TUGAS MATAKULIAH Manajemen Stratejik Lanjutan DOSEN

advertisement
TUGAS MATAKULIAH
Manajemen Stratejik Lanjutan
DOSEN PEMBINA:
Prof. Dr. Surachman Sumawihardja, SE, MS
Popy Rufaidah, SE,MBA,Ph.D
Topik Presentasi Pemakalah:
Is The Resource-Based ‘View’ A Useful Perspective For Strategic Management
Research?
Nama : Erlinda
NPM : 120130110004
HP
: 081269341818
E-mail : [email protected]
Rencana Keminatan Disertasi : Pemasaran
Nilai Makalah
Nilai Penguasaan Materi
Presentasi
Nilai Power Point
PEMBAHAS MAKALAH
Nama Critical Reviewer : Darmawan Achmad
NPM
: 120130110052
No. HP : 08128641141
Email
: [email protected]
Nama Critical Reviewer : Dedy Rusyandi
NPM : 120130110088
No. HP : 08122024906
Email : [email protected]
Nilai
Pembahasan:
Nilai
Pembahasan:
PROGRAM PASCASARJANA – PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI
KONSENTRASI ILMU MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS – UNIVERSITAS PADJADJARAN
Selasa, 10 April 2012
1
ABSTRAK
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji, apakah Resource Based View
(RBV), merupakan perspektif yang bermanfaat untuk penelitian manajemen strategik. RBV
atau pandangan berbasis sumber daya pada dasarnya merupakan sudut pandang yang
intinya mencari sumber daya perusahaan, sehingga menjadi variabel unik yang bisa menjadi
kekuatan internal perusahaan, dan dimanfaatkan sebagai keunggulan bersaing (competitive
advantage) dalam suatu industri, sehingga perusahaan dapat mencapai posisi sustainable
competitive advantage.
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah bagaimanakah kajian
konseptual RBV sehingga menjadi perspektif yang bermanfaat bagi penelitian manajemen
strategik.
Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah pendekatan empiris
melalui kajian terhadap jurnal utama dan jurnal pendukung yang terkait pada topik yang
diteliti.
Penulisan makalah ini diharapkan mempunyai implikasi akademik yaitu dapat
memberikan kontribusi di kalangan akademisi dalam memahami konsep RBV sebagai salah
satu perspektif dalam menyusun strategi perusahaan yang terus mengalami difusi.
Sedangkan implikasi praktis yaitu, diharapkan makalah ini dapat menjadi rujukan di
kalangan praktisi bisnis dalam menentukan sumber kekuatan internal perusahaan, sehingga
dapat menyusun strategi dalam mencapai sustainable competitive advantage.
Adapun fokus makalah ini adalah untuk mengklarifikasi apakah konsep RBV
merupakan perspektif yang bermanfaat bagi penelitian manajemen strategik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi orisinil yaitu dapat memberikan
perspektif dan paradigma dalam konsep RBV sebagai salah satu elemen penting dalam
penelitian manajemen strategik yang dapat dipelajari secara akademis dan dipraktekkan
dalam bisnis.
Key words: resource based view (RBV), competitive advantage (CA), sustainable
competitive advantage (SCA)
2
I.
PENGANTAR
1.1. Latar belakang penelitian
Sustainable Competitive Advantage (SCA) merupakan suatu kondisi di mana
perusahaan telah mencapai posisi aman (safety) dan memiliki keunggulan bersaing yang
berkelanjutan. Kondisi tersebut tentunya merupakan tujuan yang ingin dicapai setiap
perusahaan dalam situasi dan kondisi persaingan bisnis yang cukup tajam saat ini. Untuk
mencapai hal tersebut, berbagai upaya akan dilakukan perusahaan. Kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness) internal perusahaan diidentifikasi guna diambil kebijakan dan
strategi yang akan membawa perusahaan ke arah SCA tersebut. Kegiatan ini biasa disebut
sebagai Analisis Lingkungan Internal perusahaan, dimana hal ini sekaligus menjadi fokus
kajian makalah ini. Demikian juga peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang dihadapi
perusahaan harus selalu dipantau guna diambil kebijakan dan strategi yang muaranya juga
untuk mencapai dan mempertahankan SCA. Kegiatan ini biasa disebut sebagai analisis
lingkungan eksternal. Kegiatan menganalisis baik lingkungan internal maupun eksternal
perusahaan lazim dinamakan sebagai analisis SWOT.
Guna membangun kekuatan dan mengatasi kelemahan internal perusahaan,
diperlukan analisis lingkungan internal perusahaan yang mumpuni. Sesuai dengan topik
makalah ini, maka Resource-Based View (RBV-pandangan berbasis sumber daya),
merupakan salah satu metode atau strategi yang akhir-akhir banyak dikaji dalam
membangun kekuatan internal perusahaan, khususnya dikalangan akademisi. Kajian
tentang RBV sudah banyak dilakukan, namun sejalan dengan kemajuan teknologi informasi
dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal maupun eksternal bisnis,
maka strategi RBV sebagai suatu teori perlu rasanya untuk dikaji ulang.
Kajian tentang RBV mulai marak dilakukan era 90-an. Warnelfelt (1984), dalam
artikelnya ‘A Resource-Based View of the Firm’ mengatakan perspektif sumber daya,
ternyata mujarab untuk mendiversifikasi perusahaan. Satu kontribusi terbesar artikel ini
adalah strategi langsung dari para sarjana ke arah sumber daya sebagai anteseden penting
untuk produk dan berakhir pada kinerja perusahaan. Warnelfelt mengatakan sumber daya
yang dimaksud adalah apa-apa yang bisa dianggap sebagai kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Secara lebih formal, sumber daya perusahaan merupakan tangible dan
intangible aset yang diikat secara semi permanen pada perusahaan, contohnya: nama
merek, pengetahuan in-house, teknologi, tenaga kerja terampil, kontrak perdagangan,
mesin, prosedur efisien, modal dan lain-lain.
3
Selanjutnya Rumelt (1984), Barney (1986, 1991) dan Dierick Cool (1989)
memberikan kontribusi pada perkembangan RBV manajemen strategik selanjutnya. Konsep
mereka berfokus pada sumber daya perusahaan yang dapat berkontribusi pada SCA.
Barney memberikan gambaran formal dari perspective business level sumber daya. Sumber
daya organisasi yang bernilai (berharga), langka, sulit ditiru, dan tidak bisa digantikan dapat
menghasilkan SCA. Mengikuti teori Penrose (1959) yang menekankan pada bagaimana
sumber daya berkontribusi untuk diversifikasi dan bagaimana diversifikasi harus sesuai
dengan ‘core competition’ perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja. Teori Penrose ini
memberikan pandangan dalam ekspansi perusahaan ke dalam produk dan pasar baru.
The resource-based view of the firm (RBV) offers a theoretical explanation of
competitive advantage which is based on differences in firm resources (Barney, 1991;
Peteraf, 1993; Rumelt, 1984; Wernerfelt, 1984).
Para teoritisi lain lebih memberi tekanan pada kontribusi fundamental dari sumber
daya untuk sustainable advantage untuk perusahaan single-business dengan menguji
bagaimana atau mengapa kontribusi sumber daya untuk keuntungan dari satu perusahaan
dibanding perusahaan lainnya dalam suatu produk/pasar tertentu. Para peneliti ini
meletakkan
dasar
konseptual
untuk
analisis
selanjutnya,
bagaimana
keunggulan
dimanfaatkan melalui diversifikasi.
Pernyataan di atas merupakan beberapa hasil kajian para peneliti RBV. Namun
apakah RBV tersebut benar-benar berguna dalam penelitian manajemen strategik,
sebagaimana judul jurnal utama ini, tentunya perlu kajian lebih mendalam. Priem dan Butler
(2001), dalam juralnya mengatakan, ‘suatu pernyataan agar memiliki kekuatan sebuah teori
ilmiah, pernyataan tersebut harus seperti hukum (lawlike), yang memenuhi kriteria berikut:
1. Kondisi yang digeneralisasi (Generalized conditional)
Kondisi yang digeneralisasi merupakan kondisi “jika/maka”. Sebagai contoh adalah:
jika atribut suatu perusahaan adalah langka dan berharga maka atribut itu
merupakan
sumber
daya
yang
dapat
memberikan
keunggulan
kompetitif
perusahaan.
2. Mempunyai muatan empiris (Empirical content)
Kriteria muatan empiris ditujukan pada logika semantik dan logika teori daripada
ketidakjelasan. Kriteria muatan empiris membantu memisahkan pernyataan analitik
dengan pernyataan sintetis (yang harus di diuji dulu kebenarannya).
