perkembangan teknologi - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI
Pokok Bahasan
1.
2.
3.
Teknologi Dan Perkembangan Manusia
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi
Efek Teknologi Komunikasi Pada Organisasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Public Relations
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
42008
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Abstrak
Kompetensi
Modul ini menjelaskan
perkembangan teknologi dalam
komunikasi
Mampu menunjukkan permasalahan
yang ada dari isu perkembangan
teknologi dan komunikasi dalam
organisasi
Pembahasan
Dalam bukunya Understanding Media: The Extensions of Man (1964), McLuhan
mengetengahkan pokok pikiran utamanya, yaitu medium is the message.
Pemikiran Marshall McLuhan termasuk dalam kategori determinisme teknologi, yaitu
suatu pemikiran bahwa teknologi adalah faktor dominan, yang mengubah budaya dan
masyarakat. Perubahan sosial dan budaya (persahabatan, sekolah, kerja, agama, rekreasi
dan lainnya) dapat dijelaskan sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan teknologi.
Pemikiran determinisme teknologi dapat dibandingkan dengan aliran determinisme
ekonomi (Karl Marx) yang mengatakan bahwa ekonomi sebagai faktor dominan dalam
mengubah kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
McLuhan menggambarkan perkembangan manusia ke dalam berbagai era. Dalam
masing-masing era terdapat perkembangan teknologi yang berbeda. Perbedaan teknologi
mengubah masyarakat. Lebih lanjut McLuhan menegaskan bahwa teknologi komunikasi
berdampak pada perubahan rasio indera atau pola persepsi. Komunikasi mengubah
kebiasaan dan cara berpikir, memandang dan memahami dunia.
Pokok pemikiran McLuhan adalah peran dari media (medium). Menurut McLuhan,
medium yang menentukan pesan. Perubahan masyarakat yang diakibatkan oleh perubahan
teknologi, akan menyebabkan perubahan medium. Adapun perkembangan masyarakat
terkait perkembangan teknologi dan perubahan medium dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada masa suku (tribal), medium yang utama adalah telinga. Hal mana
mengakibatkan ciri-ciri tertentu pada masa suku / tribal/ kerajaan, yakni adanya
struktur yang hirarkis. Ucapan dari petinggi (kepala suku, raja) adalah perintah yang
harus dilaksanakan. Penerima pesan harus menerima pesan sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh petinggi. Menurut McLuhan, hal ini dikarenakan telinga
berbeda dengan mata - tidak bisa menseleksi pesan.

Pada masa literate, medium yang utama adalah mata. Pada masa ini ditemukan
alfabet dan mulai muncul budaya baca. Membaca berbeda dengan mendengar
(dalam masa tribal). Dalam membaca, terdapat ‘point of view’ atau titik pandang,
yang membedakan dengan mendengar. Ketika membaca sangat dimungkinkan
terjadinya perbedaan penafsiran antara pengirim dan penerima pesan. Ada
perbedaan antara teks dengan pembaca teks. Pembaca bisa berbeda pandangan,
2016
2
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
karena dalam membaca ada proses mental dalam pikiran. Tidak mengherankan jika
pada masa literate terjadi perubahan/revolusi masyarakat, yang sangat berbeda
dengan masa tribal, yaitu, 1) hilangnya struktur hirarkis. Aristokrasi hilang digantikan
oleh rasionalitas. Demokrasi mulai tumbuh pada masa ini (era Yunani dan Romawi).
2) Munculnya ilmu pengetahuan. Ketika era tribal (telinga), belum ada ilmu
pengetahuan. Membaca mengubah pengetahuan, karena orang mulai berpikir
dengan menggunakan mata, perspektif dan nalar.

Masa printed, ditandai dengan lahirnya teknologi mesin cetak (Gutenberg). Dengan
mesin cetak, tulisan bisa digandakan ratusan ribu kali. Perubahan yang terjadi
melahirkan masyarakat yang lebih egaliter. Semua pengetahuan menjadi tertulis dan
dicetak serta dapat diakses oleh banyak orang. Karenanya semua orang mempunyai
akses pada pengetahuan, dan dapat memberikan penafsiran. Printed
juga
menciptakan masyarakat yang individualistis, misalnya pada bidang agama. Ketika
belum ditemukan mesin cetak, penafsiran mengenai Bibel hanya berpusat pada
pendeta. Setelah ditemukannya mesin cetak, bukan hanya pernyebaran agama
menjadi luas, tetapi juga setiap orang bisa membaca dan memberikan penafsiran
atas teks Bibel. Kepercayaan pada institusi aristokrasi agama (gereja) menjadi
luntur. Dampak lain dari ditemukannya mesin cetak adalah munculnya nasionalisme.
