Modul Filsafat Ilmu Dan Logika [TM2]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
FILSAFAT ILMU
DAN LOGIKA
Modul
2
Cabang-Cabang
Filsafat
Perkuliahan di
Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
21
Fakultas Psikologi
Psikologi
02
MK
Dr. H. Syahrial Syarbaini, MA. Ph.D.
Abstract
Kompetensi
Setelah perkualiahan ini
mahasiswa diharapan dapat
menganalisis Filsafat sebagai ilmu
dan logika berpikir manusia
Setelah pembahasan dalam modul ini
diharapkan
mahasiswa
dapat
memahami dan menganalisis filsafat
secaraumum yang meliputi :.

Pembagian filsafat

Epistemology filsafat

Metafisika filsafat

Logika

Etika

Estetika
22
Standarisasi Modul
Latar Belakang
Standarisasi Modul ini disusun dan diterapkan untuk
1. Menjaga Kualitas Modul dengan adanya acuan-acuan standar yang wajib dipenuhi
oleh dosen pengampu dalam penyusunan modul
2. Mempermudah pengarsipan dengan adanya keseragaman dan penulisan yang
sistematis
3. Menjaga Institution Identity (Identitas Institusi) dengan diaplikasikannya identitas
dari Institusi kedalam modul sebagai pengenal dan pembeda dengan institusi lainnya
4. Membantu meningkatkan webometrics Institusi dengan menerapkan aturan-aturan
yang dibutuhkan dalam penilaian berbasis webometric
Sistematika Template
Pada Dasarnya Template modul terdiri dari 2 bagian dasar, yaitu:
1. Bagian Sampul
Berisi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi oleh dosen pengampu penyusun
modul. Ketentuan-ketentuan tersebut dituangkan kedalam kolom-kolom yang wajib
diisi dosen pengampu dengan tepat, yaitu :

Judul Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Logika

Pokok Bahasan Modul Cabang Filsafat

Fakultas Psikologi

Modul Untuk Tatap Muka Ke 2

Kode Mata Kuliah

Penyusun : Dr. H.Syahrial Syarbaini, MA. Ph.D.

Abstract (Deskripsi) Cabang Fisafat secara umum meliputi . Pembagian filsafat,
Epistemology filsafat, Metafisika filsafa, Logika, Etika. Estetika

Kompetensi : Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami dan menganalisis
cabang-cabang
filsafat
23
MODUL 2
CABANG-CABANG
FILSAFAT
Standar Kompetensi
Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis cabang-cabang filsafat.
Kompetensi Dasar
Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis
cabang-cabang filsafat yang meliputi sebagai berikut:

Pembagian filsafat

Epistemology filsafat

Metafisika filsafat

Logika

Etika

Estetika
Materi Pembahasan
A. Pembagian Filsafat
Pembagian bidang-bidang studi atau cabang-cabang filsafat berbeda-beda menurut pandangan para
ahli filsafat, Namun pada saat ini pada umumnya filsafat di bagi ke dalam enam bidang atau cabang
yaitu:
1. Epistemologi
2. Metafisika, yaitu:
a) Ontology
b)
Kosmologi
c) Teologi matafisik
24
d)
Antropologi
3. logika
4. etika
5. estetika
6. filsafat tentang berbagai ilmu.
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322 SM) dan Imanuel Kant
(1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian dalam karya-karya mereka, yakni
kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga
cabang besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika, nilai adalah bidang kajian
aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi.
Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik objeknya. Berdasarkan
karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu :
1.
filsafat umum/murni
a.
Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.
b.
Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan
c.
Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan kesimpulan
yang valid. Namun ada juga yang memasukkan Logika ke dalam kajian epistimologi.
d.
2.
Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.
Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan. Seperti
misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain sebagainya.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang mengklaim bahwa
pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologis sering kali pula membahas masalah-masalah
eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi masyarakat, bahkan etika. Ini misalnya tampak dari
filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang terkenal, Being and Time (1979), dia menulis bahwa
filsafatnya dimaksudkan untuk mencari dan memahami “ada”. Akan tetapi dia mengakui bahwa
“ada” hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai keotentikan, kecemasan, dan pengalamnpengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.
B. Epistemologi Filsafat
Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan.
Epistemologi berasal dari kata "episteme (Pengetahuan)". Jadi, epistemology berarti kata, pikiran,
25
percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Dalam uraian ini kita membicarakan tentang
ilmu atau ilmu pengetahuan secara filsafat.
Metodologi.Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos". Kata "metodos" terdiri
dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan
atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. "Logos" artinya ilmu.
Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang
sedang dikaji.
Menurut Koestenbaum (1968), secara umum epistemology berusaha untuk mencari jawaban
atas pertanyaan “apakah pengetahuan?”. Tetapi secara spesifik epistemology berusaha menguji
masalah-masalah yang kompleks, seperti hubungan antara pengetahuan dan kepercayaan pribadi,
status pengetahuan yang melampaui panca indera, status ontology dari teori-teori ilmiah, hubungan
antara konsep-konsep atau kata-kata yang bersifat umum dengan objek-objek yang ditunjuk oleh
konsep-konsep atau kata-kata tersebut, dan analisis atas tindakan mengetahui itu sendiri.
Menurut J.F. Ferrier, epistemology pada dasarnya berkenaan dengan pengujian filsafati
terhadap batas-batas, sumber-sumber, struktur-struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan.
Filsafat Ilmu
Pertanyaan seorang awam kepada seorang filsosuf. Bagaimanakah caranya agar saya mendapatkan
pengetahuan yang benar? Filosul menjawab: “ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang
kau tidak tahu” (lihat: Jujun :19). Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimuali
dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah diketahui dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang
kepada diri kita sendiri: apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang
hakiki membedakan ilmu dengan pengetahuan lain yang bukan ilmu? Bagaimana saya ketahui bahwa
ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran
secara ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu? Apa kegunaan yang sebenarnya? Apakah ilmu
telah mencakup segenab pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini? Apakah
kelebihan dan kekurangan ilmu?
Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab :’alima, ya’lamu, ‘ilman artinya mengerti dan memahami benar-benar.
Dalam bahasa Inggris disebut science, bahasa Latin scientia (pengetahuan). Ilmu dalam kamus bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
26
metode tertentu, dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan
tertentu.
Ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi (Amsal : 13-14) adalah:

Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan sedangkan iman pengetahuan berdasarkan keyakinan.

Ilmu adalah seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan
secara logis.

Ilmu tidak memerlukan kepastian karena di dalamnya ada hipotesis-hipotesis dan teori-teori
yang belum sepenuhnya dimantapkan.

Konsep ilmu melalui pembuktian metode-metode terbuka kepada pencari ilmu. Melalui
metodologi ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis, tertata rapi.
Ada beberapa definisi tentang Ilmu, seperti berikut:

Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang hukum kausal dalam suatu golongan masalah
yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun dari
bangunnya dari dalam (Moh, Hatta)

Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik secara serentak (Ralph Ross dan
Ernest Van Den Haag).

Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komperehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana. (Karl Pearson)

Ilmu adalah sebagai pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu
sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif (Amsal
:16).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan Filsafat Ilmu adalah merupakan kajian secara mendalam
tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan (Amsal : 17-18)
berikut:
Secara Ontologis : Pertanyaan landasan ontologis adalah objek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud
yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(berpikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar
untuk mengklasifikasikan pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya,
27
kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai
filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan
asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala
sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri
sendiri).
Secara epistemologis : Bagaimana proses pengetahuan yang berserakan dan takteratur itu menjadi
Ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya?
Cara/tehnik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Secara aksiologis : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana korelasi antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Persamaan dan perbedaan Filsafat dan Ilmu
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

Keduanya mencari rumusan sebaik-baiknya menyelidik objek selengkap-lengkapnya sampai
ke akar-akarnya.

keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadiankejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya.

keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.

keduanya mempunyai metode dan sistem.

.Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Signifikansi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu menjadi sangat penting artinya untuk melihat rancang bangun keilmuan, baik ilmu alam,
kemasyarakatan (social) dan humanities, sekaligus menganalisis konsekwensi logis dari pola pikir
yang mendasarinya. Sehingga ekses-ekses yang ditimbulkan dapat dipahami dan akhirnya dapat
dikontrol dengan baik (lihat Muslih: 14-19).
Sampai saat ini sudah banyak temuan yang berharga di bidang ilmu, sehingga kita mengenal beberapa
disiplin ilmu. Bagaimana rancang bangun ilmu-ilmu tersebut? Struktur logis yang bagaimana yang
bekerja di balik kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu tersebut? Bagaimana pengaruh
pola pikir demikian ini pada pola hidup pribadi dan masyarakat? Kita telah merasakan bagaimana
produk ilmu telah merubah perilaku masyarakat, seperti dengan kelahiran ilmu dan teknologi.
28
Bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan? Jawabnya adalah “Saya berpikir, maka saya ada).
Sejarah telah membuktikan dari ilmuan dengan memposisikan sarana rasio dengan pengalaman
dalam proses pengetahuan manusia (secara epistemology).
Epistomologi berarti pengetahuan tentang ilmu, dengan tiga persoalan pokok: Apakah sumber
pengetahuan itu? Darimanakan pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita
mengetahuinya? Apakah pengetahun itu benar? Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dan
yang salah? Tiga persoalan itu objek formal epistomologi yang sekaligus objek formal dari filsafat
ilmu.
Akibat renaissance telah merubah kehidupan manusia dengan berkembangnya secara pesan ilmu
pengetahuan, seperti fisika. Disiplin sains menjadi primadona yang telah mewujudkan rekayasa
teknologi yang membawa hidup manusia menjadi mudah, cepat, dinamis dan seterusnya.
Dari pola pikir menjadi pola hidup, bahkan menjadi pandangan hidup menandai kemajuan dari ilmu
sosiologis. Pola pikir saintik yang digunakan ilmu fisika dalam melihat fenomena alam, juga
diterapkan kepada ilmu social. Pola pikir saintifik yang mengusung naturalisasi dan rasionalisasi pada
akhirnya memunculkan peradaban modern, yakni peradaban yang menuntuk efisiensi, kompetitif,
dinamis dll.
Pentingnya
filsafat ilmu untuk melihat rancang bangun keilmuan, baik ilmu alam, sosial dan
humanities (agama), sekaligus menganalisis konsekuensi logis dari pola pikir yang mendasarinya.
Sehingga ekses-ekses yang ditimbulkan dapat dipahami dan akhirnya dapat dikontrol dengan baik.
Fenomena Filsafat Ilmu
Dalam membangun wawasan keilmuan sebagai upaya pengembangan keilmuan lebih lanjut,
problematika filsafat ilmu dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Mempelajari struktur fundamental keilmuan (fundamental structure) suatu ilmu.
Perspektif apa yang digunakan suatu ilmu dalam memahami objek kajiannya. Suatu perspektif
tertentu ternyata dapat dipakai oleh disiplin ilmu lain. Ilmu yang semula anak cabang filsafat
dan telah menjadi dawasa. Filsafat ilmu menjadi sangat identik dengan kerangka teori
(theoretical framework), yang berperan menentukan permasalahan (problem).
2. Mempelajari struktur logis (logical structure) suatu ilmu
Logika apakah yang bermain dibelakang suatu ilmu tertentu dapat dilihat dari konsekwensi
sosiologis yang ditimbulkannya, akibatnya masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain, karena memiliki logika sendiri-sendiri. Dengan melihat struktur logis
suatu ilmu, akan dipahami tipe-tipe argumen yang digunakan, sekaligus sebagai landasan
logis dalam membuat argumen ilmiah.
29
3. Sesuai dengan sifat heuristik dari filsafat, filsafat ilmu berusaha mencari terobosan baru agar
suatu ilmu tetap dapat survive, marketable, aktual, berguna dan lain-lain.
Filsafat adalah alat intelektual yang teurs menerus diperlukan yang berkembang secara ilmiah,
filsafat menenamkan kebiasaan dan melatih akal pikiran untuk bersikap kritis – analistis dan
mampu melahirkan ide-ide segar yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, orang menjauhi filsafat
dapat dipastikan akan mengalami kekurangan energi dan kelesuan darah dalam arti
kekurangan ide segar sekaligus melakukan bunuh diri intelektual (Muslih: 26-27).
4. melakukan kritik (analisis kritis)
Kritik sering menimbulkan persoalan, karena berkonotasi mencari kesalahan, padahal kritik
dapat menimbulkan kajian kritis (kritisme) yaitu memahami duduk persoalan. Kritik