3. Menunjukkan kebutuhan ekonomi (Nomic Necessity)
4
Nomic necessity merupakan karakteristik teori yang meminta terjadinya beberapa
fenomena harus dikaitkan dengan beberapa fenomena lain, hubungan tidak dapat
secara kebetulan.
Sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis, teori RBV telah mengalami difusi yang
cukup luas. Disamping itu adanya keinginan akademisi untuk mengkaji lebih dalam serta
keinginan untuk mengukuhkan RBV sebagai suatu teori yang sangat potensial dalam
manajemen strategik, dan dapat diaplikan praktisi bisnis, maka di sini akan dicoba untuk
melakukan kajian tersebut berdasarkan kajian dari jurnal utama dan beberapa jurnal terkait.
1.2.
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji artikel Priem dan Butler (2001), yang berjudul Is
the resource-based view a useful perspective for strategic management research?
Selanjutnya dicoba untuk menklarifikasi apakah benar RBV itu merupakan perspektif yang
bermanfaat dalam penelitian strategic manajemen, Untuk itu dikaji juga konsep-konsep RBV
dari beberapa peneliti lain melalui kajian literatur dari jurnal pendukung, sehingga akan
didapat pemahaman yang lebih mendalam mengenai RBV sebagai suatu perspektif teori
yang bermanfaat bagi penelitian manajemen strategik.
1.3. Sistematika Penulisan Makalah
a. Ringkasan Jurnal Utama
Pada bagian ini akan dipaparkan ringkasan dari jurnal Priem dan Butler (2001)
dengan judul: Is The Resource Based View A Useful Perspective For Strategic
Management Research?.
b. Review atas jurnal terkait
Pada bagian ini akan dicoba untuk mengkaji 15 jurnal pendukung yang berkaitan
dengan topik yang diteliti, yaitu tentang analisis lingkungan internal berdasarakan
resource based view.
c. Rekomendasi
Dari kajian terhadap jurnal utma dan jurnal pendukung, maka akan dicoba untuk
menyimpulkan kajian tersebut dan memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi
kemajuan RBV sebagai salah satu penelitian manajemen strategik.
5
II.
REVIEW DAN PEMBAHASAN LITERATUR MAKALAH
1.1. Ringkasan Jurnal Utama
Berdasarkan makalah yang ditulis Priem dan Butler (2001) dengan judul Is The
Resource Based View A Useful Perspective For Strategic Management Research?, yang
mengkaji apakah RBV merupakan suatu perspektif yang bermanfaat bagi penelitian
manajemen strategik, pada intinya mempertanyakan tiga hal yaitu: 1) Keberadaan RBV
sebagai suatu teori manajemen strategik 2) Pendapat pendukung RBV tentang stabilitas
pasar produk dan yang menghindari penentuan sumber daya 3) Pendekatan statis
membuang hubungan sebab akibat pada kotak hitam. Makalah Priem ini bertujuan untuk: 1)
Menguraikan tantangan konseptual RBV, 2) menjawab pertanyaan bagaimana dan 3)
menggabungkan
komponen
temporal
dan
mengintegrasikan
RBV
dengan
model
heterogenitas permintaan.
a. Sejarah, Definisi dan Kajian RBV Sebagai Teori
Pertanyaan tentang status teori RBV adalah penting untuk dijawab karena dapat
mempengaruhi arah pendidikan pasca sarjana, distribusi pembiayaan riset dan agenda riset
itu sendiri. Kemudian kajian tentang kegunaan teori RBV untuk manajemen strategik juga
penting, karena kecenderungan perspektif baru menjadi lebih baik, disesuaikan untuk
menjawab masalah dan kajian ini mudah-mudahan dapat membantu untuk membangun
teori dan mengklarifikasi kontribusi potensial RBV pada bidang strategi.
Penelitian tentang RBV sebagai suatu perspektif yang bermanfaat untuk penelitian
manajemen strategik, dimulai dari penelitian Penrose (1959) yang menekankan pada
bagaimana sumber daya memberikan kontribusi untuk diversifikasi dan bagaimana
diversifikasi harus sesuai dengan ‘core competition’ perusahaan untuk mengoptimalkan
kinerja. Pada tahun 1959 ini belum ada istilah dan kajian khusus tentang RBV. Selanjutnya
pernyataan Penrose di atas diikuti dengan diskusi oleh beberapa peneliti seperti
Peteraf(1993), Prahalad dan Hamel (1990), Wernelfelt (1984), Ryall (1998), tentang peran
sumber daya dalam diversifikasi, memberikan pandangan ekspansi perusahaan ke dalam
produk dan pasar baru.
Menurut Penrose (1959:136), pertanyaan business-level tentang bagaimana untuk
bersaing adalah dasar dalam menentukan, pertama, dasar teori RBV dan kedua, potensi
kontribusi RBV pada manajemen strategik. Sebagai suatu perusahaan yang tumbuh untuk
mencapai posisi yang memuaskan dan aman serta menghasilkan sumber daya melebihi
yang diperlukan untuk menjaga posisi aman tersebut, perlu memanfaatkan peluang untuk
diversifikasi.
6
Pengikut penelitian Penrose yaitu Warnelfelt (1984), dengan judul makalahnya ‘A
Resource-Based View of the Firm’, sebagai makalah paling berpengaruh pada 1990 dalam
perkembangan teori RBV, memulai makalahnya dengan pernyataan: Bagi perusahaan,
sumber daya dan produk adalah dua sisi koin yang sama (1984:171). Dari perspektif sumber
daya, terdapat kemujaraban rangkaian strategi masuk untuk diversifikasi perusahaan.
Kontribusi terbesar makalah ini adalah
mengarahakan para sarjana, untuk menjadikan
sumber daya dalam penelitiannya sebagai anteseden penting untuk produk dan berakhir
pada kinerja perusahaan. Sebelumnya konseptual kerja dalam manajemen strategik
umumnya memberikan perhatian seimbang pada kekuatan dan kelemahan perusahaan
versus peluang dan hambatan dalam persaingan lingkungan.
Peneliti RBV selanjutnya adalah Rumelt (1984), Barney (1986, 1991), dan Dierickx
Cool (1989), telah memberikan kontribusi pada perkembangan RBV selanjutnya dalam
manajemen strategik. Konseptual mereka berfokus pada karakteristik sumber daya
perusahaan yang dapat berkontribusi pada SCA. Selanjutnya Barney (1991), Conner (1991),
Powell(1992), melakukan pengujian pada perusahaan single-business tentang bagaimana
dan mengapa sumber daya berkontribusi pada keuntungan perusahaan melebihi
perusahaan lainnya dalam suatu produk/pasar tertentu. Pertanyaan business-level ini,
tentang ‘bagaimana untuk bersaing’ merupakan dasar dalam menentukan dasar teori RBV
dan kontribusi potensial RBV pada manajemen strategik. Di sini peneliti mencoba
menjelaskan keunggulan Resource Based dalam industri tunggal, yaitu bagaimana
perusahaan yang tumbuh mencapai posisi ‘aman’. Pernyataan ini meletakan dasar
konseptual untuk analisa selanjutnya, bagaimana keunggulan dimanfaatkan melalui
diversifikasi.
Pada makalah Barney (1991), terdapat perkembangan, dengan memberikan
gambaran rinci perspektif resource based business-level. Kerangka pengorganisasiannya,
bahwa sumber-sumber daya organisasi adalah ‘valuable, rare, difficult to imitate dan non
substitutable, dapat menghasilkan SCA. Banyak peneliti RBV selanjutnya membuat definisi
RBV dengan mengacu pada kerangka Barney seperti terlihat pada tabel 1 berikut:
Priem dan Butler mengatakan definisi-definisi berikut tanpa keaslian spesifikasi
formal juga upaya untuk memformalkan RBV sebagai teori dan relatif kurangnya definisi
kerja selanjutnya.
7
8
Barney mencatat ada dua asumsi dasar RBV yaitu: 1) Sumber daya didistribusikan
secara heterogen dalam perusahaan. 2) Sumber produktif ini tidak dapat dipindahkan dari
perusahaan ke perusahaan tanpa biaya. Asumsi ini merupakan aksioma RBV.
Dari asumsi di atas , Barney mebuat dua argumen fundamental: 1) sumber daya
yang keduanya langka dan bernilai/berharga dapat menghasilkan CA, 2) Ketika sumber
daya tersebut juga simultan tak tergantikan (tidak mudah ditiru pesaing), tidak
tersubstitusikan dan tidak dapat dipindahtangankan maka sumber daya tersebut dapat
menghasilkan SCA.
