FILSAFAT Etimologis: Filsafat = falsafat = falsafah = filosofi = philosophy berasal dari kata Yunani: Philos, philein, philia = cinta, kekasih, sahabat, suka, gemar Sophia = kebijaksanaan, kearifan, kebenaran Kata philosphia pertama kali digunakan oleh Phytagoras pada abad 6 BC. Pengertian Filsafat 1. Plato: a. filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni, b. penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. 2. Aristoteles: filsafat adalah a. ilmu pengetahuan yang berusaha mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada, b. ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari perihal ada selaku perihal itu ada (being as being) atau sebagaimana adanya (being as such). 3. Rene Descartes: filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah Tuhan, alam, dan manusia. 4. William James: filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang. 5. R.F. Beerling: filsafat a. memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat, asas, prinsip dari kenyataan, b. suatu usaha untuk mencapai radix atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri sendiri. Pembagian Filsafat Menurut Aristoteles: Filsafat Spekulatif/Teoretis adalah filsafat yang bersifat obyektif yakni ilmu demi ilmu: Fisika Filsafat Praktis yaitu filsafat yang memberi pedoman untuk bertingkah laku sebagaimana mestinya: Etika dan politik Filsafat Produktif adalah pengetahuan yang membimbing manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus: Sastra, retorika, estetika Menurut Christian Wolff: Logika Ontologi Kosmologi Psikologi Teologi Naturalis Etika Menurut Will Durant: Logika Estetika Etika Politika Metafisika Menurut The World University Encyclopedia: Sejarah filsafat Metafisika Epistemologi Logika Etika Estetika 1. 2. 3. Dewasa ini pada umumnya filsafat dibagi dalam 6 bidang: Epistemologi Metafisika: Ontologi Kosmologi Teologi metafisik Antropologi Logika 4. Etika 5. Estetika 6. Filsafat berbagai disiplin ilmu. Ontologi Pembagian Filsafat Kosmologi Metafisika Humanologi Kosmologi Teologi Umum Induksi Logika Aksiologi Filsafat Deduksi Etika Estetika Praktek Pen Pendidikan Ontologi IP Ilmu Pend Hukum Epist Ilmu P Sejarah Metodologi IP Seni Aksiologi IP Khusus Pada mulanya semua ilmu pengetahuan berinduk pada filsafat karena ia dianggap sebagai: Mater scientiarum/ Mother of science/ The queen of knowledge Lama kelamaan, ilmu-ilmu memisahkan diri dari filsafat karena: tidak mampu memecahkan masalah praktis Metodenya yang kontemplatif Spesialisasi yang tajam SEJARAH Yunani Kuno Filsuf-filsuf Yunani kuno • menaruh perhatian pada gejala-gejala alam, • perubahan yang terjadi terus-menerus seperti musim, laut • bertanya mengapa terjadi • Ada ketetapan yang mengherankan • menduga sebab-sebab terjadinya • Berspekulasi bahwa ada prinsip, asas, hukum di baliknya Thales:Air Anaximandros: yang tak terbatas Anaximes: Udara Herakleitos: Api adalah dasar pertama dari segala sesuatu yang ada dan api sebagai lambang perubahan misalnya kayu menjadi abu Apa yang ada pada alam senantiasa berubah Semuanya “sedang menjadi” Ungkapannya pantha rei, semuanya mengalir bagai sungai Pythagoras: segala sesuatu dapat diejelaskan dengan bilangan-bilangan Parmenides: Pendasar metafisika karena ia berpendapat tentang yang ada as being, being as such (yang ada sejauh ada) atau “yang ada ada yang tidak ada tidak ada.” Yang ada sebagaimana adanya tak dapat dibagi, tak bergerak, tidak plural melainkan tunggal. Demokritos: Segala sesuatu terdiri dari bagianbagian kecil yang tak dapat dibagi lagi atau atom HAL-HAL YANG MELAHIRKAN FILSAFAT 1. Ketakjuban Manusia takjub terhadap alam sekitar Obyek ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada di sekitar Plato: pengamatan terhadap matahari, bulan, bintang, langit merangsang manusia untuk mencari jawaban. Ketakjuban juga meliputi akal budi dan moral Immanuel Kant takjub terhadap hukum moral dalam hatinya Ketidakpuasan Tidak puas terhadap penjelasan sesuatu dengan mitos Tidak puas terhadap penjelasan orang awam Tidak puas terhadap jawaban spekulatif Ketidakpuasan itu merangsang rasio untuk memikirkan sebab dan akibat sehingga lahirlah filsafat 2. 