Teori Perkembangan Etologi A. Pengertian Teori Perkembangan Etologi Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan.Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat juga berarti karakter.Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter.Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan. Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan.Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia.Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan alaminya. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku binatang.Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu.Sifat-sifat ini ditemukan pula pada diri manusia.Karena hal tersebut, maka para etolog memandang bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami perilaku manusia. Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting untuk mengikuti ibunya.Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti induknya segera setelah menetas.Apakah perilaku ini diprogram kedalam anak angsa tersebut?Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa.Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan. Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak.Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat.Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat. B. Teori Perkembangan Etologi Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman.Jika kita gagal mendapat pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak mungkin dapat optimal.Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci.Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata. Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori perkembangan manapun.Teori etolog klasik lemah dalam mensimulasikan studi dengan manusia. Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya sebagai perspektif perkembangan yang berharga.Satu perubahan penting yaitu daripada menekankan pada periode kritis yang kaku dan sempit, kini teori etologi menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John Bowlby (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup.Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi. Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka.Konsep periode penting (critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lainlain. Pendekatan Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah laku dengan setting yang alamiah) Langkah–langkahnya : 1. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin, 2. Mengamati tingkah laku khasnya, 3. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain. C. Tokoh- tokoh dalam teori Etologi Etologi Modern : 1. Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989) Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah meraih Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan ornitologi berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang juga seorang ahli tingkah laku hewan (ethologist).Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah laku berdasarkan insting.Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi. 2. Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 ) Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang dipercayainya yang harus ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku binatang. Selain itu, dengan metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak. Kerjasama Lorenz dan Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu memperhatikan empat jenis penjelasan setiap perilaku: 1. Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk kelangsungan hidup dan reproduksi? 2. Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah diubah oleh pembelajaran terkini? 3. Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan? 4. Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku bersama dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni? Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan angsa, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan dan perbedaan dalam morfologi. Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya.Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang.Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya.Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu.. 3.JohnBowlby(1907-1990) Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak. Bowlby lahir di London.Teori Bowlby (Teori Kelekatan) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan.Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat lekat pada anak sehingga diprogram secara evolusioner dan instinktif.Sebenarnya tingkah laku kelekatan tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu.Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment). Teori etologi ini menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan dialami oleh bayi. Fase-fase kelekatan : 2. Fase kedua 3. Fase ketiga 4. Fase keempat Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment). Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian crossfostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh orang tua atau induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga memperlihatkan bahwa imprintingnya juga akan muncul pada awal-awal kehidupannya. Pada kebanyakan spesies burung, penelitian ini telah menunjukkan bahwa burung yang perkembangannya diasuh oleh orang tua atau induk lain, pada saat dewasa nantinya dia akan mencoba kawin dengan anggota spesies induk yang mengasuhnya (foster-spesies). Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain imprinting juga dapat diamati. Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang membutuhkan bermain dalam hidupnya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing suka bermain-main dengan obyek yang bisa bergerak-gerak yang membuatnya sangat menarik. Sama halnya dengan manusia pada saat masa anak-anak, mereka suka bermain. D. Fase-fase Kelekatan dalam Teori Etologi 1. Fase pertama Merespon kepada seseorang. Fase ini akan terjadi pada bayi lahir sampai berusia 3 bulan. Fokus hanya terhadap orang-orang yang dikenalnya.Fase ini terjadi pada bayi berusia 3 sampai 6 bulan.Hal ini terjadi karena adanya intensitas aktivitas antara bayi dan orangorang yang sering berinteraksi dengannya, sehingga bayi mulai dapat membedakan antara orang yang dikenal dan yang tidak. Kelekatan yang intens dan pencarian kedekatan yang aktif terhadap orang-orang sekitarnya.Fase ini terjadi saat bayi berusia 6 bulan sampai 3 tahun. Menunjukkan tingkah laku persahabatan.Pada fase ini anak mulai menunjukkan sikap kelekatan dan ketertarikan terhadap teman sebayanya dan orang-orang yang baru ditemuinya. Fase ini terjadi pada usia 3 tahun sampai akhir masa kanak-kanak. Kelekatan seorang anak mengikuti arah yang serupa dengan proses pencetakan (imprinting) pada hewan. Imprinting adalah proses dimana hewan belajar stimuli pemicu untuk melepaskan insting-insting sosial mereka. Pada manusia, kita dapat mengamati proses serupa, meskipun berkembang sangat lambat. Selama minggu-minggu pertama hidupnya bayi tidak bisa secara aktif mengikuti objek lewat keinginan mereka sendiri melainkan hanya melakukan respon sosial langsung kepada orang-orang. Namun, sejak usia 3 bulan mereka mulai mempersempit kemelekatan mereka hanya kepada beberapa orang, dan akhirnya pada satu orang saja. E. Mekanisme Perkembangan 1. Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan pengalaman. Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan lokomotor, dan peningkatan efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode sensitif. 2. Sebagai tambahan dari perubahan biologis sepanjang rentang kehidupan, terdapat kemampuan belajar yang innate (yang umum & spesifik). Kemampuan ini terkait dengan 3. 4. 1. 2. 3. 4. tingkah laku insting, yaitu tingkah laku yang tidak pernah dipelajari dan muncul karena stimulus eksternal tertentu. Contohnya: tindakan penyelamatan diri anak ayam oleh induknya karena dapat merespon kapanpun jika anak-anaknya berada dalam bahaya. Kemampuan belajar yang dibangun sampai sistem saraf inilah yang memungkinkan organisme dapat belajar dari pengalamannya. Etologis juga mempelajari perilaku yang dipelajari (learned behavior) yang ditujukan untuk adaptasi. Kritik Terhadap Teori Etologi yaitu : Konsep periode kritis dan periode sensitive masih terlalu kaku. Terlalu menekankan pada dasar biologis. Perhatian terhadap kognisi kurang memadai. Teori tersebut lebih baik dalam menghasilkan penelitian-penelitian dengan hewan daripada dengan manusia. William c.crain, theoris of development concepts and applications,1980 by prenticehall,inc. englewoodcliffs, new jersey. Etologi (Perilaku) Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup harus mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer. Apabila kita melakukan eksplorasi terhadap beberapa macam interaksi makhluk hidup, banyak contoh telah di kemukakan para peniliti pada bidang perilaku hewan.Suatu spesies hewan mampu berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak, berinteraksi secara social dan mencari makanan.Kajian perilaku hewan merupakan salah satu aspek biologi yang telah lama di teliti, bahkan dapat dikatakan sebagai kajian yang paling tua.Dalam ilmu yang mempelajari perilaku, banyak peneliti menggunakan hewan percobaan dibandingkan tumbuhan. Kajian perilaku dari hewan dapat dijadikan suatu “kunci” untuk memahami evolusi dan fungsi ekologi dari hewan tersebut.Robinowitz (1980) yang mempelajari perilaku macan tutul jaguar.Setelah memonitor beberapa iindividu menggunakan radio transmitter, disimpulkan bahwa jaguar merupakan hewan soliter, dan hanya melakukan kontak dengan sesamanya hanya saat musim kawin.Walaupun demikian, jaguar jantan turut berperan dalam memelihara anaknya.Selain itu, terdapat pula beberapa penemuan mengennai perilaku kawin, menvari makan, ddan berbagai aspek evolusi serta peran ekologi jaguar tersebut. Kajian perilaku hewan pada dasarnya mempelajari bagaiman hewan-hewan berperilaku di lingkungannya dan setelah para ahli melakukan interpretasi, diketahui bahwa perilaku merupakan hasil dari suatu penyebab atau suatu “proximate cause”. Ahli perilaku yang pernah menerima hadiah nobel adalah Konrad Lorenz, Niko Tinbergen dan Karl Von Frisch. Percobaan yang dilakukan Tinbergen dan Lorenz membuktikan perilaku “innate” (bawaan) dan bentuk perilaku yang didapatkan karena melalui suatu proses belajar yang sederhana. Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan srang tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga inus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya.Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang.Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dngan lingkaran batu tanpa sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya.Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran batu, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus.Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu. Dengan memahami penyebab perilaku, kita dapat lebih mengerti peran ekologi dan bagaimana hewan menghadapi seleksi alam serta bagaimana perilaku dapat meningkatkan kebugarannya (fitness), bidang ini juga dikeal dengan istilah Ekologi Perilaku. Perilaku Sebagai Akibat dari Pengaruh Genetis dan Faktor Lingkungan Bagaimana seseorang dapat bermain piano dengan baik?Hal ini dapat saja terjadi kareena baiknnya koordinasi jari dan kemampuan memainkan instrument tersebut.Tetapi pertanyaan yang kemudian muncul adalah kemapuan tersebut diturunkan atau cukup dipelajari dan dilatih? Seringkali suatu perilaku hewan terjadi kareena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau “innate behavior”), dank arena akbat proses belajar atau penglaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung.Dari berbagai hasil kajian, diketahui baha terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat. Innate Merupakan perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di dalam suatu individu.Perilakua yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara tepat atau pasti. Perilaku ini tidak perlu adanya pengalaman atau memerlukan proses belajar dan sering kali terjadi pada saat baru lahir dan perilaku ini bersifat genetis (diturunkan). Insting Insting adalah perilaku “innate” klasik yang sulit dijelaskan, walaupun demikian, terdapat beberapa perilaku insting yang merupakan hasil pengalaman, belajar dan adapula yang merupakan factor keturunan.Semua makhluk hidup memiliki beberapa insting dasar. Pola Aksi Tetap (FAPs= Fixed Action Paterns) FAP adalah suatu perilaku stereotipik yang disebabkan adanya stimulus yang spesifik. Contohnya saat anak burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya, kemudian induknya akan menaruh makanan didalam mulut anak burung tersebut. Contoh lainnya adalah anak bebek yang baru menetas akan masuk kedalam air. Perilaku ini ttelah “diprogramkan sebelumnya”, dengan kata lain, tidak diperlukan proses belajar. Induk burung tidak perlu belajar memberikan makanan kepada anaknya yang beru menetas, ana bebek tidak perlu belajar berenang.Contoh lainnya seperti riyual perkawinan, mempertontonkan keindahan (kejantanan) untuk menguasai suatu area (teritori). Dan anda dapat memikirkan perlakuan lain yang merupakan FAP. Perilaku Akibat Proses Belajar Proses belajar seringkali diidentifikasi sebagai suatu upaya untuk mendapatkan informasi dari adanya interaksi, atau perilaku yang memang telah ada pada organism (hewan) dan cenderung memberikan pengertian dari suatu upaya coba-coba. Kita ketahui bahwa perilaku di pengaruhi factor genetik, sehingga organism (hewan) dapat memiliki hubungan dengan individu lain, dan juga dapat berhubungan dengan lingkungan. Sebagai contoh, kelulus hidupan dari suatu spesies karena mampu berkembang biak, tetapi dalam proses tersebut terlibat pula seleksi alamiah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan organisme (hewan) tersebut. Kisaran Belajar dari yang Sederhana Hingga Kompleks Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman.Table 5.1 dibawah ini menunjukkan berbagai bentuk dari belajar yang menghasilkan jenis-jenis perilaku. Tipe Belajar Habituasi Imprinting Asosiasi Imitasi Inovasi Karakteristik Hilang atau timbulnya respons kepada stimulus setelah pengulangan suatu perlakuan Pada kehidupan hewan, belajar yang tidak dapat diulang dan terbatas pada suatu periode keritis tertentu, sering kali dihasilkan dengan adanya hubungan kuat antara induk dan keturunannya Perubahan perilaku yang diakibatkan dari suatu hubungan antara satu perilaku dengan system hukuman dan hadiah; dalam hal ini termasuk kondisi klasik dan belajar dengan mencoba-coba (trial and error) Perilaku yang diakibatkan karena adanya proses pengamatan dan meniru individu lain Perilaku yang timbul dan berkembang karena terjadi respons terhadap suatu keadaan yang baru, tanpa mencoba-coba atau imitasi; dikatakan juga sebagai problem solving Habituasi (habituation) Habitasi adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana, akan terjadi jika stimulus yang tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan) secra berulang-ulang, setelah terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan) akan mengabaikannya. Habitusi akan dihasilkan setelah organisme (hewan) belajar, sehingga akan kehilangan respons bila stimulus dilakukan berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya. Contoh perilaku ini misalnya anda menyentuh atau memukul secara perlahan seekor anjing pada bagian belakangnya (ekor), maka ia akan menoleh ke belakang, bila anda memukul dengan berulang kali, maka anjing tersebut tidak akan menghiraukannya atau tidak akan menoleh. Akakn tetapi hal menarik akan terjadi bila anda memukul perlahan dibagian lain, atau anda memukl perlahan setelah beberapa hari, anjing akan memberikan respons kembali. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa respons dasar pada prinsipnnya tidak hilang, tetapi untuk sementara waktu termodifikasi karena belajar. Imprinting Adalah suatu pengenalan terhadap satu objek seperti induk, hal tersebut terjadi pada suatu periode kritis sesaat setelah lahir. Contohnya sekelompok angsa yang baru lahir anda beri makan atau angsa-angsa tersebut melihat suatu objek yang memberinya makan, maka anak-anak angsa tersebut akan menganggap anda atau objek tersebut sebagai induknya dan akan terus mengikuti anda atau objek. Walaupun anak-anak angsa tersebut melihat induknya yang benar, mereka akan mengabaikannya dan terus menganggap bahwa objek atau anda adalah induknya. Conto tersebut adalah hasil percobaan Konrad Lorenz yang mendapatkan hadiah Nobel karena kajian tersebut. Perilaku imprinting dan FAP akan terjadi pada makhluk hidup walaupun stimulus yang diterimanya bukanlah yang alamiah. Misalnya induk burung akan memberi makan pada boneka anak burung yang membuka mulut pada sarangnya. Anak-anak angsa akan mengikuti boneka angsa dewasa yang diberi makan di belakangnya. Asosiasi atau Pengkondisian (Associative Learning) Definisi asosiasi atau pengkondisian adalah perilaku yang disebabkan oleh suatu hasil dari suatu respons terhadap kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi tersebut diketahui atau tidak.Kondisi penyebab prilaku tersebut dikatakan pula sebagai stimulus.Respons adalah sesuatu yang di produksi atau dihasilkan karena adanya stimulus. Perilaku ini dapat dibagi menjadi: A.Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) atau Perilaku Asosiatif. Contoh yang paling banyak digunakan adalah hasil percobaan Ivan Pavlov (ahli fisiologi perilaku dari Rusia) yang menggunakan bel untuk anjing.Bila bel berbunyi, anjing tersebut diberi makan, sebelum menyantap makanannya, anjing tersebut mengeluarkan saliva. Beberapa saat setelah itu, walaupun tidak ada makanan, sesaat setelah mendengar bunyi bel yang sama, anjing tersebut tetap mengeluarkan salivanya. B.Pengkondisian Operant (Operant Conditioning) Perilaku ini lebih merupakn hasil kondisi yang disebut mencoba-coba atau “trial and error”. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif, maka induvidu tersebut akan semakin mudah mengulang keberhasilan respon yang dilakukan. Perilaku ini termasuk dalam melatih seekor hewan.Dapat juga terjadi pada seekor hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan energinya untuk mendaptkan makanan. Perilaku ini sering kali dijumpai pula pada hewan yang tidak akanmengulangi perbuatannya karena ternyata perbuuatan tersebut dapat membahayakan dirinya. Imitasi Berbagai jenis hewan dapat melakukan perilaku sebagai akibat dari pengamatan dan meniru hewan lainnya. Perilaku tipe ini banyak dipelajari pada burung, akan tetapi perilaku imitasi terbatas oleh suatu periode kritis tertentu. Banyak hewan predator, termasuk kucing, anjing dan serigala kelihatannya belajar dasar taktik berburu dengan mengamati dan menirukan induknya.Pada beberapa kasus, factor genetis dan mencobacoba dalam tipe belajar ini memegang peran penting. Inovasi atau “Problem Solving” atau “Insight Learning” Inovasi atau disebut juga “reasoning” adalah suatu kemampuan untuk merespons sesuatu terhadap keadaan baru dan dilakukan dengan tepat. Perilaku tipe ini terjadi pada proses belajar dan merupakan perilaku yang memiliki kualitas tinggi pada organisme (hewan). Perilaku ini berhubungan dengan kemampuan organisme (hewan) untuk melakukan pendekatan terhadap suatu situasi yang baru dan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi.Intinya, setiap organisme (hewan dan juga manusia) dapat memiliki perilaku tertentu atau bertindak untuk melakukan sesuatu dengan alasan tertentu atau berfikir.Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah, sehingga tipe perilaku ini sering pula diberi istilah “problem solving”. Perilaku Merupakan Refleksi Evolusi Dari penjelasan sebelum ini, dapat dikatakan bahwa perilaku adalah suatu adaptasi evolusi yang menyebabkan terjadinya suatu peningkatan kelulus hidupan dan kesuksesan reproduksi serta kebugaran. Walau demikian, perilaku juga merupakan suatu hasil pengaturan dari hewan terhadap lingkungan dengan cara seleksi alam. Pada bagian berikut, kita akan membahas peran ekologi dari suatu perilaku hewan sehingga dapat hidup sukses di lingkungan. Ritme Biologi Banyak jenis hewan mamalia seperti kelelawar, harimau dan bangsa kucing kurang aktif pada siang hari dan makan saat matahari tenggelam atau aktif malam hari.Akan tetapi, banyak jenis burung tidur pada malam hari dan banyak melakukan aktivitas pada siang hari.Pola hidup yang berulang-ulang setiap hari, seperti siklus tidur atau bangun pada makhluk hidup disebut Ritme Sikardian (Cycardian Rythms).Pada tanaman dan juga makhluk hidup lainnya, ritme biologi dikatakan juga dengan istilah Jam Biologi.Penyebab eksternal, khususnya siklus cahaya dapat mengatur waktu, membuat tubuh memiliki koordinasi ritme dengan ketat.Selain factor lamanya organisme didedahkan pada periode terang gelap tertentu, temperature juga berperan dalam ritme biologi. Kepentingan mempelajari ritme biologi, waktu dan petunjuk serta faktor yang menyebabkannya sudah banyak dilakukan peneliti karena erat kaitannya dengan waktu kerja efisien, serta kemampuan dalam berfikir serta dalam membuat keputusan. Para pekerja malam, atau mereka yang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang dari satu benua kebenua lain yang melintasi beberapa zona waktu yang berbeda, dapat menyebabkan keletihan, hingga mengurangi kemampuan bekerja, bahlan dapat menyebabkan depresi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan pada ritme biologi internal. Mekanisme Bergerak Hewan dan tumbuhan atau organ dari suatu organisme tersebut memiliki cara khusus saat melakukan pergerakan. Telah dikehaui bahwa terjadinya pergerakan khusus karena adanya aksi atau stimulus sehingga suatu organisme bergerak, yaitu: Kinetis Kinetis adalah suatu perubahan acak (random) dalam kecepatan dan atau arah dari suatu organisme sebagai respons terhadap stimulus.Misalnya adanya pergerakan karena terjadinya kondisi lingkungan yang tidak sesuai.Seperti beberapa kumbang yang sangat aktif di daerah kering dan kurang aktif di daerah lembab. Taksis Taksis sangat spesifik, berhubungan langsung sebagai akibat adanya suatu stimulus.Pergerakan organisme (keseluruhan) dapat kea rah stimulus maupun menjauhi stimulus. Misalnya larva lalat rumah akan bergerak menjauhi arah cahaya (fototaksis negative), perilaku ini kemungkinan terjadi karena larva tersebut dapat berlindung dari musuh alaminya. Banyak tumbuhan melakukan pergerakan ini karena adanya