manajemen strategik lanjutan

advertisement
NAMA : ERLINDA
NPM : 120130110004
No. HP : 081269341818
Email : [email protected]
Rencana Keminatan Disertasi : Manajemen Pemasaran
THE INTERNAL ENVIRONMENT ANALYSIS
IS THE RESOURCE-BASED VIEW A USEFUL
PERSPECTIVE FOR STRATEGIC MANAGEMENT
RESEARCH?
Based On:
RICHARD L. PRIEM
&
JOHN E. BUTLER
(Academic of Management Review Journal, vol. 26, no. 1,
jan 2001, pp. 22-40)
I. PENGANTAR
Tujuan penulisan makalah
untuk mengkaji, apakah Resource Based View (RBV),
merupakan perspektif yang bermanfaat untuk
penelitian manajemen strategik
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
Bagaimanakah kajian konseptual RBV sehingga
menjadi perspektif yang bermanfaat bagi penelitian
manajemen strategik.
Latar Belakang Penelitian
4 Sumber Kajian Awal untuk Kajian RBV
Studi
Tradisional
Kompetensi
Khusus
Ricardian
Economic
Penrosian
Economic
Studi Anti
Trust,
Implikasi
Ekonomi
Perkembangan Baru Teori RBV
Penrose
(1959)
• Menekankan pada peran sumber daya untuk diversifikasi
Pengikut: Peteraf 1993, Prahalad & Hamel 1990,
Wernerfelt 1984, Ryall 1988,
Porter 1980 • Competitive Strategy
Wernerfelt • Sumber daya & produk adalah dua sisi koin yang
sama. Penekanan Wernerfelt pada sumber daya
1984
• Fokus pada karakteristik sumber daya perusahaan
Rumelt(1984)
yang dapat berkontribusi pada SCA
Barney (86,91)
Dierickx C(1989)
Barney(1991)
Conner (1991)
Powell (1992)
• Kontribusi fundamental sumber daya untuk SCA dg
pengujian pada single-business dengan menguji
bagaimana perusahaan satu unggul dari perush lain.
Dari sejumlah artikel RBV yang paling berpengaruh untuk studi RBV
selanjutnya adalah jurnal Wernerfelt (1984) dan Barney (1991)
Warnerfelt berfokus pada sumber daya dari pada produk,
dan kontribusinya para sarjana menjadikan resource sebagai anteseden
penting untuk produk dan berakhir pada kinerja perusahaan.
Barney menyediakan gambaran formal terperinci dari perspektif
resource –based pada business level. Sumber daya organisasi adalah
valuable, rare, difficult to imitate and non-substitutable, dapat
menghasilak SCA.
Peneliti selanjutnya banyak berkiblat pada Barney, dan mendefinsikan
RBV yang menurut Priem dan Butler tanpa keaslian spesifikasi formal
juga upaya untuk memformalkan RBV sebagai teori dan relatif kurangnya
definisi kerja selanjutnya.
Definisi-definisi tersebut adalah:
Definisi RBV
Dua asumsi dasar (Aksioma) RBV (1991):
Sumber daya didistribusikan secara heterogen di seluruh
perusahaan.
2. Sumber daya produktif ini tidak dapat dpindahkan dari
perusahaan ke perusahaan tanpa biaya (misal, sumber
daya adalah melekat).
1.
Dari asumsi lahir dua argumen dasar RBV (Barney);
1. Sumber daya yang rare (tidak bisa dipegang secara luas)
dan valuable (berkontribusi pada efisiensi dan efektifitas
perusahaan), dapat menghasilkan CA.
2. Jika sumber daya tersebut juga simultan not imitable
(tidak mudah ditiru pesaing), not substitable (sumber
daya lain tidak bisa memenuhi fungsi yang sama), dan
non transferable (tidak dapat dibeli di pasar sumber
daya), sumber daya tersebut dapat menghasilkan SCA.
