Fakultas Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
Abstract
Kompetensi
Penjelasan tentang Teori Etologi dalam
perkembangan
Mahasiswa diharapkan mampu untuk
memahami Teori Etologi dan dapat
menggunakan dalam aplikasi/kasus
Etologi merupakan kajian berbagai perilaku adaptif yang berbeda pada spesies
hewan. Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode yang penting atau peka. Dengan mengamati perilaku
hewan dalam lingkungan yang alami, para ahli etologi berusaha mengidentifikasi perilaku
yang universal dan spesifik pada spesies tertentu atau diubah oleh budaya tertentu
(Santrock, 2002; Papalia, 2008).
Darwin dan Teori Evolusi
Charles Darwin (1809-1882) lahir dalam keluarga Inggris terpandang. Kakeknya
Erasmus Darwin adalah seorang dokter, penyair dan filsuf terkenal, sementara ayahnya juga
seorang dokter yang cakap. Darwin belajar kedokteran sebentar kemudian teologi di
Cambridge, namun kemampuannya biasa-biasa saja. Meskipun begitu, dia memiliki sifat
patang menyerah dan membuat beberapa profesor di Cambridge terkesan. Salah satu
profesornya merekomendasikan Darwin sebagai naturalis di kapal HMS Beagle yang
berpetualang ke belahan-belahan dunia yang belum dikenal. Petualangan inilah yang
nantinya memampukan Darwin melakukan beberapa observasi dan pada akhirnya
membimbing dia menemukan teori evolusinya (Crain. 2007).
Teori Darwin dikenal dengan Teori Seleksi Alam yang menyatakan bahwa diantara
anggota-anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tak terhitung jumlahnya dan
diantara anggota yang bermacam-macam itu, hanya kelompok tertentu yang berhasil
bertahan hidup dan bisa terus menghasilkan keturunannya. Terdapat ‘perjuangan untuk
bertahan hidup’, dimana anggota-anggota terbaik sebuah spesies dapat hidup cukup
panjang untuk meneruskan sifat unggul mereka kepada generasi berikutnya. Terhadap
2014
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
jumlah generasi yang tak terhitung jumlahnya itu, Alam kemudian ‘memilih’ siapa-siapa yang
bisa beradaptasi paling baik dengan lingkungan mereka  lahirlah istilah ‘seleksi alam’
(Darwin, 1859 dalam Crain, 2007).
Darwin percaya, bahwa seleksi alam diaplikasikan bukan hanya kepada sifat-sifat
fisik (seperti warna kulit), namun juga beragam jenis tingkah laku. Karena itu, layak jika
Darwin disebut sebagai etolog pertama – sebutan para biolog bagi mereka yang
mempelajari tingkah laku hewan dari perspektif evolusi.
Etologi Modern: Lorenz dan Tindbergen
Konrad Lorenz
Niko Tindbergen
Konrad Lorenz (1903-1989) seringkali dipanggil bapak etologi modern. Lorenz lahir
dan besar di Austria. Ayahnya seorang dokter terkenal yang ingin Lorenz mengikuti
jejaknya. Meski bersusah payah berjuang hingga lulus kedokteran, namun Lorenz tidak
pernah kehilangan antusiasme masa kanak-kanaknya untuk mempelajari alam dan dunia
hewan liar, sehingga ia melanjutkan kuliahnya di fakultas zoologi di Universitas Wina dan
meraih gelar Ph.D. Lorenz memulai studi etologinya di awal tahun 1930-an ketika dia
menjadi yakin bahwa kita bisa melihat monumen evolusi didalam pola-pola tingkah laku
bawaan dari hewan-hewan, sama jelasnya seperti kita melihat ciri-ciri fisik mereka (Tanner
dan Inhelder dalam Crain, 2007).
2014
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
Niko tindbergen (1907-1988) bekerja di bawah bayang-bayang Lorenz. Meskipun
begitu, etolog menganggap karyanya tetap substansial. Tindbergen lahir di Hague, Belanda.
Sama seperti halnya Lorens, ia sangat menyukai hewan dan dunia luar saat masih kecil.
Disekolah, Tindbergen terkenal ogah-ogahan. Dia hanya mau mengerjakan secara
maksimal tugas-tugas yang menarik hatinya. Walaupun demikian, Tindbergen berhasil
mendapat gelar Ph.D dalam bidang biologi di Universitas Leiden pada 1932 dan mulai
melakukan studi-studi etologis yang brilian (Crain, 2007)
Pendekatan Metodologis
Etolog sangat yakin bahwa kita dapat memahami tingkah laku hewan hanya jika kita
mempelajarinya didalam setting yang alamiah. Dengan cara inilah kita dapat mengamati
pola-pola tingkah laku hewan yang selama ini tak terlihat dan melihat bagaimana peran
mereka di dalam adaptasi spesies. Jika seorang etolog ingin mempelajari spesies baru,
langkah pertama hanyalah mengetahui informasi tentang spesies ini sebanyak mungkin.
Etolog harus terlibat dalam observasi naturalistik untukmengamati tingkah laku khas spesies
tersebut lalu membandingkannya dengan tingkah laku spesies lain (Crain, 2007).
Tingkah laku instingtif
Etolog sangat tertarik pada insting (sebuah istilah yang dianggap sebagai kelas
istimewa tingkah laku yang tidak pernah dipelajari). Insting tampaknya berbeda dari
dorongan umum seperti rasa lapar, karena dorongan rasa lapar ditemukan di banyak
spesies (jadi bukan spesifik milik spesies tertentu). Insting tampaknya juga berbeda dari
refleks. Insting bisa mengandung banyak refleks, namun lebih kompleks. Semua etolog
yakin bahwa tingkah laku instingtif memiliki komponen bawaan yang besar, namun didalam