stimulus cahaya (foto), arus (rheo), angin, gravitasi, air dan lain-lain. Kelompok (Group) Pergerakan secara berkelompok yang terjadi pada banyak hewan dikenal dengan istilah migrasi.Hal ini, biasanya dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca atau musim, dan lebih khusus lagi perilaku ini berpengaruh untuk mendapatkan sumber makanan, daerah atau tempat untuk kawin, dan lain-lain. Migrasi banyak terjadi pada berbagai jenis burung, serangga, seperti beberapa jenis kupukupu, berbagai jenis ikan dan mamalia lain. Pada dasarnya hewan melakukan migrasi karena telah mengenali daerah perjalanan mereka, dan hal ini dilakukan dengan adnya “piloting”, orientasi dan navigasi. Hewan dapat melakukan migrasi dengan adanya pengenalan suatu cara di atas atau kombinasi dari ketiganya. Komunikasi Komunikasi pada umumnya terjadi diantara sesama spesies, misalnya untuk mengenali pasangan kawin. Pada hewan-hewan social komunikasi dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengetahui koloninya. Komunikasi dapat pula terjadi untuk menghndari bahaya. Komunikasi dapat terjadi melalui perantara senyawa kimia menggunakan Feromon, yaitu senyawa kimia yang disekresikan keluar tubuh organisme dan dapat dikenali (melalui bau, dimakan, dan lain-lain) oleh sesama spesies dan akan berguna untuk berbagai kehidupannya, misalnya untuk kawin, tempat berkumpul (agregasi), menemukan makanan, mengenali koloni, adanya bahaya, dan lain-lain. Selian itu, komunikasi juga terjadi secara visual, hal ini banyak terjadi pada saat sesama spesies mengenali pasangan kawinnya atau saat mempertahankan daerah teritori.Komunikasi dengan suara (auditory communication) sangat banyak dilakukan oleh hewan, misalnya untuk mengetahui derah teritori, untuk mengenali sesame spesies dan digunakan untuk mengetahui sumber makanan dan untuk melakukan perkawinan, hingga untuk menginformasikan adanya bahaya.Sebagai contoh yang telah banyak ditelaah adalah adanya suatu hipotesis tarian lebah sebagai alat komunikasi untuk mengetahui sumber makanan. Perilaku Sosial (Sicial Behavior) Secara umum didefinisikan bahwa perilaku sosial adalah segala macam dari interaksi diantara sesame spesies yang melibatkan antara dua atau lebih individu organisme (umumnya hewan).Hal ini didasari adanya perilaku individu yang dilakukan karena perilaku individu itu sendiri dan perilaku dari kelompok (grup).Perilaku sosial dapat pula terjadi karena interaksi anggota dari berlainan spesies.Adanya perilaku sosial sebagai akibat dari kompetisi sering terjadi dalam dunia hewan, misalnya untuk memperebutkan sumber makanan, dan lain-lain. Agonistik Perilaku agonistik adalah perilaku agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat lulus hidup (survival). Perilaku agonistik ini pada umumnya merupakan ritual, memperlihatkan kekuatan, dan keindahan (dapat berupa suara, tubuh dan lain-lain).Sering kali terjadi pula perkelahian yang tidak mematikan, walaupun pada beberapa spesies perkelahian dapat terjadi hingga terjadi kematian. Perilaku agonistik terjadi pula untuk menarik pasangan kawinnya, banyak jenis burung jantan melakukan hal tersebut dengan mengeluarkan suara yang indah dan khusus, adapula yang melakuakan tarian dan mempertontonkan keindahan tubuhnya untuk menarik pasangannya. Banyak hewan sosial yang melakukan kelangsungan hidupnya dengan memelihara adanya perilaku agonistik. Misalnya berbagai jenis ayam, apabila beberapa anak ayam yang tidak saling mengenali ditempati bersama, mereka akan melakukan respons dengan melakukan perkelahian kecil dengan saling mematuk. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik, pada akhirnya akan akan terjadi suatu hirarkki (dominasi hirarki), misalnya yang lebih tua akan mengontrol yang lainnya. Teritori Perilaku untuk mempertahankan daerah edar atau tteritori merupakan suatu usaha organisme (hewan) untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan, tempat untuk aktifitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak atau keturunannya. Perilaku tersebut biasanya dipertahankan melalui berbagai cara komunikasi dan perilaku lainnya. Walaupun tidak semua spesies hewan memilki teritori tertentu, dan tidak selalu seleksi alam dapat memberikan adanya daerah teritori yang tepat bagi suatu jenis hewan. Altruistik Perilaku altruistik atau altruisme kelihatannya merupakan perilaku yang sering dikatakan sebagai “perilaku non egois”, perilaku ini banyak dilakuakan oleh hewan-hewan yang berkoloni. Individu yang melakuakan perilaku ini tidak mendapatkan keuntungan, bahkan dapat mematikan dirinya, akan tetapi perilaku ini akan memberikan keuntungan bagi kelompoknya atau koloninya, sehingga terjadi peningkatan kebugaran dari koloni terssebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua organism memiliki perilaku.Perilaku merupakan bentuk respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik. Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1). Apa yang dimaksud dengan perilaku hewan (etologi) ? 2) Apa saja bentuk dari perilaku hewan ? 3) Apa macam-macam dan contoh dari perilaku hewan ? 1.3 Tujuan 1). Untuk mengetahui ilmu yang mempelajari tentang perilaku hewan. 2). Untuk mengetahui bentuk-betuk dari perilaku hewan 3). Untuk mengetahui macam-macam dan contoh dari perilaku hewan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etologi dan Perilaku Hewan Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga disebut etologi (dari bahasa Yunani: ἦθος, ethos, "karakter"; dan –λογία, -logia) adalah suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktorfaktor penyebabnya. Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka aspek dari tingkah laku hewan, disiplin ilmu etologi modern umumnya dianggap lahir di sekitar tahun 1930an tatkala biolog berkebangsaan BelandaNikolaas Tinbergen dan Konrad Lorenz, biolog dari Austria, mulai merintisnya. Atas jerih payahnya, kedua peneliti ini kemudian dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran di tahun 1973. Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda.Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu.Ahli perilaku hewan juga disebut etolog. Darwin berpendapat bahwa tidak ada sifat baru yang perlu dimiliki semasa hidup individu. Pada dasarnya, teori Darwin berjalan sebagai berikut : diantara anggota-anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tak tehitung jumlahnya dan diantara anggota yang bermacam-macam itu hanya kelompok tertentu yang berhasil bertahan hidup yang bisa menghasilkanketurunannya. Dengan demikian terdapat „perjuangan untuk bertahan hidup‟ dimana anggota-anggota tebaik sebuah spesies dapat hidup cukup panjang untuk meneruskan sifat unggul mereka kepada generasi berikutnya.Terhadap jumlah generasi yang tak terhitung jumlahnya itu, alam kemudian „memilih‟ siapa-siapa yang bisa beradaptasi paling dengan lingkungan mereka.Menurut Darwin, Istilah „perjuangan untuk bertahan hidup‟ (survival for the existence) adalah yang unggul yang bisa bertahan hidup (survival of the fittest). Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya.Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. 2.2 Bentuk Perilaku Hewan Bentuk dari perilaku hewan dapat dibagi menjadi 2 yaitu perilaku hewan yang berasal dari bawaan, yang diwariskan dan perilaku yang terajar (terlatih). 2.2.1 Perilaku Bawaan (Yang Diwariskan) Warisan memegang peranan yang penting dalam perilaku hewan. Dalam hal meminang, perilaku hewan memastikan dahulu, jika termasuk anggota spesies sama, bukan dari anggota yang lain, sehingga dapat dijadikan pasangan. Misalnya, tingkah laku kunag-kunang saat berpasangan walauu enunjukkan spesiea yang sama, juga mempunyai perilaku berbeda dalam menemukan bahwa kunang-kunang betina mempunyai pasangannya tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari pola cahaya dar kunang-kunang yang menyala berbeda pada waktu senja. Kunang-kunang betina dari satu spesies akan menanggapi hanya pada pejantan tertentu dengan memerlihatkan pola nyala lampu spesies tertentu. Beberapa kebiasaan meminang membantu mencegah betina membunuh pejantan sebelum mereka memiliki kesempatan untuk berpasangan. Contohnya,pada beberapa laba-laba pejantannya lebih kecil daripada betina dan beresiko untuk dimakan jika pejantan mendekati betina.sebelum berpasangan pejantan dan beberapa spesies menunjukkan beberapa tandatanda. Seperti serangga membungkus diri dalam jarring-jaring yang sempurna.sementara betina yang tidak terbungkus dan memakan serangga.Pejantan mampu berpasangan dengannya memerlukan penyerangan. Setelah berpasangan, pejantan akan dimakan oleh betina. Perilaku hewan bawaan meliputi taksis dan refleks.Taksis: Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis, fototaksis, magnetotaksis. Refleks: Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus.Respon terbawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor yang diwariskan. Contoh: refleks rentangan Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik, yang: 1. mengarahkan kontraksi refleks otot 2. menghambat kontraksi otot-otot antagonis 3. terus-menerus memonitor keberhasilan yang dengannya perintahperintah dari otak diteruskan, dan dengan cepat dan secara otomatis membuat setiap penyesuaian sebagai pengganti yang perlu. Naluri: Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan serangkai aksi. Pelepas Perilaku Naluriah: sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe perilaku naluriah tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali respon. Isyarat yang memicu aksi naluriah disebut pelepas (release). Begitu respon tertentu dilepaskan, biasanya langsung selesai walaupun stimulus efektif segera ditiadakan.Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting pada serangga sosial. Perilaku Ritme dan Jam Biologis: perilaku berulang-ulang pada interval tertentu yang dinyatakan sebagai ritme atau periode. Daur perilaku ritme dapat selama dua jam atau setahun. 2.2.2 Perilaku Terajar Perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi secara permanen sebagai akibat pengalaman individu. Kebiasaan: hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan suatu contoh belajar sejati. Keterpatrian/Tanggap Tiru Imprinting: Merupakan salah satu contoh belajar yang khusus dan nyata. Contoh: jika seekor anak angsa yang baru menetas dihadapkan pada sebuah benda yang dapat bergerak dan mengeluarkan bunyi yang dapat terdengar, hewan itu akan mengikutinya sebagaimana mereka mengikuti induknya, Waktu penghadapan cukup kritis, karena jika dilakukan beberapa hari setelah menetas, keterpatrian tidak terjadi. Keterpatrian ini dikenal berkat penelitian Konrad Lorenz. Respon yang Diperlazimkan: merupakan perilaku terajar yang paling sederhana, pada dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan oleh suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya. Ivan Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam penelitiannya dengan anjing menemukan bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia akan mengeluarkan air liur yang mungkin merupakan refleks bawaan yang melibatkan kuncup rasa, neuron sensori, jaring-jaring neuron di otak, dan neuron motor yang menuju kelenjar ludah. Pavlov kemudian menemukan jika pada saat meletakkan makanan