Perkembangan argumen selanjutnya bahwa perusahaan single-busines dapat
mencapai SCA, dari sumber daya teknologi informasi, (Mata, Fuerst, & Barney, 1995;
Powell, 1997), strategic planning (Michalisin et al, 1997;. Powell, 1992a), penyelarasan
organisasi (Powell, 1992b), manajemen sumber daya manusia (Flood, Smith, & Derfus,
1996; Lado & Wilson, 1994; Wright & Mc- Mahan, 1992), kepercayaan (Barney & Hansen,
1994), organisasi budaya (Fiol, 1991; Oliver, 1997), keterampilan administrasi (Powell,
1993), keterampilan top manajemen (Castanias & Helfat, 1991), dan guanxi (Tsang, 1998),
sejumlah lainnya. Selain itu, jumlah pendukung yang telah mengangkat RBV dari status
"view" pada “teori" telah meningkatkan visibilitas dan juga menunjukkan penerimaan yang
luas (misalnya, Barney, 1996; Conner, 1991; Grant, 1991; Mahoney & Pandian,1992;
Maijoor & van Witteloostuijn, 1996). Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 . Menurut Priem dan
Butler beberapa program riset ingin merubah RBV sebagai ‘view’ menjadi RBV sebagai
‘teori’.
9
10
Untuk mengevaluasi luasnya penyebaran RBV melalui strategi literatur, maka dicoba
untuk menguji kembali sejauh mana RBV saat ini memiliki kekuatan penjelas dan kemam
puan memprediksi umumnya terkait dengan teori-teori. Kita membatasi penyelidikan,
apakah argumen mengenai CA RBV saat ini, merupakan kriteria yang diterima secara
umum untuk mengklasifikasikan satu set pernyataan sebagai teori. Kita tidak membahas
apakah RBV merupakan teori baru perusahaan.
Menurut Rudner (1966:10), suatu teori adalah sistematika set hubungan pernyataan,
termasuk beberapa generalisasi seperti hukum yang secara empiris dapat di uji. Sedangkan
Hunt (1991:149), menyatakan, tujuan teori adalah untuk meningkatkan pemahaman ilmiah
melalui kemampuan struktur sistematis yang mampu menjelaskan dan memprediksi
fenomena.
Untuk itu agar pernyataan memiliki kekuatan sebuah teori ilmiah, harus memenuhi
kriteria berikut : 1) Kondisinya dapat digeneralisasi (Generalized conditional) 2) Mempunyai
muatan empiris (empirical content) dan 3) Adanya kebutuhan ekonomi (nomic necessity).
Pada kriteria mutan empiris, ada dua pernyataan yang perlu digarisbawahi yaitu: a)
pernyataan analitik, yaitu pernyataan yang tidak memerlukan data b) pernyataan sintetis,
yaitu pernyataan yang masih perlu diuji untuk bisa dikatakan mempunyai muatan empiris.
Menurut Priem dan Butler, pernyataan dalam RBV adalah logika sintetis, karena itu masih
perlu diuji kebenarannya.
Ketika perumusan RBV, dibuat lebih sintetik, dengan mengurangi ketergantungan
definisional , maka value adalah komponen fundamental yang menentukan tingkat CA. Jika
suatu perusahaan secara konsisten manghasilkan nilai yang lebih besar daripada nilai yang
dihasilkan perusahaan lain dalam industri tersebut, itu harus sekurang-kurangnya memiliki
satu sumber daya langka. Jika suatu perusahaan memiliki satu sumber daya langka,
bagaimanapun itu tidak berarti bahwa hal tersebut akan menghasilkan nilai yang lebih besar
dari perusahaan lain dalam industri tersebut. Selanjutnya argumen ini dikembangkan, bahwa
nilai sumber daya ditentukan oleh karakteristik sisi permintaan, yang menjadi eksogeneous
pada model RBV. Menurut Priem dan Butler definisi-definisi Barney menunjukkan bahwa
tambahan
konseptual kerja dibutuhkan jika dasar RBV adalah untuk memenuhi standar
generalisasi seperti hukum.
Priem & Butler menawarkan definisi pengganti untuk RBV sebagai berikut:
1. Atribut organisasi yang tidak umum yang memungkinkan perusahaan untuk
memahami dan menerapkan strategi value creating yang dapat menjadi sumber
dalam menerapkan strategi value-creating tidak secara bersamaan diterapkan pada
setiap keadaan dan pesaing potensial.
11
2.
Atribut
organisasi yang tidak umum yang memungkinkan perusahaan untuk
memahami atau menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perusahaan, dan
3. Atribut organisasi yang tidak umum yang memanfaatkan peluang dan menetralisir
ancaman dalam lingkungan suatu perusahaan dapat menjadi sumber implementasi
suatu strategi opportunity-exploiting dan threat-neutralizing tidak secara bersamaan
diimplementasikan dengan pada setiap arus atau pesaing-pesaing potensial.
b. Suatu elemen ‘fallacy’ dari RBV
Priem dan Butler memaparkan tentang elemen pikiran yang keliru (fallacy) dari RBV.
Berawal dari artiekel Warnerfelt (1984) yang lebih berfokus pada sumber daya dari pada sisi
produk, maka para peneliti-peneliti RBV terdorong untuk mengeksplorasi "kegunaan dari
menganalisis perusahaandari sisi sumber daya daripada sisi produk "(Wernerfelt, 1984:
171). Peningkatan perhatian pada sumber daya perusahaan telah bermanfaat dalam
membantu (1) untuk memperjelas kontribusi potensial sumber daya untuk competitive
advantage, (2) untuk memperkenalkan strategi para sarjana untuk sejumlah teori-teori
deskriptif yang bermanfaat dari ekonomi organisasi industri (misalnya, Alchian & Demsetz,
1972, pada "kerja tim" produksi, atau DeVany & Saving, 1983, pada harga sebagai sinyal
kualitas), dan (3) untuk meringankan suatu analisis sebelumnya yang berlebihan pada
peluang dan ancaman yang muncul dari sisi produk.
Dalam mendebat RBV, Barney (1991) mencatat bahwa dalam penelitian strategi
sebelumnya, memberi penekanan kuat pada analisis competitive envirinment, para peneliti
secara implisit mengadopsi dua asumsi penting yang disederhanakan. Yang pertama adalah
bahwa perusahaan dalam suatu industri adalah homogen mengenai sumber daya dan
strategi. Kedua adalah bahwa sumber daya perusahaan yang sangat mobile. Bertentangan
untuk asumsi implisit ini,
Pandangan berbasis sumber daya dari perusahaan menggantikan dua asumsi alternatif
dalam menganalisis sumber keunggulan kompetitif. Pertama, model ini mengasumsikan
bahwa perusahaan-perusahaan dalam suatu industri (group) mungkin heterogen
sehubungan dengan strategik sumber daya yang mereka kendalikan. Kedua, model ini
mengasumsikan bahwa sumber daya tersebut mungkin tidak sempurna bergerak di
seluruh perusahaan, dan dengan demikian heterogenitas dapat bertahan lama (Barney,
1991: 101).
Asumsi eksplisit RBV cenderung lebih merefleksikan kenyataan secara akurat
12
daripada asumsi implisit yang disederhanakan, mereka ganti dari model-model berfokus
lingkungan.
Untuk pemahaman penuh dari RBV, bagaimanapun, kita harus mengakui bahwa itu
juga, termasuk asumsi implisit yang disederhanakan. Sedangkan penyederhanaan asumsi
dari model environment focused, dari competitive advantage dibuat atas sisi sumber daya,
asumsi implisit
pada dari RBV dibuat pada sisi permintaan. Sumber daya dikatakan
berharga "ketika mereka memanfaatkan peluang atau menetralisir ancaman dalam
lingkungan suatu perusahaan "atau "ketika mereka memungkinkan perusahaan untuk
mengerti atau menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan
"(Barney, 1991: 106). Sebelumnya, value telah ditunjukkan untuk menjadi konsep dasar
untuk RBV dan competitive advantage relatif. Definisi nilai RBV ditunjukkan secara jelas,
bagaimanapun, itu adalah market environment,
melalui peluang dan ancaman yang
menentukan derajat nilai yang dipegang oleh setiap sumber daya perusahaan dalam RBV.