lingkungan yang membuat insting harus beradaptasi, dia akan muncul dengan sendirinya
tanpa harus mengelaborasikan pengkondisian ataupun pembelajaran (Crain, 2007).
Eksperimen Lorenz
•
Menggunakan angsa abu-abu
•
Dipisah menjadi 2 kelompok (kelompok 1 dibiarkan tetap bersama induk angsanya
setelah menetas, kelompok 2 diletakkan di inkubator  pertama kali menetas yang
dilihat adalah Lorenz)
2014
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
•
Hasilnya: anak-anak angsa di inkubator mengikuti kemanapun Lorenz pergi karena
menganggap ia adalah induknya  Proses Imprinting yaitu konsep etologis dalam
suatu periode waktu yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan objek yang dilihat
bergerak untuk pertama kalinya
Perilaku angsa yang mengikuti Lorenz
Pandangan etologis mengenai perkembangan anak:
Teori Bowlby
John Bowlby
2014
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
John Bowlby (1907-1990) lahir di London. Ia mengajar di sekolah untuk anak-anak
cerdas, menerima pelatihan medis dan psikoanalisis, dan sejak tahun 1936 mengerjakan
buku pembimbing anak-anak. Pada tahun 1936 itu pula Bowlby tertarik pada gangguangangguan anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan. Anak-anak yatim piatu yang tumbuh
dibawah pengasuhan perawat dilihatnya seringkali menunjukkan beragam masalah emosi,
termasuk ketidakmampuan membentuk hubungan intim dan abadi dengan anak-anak lain.
Tampak bagi Bowlby bahwa anak-anak ini tidak sanggup mencintai karena mereka tidak
memiliki kesempatan untuk membentuk kelekatan yang aman dengan figur ibu di awal
kehidupannya. Hal ini juga serupa dengan anak-anak yang tumbuh normal dirumah untuk
sementara waktu namun kemudian menderita perpisahan cukup lama (Crain, 2007).
Bowlby menerapkan prinsip-prinsip etologi pada perkembangan manusia. Ia
memandang kelekatan bayi pada pengasuhnya sebagai perilaku yang berkembang untuk
mendukung kelangsungan hidup. Dari penelitian hewan dan dari pengamatan terhadap
anak-anak dengan gangguan di sebuah klinik psikoanalisis di London, Bowlby yakin
terhadap pentingnya ikatan ibu-bayi dan mengingatkan untuk menghindari perpisahan
antara ibu dan bayi tanpa memberikan pengganti pengasuhan yang baik (Monks, 2002)
Tingkah laku lekat sesudah umur 1 tahun
•
Tingkah laku lekat pada 2 tahun pertama yang tertuju pada satu orang, akan segera
tertuju juga pada orang-orang lain disekitarnya
•
Tingkah laku lekat anak dapat ditinjau dari 2 macam segi:
1. Tingkah laku lekat terjadi karena proses belajar
2. Tingkah laku lekat merupakan ciri khas manusia  untuk bercakap-cakap,
mengadakan manipulasi dan eksplorasi benda, serta untuk mencari kontak dengan
manusia lain. Pandangan kedua ini yang lebih diterima.
•
Tingkah laku lekat (attachment) merupakan kecenderungan dasar pada anak yang
sudah ada sebelum proses-proses belajar dapat terjadi
•
Terdapat 2 teori mengenai tingkah laku yaitu teori diferensiasi dan teori pararel (Monks,
2002), yang dijelaskan sebagai berikut:
2014
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
Teori Diferensiasi
•
Pada tingkah laku lekat, anak mencari kotak sosial tetapi juga suatu sikap penuh
kehangatan dan kasih sayang
•
Anak mempunyai pilihan terhadap orang-orang tertentu: pertama adl ibunya, ayahnya,
atau anggota-anggota keluarga yang lain
•
Menurut Bowlby, ibulah yg dipandang sebagai figur sentral bagi anak; anggota-anggota
keluarga lain tdk mempunyai peranan yg penting sampai sampai dengan umur 6 bulan
•
Sesudah usia 3 tahun kebanyakan anak makin dapat merasa aman dlm situasi asing
bersama dgn objek lekat pengganti misalnya dengan saudaranya atau gurunya  figur
pengganti harus sudah dikenal oleh anak, anak harus dlm kondisi sehat dan anak juga
harus tahu dimana ibunya
•
Bowlby juga mengatakan bahwa seperti halnya vitamin dan protein penting sekali untuk
perkembangan fisik, maka kasih sayang ibu adalah essensial untuk perkembangan
psikis yang sehat
Teori Pararel
•
Anak sesudah usia 1 tahun segera akan menunjukkan tingkah laku lekat terhadap
orang-orang dewasa maupun anak-anak sebaya lainnya
•
Obeservasi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa anak bayi mendapatkan
pola asuh yang tidak sama dimana sangat bergantung pada situasinya. Misal: anak
dikota kadang-kadang tidak sepenuhnya diasuh oleh ibunya, tetapi juga dengan
pembantu. Sedangkan di desa, anak biasanya tidak hanya diasuh oleh ibu tetapi oleh
nenek ataupun kakaknya
•
Teori pararel mengenai tingkah laku menyatakan bahwa sampai dengan usia 1 tahun,
anak akan mencari objek lekat pada satu orang, biasanya ibunya. Namun sesudah usia
1 tahun, maka orang dewasa lain atau anak-anak sebaya akan bisa menjadi objek
kelekatan anak.
•
Kelekatan pada anak-anak sebaya dapat memberikan banyak pengaruh terhadap
pelajaran tingkah laku anak
2014
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
•
Mary Ainsworth, mahasiswa Bowlby pada tahun 1950-an menyebutkan 3 jenis
kelekatan (attachment) yaitu sebagai berikut (dalam Papalia, 2008):
1. Kelekatan yang aman (secure attachment)