3. Hasrat bertanya Ketakjuban menimbulkan pertanyaan Ketidakpuasan menimbulkan pertanyaan Pertanyaan menimbulkan pengamatan atau penelitian Pertanyaan bukan hanya mencari wujud sesuatu tetapi dasar dan hakekatnya Bertanya merupakan tugas filsafat 4. Keraguan Manusia meragukan sesuatu yang telah diketahui Manusia meragukan sesuatu yang telah diterima sebagai suatu kebenaran Francis Bacon: “ragukanlah ilmu pengetahuan yang telah ada, dan ragukanlah guru-gurumu.” Meragukan berarti mempertanyakan kebenaran sesuatu SIFAT DASAR FILSAFAT Berpikir radikal: Menemukan akar dari kenyataan/fenomena Menemukan akar suatu permasalahan Berpikir secara mendalam untuk menemukan jawaban Mencari azas: Menemukan esensi dari suatu realitas Menemukan prinsip dari suatu kejadian Memahami landasan suatu aktivitas Memburu kebenaran Sesuatu yang sesungguhnya Sesuatu kejadian sebenarnya Kebenaran bersifat terbuka: dapat dikritik untuk menemukan kebenaran yang mneyakinkan Kebenaran tidak bersifat mutlak dan final Mencari kejelasan: Menghilangkan keragu-raguan Mengejar kejelasan pengertian Mengejar kejelasan intelektual Berpikir rasional: Logis Sistematis kritis Metode-metode filsafat Metode = Bahasa Yunani Meta Hodos = dengan = jalan Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan Teknik mengetahui ilmu pengetahuan tertentu Ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur Kontemplatif: memikirkan hakekat sesuatu sedalam-dalamnya Memikirkan hakekat sesuatu sedalam-dalamnya • Berlangsung lama • Dalam keadaan tenang/hening • Kesendirian • Kapan dan dimanapun Tanpa harus kontak langsung dengan obyek Obyek perenungan dapat berupa apa saja; • Makna hidup • Mati • Kebenaran • Keadilan • Keindahan Tetapi bukan dengan menikmati Melainkan dengan penuh kesadaran Spekulatif: mengerti hakekat sesuatu: Menyelami sesuatu secara mendalam Dengan wajar merenung berpikir kritis Berpikir murni menganalisis menghubungkan antarmasalah berulang-ulang sampai mantap Silogisme/Logika Induktif : bukti khusus ke prinsip umum Premis minor/ khusus Premis mayor/prinsip umum besi dipanaskan memuai perak dipanaskan memuai Jadi semua logam dipanaskan memuai (silogisme) Deduktif Premis mayor: semua manusia pasti mati Premis minor : Plato adalah manusia Jadi : Plato pasti mati (silogisme) FILSAFAT PENDIDIKAN Filsafat pendidikan adalah penerapan analisis filosofis terhadap bidang pendidikan (Imam Barnadib). Filsafat pendidikan adalah landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan (Noorsyam). Filsafat pendidikan dipandang sebagai pembahasan yang sistematis masalah-masalah pendidikan secara fiolosofis, yaitu dengan menyelidiki persoalanpersoalan pendidikan dengan menjabarkannya baik sebagai metafisika, epistemologi, etika, logika, estetika maupun kombinasi semuanya (Broudy). Perlukah kurikulum sekolah berisi metafisika, epiestemologi dsb? Tunjukkan bahwa aspek-aspek filosofis tersebut sudah ada dalam kurikulum? Filsafat pendidikan menyelidiki perbandingan pengaruhpengaruh: a. aliran-aliran filsafat yang bersaingan dalam proses kehidupan, b. kemungkinan proses2 pendidikan dan pembinaan watak keduanya berusaha menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang paling konstruktif bagi kaum muda dan tua (Klipatrick). Hubungan filsafat dan pendidikan Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha , berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilainilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik adalah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan dengan cara ini demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannnya di dalam kehidupan mereka (Kliptatrick). Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin(Brameld). Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan dapat dipandang sebagai bidang-bidang ilmu yang saling melengkapi (Brubacher). FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN Fungsi Spekulatif: mengerti seluruh persoalan pendidikan dan antarhubungannya dengan faktor lain yang mempengaruhi pendidikan Fungsi normatif: menentukan arah pendidikan sesuai dengan norma masyarakat Fungsi kritik: mengkritisi dan menafsirkan data-data ilmiah Fungsi teori bagi praktek: Filsafat memberikan prinsip-prinsip kerja ilmiah yang melahirkan teori untuk dipraktekkan. Fungsi integratif: memadukan semua fungsi nilai sebagai satu kesatuan nilai pendidikan. Tugas Hal-hal apakah dalam bidang pendidikan dan bimbingan konseling yang sarat dengan filsafat? Buatlah pertanyaan-pertanyaan filosofis terhadap hal-hal pendidikan itu! Gunakan satu atau lebih metode filsafat untuk menemukan jawabannya. EPISTEMOLOGI Etimologis: Epistemologi = Yunani yakni episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, percakapan atau ilmu). Epistemologi sering disamakan dengan theory of knowledge. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan, bagaimana memperolehnya, dan apa teoriteorinya. Pertanyaan pembimbing ke epistemologi Apakah pengetahuan itu? Apa sumber ilmu pengetahuan? Apakah pengetahuan itu berasal dari pengamatan/pengalaman atau akal budi? Apa jenis-jenis pengetahuan itu? Apakah kebenaran pengetahuan itu pasti? Pengetahuan berarti apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Apa yang diketahui: Materi Bentuk Ukuran Warna Jumlah Rasa proses terjadinya/bertumbuhnya sesuatu pengalaman dulu Perasaan komposisi suatu benda dsb Pengetahuan mempersyaratkan: Subyek yang mengetahui Obyek atau sesuatu yang diketahui Sumber-sumber pengetahuan 1. Empirisme (Pengalaman inderawi) Sumber pengetahuan adalah pengalaman atau pengamatan atau data atau fakta yang dialami/ditangkap oleh pancaindra kita. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan inderawi Pengetahuan diperoleh melalui penyerapan indera terhadap obyek Seorang memilki pengetahuan karena ia menyerap obyek, barulah akal budi mengolahnya. John Locke berpendapat bahwa mula-mula akal budi hanyalah “as a white paper” Akal budi sendiri tak dapat menghasilkan pengetahuan tanpa bantuan penyerapan indera David Hume: semua pengetahuan berasal dari pengalaman inderawi Empirisme lebih mementingkan perolehan pengetahuan dengan metode induktif 2. Rasio/akal Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah akal budi. Sumber pengetahuan satu-satunya adalah akal budi. Dengan menggunakan kekuatan akal budi (berpikir) maka dapat diperoleh pengetahuan atau kebenaran. Penggabungan 2 pengetahuan atau lebih dapat menghasilkan suatu pengertian baru Misalnya 2 + 2 = 4 yang sudah merupakan aksioma Pengetahuan diperoleh dari proposisi Plato: satu-satunya pengetahuan sejati adalah episteme yaitu pengetahuan tunggal sesuai dengan ide abadi. Plato: Apa yang ditangkap melalui pancaindra hanyalah tiruan dari ide abadi tentang sesuatu. Jadi kebenaran yang sebenarnya adalah ide. 3. Intuisi Pemerolehan pengetahuan secara tiba-tiba (immediate knowledge) Orang-orang tertentu yang memperoleh pengetahuan semacam ini meyakini kebenarannya Tokoh filsafat intuisi adalah Hendri Bergson 4. Otoritas: pengetahuan diperoleh dari kekuasaan, kewibawaan, kharisma, tradisi, legalitas dan formalitas. 