Sebagai perubahan lingkungan persaingan, nilai sumber daya dapat berubah. Dengan
demikian, nilai sumber daya ditentukan dari sumber eksogen pada RBV. Akibatnya, faktor
produk dan pelanggan konstan bertahan (yakni, di luar model), karena jika faktor produk dan
faktor pelanggan bervariasi, maka nilai-nilai sumber daya mungkin berbeda, dan perubahan
nilai sumber akan menghasilkan hasil yang tak tentu dalam analisa resource based. Oleh
karena itu, hanya model environment-focused utama, analisa strategi disederhanakan
dengan asumsi implisit dari homogeneous dan pergerakan pasar faktor, RBV itu sendiri
menyederhanakan analisis strategis dengan suatu asumsi implisit dari homogeneous dan
tidak bergeraknya pasar produk (misalnya, permintaan yang tidak berubah; lihat Mc Williams
& Smart, 1995, untuk argumen yang sama dari paradigma perspektif S-C-P (StructureConduct-Performance) [Struktur-Perilaku-Kinerja] ).
13
GAMBAR 1
Model Kesetimbangan Sederhana Menunjukkan Pasar Produk dan Nilai Faktor
Gambar di atas menunjukkan bagaimana pasar produk mempengaruhi nilai faktor
melalui model yang disederhanakan untuk faktor tunggal dari produksi dan satu produk, di
mana bukan biaya faktor maupun kuantitas faktor (misalnya, Cole, 1973: 436-443).
Pergeseran ke kanan pada kurva permintaan di pasar produk (panel a) ditularkan melalui
fungsi produksi (panel b), yang akan menghasilkan pergeseran ke kanan dalam permintaan
dalam pasar faktor (panel c). Hasilnya akan menjadi kuantitas yang lebih besar dari faktor
yang disediakan pada harga yang lebih tinggi sebagai kesetimbangan bergerak ke atas
sepanjang kurva penawaran (panel c). Dengan demikian, nilai pada pasar faktor dipengaruhi
oleh permintaan dalam pasar produk (ini khususnya muncul jika kuantitas faktor tetap
konstan dengan kurva suplai yang vertikal). Namun, permintaan produk tetap eksternal
untuk RBV
tersebut.
Satu hal harus disadari dari menyederhanakan
asumsi ketika menggambarkan
kesimpulan dari RBV didasarkan analisis. Meskipun model kesetimbangan partial dari pasar
faktor saja atau pasar produk saja dapat menghasilkan wawasan yang cukup, pendekatan
ini mungkin membawa resiko tertentu untuk mengkonsep masalah strategi yang kompleks.
Manajemen strategis membutuhkan solusi umum yang di dalam persetujuan
dengan
orientasi manajemen pada umumnya. Namun, bahkan model-model umum, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1, harus dibuat bahkan lebih dinamis untuk kegunaan dalam
manajemen strategik.
14
c. Apakah RBV cocok untuk Penelitian Strategi
-
Karakteristik strategi RBV
Bidang manajemen strategis memiliki suatu karakteristik unik termasuk merangkul
para praktisi dan menghargai persepsi (Barney, 1992). Meyer telah mencatat,
misalnya, bahwa "benar untuk orientasi manajemen umum, bidang strategi secara
konsisten digunakan perusahaan pada tingkat kinerja sebagai variabel dependen
definitif "(1991: 824). Salah satu peneliti strategi yang diwawancarai dalam penelitian
Meyer menegaskan bahwa "pertanyaan penelitian secara inheren tidak menarik atau
sepele kecuali ada penjelasan terkait dengan kinerja "(1991: 825). Jadi, pertanyaan
mendasar untuk
para peneliti strategi adalah kegunaan dari RBV dalam
mengembangkan penuh arti peralatan manajemen dalam bentuk formula yang bisa
ditindaklanjuti untuk para praktisi (lihat, misalnya, Eccles & Nohria, 1992, dan
Mosakowski, 1998).
Thomas dan Tymon (1982) mengatasi masalah ini dalam diskusi mereka dari
relevansi
penelitian.
Mereka
mendefinisikan
"validitas
operasional"
sebagai
"kemampuan praktisi untuk menerapkan implikasi tindakan dengan memanipulasi
sebab akibat teori tersebut (atau sebagai variabel independen) "(1982: 348).
Validitas operasional adalah penting
tetapi tidak cukup kondisi untuk penelitian
manajerial yang relevan. Menurut definisi Thomas dan Tymon, jika RBV adalah
sebuah teori yang telah dideskripsikan secara akurat dan menjadi formula umum
untuk strategi para praktisi, itu tidak akan menjadi valid secara operasional kecuali
jika itu juga bisa dipraktekkan manajer untuk memanipulasi variabel independan
kunci. Menasihati praktisi secara sederhana untuk memperoleh sumber daya yang
langka dan berharga dalam rangka mencapai competitive advantage dan lebih lanjut,
bahwa sumber daya tersebut seharusnya sangat sulit untuk ditiru dan tidak bisa
digantikan (nonsubstitutable) untuk keuntungan yang berkelanjutan, tidak memenuhi
kriteria validitas operasional. Formula yang efektif juga harus mencakup, minimal,
kriteria yang setiap alternatif sumber daya dapat dinilai pada setiap karakteristik
sumber daya. Economics organisasi industri (I / O) dapat memberikan kriteria untuk
karekteristik
imitability dan substitutability yang terkait dengan keberlanjutan
(sustainability) (misalnya, Lippman & Rumelt,1982). Kriteria ini termasuk ambiguias
sebab-akibat sumber daya atau kompleksitas sosial (Barney, 1991). Formula
mengenai competitive advantage itu sendiri, bagaimanapun, masih terhalang karena
kriteria untuk nilai tetap dalam RBV, saat ini, dalam sebuah "kotak hitam" eksogen.
15
-
Batasan RBV
Konteks RBV yang sesuai untuk formula masih harus dikembangkan. Dubin (1976)
dan Whetten (1989) memiliki berpendapat bahwa suatu aspek teori sama pentingnya
dengan teori itu sendiri adalah mengidentifikasikan konteks di mana teori-teori
diharapkan untuk dipegang terus. Gagasan ini dapat dilihat, misalnya, dalam
Hofstede (1991), pernyataan bahwa banyak teori-teori manajemen US mungkin tidak
dapat diterapkan di negara lain dan dalam itu Eisenhardt (1989) menemukan bahwa
keputusan komprehensif dan
cepat mungkin sangat bermanfaat secara khusus
dalam lingkungan "kecepatan tinggi". Faktanya, dalam kebanyakan konteks teori
dibangun dalam pernyataan khusus yang dipegang
(misalnya, Burns & Stalker,
1961; Lawrence & Lorsch, 1967). Sehubungan dengan teori strategi lain,
bagaimanapun sedikit usaha, untuk membangun konteks yang sesuai untuk RBV
telah jelas. Diperlukan upaya untuk mengintegrasikan model RBV dan model-model
lingkungan (karena lingkungan tidak statis) dengan mengidentifikasi nilai-nilai
sumber daya melalui karakteristik dari pasar-pasar produk.
-
All inclusive resources
Para RBV cenderung ke arah klasifikasi sumber daya yang semuanya termasuk
inklusif mungkin telah mempersulit untuk membangun batas-batas kontekstual.
Meskipun di sini ada perbedaan dalam cara sumber daya didefinisikan (bdk. Barney,
1991;
Wernerfelt,
1984),
kutipan
berikut
adalah
tentang
inklusivitas
:
Yang dimaksud sumber daya yaitu apa-apa yang bisa dianggap sebagai kekuatan
atau kelemahan yang diberikan perusahaan. Secara lebih formal, sumber daya
sebuah perusahaan pada waktu yang diberikan dapat didefinisikan sebagai tangible
dan intangible aset yang diikat secara semi permanen pada perusahaan (lihat Gua,
1980). Contoh sumber daya adalah: nama merek, pengetahuan in-house teknologi,
tenaga kerja terampil, kontrak perdagangan, mesin, prosedur efisien, modal, dll
(Wernerfelt, 1984: 172).
Apapun yang hampir terkait dengan perusahaan dapat menjadi sumber daya yang
disarankan
bahwa itu formula untuk menangani dengan cara-cara yang pasti,
dengan kategori pasti, sumber daya mungkin menjadi valid secara operasional,
sedangkan kategori lain, sumber daya mungkin sulit bagi praktisi untuk diukur dan
dimanipulasi. Contoh sumber daya yang mungkin sulit untuk diukur dan dimanipulasi
adalah pengetahuan tacit (Polyani, 1962,1966). Beberapa berpendapat untuk tacit
16
knowledge yang pemahamannya diperoleh dari pengalaman tetapi yang tidak dapat
diungkapkan kepada orang lain dan tidak diketahui untuk diri sendiri-sebagai sumber
competitive advantage (misalnya, COFF, 1997; Lado, Boyd, & Wright, 1992;
McAulay, Russell, & Sims, 1997; Saviotti, 1998). Ini mungkin deskriptif yang benar,
tapi hal tersebut mungkin akan cukup sulit bagi para praktisi untuk memanipulasi
secara efektif yang secara inheren tidak dapat diketahui. Mengidentifikasi sumber
daya spesifik yang mungkin efektif secara khusus untuk manajer tertentu dalam
konteks tertentu mungkin dapat membantu langkah pertama dalam membangun
batas-batas kontribusi RBV dalam manajemen strategik.