Dari argumen di atas terjadi difusi makna RBV pada perusahaan singlebusiness yang dapat mencapai SCA, seperti terlihat pada tabel berikut:
Nama (Tahun)
Bidang Kajian
Mata, Fuerst & Barney (1995),
Powell (1997)
Teknologi informasi
Michalisin et.al.(1997), Powell
(1992)
Strategic planning
Powell (1992b)
Penyelarasan organisasi
Flood, Smith & Derfus (1996), Lado
& Wilson (1994), Wright & Mc
Mahan (1992)
Manajemen sumber daya
manusia
Barney & Hansen (1994)
Kepercayaan
Fiol (1991), Oliver (1997)
Budaya organisasi
Powell (1993)
Keterampilan administrasi
Castanias & Helfat (1991)
Keterampilan top manajemen
Beberapa program riset RBV yang menurut Priem merubah ‘view’
menjadi ‘teori’ :
Kajian RBV sebagai Teori
Priem & Butler menyatakan, agar RBV bisa memperkaya
penelitian strategi, tergantung pada sejauh mana RBV itu bisa
menjadi teori CA.
Untuk itu RBV perlu digeneralisasi seperti Hukum.
Menurut Rudner (1996:10), "Suatu teori adalah
sistematika set hubungan pernyataan, termasuk
beberapa generalisasi seperti hukum yang secara
empiris dapat diuji ".
Hunt (1991:149),"Tujuan teori adalah untuk
meningkatkan pemahaman ilmiah melalui
kemampuan struktur sistematis yang mampu
menjelaskan dan memprediksi fenomena”.
Agar memiliki kekuatan sebuah teori ilmiah, pernyataan harus
seperti hukum, dan memenuhi persyaratan : (1) kondisi yang
digeneralisasi, (2) mempunyai muatan empiris, dan
(3) menunjukkan kebutuhan ekonomi.
1.
Generalized conditional. Kondisi yang digeneralisasi adalah
pernyataan "jika /maka". Para pendukung RBV menegaskan bahwa
jika atribut suatu perusahaan adalah rare dan valuable, maka atribut
itu merupakan sumber daya yang dapat memberikan CA.
Dan jika suatu sumber daya itu sesuai dengan CA perusahaan, adalah
sulit untuk ditiru dan tidak bisa disubstitusikan, maka sumber daya
tersebut dapat memberikan perusahaan SCA (Barney, 1991).
Kedua pernyataan ini, berfokus pada RBV, adalah kondisi yang
digeneralisasi dan menurut Rudner (1996), merupakan kriteria
pertama untuk generalisasi seperti hukum.
2. Empirical Content.
Yaitu teori tersebut dapat di uji secara empiris. Kriteria
empiris membantu memisahkan pernyataan analitik dari
pernyataan sintetik (harus diuji dulu kebenarannya).
Kriteria muatan empiris ditujukan pada semantik dan logika teori
daripada ketidakjelasan. Menurut Priem & Butler, pernyataan RBV
mempunyai muatan logika sintetis. Pengujian dikaitkan dengan CA
dan permasalahn terkait dengan sustainable dan substitutable.
Dasar pernyataan teori RBV yang direview di sini adalah “yang
berharga dan kelangkaan sumber daya organisasi dapat menjadi
sumber keunggulan bersaing (Barney, 1991:107)
 Sumber daya perusahaan termasuk semua asset, kemampuan,
proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, pengetahuan
dll. yang dapat dikontrol oleh perusahaan yang memungkinkan
perusahaan untuk memahami dan menerapkan strategi yang
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan (Daft 1983)
dan sebagai atribut perusahaan yang dapat memungkinkan
perusahaan untuk memahami dan menerapkan strategi-strategi
value creating (Hitt & Ireland, Thompson & Strickland, 1983)
“(Barney, 1991:101).
 Sumber daya berharga, adalah “ketika mereka memungkinkan
perusahaan untuk menerapkan strategi yang meningkatkan
efisiensi dan efektivitas untuk memanfaatkan peluang atau
menetralisir ancaman dalam lingkungan suatu perusahaan
(Barney:1991:106).
Menurut Barney (1991:102), CA sebagai sebuah perusahaan yang
menerapkan suatu strategi value creating tidak secara bersamaan
diimplementasikan pada setiap situasi atau pesaing potensial.