merupakan sifat dasar dari filsafat, Oleh sebab itu filsafat ilmu tidak henti-hentinya
melakukan kritik terhadap setiap ilmu dan perkembangannya, terutama diarahkan keselarasan
tiga aspek: epistemologi, metafisika dan aksiologis.
Proses dan hasil keilmuan dari ilmu apapun, sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang
mendasarinya, yang berfungsi memberikan kerangka, mengarahkan bentuk dan corak keilmuan yang
dilahirkan. Landasan filosofis yang dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma dan kerangka teori.
Ketiga hal ini bersifat historis dan sistematis. (Lihat bagan : Muslih 30-31)
Berdasarkan bagan itu bahwa ilmu-ilmu lahir ditentukan oleh kerangka teori. Kerangka ilmu lahir dari
paradigma tertentu, paradigma tertentu lahir berdasarkan asumsi-asumsi. Asumsi dasar keilmuan
diidentifikasikan oleh filsafat menjadi beberapa aliran pemikiran, meliputi: rasionalisme, empirisme,
kritisme dan intuisionisme.
a
b
c
d
Keterangan:
a = Asumsi dasar proses keilmuan
b = paradigma keilmuan
30
c = kerangkan teori
d = ilmu-ilmu
Manfaat dan Tujuan Filsafat Ilmu
Apakah gunanya kita belajar filsafat ilmu? Manfaat yang diambil dari belajar filsafat ilmu (Keraf:2527) adalah:
1. membantu mahasiswa semakin kritis dan bersikap ilmiah. Sikap tidak mudah percaya, tidak
mau menerima begitu saja berbagai teori, pendapat, pandangan dari mana saja. Oleh sebab itu
seorang mahasiswa harus selalu meragukan dan mempertanyakan apa saja.
2. berkenalan dengan metode ilmu pengetahuan yang berguna dalam melakukan penelitian
ilmiah. Mahasiswa dibantu untuk mengembangkan kemampuan analisis ilmiahnya dengan
menggunakan metode ilmiah tertentu, yaitu melihat segala suatu dalam kehidupan ini sebagai
sebuah masalah atau pertanyaan sehingga tanggap terhadap berbagai persoalan dan terdorong
mencari secara ilmiah teoritis apa penyebab persoalan tersebut dan memecahkannya.
Kemampuan ilmiah yang harus kita miliki adalah: mampu melihat sebuah peristiwa (fakta,
data, informasi, tindakan dan semacamnya) sebagai sebuah masalah ilmiah, mampu membuat
analisa atas peristiwa tersebut, mampu mengajukan pemecahan atas masalah tersebut dan
mampu membuat prediksi atau ramalan tentang berbagai kemungkinan serta solusinya.
3. Membantu mahasiswa setelah bekerja nantinya dengan berbagai proses yang selalu
dihadapkan kepada usaha-usaha pemecahan masalah tertentu secara lebih rasional, tuntas dan
memuaskan. Dari filsafat ilmu kita mendapat kemampuan teknis dalam masing-masing ilmu
untuk memecahkan persoalan dari sudut pandang ilmu masing-masing.
4. Ilmu juga bersifat pragmatis yang tidak berhenti kepada rasa ingin tahu manusia, melainkan
membantu manusia memecahkan persoalan dalam kehidupannya, seperti persoalan
modernisasi, problem globalisasi yang melahirkan kemiskinan, kebodohan dan berbagai
penyakit. Dalam sejarah ilmu pengetahuan mampu mengurangi penderitaan manusia dan
meningkatkan kesejahteraan.
Tujuan filsafat ilmu (lihat Amsal:20)adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajunan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi,
terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.
31
4. Mendorong calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan perkembangnya.
5. agama tidak ada pertentangan mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara
ilmu dan
Logika
Logika adalah bahasa latin berasal dari kata "logos" yang berarti perkataan atau sabda. Dalam
bahasa Arab disebut "Mantiq" yang berarti berkata atau berucap. Dalam bahasa sehari-hari diartikan
'masuk akal'. Mantik disebut sebagai' penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode berpikir benar,
atau hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir".
Jadi, Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat):
•
Agar dapat berpikir tepat, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum
yang harus ditepati.
•
Logika disebut juga filsafat yang praktis karena menerapkan hukum pemikiran dalam praktek.
•
Berpikir adalah objek material logika, karena berpikir adalah mengolah dan mengerjakan
pengetahuan yang telah diperoleh manusia.
•
Dengan mengolah dan mengerjakan manusia memperoleh kebenaran.
•
Mengolah
dan
mengerjakan
terjadi
dengan
mempertimbangkan,
menguraikan,
membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya.
•
Objek logika formal adalah berpikir yang lurus dan tepat.
•