Ciri khas dari tulisan (indera mata) adalah munculnya imaginasi. Ketika membaca
orang memberian penafsiran dan sekaligus imaginasi. Tidak mengherankan jikalau
semangat nasionalisme (seperti Indonesia dan negara dunia ketiga lain) muncul
bersamaan dengan era mesin cetak. Orang dari tempat yang berbeda punya
imaginasi yang sama untuk memperjuangkan imaginasinya, pada konteks saat itu
adalah : kemerdekaan.

Saat ini adalah masa elektronik. Ini ditandai oleh munculnya telegraf yang
dilanjutkan dengan penemuan radio, telepon, televisi, komputer, internet. Adanya
telegraf, radio, telepon, televisi, komputer, internet menyebabkan perubahan indera,
dari mata menjadi : telinga dan tangan. Orang dapat saling menyentuh dan
berkomunikasi. Dengan teknologi baru, masyarakat beraneka dan tersebar diseluruh
dunia dapat saling berhubungan. Revolusi yang timbul dari perubahan teknologi ini
adalah munculnya apa yang disebut McLuhan sebagai desa global (global village).
Media televisi adalah salah satu media yang memberikan pengaruh besar dalam
mempercepat proses globalisasi media, disamping transmisi kabel, satelit, internet
dan lainnya yang memperluas batas – batas transmisi sebelumnya. Perkembangan
teknologi juga mendorong munculnya kekuatan-kekuatan baru dalam bisnis media
2016
3
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yaitu adanya perusahaan media besar yang menguasai beberapa media
transnasional yang berakibat pada adanya globalisasi dalam kepemilikan dan
pengawasan terhadap produksi dan distribusi. Efek lain yang berhubungan dengan
media global adalah tumbuhnya homogenisasi budaya, yang secara perlahan
merusak budaya lokal yang ada. Globalisasi juga menyebabkan komodifikasi simbolsimbol budaya. Media global juga terkait dengan kegiatan perdagangan terutama
perdagangan berbagai program dari mulai program televisi, film dan lainnya.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI
Kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi telah
mempercepat laju globalisasi, sebagaimana dilansir oleh Mc Luhan dengan istilah ’global
village’. Salah satu pengaruh yang dirasakan oleh media massa (sebagai bagian dari ilmu
komunikasi) adalah adanya kemajuan dalam bidang teknlologi distribusi, dimana dengan
teknologi ini media massa tidak lagi mengenal hambatan wilayah dan waktu. Contoh dari
kemajuan teknologi distribusi dapat dilihat dari penemuan internet. Melalui internet situasi
dunia dapat diketahui dalam waktu yang singkat tanpa harus pergi ketempat dimana
peristiwa terjadi.
Disisi lain perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah pula mendorong
pertumbuhan ekonomi baru dalam bentuk bermunculannya perusahaan maupun industri
yang memproduksi hardware komunikasi seperti CD, VCD, televisi digital, internet, maupun
industri software komunikasi, seperti microsoft, pemasaran, dan lainnya.
Tak kalah penting mengikuti perkembangan industri ini adalah tumbuhnya hubungan
diplomatik dan perdagangan antara negara produsen dengan negara yang akan dijadikan
pasar baru bagi produk hardware maupun software yang dihasilkan oleh negara produsen.
Akibatnya terbentuklah pola tanah jajahan ekonomi dalam bentuk penciptaan pasar-pasar
baru diluar negara produsen, dan terciptanya geopolitik yang tidak berimbang antara negara
produsen dan negara yang dijadikan pasar bagi produksi negara produsen. Tercatat adalah
Amerika Serikat yang merupakan negara pengekspor utama untuk produk teknologi
komunikasi baik hardware maupun software, hal ini terjadi karena Amerika dikenal sebagai
negara yang memiliki produksi berita serta hiburan populer yang paling maju dan memiliki
teknologi serta infrastruktur komunikasi yang paling canggih di dunia.
Kemajuan industri teknologi dalam bidang komunikasi telah pula meningkatkan
periklanan sebagai bagian dari komunikasi massa international, yaitu untuk menunjang
pemasaran dan penjualan produk keseluruh pasar yang tersebar di seluruh dunia.