di mulut anjing ia membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur setiap kali anjing tersebut mendengar bel. Hal ini merupakan respon yang diperlazimkan.Anjing telah belajar bereaksi terhadap stimulus pengganti, yaitu stimulus yang diperlazimkan. Pelaziman Instrumental: Prinsip pelaziman dapat dipakai untuk melatih hewan melakukan tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan ditempatkan pada suatu keadaan sehingga dapat bergerak bebas dan melakukan sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan.Peneliti dapat memilih untuk memberi imbalan hanya pada perilaku tertentu.Latihan ini dikenal sebagai pelaziman instrumental atau pelaziman operan (istilah kedua diberikan oleh psikolog B.F. Skinner yang terkenal karena dapat melatih merpati untuk bermain pingpong dan bermain piano mainan). Motivasi: Diantara kebanyakan hewan, motivasi (terkadang disebut juga dorongan) dihubungkan dengan kebutuhan fisiknya. Seekor hewan yang haus akan mencari air dan yang merasa lapar akan mencari makanan. Kepuasan terhadap dorongan merupakan kekuatan motivasi dibalik perilaku hewan tersebut.Sebagian besar perilaku spontan hewan-hewan ini merupakan akibat usaha memelihara homeostasis.Banyak diantara dorongan ini bersumber dalam hipotalamus.Dalam semua kasus, hipotalamus mengawali respon yang berakibat penurunan dorongan tersebut, dan dapat pula menghambat beberapa di antara respon tadi bila titik kepuasan tercapai. Pada manusia, sebagian besar perilaku terhadap keinginan memuaskan kebutuhan fisik, tidak selalu dapat diterangkan seperti keterangan di atas.Banyak kegiatan yang dilakukan kendatipun tidak ada imbalan atau hukuman luar yang didapatkan. Melakukan proses (kegiatan) itu sendiri sudah merupakan imbalan. Simpanse dan manusia juga kadang mau bekerja untuk tujuan yang belum tampak. Konsep: Kebanyakan hewan memecahkan masalah dengan mencobacoba. Selama ada motivasi yang memadai hewan akan mencoba setiap alternatif dan secara bertahap, melalui kegagalan dan keberhasilan yang berulang, belajar memecahkan masalahnya. Manusia umumnya tidak sekedar belajar dengan cara mencoba-coba. Bila dihadapkan pada suatu masalah, manusia mungkin melakukan satu atau dua usaha sembarang sebelum “berhasil” memecahkannya.Respon ini disebut wawasan. Wawasan mencakup menanamkan hal-hal yang telah dikenal dengan cara-cara baru.Jadi merupakan tindakan kreatif sejati.Wawasan juga bergantung pada perkembangan konsep atau prinsip. Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep melibatkan suatu bentuk penalaran. Ada dua proses pemikiran berlainan namun berkaitan yang terlibat, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif berarti mempelajari prinsip umum dari pengalaman dengan situasi khusus dan jelas.Penalaran deduktif, menerapkan prinsip umum pada situasi khusus yang baru. Bahasa: Semua manusia, bahkan dalam masyarakat yang paling primitif pun, memiliki bahasa yang sangat maju. Hal ini merupakan abstraksi yang kedua (konsep merupakan abstraksi juga). Memori: Belajar bergantung kepada memori (ingatan). Jika organisme bermaksud memodifikasi perilakunya dari pengalaman, maka ia harus mampu mengingat-ingat apa pengalamannya itu. Sekali sesuatu dipelajari, maka memori diperlukan agar yang dipelajarinya itu tetap ada.Ada dua teori dasar tentang memori. Yang pertama menyatakan bahwa memori merupakan proses dinamik. Menurut teori ini, sensasi menimbulkan impuls saraf, yang kemudian beredar untuk jangka waktu tak terbatas melalui jaring-jaring neuron dalam sistem saraf pusat.Hal ini memungkinkan karena jaring-jaring interneuron yang amat luas dalam serebrum manusia.Teori dinamik ini ditunjang oleh fakta yang menakjubkan bahwa belum pernah ditemukan daerah khusus dalam otak manusia untuk penyimpanan memori yang lama. Teori yang kedua mengatakan bahwa setiap sensasi yang diingat kembali mengakibatkan sedikit perubahan fisik yang permanen di dalam otak.Beberapa biologiwan mengemukakan bahwa memori mungkin disimpan dalam kode kimiawi di dalam otak.Beberapa memperhatikan RNA, beberapa memperhatikan protein, sebagai substansi yang menyandikan memori. Masih terlalu dini untuk menyatakan apa sifat memori itu. Bisa jadi proses dinamik maupun perubahan fisika-kimia terlibat didalamnya. Perolehan memori terjadi paling sedikit dalam dua langkah yang berbeda.Pada manusia, kerusakan pada lobus temporal dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mengingat pengetahuan baru selama kira-kira satu jam lebih.Kerusakan seperti itu tidak berpengaruh pada memori yang diperoleh dalam tahun-tahun sebelum kerusakan terjadi.Penderita sakit jiwa yang menjalani pengobatan kejutan listrik tidak mengingat-ingat kejadian yang berlangsung sejenak sebelum perlakuan tersebut, tetapi memori tentang peristiwa sebelumnya tidak terhalang. Arti Penting Perilaku Adaptif: Berbagai macam perilaku bergantung pada mesin perilaku: reseptor indera, sirkit dalam sistem saraf, dan organisasi otot. Hewan dihadapkan pada empat bentuk perintah yang menopang hidupnya, yaitu: (a) makan, (b) mencegah jangan sampai dimakan, (c) mampu bertahan hidup dalam kondisi fisik lingkungannya, dan (d) meneruskan gengennya kepada generasi berikutnya. 1) Perilaku Makan: Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang dapat dimakan.Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan.Jadi hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu.Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus.Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar berada dalam jangkauannya.Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada makan bersama. 