5. Wahyu: pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan kepada para nabi atau rasul. Proses Pemerolehan Pengetahuan Individu menerima masukan (input data) Individu mengadakan proses pengolahan data Individu mengeluarkan hasil (output) dalam bentuk kesan atau pengertian terhadap sesuatu Jenis-jenis pengetahuan Pengetahuan biasa atau sehari-hari (ordinary knowledge): pengetahuan yang diperoleh melalui akal sehat. Disebut pengetahuan biasa, sehari-hari sehingga belum dapat dibedakan secara tegas ciri konotatif (ciri khusus) dan denotatif (ciri benda). Pengetahuan ilmiah: pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian Pengetahuan filsafat: pengetahuan yang diperoleh dari permenungan terhadap hakekat sesuatu. Kebenarannya bersifat meta atau mengatasi pengetahuan ilmiah. Pengetahuan religius adalah pengetahuan yang diperoleh dari kitabkitab suci yang kebenarannya mutlak bagi para penganutnya. Teori-teori Kebenaran Teori korespondensi: Sesuatu itu benar kalau terdapat hubungan antara realita obyek dengan apa yang ditangkap oleh subyek. If it is squares with reality, then it is true. Kebenaran bersifat obyektif yakni keadaan apa adanya realita suatu obyek. Kebenaran itu ada di luar diri manusia, sehingga – Manusia/anak didik mencari kebenaran itu – Anak didik menemukan dan mendeskripsi ciri-ciri suatu obyek yang sebenarnya Kritik terhadap teori Korespondensi Kesan subyektif satu dengan yang lain mungkin sekali berbeda-beda terhadap suatu obyek Tidak ada jaminan bahwa kesan seorang sungguhsungguh menggambarkan realita Hubungan berkali-kali dengan suatu obyek dapat menimbulkan reaksi berbeda-beda Jadi kriteria kebenaran bukan semata-mata didasarkan pada hubungan dengan realita. Teori Konsistensi: Terjadi kebenaran apabila terdapat konsistensi antara kebenaran yang ditangkap oleh subyek yang satu dengan subyek yang lain tentang suatu realita Makin konsisten hasil pengamatan subyek-subyek maka makin benar Kebenaran itu terjadi atau valid karena ada konsistensi atau reliabilitas Kebenaran konsistensi = ilmiah Penyelidikan yang berkali-kali pada waktu dan situs berbeda Kebenaran mempersyaratkan juga reliabilitas Teori korespondensi dan konsistensi saling melengkapi Teori korespondensi membuat pernyataan tentang dunia realitas, dan teori konsistensi menguji kebenaran pernyataan itu. Teori Pragmatisme Pragma = manfaat, guna Sesuatu itu benar jika berguna atau bermanfaat Suatu ide atau teori itu benar dilihat pada konsekuensikonsekuensi praktisnya Ide atau teori itu benar jika mampu memecahkan masalah atau berguna Sesuatu itu benar jika mendatangkan kegunaan yakni membuat manusia beradaptasi secara seimbang dengan tuntutan lingkungannya. Pragmatisme dalam dunia pendidikan: Sesuatu teori itu benar jika: ia mampu memberi penjelasan ia dapat memecahkan masalah ia dapat mendatangkan manfaat ia merupakan model yang praktis bagi guru dan murid William James menekankan: Asas dan tujuan pendidikan adalah pengembangan kepribadian dan pemberian motivasi John Dewey menekankan bahwa: suatu ide itu benar terletak pada konsekuensi yang menyertainya Seseorang dapat mengerti suatu teori ketika ia menggunakannya dalam memecahkan suatu masalah. Adakah pengetahuan itu benar dan pasti? Socrates: apa yang saya ketahui ialah bahwa saya tidak mengetahui apa-apa (All that I know is that I know nothing). Maksudnya tidak ada pengetahuan yang pasti dan mutlak. Pyrrho, Timon, Sextus Empiricus (365 – 275 BC): tokoh skeptisme, kita harus senantiasa menyangsikan segala sesuatu yang dianggap benar karena sesungguhnya tidak ada yang benar-benar diketahui dengan pasti. John Wilkins dan Joseph Glanvill (1636-1680): membedakan antara pengetahuan tertentu yang sempurna dan pengetahuan tertentu yang sudah pasti. Yang pertama tak dapat dicapai karena manusia tidak sempurna dan yang kedua misalnya matahari terbit dari timur, api itu panas, terkena air basah. AKSIOLOGI Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai dalam kehidupan manusia. Menurut Earle (1992), nilai adalah suatu kualitas positif yang terkandung pada sesuatu yang menyebabkan orang ingin mendapatkannya atau memandang kualitas itu sebagai sesuatu yang positif itu sebagai sesuatu yangt berguna, yang menarik, yang baik, dan yang penting. Aksiologi dibagi menjadi 2 bagian besar: etika dan estetika. ETIKA atau FILSAFAT MORAL Etimologis Etika = Yunani = ethos dan ethikos. Ethos = sifat, watak, kebiasaan