-
Kotak Hitam Proses dan RBV
Miller dan Shamsie (1996) menyatakan bahwa literatur strategi berisi banyak
referensi
untuk sumber daya yang berguna, tanpa perhatian hati-hati kapan,
dimana, dan bagaimana sumber daya tersebut dapat digunakan. Pertanyaan
"bagaimana" ditujukan pada masalah proses kotak hitam dalam penelitian strategi
(Lawrence, 1997; Whetten, 1989). Kapan, dimana, dan siapa adalah tiga pertanyaan,
Whetten berpendapat, perlu untuk "mengatur batas-batas generalisasi, dan itu
merupakan kisaran teori "(1989: 492) Miller dan yang Shamsie (1996) bekerja
mengangkat dan mulai menjawab pertanyaan penting kapan, dimana, dan
bagaimana tentang
sumber daya berbasis pengetahuan (knowledge-based
resource) dan kinerja perusahaan. Tampaknya hal tersebut mampu mereka lakukan,
bagaimanapun, tanpa RBV itu sendiri membuat kontribusi dasar
penalaran mereka:
terhadap
"Logika resource-based" tidak diperlukan untuk membuat
argumen kontingensi mereka. Upaya untuk mengembangkan teori knowledge-based
perusahaan, mengikuti sebagian dari RBV, dapat ditemukan dalam makalah Conner
dan Prahalad (1996) dan Kogut dan Zander yang (1996). Sekali lagi, bagaimanapun,
dasar RBV tampaknya tidak menjadi penting dalam membuat argumen ini (Foss
1996a, b).
-
Pendekatan Statis dan Dinamis untuk RBV
Walaupun RBV dimulai sebagai pendekatan dinamis yang menekankan perubahan
dari waktu ke waktu (misalnya, Dierickx & Cool, 1989; Penrose, 1959;
Wernerfelt,1984), banyak literatur berikutnya statis dalam konsep. Tipe berikutnya
17
dari argumen yang ditawarkan dalam literatur statis RBV adalah sebagai berikut.
Pertama, variasi dari pernyataan teori yang
kami diperiksa sebelumnya-bahwa
disajikan beberapa sumber daya dapat menghasilkan competitive advantage.
Kemudian heterogenitas dan karenanya, kelangkaan sumber daya itu yang
dibangun. Selanjutnya, nilai sumber daya ditunjukkan dengan menegaskan bahwa
sumber daya dapat menghasilkan competitive advantage. Akhirnya, mekanisme
mengisolasi dikonfirmasi, membuat replikasi sumber daya sulit dan mengusulkan
bahwa keuntungan dapat dapat berkelanjutan. Variasi pada argumen ini telah
dikembangkan untuk kisaran sumber daya mulai dari perencanaan strategis dan
keterampilan manajemen puncak (Castanias & Helfat, 1991; Michalisin et al, 1997.;
Powell, 1992a) untuk budaya organisasi dan guanxi (Fiol, 1991; Oliver, 1997; Tsang,
1998).
Masih, argumen statis RBV ini telah dicatat memiliki potensi keterbatasan untuk
penelitian
manajemen
strategik.
Pertama,
argumen
statis
digambarkan:
karakteristik umum dari sewa sumber daya umumnya tidak banyak diperhatikan
untuk situasi yang berbeda atau perbandingan sumber daya. Dalam artikel Castanias
dan Helfat (1991) artikel, misalnya, meskipun CEO (sebagai sumber daya) yang
didalilkan memiliki keterampilan manajemen yang superior atau inferior, hal ini bukan
menjadi dasar untuk membedakan antara CEO superior dan inferior, selain
menunggu hasil kinerja. Kedua, proses melalui mana sumber daya tertentu
memberikan keunggulan kompetitif tetap berada dalam kotak hitam (Lawrence,
1997, menyediakan suatu diskusi atas masalah ini dalam penelitian strategi). Kami
tidak tahu, sebagai contoh, bagaimana sumber daya yang menghasilkan
berkelanjutan sewa, selain melalui heterogenitas. Mengapa beberapa heterogen
sumber menghasilkan nilai, sedangkan heterogen sumber daya lainnya tidak?
Ketiga, beberapa studi tentang sumber daya, seperti tacit knowledge, sulit secara
inheren bagi para praktisi untuk dimanipulasi. Jadi, sumber daya ini kemungkinan
gagal, Keempat, dalam studi RBV statis para peneliti kadang-kadang mengambil
penelitian strategi yang sering pada area mata pelajaran.
independen
Reliabel variabel
sebagai "sumber daya" dan variabel dependen
kompetitif," dan menggunakan ukuran umum untuk
"keunggulan
banyak penelitian strategi
crosssectional sebagai operasionalisasi (misalnya, Powell, 1992a). Studi seperti itu
menunjukkan bahwa sumber daya berbasis label (resource based label) tidak
diperlukan untuk banyak penelitian strategi. Kelima, argumen
RBV statis lemah
dalam riset ekselen (Peters & Waterman, 1982) masalah dalam hal itu cukup mudah
18
untuk diidentifikasi, a posteriori, banyak sumber daya "berharga" dalam perusahaan
berkinerja tinggi.
Bersama-sama, masalah ini menunjukkan bahwa penemuan abstraksi tingkat tinggi
saat ini dalam pendekatan statik pada RBV mungkin satu hal yang dapat membatasi
kegunaannya bagi para peneliti strategi. Studi RBV dari pendekatan ini kemungkinan
akan lebih membantu jika kunci yang mendasari konstruksi didefinisikan secara hatihati dan mekanisme spesifik diakui untuk menghasilkan keunggulan kompetitif.
Masalah studi statis mungkin diperburuk ketika keberadaan teori RBV untuk
masalah orde kedua
dan diluar, dimana kemampuan untuk belajar untuk
mengembangkan sumber daya yang efektif itu sendiri suatu sumber daya,
kemampuan untuk membangun lingkungan yang mendorong pembelajaran tersebut
adalah sumber daya, dan maju dalam suatu tanggung jawab yang tak terbatas (lihat
Collis, 1994, untuk diskusi).
1.2. Review Jurnal Utama dengan Artikel Jurnal Terkait
Barney, (2001), mengkritisasi jurnal Priem dan Butler yang telah mereview jurnalnya
dengan judul jurnal yang sama, dan ada empat kelompok tanggapan atas makalah Priem
dan Butler tersebut yaitu: 1) bahwa teori RBV yang dikembangkan Barney adalah tautologi
2) Argumen Barney gagal untuk diakui, bahwa banyak konfigurasi perbedaan sumber daya
dapat menghasilkan nilai sama untuk perusahaan-perusahaan, maka bukan menjadi sumber
daya dari CA, 3) peran pasar produk, adalah terbelakang dalam argumen dan 4) Teori yang
dikembangkan dalam jurnal mempunyai implikasi perspektif yang terbatas.
Berikut dijabarkan ke empat poin tersebut:
1. Sanggahan bahwa teori RBV Barney adalah Tautologi.
Priem dan Butler menyatakan bahwa pernyataan Barney tentang RBV adalah benar
secara definisi, tetapi bukan subjek untuk uji empiris. Penulis mecoba menunjukkan
tautologi tersebut dengan mensubstitusikan definisi dari value, rarity, dan
keuntungan strategik menjadi apa yang mereka jadikan karakterisasi RBV: hanya
valuable dan rare resource yang dapat menjadi sumber CA. Pernyataan ini jelas
tautologi.
2. Jika perbedaan sumber daya dapat menghasilkan nilai sama maka bukan sumber
CA perusahaan. Untuk menjawab pernyataan ini, Barney mengemukakan beberapa
artikel tentang pemanfaatan sumber daya yang berbeda seperti Henderson dan
Cockburn’s (1994), yang menguji component competence dan architectural
19
competence
pada
penelitian
produktivitas.
Mereka
mengukur
kelangkaan
kompetensi, imitability ini dengan menunjukkan variasi level diseluruh perusahaan
farmasi yang
bersaing. Penelitian Handerson dan Cockburn’s konsisten dengan
perkembangan RBV.