2016
4
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada kenyataannya pengaruh globalisasi pada media massa (sebagai implikasi
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi) hanyalah menciptakan ketergantungan
negara berkembang pada negara maju terkait dengan produksi hardware maupun software
dalam bidang teknologi komunikasi, dan tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi bagi
negara berkembang, sebaliknya justru menguntungkan negara maju dan menciptakan
tumbuhnya pasar-pasar baru di negara berkembang.
Perkembangan globalisasi terkait media massa ternyata tidak saja menciptakan
ketergantungan dibidang pengadaan produk perangkat teknologi komunikasi (hardware
maupun software), tetapi juga menciptakan ketergantungan dibidang pemberitaan media
massa. Tercatat bahwa berita merupakan produk media pertama yang diperjual belikan
melalui kantor berita internasional yang menjadi penyedia berbagai macam jenis berita.
Pertumbuhan kantor berita
internasional pada abad ke 20 banyak
dipengaruhi
perkembangan teknologi dan didorong oleh timbulnya perang, perdagangan, dan ekspansi
imperialisme dan industri. Kantor berita utama pada era pasca Perang Dunia II antara lain
adalah North American (UPI dan Associated Press), British (Reuters), French (APP) dan
Russian (Tass).
Dengan adanya kantor berita secara global mengakibatkan terjadinya kesamaan
pada sistem media, penyebaran informasi berita, maupun produksi siaran hiburan diseluruh
dunia, baik melalui televisi, surat kabar, film, buku maupun radio. Disisi lain, adanya
kesamaan sistem menyebabkan audience dapat melakukan pilihan terhadap media dari
negara lain.
Dalam perkembangannya globalisasi dan konsentrasi perusahaan media besar
cenderung mengarah pada cartel forming, dimana sejumlah perusahaan raksasa
bekerjasama dan berkompetisi sedemikian rupa untuk menguasai ’pasar informasi dan
hiburan’ dunia, seperti yang dilakukan perusahaan raksasa Amerika Time Warner, Disney,
dan Viacom, dan empat buah perusahaan diluar Amerika yaitu Seagram, Bertelsmann,
Sony, dan News Corporation. Keadaan ini mendorong ilmuawan kubu teori kritis, varian
Marxist klasik, memiliki konsepsi tersendiri tentang teknologi komunikasi. Menurut mereka,
teknologi komunikasi memang bertujuan untuk memajukan masyarakat, namun teknologi ini
bisa terjebak dalam relasi-relasi sosial dan mode of production kapitalis yang eksploitatif,
didominasi oleh kepentingan pemilik modal. Oleh karena itu, ilmuawan varian Marxist klasik
melihat adanya urgensi untuk memisahkan teknologi dari relasi sosial dan mode of
production kapitalis, dan menempatkannya dalam suatu sistem sosialis.
Sementara itu, varian lain dalam paradigma kritis, Neo-Marxist, menolak anggapan
kubu Marxist klasik, dan menilai bahwa pilihan teknologi komunikasi yang dikembangkan
2016
5
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
selalu didasarkan atas kebutuhan untuk mendukung dan melanggengkan sistem relasi
sosial dan mode of production, karenanya tidak bisa dipisahkan. Yang diperlukan adalah
merombak sistem relasi sosial kapitalis yang eksploitatif menjadi sistem sosialis, untuk
kemudian mengembangkan teknologi yang dibutuhkan (Gardan dalam Jayaweera, dalam
Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia, 2008).
Terkait dengan adanya pengaruh globalisasi pada media massa (informasi dan
hiburan), maka perlu diperhatikan mengenai sejauh mana isi dari informasi dan hiburan
yang masuk dari luar sebuah negara dapat dikontrol (mekanisme utama dalam pengawasan
tidak selalu berbentuk kebijakan atau hukum, ataupun kebijaksanaan ekonomi terkait
masalah import), karena globalisasi dalam media disadari atau tidak, juga membawa
dampak akan timbulnya budaya yang homogen dan kebarat-baratan. Selain itu globalisasi
juga berpotensi untuk menurunkan tingkat komunikasi secara nasional dan meningkatkan
arus komunikasi secara dunia, tanpa kendala waktu dan batas wilayah. Terkait masalah ini
muncul berbagai teori seperti teori-teori difusi inovasi (Rogers dan Shoemaker), teori norma
budaya dan teori hubungan sosial (DeFleur), teori ekonomi politik media, teori normatif, teori
tanggung jawab sosial, dan lainnya.
EFEK TEKNOLOGI KOMUNIKASI PADA ORGANISASI
Penekanan pada hardware telah menghilangkan perubahan pada human activity.