Suatu berpikir disebut lurus apabila sesuai dengan hukum aturan yang ditetapkan logika,
sehingga logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aritoteles, Theoprostus dan Kaum Stovia (Yunani) Pada masa
Keislaman abad II Hijrah, logika menarik minat kaum muslimin sehingga terjadi penerjemahan bukubuku Yunani ke bahasa Arab, Belajar logika diboleh dalam kalangan umat Islam yaitu bagi orangorang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Tokoh logika dalam Islam seperti Al-Kindi, AlFarabi, selanjutan logika berkembang sampai abad-abad selanjutnya.
C. Metafisika filsafat
Metafisika berasal dari bahasa Yunani "meta physika" (sesudah fisika). Suatu pengetahuan yang
berusaha menyelidiki alam yang berada diluar pengalaman apakah hakikat yang berada dibalik
realitas. Suatu pembahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala
sesuatu yang ada.
Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai karakteristik-karakteristik
yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan yang sebenarnya (ultimate reality). Metafisika
32
menguji aspek-aspek kenyataan seperti ruang dan waktu, kesadaran, jiwa dan materi, ada (being),
eksistensi, perubahan, substansi dan sifat, aktual dan potensial, dan lain sebagainya.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan (appearance) dan kenyataan
(reality). Ada sejumlah aliran yang mencoba mengungkap hakikat kenyataan di balik penampakan
tersebut. Misalnya aliran naturalism dan materialism percaya bahwa kenyataan paling dasar pada
prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural.
Sejak zaman Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-pemikiran metafisik,
kendati cukup banyak juga filsuf yang meragukan dan menolak metafisika. Para filsuf yang menolak
metafisika beralasan bahwa metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan
indera untuk membuktikan kebenaran-kebenarannya. Kebenaran-kebenaran yang dikemukakan oleh
metafisika terlalu luas dan spekulatif, sehingga tidak dapat dibuktikan dan diukur kebenarannya.
Metefisika dibagi atas:
1. metefisika umum (ontology), membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh.
Pertanyaan ontologis seperti: Apakah realitas atau ada yang begitu beraneka ragam dan
berbeda-beda pada hakekatnya satu atau tidak? Apakah benar satu, apakah gerangan yang
satu itu? Apakah eksistensi yang sesuangguhnya dari segala sesuatu yang ada itu merupakan
realitas yang tampak atau tidak? Ada tidak teori ontologis, yaitu:
a. Idealisme, realitas sesungguhnya bukanlah yang kelihatan tetapi yang bukan
kelihatan.. Segala sesuatu yang ada adalah satu bentuk dari satu pikiran (Friedrich
Hegel). Objek pengalaman kita yang ada dalam ruang dan waktu (Immanuel Khant).
b. Materialisme, menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Realitas yang sesuangguhnya
adalah alam
kebendaan, suatu realitas itu hanya mungkin dijelaskan secara
materialistis.
c. Dualisme, mengakui bahwa realitas terdiri dari atau yang ada secara fisis dan mental
atau beradanya tidak kelihatan secara fisis.
2. Metafisika Khusus: meliputi:
a.
Kosmologi, yaitu dunia atau ketertiban yang merupakan lawan dari "chaos" (tidak
tertib). Kosmologi berarti percakapan tentang dunia atau alam dan ketertiban yang
paling fundamental dari seluruh realitas.
b. Teologi metafisik mempersoalkan eksistensi Allah yang dibahas secara terlepas dari
kepercayaan agama, yang dipahami secara rasional.
33
c. Filsafat antropologi yaitu berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebagaimana adanya, baik menyangkut esensi, eksistensi, status maupun relasirelasinya..
KOSMOLOGI
Kosmologi atau filsafat alam berbicara tentang dunia. Cabang filsafat ini sangat tua. Ribuan tahun
yang lalu, di Mesir dan Mesopotamia manusia sudah bertanya tentang asal alam semesta. Kosmologi
berkembang sangat baik di Yunani dan memberi hidup kepada ilmu alam. Ilmu alam sudah lama
berkembang dan dipilih sebagai model untuk banyak ilmu lain. Pertanyaan-pertanyaan dari filsafat
alam itu misalnya soal evolusi, kebebasan dan determinisme, definisi materi, definisi energi, definisi
hidup, dan soal-soal yang berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi etis dari kemajuan teknik.
Bersama dengan spesialisasi ilmu alam yang sangat maju, dirasa keperluan akan suatu refleksi yang
mendalam yang memperhatikan keseluruhan. Nah refleksi ini merupakan bidang kosmologi.