Selanjutnya Makadok (1999), menguji dampak dari perbedaan skala level ekonomi
pada kemampuan pasar uang reksadana untuk meningkatkan pangsa pasar mereka.
Kenyataannya dampak dari perbedaan skala ekonomi pada pangsa pasar menjadi
lebih kecil setiap waktu.
Dengan demikian Barney menunjukkan bahwa perbedaan level sumber daya dapat
menjadi sumber CA. Barney berpikir, sebab yang membingungkan dari Priem dan
Butler, karena tindakan dua perusahaan yang bersaing mempunyai konsekuensi
yang berbeda pada nilai relatif.
3. Peran pasar produk adalah terbelakang dalam argumen
Barney menyatakan bahwa model pasar produk yang dikritik Priem dan Butler juga
terlalu sederhana untuk model pasar faktor dan pasar produk, juga gagal untuk
memberi wawasan pada enterpreneur tentang pergeseran (shifting) permintaan di
masa yang akan datang dalam pasar produk dan pasar faktor. Barney juga
mengatakan, memang seharusnya model lengkap dari strategi keuntungan
membutuhkan integrasi penuh dari model competitive environment (misal, product
market models) dengan model sumber daya perusahaan (misal, factor market
models). Tapi menurut Barney, argumen Priem dan Butler juga terlalu sedrhana.
4. Implikasi yang terbatas dari model RBV
Menurut Barney, ada 4 pernyataan Priem dan Butler yang perlu digaris bawahi yaitu:
a) atribut sumber daya yang dapat menghasilkan strategi yang menguntungkan yang
diidentifikasikan sebagai teori, tidak diterima untuk manipulasi manajerial, Menurut
Barney, ini tidak beralasn karena pada kenyataannya logika resource-based,
mempunyai beberapa implikasi praktek penting untuk para manajer. 2) konteks
dalam mana teori diterapkan adalah tidak spesifik. Menurut Barney, sederhana saja
untuk mengatakan bahwa menentukan nilai sumber daya perusahaan adalah
eksogen untuk pengembangan RBV pada artikel 1991 3)definisi sumber daya
semuanya adalah inklusif. Menurut Barney, karena nilai sumber daya mempunyai
kekhususan pada konteks pasar khusus dalam mana sumber daya diaplikasikan.
Teoritis sumber daya bukan hadir untuk menghasilkan daftar sumber daya kritis
setiap perusahaan yang harus dihasilkan untuk SCA 4) teori bersifat statik bukan
20
dinamis. Menurut Barney, analisa keseimbangan berakar pada apa yang dikenal
sebagai evolusi ekonomi. Ini akan membuat studi menjadi dinamis.
Selanjutnya jurnal Warnerfelt (1984), berfokus pada sumber daya dari sisi sumber
daya bukan dari sisi produk. Tapi dalam analogi untuk hambatan masuk disarankan untuk
menggunakan konsep matrix growth-share untuk posisi sumber daya dan matrix resourceproduct. Peralatan ini kemudian digunakan untuk menyorot pilihan strategi baru yang
muncul secara alami dari perspektif sumber daya.
Ada empat pertanyaan untuk
menentukan sumber daya dalam rangka membuat strategi untuk CA yaitu: 1) pada sumber
daya saat ini, yang mana akan dibuat diversifikasi, 2) sumber daya yang mana yang harus
dikembangkan melalui diversifikasi 3) dalam urutan apa dan dalam pasar apa diversifikasi
itu ditempatkan 4) jenis perusahaan apa yang diinginkan perusahaan untuk dicapai.
Menurut Warnerfelt (1984:173), ada empat sumber daya yang menarik yaitu: 1)
machine capacity, 2) customer loyalty, 3) production experience, 4) technologigal lead.
Penelitian yang dilakukan Hansen et.al. (2004), tentang operasionalisasi Bayesian
dalam RBV barangkali dapat menjawab pertanyaan Priem dan Butler tentang manfaat teori
RBV.
Hansen mencoba mempersempit kesenjangan antara utilitas teori dengan utilitas
praktisi dari RBV melalui operasionalisasi kerangka teori Penrose. Operasionalisasi yang
diusulkan di sini adalah pendekatan dua kali lipat yaitu: 1) RBV dapat ditingkatkan dengan
pengakuan eksplisit dari dua kelompok konsep Penrose terhadap sumber daya yaitu sumber
daya administrasi dan sumber daya produktif. Perbedaan ini menunjukkan fokus pada
keputusan administrasi yang mengarah pada kinerja ekonomi. 2) Kita berpendapat bahwa
RBV adalah teori tentang extraordinary atau outliers dan bukan rata-rata.
Hansen et.al. mengusulkan metodologi hirarki Bayesian untuk menguji hubungan
antara keputusan administrasi dengan kinerja ekonomi dari waktu ke waktu.
Mereka
mengembangkan dan menjelaskan ukuran CA yang melampaui perbandingan kinerja
ekonomi. Metode Baysian memungkinkan kita untuk membuat pernyataan yang berarti
tentang profitabilitas.
Adapun metode Bayes dapat digambarkan sebagai berikut:
Pr(A|B) = Pr(B|A)Pr(A)
Pr(B)
Dimana A merupakan parameter yang tidak diketahui (vektor) dan B mewakili data.
Selanjutnya Hansen menggambarkan alur/flow logika RBV SEBAGAI BERIKUT:
21
Sumber: Hansen et.al.(2004:1281)
Resource based view memperoleh banyak perhatian beberapa tahun terakhir ini, dan
telah banyak digunakan dalam literatur manajemen lebih dari 20 tahun untuk memahami
hubungan antara sumber daya/kemampuan unit bisnis dan kinerja atau profitabilitasnya (De
Sar et.al, 2007:103). Hal ini penting sebagai model kinerja unit bisnis yang menelusuri
kembali teori ekonomi pertumbuhan yang dikembangkan Penrose (1959) yang berpendapat
bahwa perusahaan yang memiliki kompetensi (sumber daya produktif) dan kemampuan
terbaik untuk mengeksploitasi kompetensi-kompetensi (sumber daya manajerial) akan diberi
imbalan dengan pertumbuhan dan profitabilitas tinggi. Day (1990, hal 38;. 1994)
berpendapat
bahwa
strategi
unit
bisnis
(SBU)
dapat
memperoleh
competitive
advantage dengan mengembangkan kemampuan dengan memanfaatkan kewenangannya.
Menurut Helfat dan Peteraf (2003), heterogenitas kemampuan dan sumber daya pada
populasi perusahaan adalah salah satu pilar dari RBV (Peteraf, 1993; hoopes
et al, 2003.). Penelitian De Sarto dkk melakukan penelitan pada 216 strategi unit bisnis
(SBU) di Amerika Serikat, membuktikan bahwa sumber daya/kemampuan berhubungan
dengan kinerja perusahaan. Penulis merekomendasikan kepada para manajer untuk
menerima kemampuan sebagai investasi tambahan untuk memaksimalkan kinerja.
Selanjutnya penelitian Clulow dkk (2007), tentang the resource based view and
value: the customer-based view of the firm, menguji apakah sumber daya kunci yang
memegang nilai perusahaan juga memegang nilai bagi pelanggan. Penemuan mereka
adalah bahwa investigasi lebih jauh dari perspektif pelanggan akan memberikan pandangan
yang jernih dari penilaian pelanggan terhadap sumber daya berharga perusahaan. Interview
terhadap pelanggan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan peringkat
ketrampilan dan kemampuan antara produsen dengan pelanggan, bahwa jika diverifikasi
22
dalam percobaan lebih lanjut, mempunyai potensi untuk memperbaiki fokus perusahaan
pada nilai sumber daya pelanggan.
Percobaan ini memberi wawasan tentang proses identifikasi faktor-faktor yang
dianggap pelanggan sebagai sumber daya berharga perusahaan dan bagaimana hal ini
menjadi pilihan perusahaan. Perbedaan peringkat sumber daya kunci pelanggan
dibandingkan dengan produsen dapat menyebabkan evaluasi ulang keterampilan dan latar
belakang pengalaman untuk tujuan perekrutan staf, dan pelatihan program untuk lebih
mencerminkan preferensi pelanggan penilaian. Gambar di bawah memperlihatkan
bagaimana strategi manajemen dalam mengelola nilai perusahaan terhadap SCA
perusahaan.