Dan persoalan teknologi mesin uap dianggap telah mengakibatkan sistem ekonomi baru,
yaitu kapitalisme. Padadal sebenarnya tidak sesederhana itu, sistem kapitalisme tidak hanya
dihasilkan secara langsung oleh temuan mesin uap dan pemintal. Sebelum penemuan
mesin uap dan revolusi industri (tahun 1769-an), di Inggris pabrik tekstil telah menggunakan
tenaga yang menggunakan tenaga air atau kuda sebagai sumber energi. Pada saat mesin
uap dan pemintal ditemukan, dimana tenaga manusia yang semula mengelola supply
tenaga (menyiapkan sistem air/kuda) menjadi beralih pada kegiatan lain. Pada saat itulah
timbul pemikiran melakukan kontrol produksi untuk menghasilkan kualitas yang konsisten,
dan waktu kerja yang lebih panjang (karena telah digantikan mesin--tidak cepat lelah seperti
halnya manusia) dan lebih cepat.
Timbul pemikiran tentang sistem perdagangan yang sistemik (organization of work),
yang diikuti dengan penemuan teknik-teknik lain di negara lain seperti Italia dan Perancis
yang menemukan teknik pewarnaan dan cetak kain. Pada saat yang sama penemuan
sistem transportasi, pembangunan kanal dan jembatan. Contoh menunjukkan bahwa
revolusi industri memberikan dampak yang barmacam-macam, dan berlangsung pada
kondisi yang bermacam-macam (tidak linear).
2016
6
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dua jenis inovasi
Terkadang masyarakat mendengar perbedaan yang terlalu sederhana antara
teknologi canggih (high technology) dan teknologi tepat guna (appropriate technology).
Intinya bahwa teknologi tepat guna adalah yang mampu memenuhi kebutuhan manusia
secara langsung, sedangkan teknologi canggih adalah yang berhubungan dengan kinerja
tinggi dan rumit, serta dilandasi oleh motivasi terkait prestise dan keahlian, dan seringkali
hanya menjadi ‘pemainan’ para ilmuwan atau politisi.
Teknologi modern tidak ada gunanya bila tidak inovatif, bahkan bila hanya untuk
kepentingan birokrasi semata - terutama dalam arti ‘totalitarian’ - karena hal ini tidak
memungkinkan terjadinya iklim yang sehat untuk mendorong munculnya pemikiran yang
orisinil dan inventif.
Namun demikian, ada juga beberapa pemikiran radikal (inovatif) yang dihasilkan
sekalipun dari institusi yang sangat ‘restricted’ (tidak memberi kebebasan), yang hasilnya
sangat impresif dan berkembang pesat. Beberapa gagasan mengenai teknologi baru justru
berasal dari perusahaan kecil, bahkan dari individu-individu yang bekerja mandiri, misalnya:
Chester Carlson (inventor xerography) dan Christopher Cockerell (the hovercraft), tetapi
semua itu memang masih membutuhkan perusahaan besar untuk pemasarannya. Akan
tetapi yang terpenting perlu dicatat adalah bahwa kreativitas mereka lebih muncul dan
berhasil di luar batasan birokrasi.
Ada dua jenis inovasi yang muncul yaitu: large bureaucracies (birokrasi besar) yang
cenderung berjalan dengan baik pada linear innovation (inovasi linier) sesuai dengan jalur
yang sudah dikembangkan. Ada juga jenis inovasi lain, dimana para birokrat cenderung
menekan, seperti pada industri di Inggris (misal inovasi katup jantung buatan) yang ditolak
oleh perusahaan-perusahaan Inggris, lalu diambil alih oleh perusahaan di Jerman, Italia,
Jepang atau Amerika. Hal-hal semacam ini tergantung pada imajinasi kreativitas indivu, juga
pada interaksi diantara ilmuwan atau teknisi yang antusias, dan seringkali juga interaksi
antara para ahli dan pemakai, para desainer dan klien potensial.
Semua ini disebut
interactive innovation.
Cultural exchanges
Seringkali inovasi interaktif berasal dari entusiasme para ahli dan pertukaran
informasi teknis, yang seringkali menimbulkan konflik dalam nilai-nilai budaya, dan inovasi
dilihat sebagai hasil dari sebuah dialog. Dalam hal lain lagi, seperti proses inovasi, teknikteknik atau alat-alat ditransformasikan/disesuaikan dengan budaya setempat. Contohnya
adalah pertukaran teknik informasi senjata untuk berburu antara orang kulit putih (Amerika)
2016
7
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan suku Dene (Indian) dan orang Eskimo. Penduduk lokal tidak serta merta merasa
senang dengan budaya baru itu, tetapi seringkali malah berhasil memunculkan inovasi
dengan cara menyelaraskan budaya baru dengan gaya hidup mereka (proses berburu, dll).