CA tidak dapat bertahan pada perusahaan yang sama, karena jika
semua perusahaan menerapkan strategi yang sama, mereka akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan cara yang sama.
Semua pernyataan di atas, dikritik oleh Priem & Butler dengan
mengatakan : bahwa pernyataan RBV berhubungan langsung
dengan CA adalah tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk uji
empiris.
Bacharach (1989:512), berpendapat bahwa pernyataan yang tidak
dapat diuji-"tidak peduli seberapa dalam dan estetis“ masih tidak
memenuhi uji menjadi sebuah teori.
Karena itu menurut Priem & Butler,
* Definisi-definisi Barney menunjukkan bahwa tambahan
konseptual kerja dibutuhkan jika dasar RBV adalah untuk
memenuhi standar generalisasi seperti hukum.
Pernyataan Barney "bahwa sumber-sumber organisasi yang
berharga dan langka dapat menjadi sumber CA adalah bahwa CA
didefinisikan dalam hal nilai dan kelangkaan, dan karakteristik
sumber daya diperdebatkan untuk keunggulan bersaing adalah
nilai dan kelangkaan.
Sebaliknya, karakteristik dan hasil harus dikonsep secara
independen untuk menghasilkan pernyataan sintetis.
Priem & Butler menawarkan definisi pengganti sbb:
1.
2.
3.
Atribut organisasi yang tidak umum yang memungkinkan
perusahaan untuk memahami dan menerapkan strategi
value creating yang dapat menjadi sumber dalam
menerapkan strategi value-creating tidak secara
bersamaan diterapkan pada setiap keadaan dan pesaing
potensial.
Atribut organisasi yang tidak umum yang
memungkinkan perusahaan untuk memahami atau
menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perusahaan, dan
Atribut organisasi yang tidak umum yang memanfaatkan
peluang dan menetralisir ancaman dalam lingkungan
suatu perusahaan dapat menjadi sumber implementasi
suatu strategi opportunity-exploiting dan threatneutralizing tidak secara bersamaan diimplementasikan
dengan pada setiap arus atau pesaing-pesaing potensial.
3. Nomic necessity
adalah karakteristik teori yang meminta "terjadinya
beberapa fenomena harus dikaitkan dengan beberapa
fenomena lain; hubungan tidak dapat secara sederhana,
secara kebetulan "(Hunt, 1991: 111).
Jadi, untuk menjadi generalisasi seperti hukum, pernyataan harus
memiliki kekuatan teoritis dengan menjelaskan hubungan yang
harus terjadi, bukan dengan menetapkan secara kebetulan atau
hubungan palsu (Gaski, 1985).
Dalam perumusan RBV , value adalah komponen fundamental yang
menentukan CA. Jika suatu perusahaan memiliki CA, harus memiliki
minimal satu sumber daya langka. Jika suatu perusahaan memiliki
sumber daya langka, tidak berarti akan menghasilkan nilai yang lebih
besar dari perusahaan lain dalam industri tersebut.
An Elemental Fallacy of the RBV
Pada penelitian terdahulu, penekanan pada competitive
environment, di sini peneliti mengadopsi dua asumsi: 1)
perusahaan dalam industri adalah homogen dalam sumber daya,
2) sumber daya bergerak.
Pandangan RBV: 1)perusahaan dalam industri adalah heterogen 2)
sumber daya tidak sempurna bergerak, maka heterogenitas
dapat bertahan lama.
Asumsi eksplisit, lebih akurat pada kenyataan lingkungan
Asumsi implisit, kurang berfokus lingkungan (disederhanakan)
Penyederhanaan asumsi:
Model environment focus dari CA asumsi dibuat dari sisi sumber
daya, sedangkan pada RBV asumsi implisit dibuat pada sisi
demand.
Jadi sebetulnya definisi RBV adalah marketing environment juga.