Gambar 2. A resource-based view of customer value and its relationship to sustainable
competitive advantage
Penguasaan perusahaan terhadap
sumber daya tentu akan mempengaruhi
keputusan strategi yang dbuat oleh manajer. Hal ini seperti dikatakan Nemati dkk (2010)
23
bahwa
strategi
yang
berbeda
harus
dibuat
untuk
mendapatkan
CA
dengan
mempertimbangkan sumber daya eksternal. Namun pikiran strategi akan berbeda ketika
untuk mendapatkan CA melalui sumber daya internal seperti sumber daya manusia dan
sumber daya modal.
Sumber daya internal terdiri dari: sumber daya manusia, sumber daya keuangan,
teknologi, kemampuan inovatif, dan proses internal sistem yang langsung di bawah kontrol
suatu organisasi dan organisasi dapat mempengaruhinya. Sedangkan sumber daya
eksternal bersifat tidak bisa dikontrol langsung oleh perusahaan. Vassilis dkk (1998) dalam
Nemati (2010:113), mengatakan bahwa pengambilan keputusan strategis telah muncul
sebagai salah satu area paling aktif dari riset manajemen saat ini. Penelitian menunjukkan
bahwa stimulus yang sama dapat ditafsirkan sangat berbeda oleh manajer dalam organisasi
yang berbeda. Hipotesis penelitian ini adalah bahwa RBV berpengaruh pada pembuatan
keputusan strategi organisasi.
RBV untuk perusahaan mikro, sebagaimana dianalisis Kelliher dan Reinl (2009),
dalam jurnalnya ‘A resource based view of micro-firm management practise’, yang
membahas pendekatan resource-based untuk mengeksplor praktek manajemen perusahaan
mikro. Dengan mengasumsikan keunikan yang mendasari CA perusahaan mikro, pada
kapasitas mereka untuk belajar pada tingkat yang lebih cepat dari perubahan lingkungan.
Kompetensi manajemen perusahaan mikro berhubungan ketika berinteraksi dengan
lingkungan perusahaan.
Gambar 3. Kriteria batasan sumber daya internal perusahaan mikro
Sumber : Kelliher & Reinl (2009:525)
Dari kriteria di atas manajer bisa menetukan kompetensi mereka sebagai sumber
keunggulan bersaing, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah:
Gambar 4. Kompetensi manajerial perusahaan mikro
24
Sumber : Kelliher & Reinl (2009:527)
Taxonomi ini berusaha mengasah praktek manajemen dalam mempromosikan dan
menangkap pembelajaran individu dan organisasi dalam lingkungan.
Sementara perusahaan mikro mempunyai keterbatasan sumber daya, namun di sisi
lain
ada
perusahaan
yang
memonopoli
sumber
daya,
sehingga
mereka
dapat
mempertahankan SCA, seperti perusahaan monopoli. Banyak juga perusahaan yang hanya
memikirkan SCA perusahaannya sendiri,sehingga terkadang mengeksploitasi sumber daya
alam yang natural, sehingga menimbulkan dampak unsustainable development, seperti
kerusakan lingkungan.
Berkaitan dengan sumber daya alam tersebut, Hart (2004),
menawarkan tiga
variabel yang saling berhubungan bagi perusahaan dalam mencapai CA yaitu 1) pollution
prevention, 2) product stewardship dan 3) sustainable development.
Pandangan lama terhadap sumber daya alam yang cenderung hanya mengeksploitasi demi
mendapatkan CA perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber : Hart, (2004:988)
25
Agar dalam pencapaian CA perusahaan tidak merusak alam, Hart menawarkan
kerangka konseptual sumber daya berbasis alam yaitu:
Sumber : Hart (2004:992)
Hart juga menawarkan konsep Sustained Competitive Advantage yaitu:
De Sarbo et.al. (2007), dalam jurnalnya ‘A heterogeneous resource based view for
exploring relationships between firm performance and
capabilities’ bertujuan untuk
menyelidiki bagaimana strategi unit bisnis menghasilkan SCA. Penelitian ini berusaha
memperkaya penelitian tentang hubungan antara sumber daya/kemamampuan dengan
kinerja perusahaan. De Sarbo et. al. Secara eksplisit memodelkan heterogenitas hubungan
sepanjang perusahaan dalam variasi industri yang berbeda dalam mengeksplor hubungan
antara kemampuan dengan kinerja. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk memahami
efek kinerja dari menginvestasikan dalam kemampuan pada kerangka sumber daya, yang
sebelumnya kurang diteliti, khususnya pada area kemampuan teknologi informasi.
De Sarbo et.al. membuat item kemampuan bisnis melalui kuesioner berikut:
26
27
Memperkuat pemahaman tentang RBV, Mahoney & Pandian (1992), dalam jurnalnya
‘The resource-based view within the conversation of strategic management’ mengatakan
bahwa pendekatan resource-based adalah kerangka yang muncul untuk merangsang
diskusi diantara para sarjana dari tiga perspektif penelitian yaitu:
1. Teori resource-based menggabungkan wawasan strategi tradisional tentang suatu
kompetensi unik dan heterogenitas kemampuan perusahaan. Pendekatan berbasis
sumber daya juga menawarkan proposisi teori nilai tambah yang dapat diuji dalam
literatur strategi diversifikasi.
2. Pandangan resource based sesuai dalam paradigma ekonomi organisasi.
3. Pandangan resource-based bersifat komplementer pada penelitian organisasi industri.
Pandangan resource-based menyediakan suatu kerangka untuk meningkatkan dialog
antara para sarjana dari bidang penelitian yang penting ini
dalam pembicaraan
manajemen strategik.
Penelitian tentang RBV terus berkembang. Miller & Ross (2003) menguji penerapan
RBV pada tingkat unit organisasi dengan menyelidiki bagaimana pemanfaatan sumber daya,
yang diukur dengan efisiensi, mungkin berbeda di dalam perusahaan. Menggunakan
perusahan minyak hilir sebagai konteks studi ini. Kerangka analisis data diterapkan untuk
menguji kemacetan input sumber daya dari pusat distribusi. Studi ini juga menyediakan
analisis dengan membusukkan efisiensi distribusi pada manajer, skala, efisiensi program
dan menguji dampak pembuatan keputusan pada level korporasi dengan memasukkan
variabel non diskresioner. Analisa mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan efisiensi
pada level unit organisasi, menggunakan sudut pandang alternatif permasalahan
operasional. Pendekatan juga menyediakan bagi manajer praktisi dengan suatu tujuan yang
berarti untuk mengevaluasi kinerja pada level unit organisasi. Keduanya pandangan efisensi
dan pandangan kinerja manajerial didiskusikan secara simultan dari suatu sudut pandang
strategi sumber daya perusahaan.
Jika Miller & Ross berfokus pada sumber daya pada tinkat organisasi, tidak demikian
halnya dengan Wang & Lo (2002) yang justru berfokus pada pelanggan. Wang & Lo
mengatakan pada lingkungan turbulensi seperti sekarag ini pelanggan memainkan peranan
penting dalam persaingan, yang dapat direfleksikan oleh pelanggan sebagai co-producer,
nilai co-producer atau sebagai co-developer. Karena itu prioritas bisnis harus diberikan pada
apa yang benar-benar menjadi nilai pelanggan. Tidak seperti studi terdahulu
yang
menekankan pada kinerja pasar terutama dari internal atau dari sudut pandang perusahaan,
tapi jurnal ini mengusulkan bahwa perusahaan harus memprioritaskan pada kinerja yang
berfokus pada pelanggan. Wang & Lo menguji peran penting dari kinerja berfokus
pelanggan dan hubungan interaktif dengan dimensi lain dari sistem kinerja keseluruhan dan
28
selanjutnya menganalisa komponen dan dinamika kinerja berfokus pelanggan. Akhirnya Wo
& Lang memberikan perhatian pada membangun kompetesi dinamis dan prose
pemanfaatannya dan elemen kuncinya, yang menentukan kinerja berfokus pelanggan dalam
perspektif RBV.
Selanjutnya penelitian yang reatif baru dari Herreman et.al. tentang RBV
perusahaan, menyelidiki potensi untk mengurangi ketidakpastian keputusan oganisasi
dalam Intellectual Capital (IC) lingkungan operasi. Dengan menggunakan SEM, Herremans
dkk menguji secara empiris jika desain organisasi dapat mengurangi ketidakpastian yang
diterima yang dihubungkan pada kontek modal intelektual. Herremans dkk menemukan bukti
bahwa desentralisasi dan infrastruktur teknologi mendukung hasil berbasis sistem kontrol
manajemen IC yang pada gilirannya dihubungkan dengan mengurangi ketidakpastian
keputusan internal.