Demikian pula sebaliknya dengan bangsa kulit putih, mereka juga belajar menyesuaikan diri
dengan cuaca dingin mengikuti bangsa Eskimo (dengan mengenakan baju pelindung).
Dalam konteks demokrasi dan inovasi, dialog diperlukan dalam berbagai jenjang dari
modifikasi praktis peralatan hingga pengkajian secara formal. Hal ini dapat mendorong
inovasi ke arah baru dan lebih responsive terhadap kebutuhan dan keinginan warga
setempat. Dalam masyarakat Barat, asosiasi bisnis dan kelompok konsumen memainkan
peran penting dalam menentukan standar keselamatan peralatan. Selain itu, organisasi
kerja juga menjadi agenda penting untuk dialog karena menyangkut misalnya tentang
penerapan komputerisasi dan otomatisasi yang mengakibatkan cara kerja yang lebih
fleksibel karena bisa diselesaikan dari rumah, tanpa harus ke kantor. Hal ini bisa
memunculkan pembagian kerja berdasarkan gender, misalnya pergantian jam kerja/shift
antara ayah dan ibu.
Aspek lain yang penting untuk dialog adalah masalah alokasi dana dan
sumberdaya sebagai konsekuensi dari penerapan teknologi. Namun yang cukup
menarik adalah pandangan arsitek mengenai teknologi yang dianggap merupakan
pencerminan dari nilai-nilai budaya dan kebutuhan masyarakat. Namun, arsitek dalam
merancang rumah atau perencanaan tata kota terkadang mengampil jalan populis, yakni
mengikuti selera pasar atau masyarakat luas.
Dialog di berbagai level tersebut sangat penting sebagai proses dialektika antara
perangkat nilai-nilai yang berseberangan, memelihara keseimbangan antara sudut pandang
sempit sang spesialis melawan perspektif lebar para generalis, mendorong inovasi melalui
interaksi, mengarahkan modifikasi peralatan, penyesuaian organisasi dan teknik-teknik yang
diterapkan, serta menjadi lebih relevan dengan masalah yang dihadapi dan memenuhi
kebutuhan masyarakat, ketimbang hanya kepentingan ideal para pakar dan keindahan
secara teknis.
Pada perkembangannya, perlu diperhatikan pemikiran untuk mempertahankan
keberadaan teknologi agar tetap membawa kemaslahatan bagi masyarakat, yaitu dalam
jalur melayani kepentingan publik. Cita-cita normatif ini dibahas dengan sejumlah
kecenderungan yang secara empiris pernah terjadi. Misalkan adakalanya kebijakan
pengelolaan teknologi yang dilakukan oleh suatu lembaga negara justru menjadi elitis dan
hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat. Hal ini terjadi diantaranya karena
adanya potensi totalitarianisme dari lembaga politik.
2016
8
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ada dua hal pokok yang perlu diingat terkait cita-cita normatif teknologi, yaitu aspek
intelektual dan aspek politis. Aspek intelektual berkaitan dengan sistim nilai mengenai
pandangan tentang realitas, kepercayaan yang mendukung mengenai sumber daya, tentang
dunia ketiga, teknologi, dan sebagainya.
Sedangkan aspek politis berkaitan dengan kecenderungan totalitarianisme pada
lembaga yang mengendalikan teknologi. Misal, kebijakan publik tentang penggunaan dan
pengembangan teknologi haruslah melibatkan partisipasi publik. Singkat kata, teknologi
tidak hanya dikelola untuk kepentingan sekelompok kecil kalangan saja, tetapi juga
memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Sehingga pada akhirnya kehadiran teknologi
tetap menciptakan kondisi yang humanis.
Oleh karena itu, penting memperhatikan nilai nilai dasar yang hidup ditengah tengah
masyarakat sebagai dasar dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan implementasi
teknologi. Kerangka rujukan (frame of reference) berkaitan dengan pembahasan teknologi
harus berkaitan dengan rujukan dalam rangka melayani kepentingan publik. Dalam hal ini
mencakup aspek sikap dalam pikiran. Juga aspek revolusi budaya, dimana berkaitan
dengan sudut pandang tentang teknologi, pandangan ini agak mirip dengan pandangan
paham sosialis yang berkaitan dengan prinsip melayani kepentingan publik.