karakter atau kecenderungan kepribadian. Ethikos = susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Moral = Latin = Mores yang bentuk jamak dari mos = adat istiadat, kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup. Etika adalah perenungan filsafati tentang hakekat suatu perbuatan manusia, apakah secara secara moral diperkenankan atau tidak, diwajibkan atau tidak. TEORI-TEORI ETIKA Terdapat 3 teori etika: teori kognitif, teori imperatif, dan teori emotif. Teori kognitif berpendapat: Kalimat-kalimat moral memiliki nilai kebenaran atau diputuskan benar atau salah berdasarkan pernyataan kalimat itu. Pengetahuan moral dapat dijadikan pertimbangan atau penilaian moral apakah sesuatu itu benar atau salah Contoh kalimat/pengetahuan moral: “membunuh adalah perbuatan salah.” Para penganut teori kognitif dikenal sebagai penganut teori realisme moral Teori imperatif berpendapat bahwa: Kalimat-kalimat moral bersifat imperatif (memaksa) atau wajib dilakukan. Contoh: “membunuh adalah perbuatan yang salah” adalah perintah untuk tidak (melarang) membunuh. Teori Emotif Kalimat moral bersifat ekslamatif atau seruan Istilah-istilah moral hanya merupakan luapan perasaan, rintihan, seruan, umpatan. Meskipun demikian, perasaan atau emosi dapat menjelaskan pertimbangan-pertimbangan moral yang dilakukan manusia. Teori Deontologis Kewajiban atau tugas moral merupakan hal penting dalam memberikan penilaian bahwa suatu perilaku bermoral atau tidak bermoral. Misalnya: “Membunuh adalah perbuatan yang sala”. Tokoh teori deontologis Immanuel Kant (1724-1804) melalui ajarannya tentang prinsip imperatif kategoris yakni pada dasarnya tingkah laku manusia diikat oleh hukum-hukum moral meskipun dalam dii manusia juga ada kecenderungan berbuat jahat. Teori Konsekuensionalis Ketika seorang berpikir terhadap suatu pernyataan moral ia seharusnya berpikir tentang konsekuensi atau akibat dari pernyataan moral tersebut. Salah satu bentuknya adalah utilitarianisme adalah J. Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806 – 1873) yang berpandangan bahwa suatu tindakan adalah benar jika tindkan itu bila menguntungkan atau membahagiakan bagi orang yang melakukannya. METAFISIKA Etimologis Metafisika = Yunani Meta Phusis = di atas atau di balik = alam atau fisik Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas dari segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun yang nonfisik. Ada dua hal dasar yang dipelajari metafisika: analisis terhadap kategori-kategori dasar dan inventori terhadap corak-corak dasar dari keberadaan manusia. Menurut Aristoteles, metafisika adalah ilmu yang mempelajari keadaan atau keberadaan sesuatu. Obyek penelaahan metafisika: Tuhan, alam semesta, waktu, ruang, dan hukum-hukum sebab akibat. Pembagian Metafisika Metafisika – – Metafisika umum/ontologi: filsafat yang mempelajari hakekat realitas dari segenap yang ada Metafisika khusus: mengkaji obyek-obyek metafisika seperti Tuhan (filsafat ketuhanan), manusia (filsafat manusia), dan keteraturan alam semesta (kosmologi) Dua obyek Metafisika Kategori dasar adalah klasifikasi terhadap segala sesuatu dengan membagi-baginya ke dalam kategori atau kelas yang sesuai dengan obyekobyek lain yang sejenis Inventori kategori dasar yang umum digunakan adalah: substansi dan aksiden, spasiotemporal partikular, keberadaan yang seharusnya ada, (necessary beings), keberadaan yang bersifat kontingen (continent beings), serta perstiwa dan proses. Inventori Kategori Dasar: Substansi adalah sesuatu yang memiliki eksistensi mandiri atau independent. Keberadaan substansi tidak memerlukan keberadaan-keberadaan lain. Aksiden adalah sesuatu yang keberadaannya tidak mandiri atau dependent/tidak independent. Keberadaan aksiden memerlukan keberadaan substansi Substansi keberadaan manusia adalah sifat kemanusiaannya. Aksidennya adalah egois, altruis, pemarah dsb. Spasiotemporal partikular adalah sesuatu yang memiliki