SOSIOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI MEDIA DAN PERUBAHAN SOSIAL PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Era Globalisasi memiliki pengaruh yang kuat disegala dimensi kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial baik secara positif dan negatif. Perkembangan teknologi membuat mayarakat terapit diantara dua pilihan.Disatu pihak masyarakat menerima kehadiran teknologi, dipihak lain kehadiran teknologi modern justru menimbulkan masalah-masalah yang bersifat struktural yang kemudian merambah disemua aspek kehidupan masyarakat. Terkait dengan perkembangan teknologi yang berdampak kearah modernisasi, IPTEK merupakan yang paling pessat perekembangannya.salah satu diantaranya yang cukup membuat masyarakat terkagum-kagum ialah perkembangan teknologi informasi. Menurut Praktikto (1979: 36) dewasa ini kemajuan Teknologi Informasi yang menuju kearah Globalisasi komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa.kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat diberbagai negara.kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki abad Revolusi komunikasi.bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” (Subrata,1992). 1.2 Rumusan Masalah Berikut Rumusan Masalah : A. Apa hubungan antara Teknologi dan Perubahan Sosial ? B. Apa yang dimaksud Studi Tentang Media ? C. D. E. F. Apa saja Media dan Perubahan Sosial ? Apa yang dimaksud Pendekatan Media ? Apa Perspektif Teori Marshal McLuhan ? Apa Pepspektif Teori Raymond Williams ? 1.3 Tujuan Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : A. B. C. D. E. F. Untuk mengetahui apa hubungan antara Teknologi dan Perubahan Sosial Untuk mengetahui pengertian Studi Tentang Media Untuk mengetahui apa saja Media dan Perubahan Sosial Untuk Mengetahui pengertian Pendekatan Media Untuk Mengetahui Perspektif Teori Marshal McLuhan Untuk Mengetahui Perspektif Teori Raymond Williams BAB II PEMBAHASAN 2.1 HUBUNGAN ANTARA TEKNOLOGI DAN PERUBAHAN SOSIAL Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahanyang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju kearah kemunduran. Terkadang perubahan- perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan. Di dalam buku Sosiologi Pembangunan karangan Prof. Dr. Ny. Pudjiwati Sajogyo, ditelaah ciri-ciri masyarakat yang menjadi modern, artinya mempelajari proses perubahan penting yang terjadi dalam struktur sosial negara-negara yang menjadi modern. Dikutip beberapa ciri masyarakat modern yang dikemukakan Prof. Selo Soemardjan, antara lain: 1.tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata; 2.kepercayaan yang kuat pada manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk kesejahteraan masyarakat Masyarakat tergolong-golong menurut bermacam-macam profesi serta keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan. Sedangkan ciri manusia modern yang menjadi penentu modernisasi, menurut Soerjono Soekanto, antara lain: manusia modern adalah orang yang bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru dan penemuan-penemuan baru; siap menerima perubahan-perubahan; percaya kepada keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Modernisasi tidak hanya milik masyarakat yang bermukim di daerah perkotaan saja, sekarang ini sentuhan – sentuhan modernisasi telah menjalar ke berbagai pelosok daerah, hal ini dimungkinkan dengan adanya sarana dan prasarana dibidang telekomunikasi yang amat memudahkan kehidupan manusia. Begitupun dengan masyarakat pertanian, yang umumnya identik dengan daerah pedesaan tidak luput dari euphoria akan modernisasi, masyarakat pertanian yang dulunya dianggap terbelakang dalam penyerapan dan penguasaan akan teknologi dalam berbagai bentuk kini mau tidak mau sangat membutuhkan sentuhan teknologi dalam aktivitas pertanian. Jika dulunya masyarakat pertanian cenderung ‘kolot’ akan hal – hal yang bersifat inovatif, lain halnya dengan sekarang ketergantungan akan hal- hal yang berhubungan dengan teknologi seakan menjadi bagian hidup mereka. Sebagai contoh, untuk membeli bibit saja mereka rela dating jauh – jauh dari tempat tinggal ke toko – toko atau pusat penjualan sarana produksi (input) pertanian seperti bibit, benih, dan input lainnya seperti pupuk dan pestisida. Hal ini mengindikasikan masyarakat pertanian telah sepenuhnya dapat menerima sentuhan teknologi dalam kehidupan mereka. Sebuah perubahan bisa terjadi karena sebab dari dalam (intern) atau sebab dari luar (ekstern). Dalam sebuah masyarakat, perubahan sosial dan budaya bisa terjadi karena sebab dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat. 1. Sebab intern Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain: Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal. Tempat tinggal yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi dan urbanisasi. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama(invention) Munculnya berbagai bentuk pertentangan(conflict) dalam masyarakat. Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan- perubahan besar. 2. Sebab Ekstern Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain: Adanya pengaruh bencana alam Terjadi peperangan Adanya pengaruh kebudayaan lain Jika dilihat dari segi cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Evolusi Evolusi adalah perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. 2. Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu. antara lain: 1. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. 2. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin masyarakat tersebut. 3. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi. 4. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat. 5. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi. 3. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat. 4. Perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibatakibat sosial yang tidak diharapkan. ASPEK-ASPEK TEKNOLOGI Teknologi adalah pengetahuan yang digunakan untuk membuat barang,menyediakan jasa serta meningkatkan cara dalam menangani sumber daya yang penting dan terbatas. Pengertian lain tentang teknologi adalah upaya manusia untuk membuat kehidupan lebih sejahtera, lebih baik, lebih enak dan lebih mudah. Teknologi yang dikembangkan dari beragam teknologi satu diantaranya adalah Teknologi Tepat Guna (TTG) yaitu suatu teknologi yang memenuhi, persyaratan: teknis, ekomomi dan sosial budaya. • Teknis, yaitu memperhatikan dan menjaga tata kelestarian lingkungan hidup, penggunaan secara maksimal bahan baku lokal, menjamin mutu (kualitas) dan jumlah (kuantitas) produksi, secara teknis efektif dan efisien, mudah perawatan dan operasi, serta relatif aman dan mudah menyesuaikan terhadap perubahan. • Ekonomis, yaitu efektif menggunakan modal, keuntungan kembali kepada produsen, jenis usaha kooperatif yang mendorong timbul industri lokal. • Sosial budaya, memanfaatkan keterampilan yang sudah ada, menjamin perluasan lapangan kerja, menekan pergeseran tenaga kerja, menghidari konflik sosial budaya dan meningkatkan pendapatan yang merata CONTOH PENERAPAN TEKNOLOGI YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT Pembangunan yang telah dilakukan di setiap desa-desa yang ada di wilayah Indonesia, utamanya pada masyarakat petani saat ini. Bentuk penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian dan perubahan sosial masyarakat petani merupakan implementasi dari pembangunan yang dilakukan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian dan perubahan sosial masyarakat petani telah menciptakan cara dan sikap masyarakat petani dalam melakukan proses produksi pertanian. Secara tegas dikatakan bahwa teknologi tepat guna dalam pertanian yang diperkenalkan dipedesaan Jawa lebih banyak mengandalkan masukan modern dan membatasi tenaga kerja. Hanya saja pada masa selanjutnya, hal ini berbanding berbalik, yakni penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian semakin menambah kesempatan kerja, utamanya bagi kaum buruh tani. Bentuk lain dari hasil analisa mengenai cara dan sikap masyarakat petani ini adalah bahwa teknologi meningkatkan alternatif kita, penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian membawa cita-cita yang sebelumnya tak dapat dicapai ke dalam alam kemungkinan dan dapat mengubah kekuasaan relatif atau memudahkan menyadari nilai-nilai berbeda. Penerapan teknologi tepat guna dalam pertanian saat ini telah mampu membentuk alternatifalternatif baru bagi masyarakat petani dalam melakukan proses produksi pertanian, serta menjadikan masyarakat petani untuk dapat selalu mengkondisikan alam. Bila memperhatikan ciri-ciri masyarakat Indonesia, yaitu tingkat pendidikan formal yang kurang merata, kepercayaan yang kurang kuat pada teknologi