Kosmologi merupakan rangka umum yang dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat dipasang. Teoriteori umum tentang alam sebagai kesatuan yang berfungsi sebagai rangka umum itu sekarang
dikemukakan oleh antara lain E.Mach (1838-1916), H.Hertz (1859-1894), M.Planck (1858-1947), dan
A.Einstein (1879-1955). Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu proses. Kosmos itu
bukan sistem tetap dan tak terhingga melainkan suatu proses perkembangan.
Aliran-aliran dalam metafisika.
Menurut Hasbullah Bakry metafisika dibagi atas dua golongan, yaitu ontologi dan teologi. Ontologi
mempersoalkan bagaimanakah kita menerangkan ahkikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang
sudah dihadapkan kepada kenyataan yang berupa benda (materi) dan kenyataan yang berupa rohani
kejiwaan. Selanjutnya ontologi mempersoalkan bagaimanakah hakikat dan hubungan antara dua
macam kenyataan itu? Apakah kedua kenyataan itu berlainan atau satu hakekatnya. Kalau dua hakikat
bagaimanakah hubungannya sehingga berjalan sejajar bersama-sama? Kalau satu hakikat , kenyataan
manakan yang menjadi inti atau pokok dari hakikat itu? Kenyataan yang lahir atau batin?
Berdasarkan persoalan diatas metafisika memiliki empat aliran, yaitu:
1. Aliran Dualisme, berpendapat bahwa wujud ini terdiri atas dua hakikat sebagai sumernya,
yaitu materi dan rohani. Keduanya bersifat asas dan abadi serta menciptakan kehidupan
dalam alam ini. Kedua hakikat ini diistilahkan dengan ”dunia kesadaran” (rohani) dan
”dunia ruang” (kebendaan). Tokohnya adalah Descartes.
34
2. Aliran Materialisme, aliran ini mengangap yang ada hanyalah materi. Adapun jiwa
(rohani) tidak merupakan kenyataan yang tidak berdiri sendiri, hanya sebagai akibat saja
dari proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
3. Aliran Idealisme, aliran ini disebut juga spirituslisme. Idealisme disebut serba cita,
sedangkan spiritualisme serta roh. Aliran ini menganggap bahwa kenyataan yang
beraneka warna ini semuanya berasal dari roh (sukma).
4. Agnosticisme, suatu aliran yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat seperti yang dikehendaki oleh ilmu metefisika, meliputi materi dan rohani.
Golongan kedua dari metafisika itu adalah teologi atau teologi naturalis, yaitu filsafat
ketuhanan yang berpangkal semata-mata pada kejadian alam. Teologi naturalisme dibagi
menjadi dua aliran, yaitu:
a) Theisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa ada sesuatu kekuatan yang berdiri
diluar alam dan menggerakan alam ini. Kekuatan itu adalah Tuhan, yang
menggerakan dan memelihara jalannya aturan-aturan dunia (sunnatullah)
sehingga dunia ini teratur dengan baik. Jadi Tuha adalah trancedent, yaitu diluar
alam. Tuhan adalah sebab bagi yang ada dalam alam ini, segalanya bersandar
kepada Sebab itu. Dalam aliran Theisme, alam tidak beredar menurut hukum dan
peraturan yang tidak berubah, tetapi beredar menurut kehendak mutlak Tuhan.
Oleh sebab itu, theisme mengakui adanya mukjizat.
b)
Pantheisme, mengandung arti seluruhnya Tuhan, bahwa kosmos ini adalah
Tuhan, semua yang ada dalam keseluruhannnya adalah Tuhan dan Tuhan adalah
semua yang ada dalam keseluruhaanya. Benda-benda yang dapat ditangkap
dengan panca inmdera adalah bagian dari Tuhan. Jadi, Tuhan adalah immanent,
yaitu berada dalam alam ini, bukan diluar karena seluruh kosmos ini adalah satu
maka Tuhan dalam pantheisme mempunyai bagian-bagian.
D. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa.
Ethikos berarti susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Istilah moral berasal dari
bahasa Latin "Mores" (adap istiadat atau kebiasaan.).
Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya
berbuat atau bertindak. Etika dapat dibedakan atas:
1. Etika deskriptif, yaitu menjelaskan pengalaman moral secara deskriptif, yang meliputi sejarah
moral, fenomenologi moral (mempermasalahkan apa yang benar dan yang salah).
2. Etika normative, yang mempersoalkan sifat kebaikan dan membahasa soal tingkah laku.
35
3. Metaetika, merupakan suatu studi analitis terhadap disiplin etika
Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempermasalahkan keadaan
manusia, melainkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ditentukan oleh
macam-macam norma (Latin: norma= siku). Norma-norma dapat dibagi atas norma sopan
santun, norma hukum, dan norma moral. Norma yang paling penting untuk tindakan manusia,