keberadaan pada suatu tempat dan waktu tertentu. Contoh: orang, pintu, meja, pelangi, dan awan. Spasiotemporal partikular sering mengacu pada keberadaan individual. Contoh perbedaan A dan B atau beda meja licin dan meja berdebu pada waktu yang sama. Banyak pakar filsafat membagi segala sesuatu ke dalam dua kategori: Keberadaan yang harus ada, tidak boleh tidak, dan ia tidak diadakan (necessary beings) yaitu Tuhan – Keberadaan Tuhan itu berada dalam realitasnya sendiri tanpa bergantung pada manusia dan alam Keberadaan yang bersifat kontingen (contingent beings) misalnya manusia atau makluk lain dan alam raya bergantung pada sesuatu yang lain. Kritik terhadap Metafisika Filsuf-filsuf anti metafisika adalah kelompok positivisme logis yang berasal dari lingkungan Wina. Bagi mereka, kajian metafisika adalah kajian spekulatif dan tak dapat dibuktikan secara empiris. Namun demikian, kritik mereka tidak sepenuhnya benar karena terdapat multidimensional. Misalnya ada fenomena spiritual, transpersonal, dan ketidaksadaran. LOGIKA Empat karakteristik logika (Aristoteles dan Wilhem Leibniz): 1. Hukum identitas (Law of identity): Sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri. P=P 2. Hukum kontradiksi( Law of contradiction) Sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Tidak mungkin P = Q 3. Hukum tiada jalan tengah (Law of excluded middle) Sesuatu itu pasti memiliki sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertenu itu dan tidak ada kemungkinan lain. Jadi P = Q atau P tidak sama dengan Q 4. Hukum cukup alasan KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN Etimologis Culture dari Latin colo = colore = bercocok tanam, memelihara, mengembangkan jiwa (Kuypers) Kebudayaan itu komplek terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, kecakapankecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat. (Taylor) Roucek dan Waren dan Henry Lucas Kebudayaan adalah cara hidup, cara berpikir, bertindak dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan (survive). Peradaban peng (rk)embagan unsur-unsur kebudayaan sehingga menjadi kompleks, canggih halus, mulia. Kebudayaan Nasional bersifat: 1. Spiritual, psikologis yang dimanifestasikan dalam filsafat hidup, karakter bangsa, sikap mental 2. Rasional-intelektual bersifat hasil berpikir yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan 3. Material konkret tercermin dalam desain teknologi, arsitektur, mode, seni. Azas Kebudayaan Nasional: Konsentrasi berpusat pada kebudayaan nasional sekarang dan warisan budaya Konvergensi: memadukan budaya bangsa dan budaya luar, terbuka tetapi dengan sensor. Kontinuitas: penerusan dan pengembangan kebudayaan Tugas Pendalaman Apakah pengetahuan ilmiah itu Apakah anda setuju dengan klasifikasi ilmu pengetahuan menurut August Comte? Kebudayaan yang bagaimana dijadikan sebagai isi pendidikan? Apakah kurikulum memasukkan semua hal yang sudah diketahui sebagai isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik? Aliran-aliran Filsafat Naturalisme: Fakta yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini. Segala sesuatu berasal dari alam, tidak ada lagi sesuatu di baliknya. Naturalisme melahirkan faham plurasisme yang berpendangan bahwa alam semesta dengan segala isinya memiliki keragaman Idealisme Fakta itu adalah ide-ide. Atau kenyataan merupakan substansi yang diperoleh ide tentang sesuatu. Menurut Plato, ada fakta yang diperoleh melalui pancaindera dan ada fakta diperoleh melalui ide rasio. Ide rasio adalah fakta sesungguhnya yang melampaui fakta pancaindera. Realisme berpandangan bahwa fakta diperoleh dari hasil pertemuan dengan obyek realnya. Orang bisa memiliki pengetahuan yang kurang tepat terhadap benda tetapi dapat memiliki gambaran yang tepat tentang benda itu. Pragmatisme mementingkan pragma atau kegunaan dari sesuatu dan perwujudan nyata dari suatu ide. Sesuatu ide itu berguna kalau bermanfaat. Empirisme