sebagai sarana untuk kesejahteraan masyarakat, banyaknya golongan profesi di masyarakat, serta kesiapan menerima perubahan-perubahan, khusus pemanfaatan teknologi baru, dalam meningkatkan kesejahteraannya, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat lamban untuk disebut sebagai masyarakat modern, khususnya masyarakat di daerah tertinggal dan daerah terbatas. Pengertian masyarakat di daerah tertinggal dan terbatas adalah masyarakat di wilayah/provinsi yang kurang memanfaatkan teknologi tepat guna untuk memajukan daerahnya, sehingga selalu mengalami krisis pangan dan sulit serta mahalnya layanan transportasi darat, laut maupun udara, sehingga kurang terjangkau informasi teknologi 2.2 STUDI TENTANG MEDIA Studi Media sendiri ialah korelasi media/cara pandang media terhadap aspek politik, sosial dan budaya masyarakat. Studi Media memiliki 2 perspektif sosiologis, yakni Perspektif Pluralis dan Perspektif Marxis. Kedua Perspektif ini memiliki pandangan yang berbeda baik mengenai masyarakat maupun media massa. Perspektif Pluralis memiliki beberapa pandangan umum tentang masyarakat. Perspektif Pluralis memandang masyarakat sebagai berikut: Masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang beragam, dan kelompok-kelompok dari masyarakat itu bersama-sama merepresentasikan kepentingan mereka. Adanya keberagaman di dalam masyarakat membuat masyarakat menjadi seimbang. Suarasuara dari masyarakt memiliki potensi/kesempatan untuk didengar. Kekuasaan dari nkelompok-kelompok tersebut relatif setara; tidak ada yang lebih dominan dari kelompok yang lainnya. Pemerintah dipandang sebagai pihak yang imparsial (netral), bertindak sebagai “juri” yang adil pada kelompok-kelompok yang beragam tersebut. Kehidupan politik terbebas dari kehidupan ekonomi, sehingga bagi pemerintah, orang-orang yang kaya maupun miskin dipandang setara/sama di mata hukum. Kekuasaan dalam masyarakat adalah sesuatu yang nyata dan transparan. Perspektif Pluralis pun memiliki beberapa asumsi tentang media, antara lain: Media memberikan kesempatan dan sarana di dalamnya agar debat publik bisa terjadi di situ. Media memberikan informasi bagi publik untuk bertindak. Media adalah sebuah institusi independen yang bebas dari kekuatan ekonomi dan pemerintah. Media bisa mengontrol pemerintah dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat karena dianggap sebagai institusi independen. Informasi yang disajikan media untuk masyarakt tidak dikonstruksi; semua informasi dianggap mengandung pengetahuan yang positif, yang menyampaikan fakta dan kebenaran. Informasi hanya sebuah pengumpulan data yang nantinya akan disampaikan kepada masyarakat untuk bertindak. Orang-orang media dipandang memiliki otonomi yang terpisah dengan negara, partai politik, dan kelompok-kelompok tertentu. Otonom dari kelompok elit/profesional media diberikan kebebasan/flexibilitas. Khalayak dianggap memiliki kemampuan untuk menentukan berita/media sesuai dengan kebutuhan mereka (khalayak berperan aktif dalam mengkonsumsi media sesuai dengan yang mereka butuhkan) Selain Perspektif Pluralis, ada juga Perspektif Marxis. Perspektif ini tak lepas dari produksi mental dan produksi material. Perspektif Marxis menganggap ketika seseorang memiliki alat produksi material, otomatis orang tersebut memiliki alat produksi mental. Sebaliknya, oarang-orang yang tidak memiliki alat produksi mental hanya akan menjadi objek dari orangorang atau kelompok-kelompok yang memiliki produksi meterial dan produksi mental. Marxis melihat masyarakat dari dua kubu besar: Borjuis (kaum eksklusif; pemilik alat produksi material) dan Proletar (kaum buruh/pekerja). Marxis juga memiliki sebuah asumsi yakni Economic Determinism, yang menganggap bahwa sistem ekonomi memengaruhi sistem-sistem yang lainnya; semua sistem ditentukan oleh faktor ekonomis. Dalam Economic Determinism, terdapat 2 buah struktur, yakni Basic Structure dan Super Structure. Basic Structure adalah ekonomi, sedangkan Super Structure adalah agama, politik, budaya, bahasa, dll. Jadi, Basic Structure-lah yang menentukan Super Structure. Perspektif Marxis memiliki beberapa asumsi tentang media, yakni: Media massa dimiliki oleh orang-orang atau kelompok-kelompok borjuis (pemilik faktor-faktor produksi). Media beroperasi sesuai dengan kepentinganumum kaum borjuis. Media mempromosikan