Terakhir untuk memperkuat pemahaman tentang RBV, Gilbert (2006) dalam
jurnalnya ‘Generalizing about uniqueness (an essay on an apparent paradox in the RBV)’,
mengatakan sumber daya aneh (idiosyncratic) perusahaan adalah pada hati/inti dari RBV.
Ciri dari hasil penelitian empiris adalah mendukung atau menyalahkan suatu teori adalah
generalisasi. Tuntutan generalisasi adalah bahwa penemuan penelitian adalah bukan
idiosyncratic
pada
perusahaan
atau
sampel
perusahaan
yang
dipelajari.
Gilbert
mengembangkan tipologi untuk memetakan secara nyata hubungan paradoks antara
sumber daya idiosyncratic dan generalisasi dari penemuan penelitian. Implikasi untuk
pekerjaan empiris tersebut kemudian disimpilkan untuk mengembangkan pemahaman RBV
sebagai sebuah teori.
Gilbert mempertanyakan di awal jurnalnya: apa yang dapat kita lakukan tentang dari
generalisasi tentang keunikan dalam peelitian strategi dan bagaimana RBV dapat
berkontribusi pada paradoks nyata? RBV adalah suatu perspektif yang berpengaruh yang
berusaha
untuk
menjawab
pertanyaan
‘mengapa
perusahaan
berbeda’?
dengan
memfokuskan pada sumber daya unik (idiosyncratic) perusahaan dan kemampuan sebagai
penyebab untuk pembeda antar perusahaan dalam keuntungan. Menurut perspektif ini
sumber daya adalah bernilai (valuable), langka (rare), tidak dapat ditiru (inimitable) dan tidak
dapat digantikan (non substitable) (biasa disebut sumber daya VRIN, misalnya Barney 1991)
menyediakan dasar untuk CA berkelanjutan (Peteraf, 1993, Prahalad & Hamel, 1990,
Warnerfelt, 1984). Bagaimanapun menurut Gilbert, generalisasi atau validitas eksternal
mengacu pada sejauh mana temuan penelitian adalah tidak unik (idiosyncratic) untuk kasus
atau sampel studi yaitu generalisasi yang menggambarkan derajat dimana penemuan
penelitian dalam satu studi atau perusahaan adalah valid pada yang lain (misalnya: Calder,
29
Philip & Tybott, 1982; Eisenhardt, 1989; Scandura & Williams, 2000). Maka jika suatu
temuan penelitian mengenai sumber daya perusahaan secara nyata digeneralisasi, mereka
akan melanggar kriteria RBV dari idosyncratic (misalnya; rarity, inimmitability, and non
substitutability) dan karena itu tidak akan kondusif untuk dibangun, diatur dan keberlanjutan
CA perusahaan (misalnya Eisenhardt & Martin, 2000; Porer & Siggelkow, 2001).
30
III.
3.1.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Resource Based View (RBV), menurut pandangan Priem dan Butler, dalam jurnalnya
yang berjudul ‘Is the Resource-Based ‘View’ a Usefull Perspective for Strategic Management
Research?’
saat ini belum bisa dikatakan sebagai suatu sistem teori,.tapi telah diambil
suatu langkah tentatif guna memformalkan RBV sebagi sebuah teori. Hal itu dibantah secara
tegas dan jelas oleh Barney dengan judul jurnal yang sama bahwa pernyataan Priem dan
Butler itu hanya sebagai tautologi.
Priem mempunyai argumen, karena konseptual RBV belum memenuhi kriteria,
bahwa untuk dianggap sebagai suatu teori yang formal, suatu pernayataan harus bisa
digeneralisasi seperti hukum dengan terpenuhinya tiga syarat berikut, yaitu: 1) bisa
digeneralisasi 2) mempunyai muatan empiris dan 3) Adanya nomic necessity. Tapi di akhir
jurnalnya Priem dan Butler menyimpulkan bukan berarti kerja konseptual yang dimulai dari
perspektif sumber daya adalah bukan teori.
Jadi dengan demikian berdasarkan kajian terhadap beberapa jurnal terkait, maka
bisa disimpulkan bahwa RBV merupakan perspektif yang bermanfaat bagi penelitian
manajemen strategik. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan dari jurnal utama. Dengan
perkataan lain hampir semua ahli mendukung RBV sebagai suatu teori yang layak dikaji
sebagai salah sumber keunggulan perusahaan.
3.2.
Rekomendasi
Sebagai suatu perspektif teori yang berbasis lingkungan internal, bagaimanapun
dalam pengembangan kajian RBV ke depan tidak bisa terlepas dari pengaruh faktor
lingkungan eksternal, yang berdampak pada strategi perusahaan, dan seterusnya pada
kinerja perusahaan dalam rangka mencapai competitive advantage.
Jika Wernerfelt (1984) berfokus pada sisi sumber daya dari pada sisi produk, maka
kajian RBV ke depan harus secara komprehensif mengkaji kesetimbangan sumber daya dan
pasar produk tanpa mengabaikan sustainable development.
31
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dan Bacaan Utama:
Priem, Richard L and Butler, John E, (2001), Is the Resource-Based ‘View’ a Usefull
Perspective for Strategic Management Research? The Academy of Management
Review, vol. 26, no. 1, pp. 22-40.
Rufaidah, Popy, (2012), Manajemen Strategik, Edisi Pertama, Humantora.
Jurnal Terkait:
Barney, Jay B, (2001), Is the Resource-Based ‘View’ a Usefull Perspective for Strategic
Management Research? Yes, The Academy of Management Review, vol. 26, no. 1,
pp. 41-56.
Clulow, Val; Barry, Carol and Gerstman, Julie, (2007), The Resource Based View and Value:
The Customer-Based View of The Firm, Journal o f Europian Industrial Training, vol.
31, no. 1, pp. 19-35.
Daugherty, Patricia J; Chen, Haozhe; Ferrin, Bruce G. Ferrin, (2011), Organizational
Structure and Logistics Service Innovation, The International of Logistic Management,
vol. 22, no. 1, pp. 26-51.
DeSarbo, Wayne S; Benedetto, C. Anthony Di; Song, Michael, (2007), A Heterogeneous
Resource Based View for Exploring Relationships Between Firm Performance and
Capabilities, Journal of Modelling in Management, vol. 2, pp. 103-130.
Frawley, Tara & Fahy, John, (2005), Revisiting the First-Mover Advantage Theory: A
Resource-Based Perspective, Irish Journal of Management ABI/INFORM Complete,
pg. 273.
Gibbert, Michael, (2006), Generalizing About Uniqueness, An Essay on an Apparent
Paradox in the Resource Based View, Journal of Management Inquiry, 15, 2, pg 124.
Hansen, Mark H; Perry, Lee T and Reese, C Shane, (2004), A Bayesian Operationalization
of The Resource-Based View, Strategic Management Journal, Strat Mgmt, J. 25, pp.
1279-1295.
Hart, Stuart L, (1995), A Natural-Resource-Based View of The Firm, The Academy of
Management Review, vol. 20, 4, pg. 986.
Kelliher, Felicity and Reinl, Leana, (2009), A Resource-Based View of Micro-firm
Management Practise, Journal of Small Business and Enterprise Development, vol. 16
no.3, pp. 521-532.
Mahoney, Joseph T & Pandian, J Rajendran, (1992), The Resource Based View Within the
Conversation of Strategic Management, Strategic Management Journal, vol. 13, 363380.
32
Miller, Stewart R; Ross, Anthony D, 2003, An Exploratory Analysis of Resource Utilization
Across Organizational Units, Understanding the Resource Based View, International
Journal of Operations & Production Management, 23, 9, pg. 1062
Nemati, Ali Raza; Maqsal, Bhatti, Afkar Majeed; Maqsal, Muhammad; Mansoor, Immad;
Naveed, Fariha, (2010), Impact of Resource Based View and Resource Dependence
Theory on Strategic Decision Making, International Journal of Business and
Management, vol. 5 no. 12.
Nolin, Jan; Astrom, Fredrik, (2009), Turning Weakness into Strength: Strategies for Future
LIS, Journal of Documentation, vol. 66, no. 1, pp 7-27.
Wang, Younggui & Lo, Hing Po, (2003), Customer-focused Performance and the Dynamic
Model for Competence Building and Leveraging, The Joural of Management
Development, 22, 5-6, pg. 483.
Herremans, Inne M; Isaac, Robert G; Kline, Theresa J.B.; Nazani, Jamal A, (2011),
Intellectual Capital and Uncertainty of Knowledge: Control by Design of the
Management System, Journal of Business Ethics, 98, 627-640.
33
Download