Bayi yg memiliki kelekatan dengan tipe ini akan menangis atau protes saat
ibunya meninggalkannya dan menyambutnya dengan senang ketika ibunya
kembali.

Bayi-bayi ini menjadikan ibu mereka sebagai dasar rasa aman mereka

Pada saat ibu mrk hadir, bayi akan meninggalkan ibu mereka untuk menjelajah
lingkungan mereka dan terkadang kembali pada ibu mereka untuk memastikan
bahwa ibunya masih ada

bayi-bayi ini biasanya kooperatif dan relatif bebas dari rasa marah
2. Kelekatan menghindar (avoidant attachment)

jarang menangis ketika ibu meninggalkannya, tetapi menghindar saat ibu
kembali

Mereka cenderung marah dan tidak mencoba menghampiri ibu ketika mereka
membutuhkan sesuatu

mereka tidak suka dipegang, tapi lebih suka lagi ketika pegangannya dilepas
3. Kelekatan ambivalen – resistan (ambivalen-resistant attachment)

menjadi cemas bahkan sebelum ibu meninggalkannya dan akan sangat marah
ketika ibu meninggalkannya

Saat ibu kembali, bayi menunjukkan ambivalensinya dengan mencari kontak
dengan ibu seraya pada saat yang sama menolak dengan menendang atau
menggeliat-geliat

bayi yang resistan sedikit mengeksplor dan sulit untuk ditenangkan
EVALUASI TEORI
•
KELEBIHAN
1. Kontribusi
teoritis
etologi
memperluas
perspektif
perkembangan.
2014
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
tentang
penyebab
Pemahaman tentang perilaku anak diperluas dengan melihat konteks sosial dan
rentang waktu yang lebih luas (sejarah spesies)
2. Kontribusi Metodologis observasi perilaku dalam konteks alamiahnya. Observasi
dapat dikombinasikan dengan metode perkembangan tradidional (metode verbal)
3. Kontribusi Isi karya tentang attachment, peer interaction, komunikasi non verbal
dan problem solving
•
KEKURANGAN
1. Keterbatasan
teoritis
Etologi
lebih
banyak
mendeskripsikan
daripada
menjelaskan
2. Keterbatasan Metodologis untuk menerapkan metode etologi pada manusia
(contoh: eksperimen, adalah tidak etis)
3. Keterbatasan Isi fenomena perkembangan tertentu tidak mungkin diteliti dari
perspektif etologi, fokus pada individual differences dalam suatu spesies sangat
terbatas.
2014
9
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
Daftar Pustaka
Crain, William. (2007). Teori perkembangan: Konsep dan aplikasi – Edisi ketiga. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditomo, S.R. (2002). Psikologi perkembangan: Pengantar
dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human development 9th ed. Jakarta:
Kencana
2014
10
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Psikologi Perkembangan 1
Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.
Download