Inilah yang dimaksud ‘fallacy of RBV’
Gambar Model Kesetimbangan Sederhana yang Menunjukkan Pasar Produk
dan Nilai Faktor
Gambar menunjukkan bagaimana pasar produk mempengaruhi pasar faktor. Pergeseran
ke kanan kurva D, ditularkan melalui fungsi produksi, akibatnya menghasilkan
pergeseran ke kanan permintaan pada pasar faktor. Akibatnya harga faktor akan
menjadi lebih tinggi.
Walaupun model kesetimbangan parsial pada pasar faktor saja
atau pasar produk saja dapat mengahsilkan wawasan yang
cukup, namun pendekatan ini bisa membawa resiko untuk
mengkonsep masalah strategi yang kompleks.
Karena itu pernyataan sintetis sumber daya dan berbasis
lingkungan mungkin merupakan suatu langkah penting
berikutnya ke arah teori strategi yang lebih lengkap.
Adakah RBV cocok untuk penelitian strategi?
Meyer menyatakan, pertanyaan mendasar bagi peneliti
adalah kegunaan RBV dalam mengembangkan
peralatan manajemen dalam bentuk formula yang bisa
ditindaklanjuti para praktisi.
Menurut Priem & Butler, formula mengenai CA, masih
terhalang, karena kriteria untuk nilai tetap dalam RBV
saat ini masih dalam sebuah ‘kotak hitam’.
Alasan RBV statis;
1. Karakteristik umum sumber daya umumnya tidak banyak
perhatian untuk situasi yang berbeda
2. Proses melalui mana sumber daya tertentu memberikan
CA tetap berada dalam kotak hitam
3. Tacit knowledge, sulit untuk dimanipulasi
4. Banyak peneliti yang mengambil penelitian pada area
mata kuliah, di mana sumber daya sebagai variabel
independen dan CA sebagai variabel dependen.
5. Argumen RBV statis mudah diidentifikasi (suffer in
search of excellence)
Tantangan RBV ke depan;
 Memformalkan RBV sebagai teori
 Menjawab pertanyaan how
 Memasukkan komponen temporal
 Mengintegrasikan RBV dengan model heterogenitas
permintaan: contoh 1) environmental demand model
2) teori resource advantage (penggabungan teori
heterogenitas permintaan dengan dengan teori
manajemen berbasis sumber daya)
 Mendekatkan RBV ke arah status teori dengan
membentuk posisi RBV dalam jaringan nomological
yang lebih luas.
Review atas Jurnal Terkait
Barney, (2001), mengkritisasi jurnal Priem dan Butler yang telah
mereview jurnalnya dengan judul jurnal yang sama, dan ada empat
kelompok tanggapan atas makalah Priem dan Butler tersebut yaitu:
1) bahwa teori RBV yang dikembangkan Barney adalah tautologi
2) Argumen Barney gagal untuk diakui, bahwa banyak konfigurasi
perbedaan sumber daya dapat menghasilkan nilai sama untuk
perusahaan-perusahaan, maka bukan menjadi sumber daya dari CA,
3) peran pasar produk, adalah terbelakang dalam argumen
4) Teori yang dikembangkan dalam jurnal mempunyai implikasi
perspektif yang terbatas.
Barney mengklarifikasi dan mengatakan jurnal Priem dan Butler pada
intinya adalah Tautology (pengulangan kata tanpa arti).
Penelitian yang dilakukan Hansen dkk. (2004), tentang operasionalisasi
Bayesian dalam RBV. Hansen mencoba mempersempit kesenjangan antara
utilitas teori dengan utilitas praktisi dari RBV melalui operasionalisasi
kerangka teori Penrose.
Hansen et.al. mengusulkan metodologi hirarki Bayesian untuk menguji
hubungan antara keputusan administrasi dengan kinerja ekonomi dari waktu
ke waktu. Mereka mengembangkan dan menjelaskan ukuran CA yang
melampaui perbandingan kinerja ekonomi. Metode Baysian memungkinkan
kita untuk membuat pernyataan yang berarti tentang profitabilitas.
Adapun metode Bayes dapat digambarkan sebagai berikut:
Pr(A|B) = Pr(B|A)Pr(A)
Pr(B)
Dimana A merupakan parameter yang tidak diketahui (vektor) dan
B mewakili data.