norma moral, datang dari "suara batin". Norma-norma ini merupakan bidang etika.
Plato dan Aristoteles sudah menyusun suatu etika. Filsuf-filsuf moral kenamaan lainnya antara
lain Thomas Aquino, Hobbes, Hume, Kant, Dewey, Scheler, dan von Hildebrand. Beberapa yang
termasuk etika seperti filsafat Cina, Hinduisme, dan Buddhisme terus menerus mementingkan
jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Dalam etika biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif
memberi gambaran dari gejala kesadaran moral (suara batin) dari norma-norma dan konsepkonsep etis. Etika normatif tidak berbicara tentang gejala-gejala, melainkan tentang apa yang
sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap
manusia ditentukan.
Pembagian lain adalah etika individual dan etika social. Etika individual membicarakan perbuatan
atau tingkah laku manusia sebagai individu, seperti tujuan hidup manusia. Etika social
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan orang lain,
misalnya baik atau buruk dalam keluarga, masyarakat dan Negara.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada perbedaan. Moral untuk
perbuatan yang sedang dinilai, etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Ajaran
moral adalah ajaran, wejangan, khotbah atau peraturan bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sumber ajaran moral adalah pelbagai orang dalam
kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, tokoh masyarakat dan agama, serta
tulisan yang bijak. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika sebuah ilmu bukan
suatu ajaran. Bagaiamana kita hidup adalah ajaran moral bukan etika. Etika pada hakekatnya
mengamati relaitas moral secara krtitis, etika memeriksa kebiasaan, nilai, norma dan pandanganpandangan moral secara etis. Objek etika menurut Franz Magnis Suseno, 1987:18) adalah
pernyataan moral, yaitu pertanyataan tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia
sendiri atau tentang unsur-unsur keperibadian manusia seperti motif-motif, maksud dan watak.
Kode Etik Profesi
36
Kode etik adalah daftar kewajiban yang harus ditaati dan dibuat oleh profesi tetentu serta
mengikat semua anggotanya. Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang
memiliki cita-cita dan nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan karena
latar belakang pendidikan yang sama dan memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain.
Sehingga profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan sendiri dan tanggung
jawab khusus. Kode etik sebagai kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi
sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk etika terapan, karena dihasilkan berkat penerapan pemikiran
etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Bagaimana kode etik itu berfungsi dengan baik,
syaratnya adalah dibuat oleh profesinya sendiri, bukan datang dari luar. Kode etik berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu bisa mendarah daging dan menjadi tumpuan
harapan untuk dilaksanakan dengan tekun dan konsekwen. Pelaksanaannnya diawasi secara terus
menerus dan memiliki sanksi. Pelanggarnya akan ditindak oleh suatu dawan yang disebut ”dewan
kehormatan”.
E. Estetika
Estetika yaitu filsafat yang mempersoalkan keindahan. Estetika dapat dibedakan atas estetika
deskriptif yang menguraikan fenomena pengalaman keindahan, dan normative yang mempersoalkan
hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan.
Estetis filsafati adalah estetis yang menelaah sasarannya secara filsafat disebut estetis tradisional.
Estetis filsafati disebut juga estetis analisis, karena tugasnya mengurai, juga dibedakan estetis empiris
dan ilmiah. Estetis ilmiah menggunakan metode-metode ilmiah dan tidak lagi merupakan cabang
filsafat melainkan disebut estetis modern.
Keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
(the beautiful). Estetis sebagai cabang filsafat berhubungan dengan teori keindahan, yaitu sifat dasar
dari keindahan. Secara teoritis keindahan dibedakan atas teori subjektif dan objektif. Menurut teori
subjektif menyatakan bahwa cirri-ciri yang menciptakan keindahan pada suatu benda sesungguhnya
tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu
benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung kepada penerapan dari si pengamat itu. Kalau suatu
benda mempunyai nilai estetis diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh pengalaman estetis