2) Perilaku Mempertahankan diri: Perilaku berkisar dari melarikan diri dari pemangsa potensial sampai dengan menggunakan senjata bertahan dan penggunaan kamuflase dan mimikri (meniru). 3) Bertahan Hidup dalam Lingkungan Fisik: Kebanyakan hewan hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu, dan sebagainya. Kisaran ini relatif luas bagi hewan, seperti mamalia dan burung, yang banyak mempunyai mekanisme yang efisien untuk mempertahankan kendali homeostatis terhadap lingkungannya. 2.3 Macam-macam dan Contoh Perilaku Hewan Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia.Adaptasi yang dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada binatang / hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi : 2.3.1 Mimikri Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya. 2.3.2. Hibernasi Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain. 2.3.3 Autotomi Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa. 2.3.4. Estivasi Estivasi adalah menonaktivkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat.Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, dll akan mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan estivasi juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengna meranggas atau menggugurkan daun. 2.3.5. Simbiosis Rayap dan Flagellata Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus pencernaannya. 2.3.6 Pernapasan Ikan Paus Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap setangah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke permukaan akan membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi 2.3.7 Seekor chameleon berkamuflase seperti lingkungan sekitarnya, bergerak perlahan untuk mendeteksi mangsanya. Untuk memperoleh makanannya, chameleon mengeluarkan lidahnya secepat kilat pada serangga yang jadi mangsanya . 2.3.8 Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Seekor kijang akan segera merespons suatu suara atau gerakan tertentu yang mencurigakan. 2.3.9 Ketajaman Insting Hiu Hiu telah diset sedemikian rupa sebagai mesin pemburu yang mengandalkan insting khusus mereka untuk menangkap mangsa.Menggunakan insting pendengaran mereka yang peka, mereka mampu mendeteksi getaran suara hingga sejauh 3.000 kaki.Mereka sangat sensitiv terhadap bunyi berfrekuensi rendah dari mangsa yang sekarat.Getaran suara ini seperti seekor ikan yang terluka dan membuat hiu-hiu ini ribut hiruk pikuk.Ketika para hiu semakin dekat dengan mangsa, insting penciumannya mengambil alih.Insting hiu dapat mendeteksi setetes darah di dalam 25 gallon air. 2.310 Tawon Penghafal Petunjuk Tawon Penggali selalu menghafalkan penunjuk di sekitar liangnya sehingga dengan mudah dapat menemukan jalan pulang. Dalam percobaan untuk menguji perilaku ini, Dr. Tinbergen meletakkan kerucut pinus di sekeliling liang. Namun dalam sekejap liang ini segera dikenali oleh si tawon (Gambar A). Kemudian Dr.Tinbergen memindahkan lingkaran kerucut pinus tadi setengah meter dari liang semula(Gambar B), alhasil, si tawon tidak dapat menemukan liangnya yang persis berada setengah meter dari lingkaran kerucut pinus. Percobaan berikutnya adalah dengan menyususn posisi kerucut pinus menjadi segitiga sementara disampingnya di buat lingkaran lain dengan media batu kerikil (Gambar C). Hasilnya, kerikil itulah yang dipilih si tawon. Kesimpulan dari percobaan ini adalah; peristiwa ini membuktikan bahwa tawon penggali lebih menanggapi susunan benda daripada media benda (kerucut pinus). 2.3.11 Daya Pikir Tikus Apabila kemampuan bawaan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sulit itu bukan merupakan ciri jenisnya, tidak akan mungkin hasil seperti itu dapat di capai. Keterangangambar: A= wirok putih kesulitan untuk mengambil keju di atas rak tingkat 3 B= akhirnya dengan mudah dia memanjat tangga yang bersandar pada rak tingkat 2 C= wirok D=berhasil putih memecahkan (sumber: Pustaka Alam Life). mencoba masalah dan dan mempelajari bisa mengambil suasana keju 2.3.12 Laba-laba Rambut halus pada kaki-kaki laba-laba memberikan mereka suatu insting raba yang tajam.Para laba-laba bergantung pada sutera untuk banyak kepentingan.Di samping menangkap dan membungkus makanan, sutera juga melindungi telurtelur mereka, membantu mereka memanjat, dan menyediakan sedikit tempat perlindungan. 2.3.13. Pinguin Pinguin hanya kembali ke daratan untuk kawin, membuat sarang, membesarkan si kecil, dan berganti bulu.Meskipun demikian pinguin sangat gesit di air.Di daratan mereka berjalan berkedek-kedek kaku.Di area ber-es atau bersalju, pinguin berselorotan dengan perut mereka dan mengayuhkan diri mereka dengan sayap. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan a) Perilaku hewan (etologi )adalah suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya. b) Bentuk perilaku hewan dapat dibedakan menjadi , yakni perilaku yang dapat diwariskan dan perilaku yang diajarkan. c) Macam-macam dan contoh perilaku hewan dapat berupa proses adaptasi, pertahanan diri terhadap musuh, proses memperoleh makanan,peminangan, dll. DAFTAR PUSTAKA Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Dallas. University of Texas. Belsky, J. (Ed) (1988). Infancy, Childhood and adollescene.Clinical Implication of Attachment. Lawrence Erlbaum Associate Ervika, Eka, (2000). Kualitas Kelekatan dan Kemampuan Berempati pada Anak.Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Crain, William. (2007). Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar Microsoft Encarta. (2007) http://matsum.blogspot.com/2008/05/determinan-perilaku.html, http://www.google.co.id/search?hl=id&q=%22perilaku+bawaan%22&btnG=Telusuri&m eta=