A resource-based view of customer value and its relationship to
sustainable competitive advantage. Clulow dkk (2007), menguji
apakah sumber daya kunci yang memegang nilai perusahaan juga
memegang nilai bagi pelanggan.
Hart , mengkaji tentang Sustained Competitive Advantage.
Pandangan lama terhadap RBV
Konsep Sustained Competitive Advantage Hart yaitu
Mahoney & Pandian (1992), mengatakan bahwa pendekatan resourcebased adalah kerangka yang muncul untuk merangsang diskusi diantara
para sarjana dari tiga perspektif penelitian yaitu:
1. Teori resource-based menggabungkan wawasan strategi tradisional
tentang suatu kompetensi unik dan heterogenitas kemampuan
perusahaan. Pendekatan berbasis sumber daya juga menawarkan
proposisi teori nilai tambah yang dapat diuji dalam literatur strategi
diversifikasi.
2. Pandangan resource based sesuai dalam paradigma organisasi
ekonomi organisasi.
3. Pandangan resource-based bersifat komplementer pada penelitian
organisasi industri dan menyediakan suatu kerangka untuk meningkatkan
dialog antara para sarjana dalam bidang penelitian manajemen strategik.
Barney (1991) dalam Gilbert (2006) :
Menurut perspektif RBV, sumber daya adalah bernilai (valuable),
langka (rare), tidak dapat ditiru (inimitable) dan tidak dapat
digantikan (non substitable) (biasa disebut sumber daya VRIN
(Barney 1991) menyediakan dasar untuk CA berkelanjutan
(Peteraf, 1993, Prahalad & Hamel, 1990, Warnerfelt, 1984).
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
 Kesimpulan
Resource Based View (RBV), menurut pandangan Priem dan Butler,
dalam jurnalnya yang berjudul ‘Is the Resource-Based ‘View’ a Usefull
Perspective for Strategic Management Research?’ saat ini belum bisa
dikatakan sebagai suatu sistem teori,.tapi telah diambil suatu langkah
tentatif guna memformalkan RBV sebagi sebuah teori. Hal itu
dibantah secara tegas dan jelas oleh Barney dengan judul jurnal yang
sama bahwa pernyataan Priem dan Butler itu sebagai tautologi.
Priem mempunyai argumen, karena konseptual RBV belum memenuhi
kriteria, bahwa untuk dianggap sebagai suatu teori yang formal, suatu
pernayataan harus bisa digeneralisasi seperti hukum dengan
terpenuhinya tiga syarat berikut, yaitu: 1) bisa digeneralisasi 2)
mempunyai muatan empiris dan 3) Nomic necessity. Tapi di akhir
jurnalnya Priem dan Butler menyimpulkan bukan berarti kerja
konseptual yang dimulai dari perspektif sumber daya adalah bukan
teori.
Penulis tidak sependapat dengan Priem & Butler yang masih
mempertanyakan apakah RBV merupakan suatu perspektif yang
bermanfaat bagi manajemen strategik.
Penulis lebih mendukung pendapat Barney dan peneliti lain yang
yang secara eksplisit dan implisit mengakui bahkan
mengembangkan penelitian tentang RBV sebagai suatu perspektif
yang bermanfaat bagi manajemen strategik.
* maka bisa disimpulkan bahwa RBV merupakan perspektif yang
bermanfaat bagi penelitian manajemen strategik. Hal ini
sekaligus menjawab pertanyaan dari penulis jurnal utama.
REKOMENDASI
Sebagai suatu perspektif teori yang berbasis lingkungan internal,
bagaimanapun dalam pengembangan kajian RBV ke depan tidak
bisa terlepas dari pengaruh faktor lingkungan eksternal, yang
berdampak pada strategi perusahaan, dan seterusnya pada kinerja
perusahaan dalam rangka mencapai competitive advantage.
Jika Wernerfelt (1984) berfokus pada sisi sumber daya dari pada
sisi produk, maka kajian RBV ke depan harus secara komprehensif
mengkaji kesetimbangan sumber daya dan pasar produk tanpa
mengabaikan sustainable development.
Download