sebagai tanggapan terhadap benda itu.
Menurut teori objektif, bahwa ciri-ciri keindahan yang menciptakan nilai estetis ialah sifat
(kualitas) yang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari yang mengamatinya.
Ciri-ciri khusus manakah yang membuat suatu benda menjadi indah sehingga bernilai estetis.
37
Jawabannya adalah perimbangan dari bagian-bagian dari benda itu, nilai estetis itu tercipta dengan
terpengaruhnya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada suatu benda (khususnya karya seni yang
diciptakan oleh seseorang.
Pengalaman estetis merupakan tanggapan seseorang terhadap benda yang bernilai estetis. Hal ini
menjadi persoalan psikologi. Ciri-ciri pengalaman estetis adalah sifat tidak berkepentingan dari
pengamatan terhadap benda estetis tanpa adanya tujuan apapun kecuali pengamatan itu sendiri.
Dalam pengalaman estetis mengalami berbagai rintangan jika pada diri si pengamat terdapat sikap
sebagai berikut:
a) Sikap praktis, apabila seseorang pengamat mengamati pemandangan yang indah
dengan tujuan untuk membangun hotel, rumah makan dll.
b) Sikap ilmiah, apabila seseorang mendengarkan lagu klasik yang diselidiki adalah
asal-usulnya, diciptakan oleh siapa, di mana dan lain-lainnya.
c) Sikap melibatkan diri, apabila seseorang mempersamakan nasibnya dengan nasib
seseorang yang ada dalam buku novel yang baru saja dibaca.
d) Sikap emosional, apabila pada diri seseorang terdapat hasrat yang menyala-nyala
untuk menikmati karya seni atau kesadaran diri yang berlebih-lebihan dalam
penikmatan itu.
Filsafat seni merupakan salah satu cabang dari rumpun estetis filsafati yang khusus menelaah
tentang seni, berhubungan dengan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni dan kritik seni.
Persoalan pokok dari pembahasan filsafat seni adalah pengertian seni, penggolongan seni, susunan
seni, nilai-nilai seni, asal mula seni, sifat dasar seni dan bentuk atau ungkapan dalam seni.
Estetika dalam bahasa Yunani (aisthesis) yang artinya pengamatan adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang keindahan. Dalam pengalaman atas dunia sekeliling kita ditemukan suatu bidang
yang disebut indah. Nah pengalaman akan keindahan merupakan objek dari estetika. Mengapa justru
objek-objek tertentu sangatmenarik untuk menarik? Dalam estetika dicari hakikat dari keindahan,
bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan
alam dan keindahan seni), dan diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah,
agung, tragis, bagus, mengharukan, dan seterusnya.
Seperti dalam etika, estetika dibedakan antara suatu bagian deskriptif dan suatu bagian normatif.
Bagian deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan bagian normatif
mencari dasar pengalaman itu. Banyak filsuf telah menyusun suatu estetika dan dicoba untuk
menyusun suatu hierarki bentuk-bentuk seni. Seperti Hegel (1770-1831) membedakan suatu
rangkaian seni-seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada puisi. Makin kecil unsur materi
38
dalam
suatu
bentuk
seni,
makin
tinggi
tempatnya
atas
tangga
hierarki.
Sedangkan
Schopenhauer (1788-1850) melihat suatu rangkaian yang mulai pada arsitektur dan memuncak dalam
musik. Musik mendapat tempat istimewa dalam estetika. Musik digambarkan sebagai suatu bentuk
"wahyu" yang masih berbicara tentang transendensi, kalau pengertian manusia sudah tidak kuat lagi.
Musik dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata.
Soal / Tugas
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1.
Jelaskan pembagian Filsafat?
2.
Apakah yang dimaksud dengan Epistemologi Filsafat?
3.
Jelaskanlah arti dari Metafisika filsafat
4.
Jelaskanlah arti dari Logika
5.
Jelaskanlah arti dari Etika dan contohnya?
6.
Apakah yang dibahas dalam Estetika?
Daftar Pustaka:
1. Abidin, Zainal. 2003. Filsafat Manusia. Cet. Ke 3. Bandung. Remaja Rosdakarya.
2. Bakry, Hasbullah. 1986. Sistematik Filsafat. (cet. 8) Jakarta. Wijaya.
3. Kartanegara, Mulyadi. 2005. The Best Chicken Soup of The Philosophers (terj. Ahmad
Fadhil). Jakarta. Himah
4. Rapar, Jan Hndrik. 2005. Pengantar Filsafat. Cet. Ke-10. Jokyakarta. Kanisius.
5. Osborne, Richard. 2001. Filsafat Untuk Pemula (terj.) Cet. Ke-1. Jokyakarta. Kanisius.
6. Magnis Susesno, Frans. 1987. Etika dasar. Yokyakarta.Kanisius.
7. Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta. Bumi Aksara.
8. Dr. Zainal Abidin. 2011. Pengantar Filsafat
39
Download