Penting pula untuk memperhatikan dimensi kesadaran manusia berkaitan dengan
aplikasi dan penerapan teknologi. Dalam hal ini, bagaimana merubah kesadaran dimana
teknologi akan mendatangkan kebaikan bagi semua, dan tidak hanya bagi sekelompok
kalangan tertentu. Juga pandangan dunia dan gelombang perkembangan dimana berkaitan
dengan prinsip bahwa teknologi pada hakekatnya haruslah dikelola dalam rangka membawa
kebaikan bagi kehidupan umat manusia.
Value Conflict and Institutions
Perbedaan nilai yang ada antara kehidupan pertanian (pastoral) dengan industrial
harus disikapi secara arif, dengan membuka diri bagi perbedaan yang timbul diantara kedua
gaya kehidupan ini. Stephen Cotgrove mengemukakan bahwa perbedaan nilai timbul karena
perbedaan pengalaman hidup, contoh : manusia dalam kehidupan industri kerap kali berpikir
dalam kerangka nilai material, sementara kehidupan ‘rumahan’ – kerap kali berpikir dalam
kerangka nilai yang dipengaruhi oleh pemberitaan surat kabar.
Ada dua strategi yang dapat dilakukan untuk menjembatani kehidupan yang kontras
antara industrial dan pertanian, pertama – dengan menentukan niai-nilai utama (master
value) dalam kehidupan, untuk kemudian nilai-nilai kehidupan yang lain diselaraskan
dengan nilai utama yang ada. Jika dengan strategi pertama penyelesaian konflik tidak dapat
2016
9
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diselesaikan, maka disarankan untuk melakukan pemilahan dalam cara berpikir. Yaitu,
membiasakan diri untuk berpikir bahwa nilai kehidupan orang lain berbeda satu sama lain
karena perbedaan gaya kehidupan.
Nilai utama dalam masyarakat barat adalah kecerdasan secara teknologi. Terkait hal
ini, individu dari disiplin lain harus siap untuk menerima adanya kerancuan nilai yang akan
mendorong perbedaan cara berpikir. Untuk itu orang harus bertoleransi terhadap kerancuan
pikiran dan siap untuk melakukan kompromi dengan keadaan tersebut. Orang harus dapat
berpikir di luar kebiasaannya berpikir, dan melakukan pengkajian ulang terhadap referensi
yang timbul akibat kerancuan pemikiran tersebut. Individu yang dapat toleran terhadap
kerancuan yang ada, akan melihat kehidupan tidak hanya dalam kategori hitam dan putih,
tapi ada daerah abu-abu.
Nilai utama dari pemikiran para teknokrat adalah lebih mengutamakan tujuan
pekerjaan daripada manfaat pekerjaan yang dilakukan bagi kemaslahatan masyarakat
secara umum. Pada individu yang mempunyai kepandaian secara teknik, toleransi pada
umumnya agak sulit dilakukan karena mereka tidak ingin nilai-nilai yang berbeda
mengalihkan nilai utama pemikiran mereka.
Pemikiran bijak secara konvensional mengajukan sebuah nilai utama untuk dikaji
oleh para teknokrat,
yaitu nilai pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, individu yang
memiliki keahlian teknik manakala akan melakukan pekerjaan sejogyanya juga memiliki nilai
pemikiran yang terpusat pada pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, dan bukan hanya
sekedar melakukan pekerjaan karena ketertarikan atau keahlian dalam bidang teknik saja.
Individu yang memiliki kecerdasan teknik adalah juga merupakan bagian dari tujuan-tujuan
ekonomi, bahwa individu adalah bagian dari lembaga, untuk itu lembaga memiliki
mekanisme untuk melakukan pengawasan kerja terhadap individu termaksud.
Dalam konteks pemikiran ini, dapatlah disimpulkan bahwa masalah terkait
pengawasan terhadap kegiatan teknologi (technology – practice) dalam masyarakat barat
adalah kenyataan bahwa tidak ada negara yang benar-benar demokrasi dan bebas,
dimanapun ada totaliter kelembagaan yang melakukan pengawasan secara luas terkait
kegiatan teknologi, yang membatasi diversifikasi dan partisipasi, jika memang harus
dilakukan.
2016
10
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Arni Muhammad. Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Pace, Wayne., Faules, Don.F. 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Jilid 2. Jakarta: PT Prenhallindo
2016
11
Komunikasi Organisasi
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download