kesadaran palsu kepada para pekerja (kesadaran palsu adalah kesadaran yang terjadi ketika pekerja menganggap seolah-olah mereka tidak menyadari bahwa mereka/dia adalah seorang pekerja; seorang pekerja yang merasa menjadi seorang borjuis). Media tidak membuka akses kepada kelompok-kelompok yang memiliki pandangan politis yang berlawanan dengan kelompoknya. Media dipandang sebagai area pertarungan ideologi antar kelas. Kontrol tertinggi sangat terkonsentrasi dalam monopoli modal. Ketika menikmati otonominya, profesional/pekerja media seolah-olah tersosialisasikan menjadi kelas borjuis. Secara keseluruhan, media menjadi penyambung dari kerangka pemaknaan dari sebuah situasi. Yang diuntungkan pastilah kelas dominan, dalam hal ini adalah kaum borjuis. Tidak tersedia sistem makna alternatif yang merupakan tandingan dari sistem makna yang dominan dari sebuah media bagi khalayak/konsumen media. Media dibagi menjadi 3 pendekatan dalam Marxis, antara lain: 1. Pendekatan Strukturalis (Structuralist Approach)Memeriksa tanda-tanda pada media untuk memperlihatkan bahwa media condong untuk melayani salah satu kelompok yang dominan. 2. Pendekatan Politik-Ekonomi (Political Economy Approach): Memandang bahwa faktor ekonomi memengaruhi politik. Melihat bagaimana kekuasaan yang memengaruhi media dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi. 3. Pendekatan Kulturalis (Culturalist Approach): Melihat media memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk kesadaran publik. Secara teoritits salah satu ajaran Karl Marx menjelaskan relasi antara basis dan superstruktur (base-superstructure) dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan di atas, hal ini disebut dengan Economic Determinism. Basis material dari kegiatan manusia menurut Karl Marx yaitu ekonomi. Sementara superstruktur kesadarannya berupa ideologi, ilmu, filsafat, hukum, filsafat, politik, seni dll. Di antara 2 struktur tersebut yang dominan dan menentukan adalah basisnya. Maka basislah yang menentukan superstruktur. Dalam bahasa lain, basis sebagai sebuah realitas menentukan kesadaran manusia. Dengan demikian perbedaan cara produksi niscaya menghasilkan perbedaan kesadaran. Karl Marx melihat dalam masyarakat kapitalis dimana hak milik atas alat-alat produksi dikuasai oleh segelintir orang saja (dalam hal ini adalah kaum borjuis) dan terjadi dominasi kaum borjuis atas kaum proletar. Dalam kondisi inilah terjadi pengeksploitasian manusia atas manusia lainnya. Individu-individu yang tertindas itu akhirnya merasakan keterasingan karena tidak memiliki hak milik atas barang. Bahkan menurut Marx individu bukan saja terasing dari lingkungannnya tapi juga dari barang yang diciptakannya. Mengikuti alur pemikiran di atas, maka jika diandaikan dalam komunikasi dapat digambarkan bahwa media massa sebagai industri informasi yang hanya dikuasai oleh segelintir orang (pengusaha/pemilik media massa) yang memiliki kepentingan ideologis, mengeksploitasi para pekerja media untuk menghasilkan informasi sesuai dengan ideologi pemiliknya. Maka para pekerja media kemudian akan terasing karena ia tidak memiliki atau hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari industri tersebut. Selanjutnya masyarakat atau komunikan mau tidak mau mengkonsumsi media massa dan mereka hanya menjadi pembaca, pendengar atau penonton yang pasif sehingga ideologi yang dibawa oleh media merasuki masyarakat, dan masyarakat bertindak sesuai dengan apa yang digambarkan atau dicontohkan oleh media massa. Pada titik ini media sebagai realitas menentukan kesadaran masyarakat. Dan kesadaran yang dihasilkan oleh media massa adalah kesadaran palsu (false conciousness). Media sebagaimana telah dijelaskan di atas, cenderung dimonopoli oleh oleh kelas kapitalis (kaum borjuis) untuk memenuhi kepentingan dan ideologi mereka. Mereka melakukan eksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara material demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mempertahankan kedudukannya, mereka melarang adanya ideologi lain yang akan mengganggu kepentingannya. Di sini media massa berperan sebagai alat dari kelas yang dominan untuk mempertahankan status quo yang dipegangnya dan sebagai sarana kelas pemilik modal berusaha melipatgandakan modalnya. Media yang cenderung menyebarkan ideologi dari kelas yang berkuasa akan menekan kelas-kelas tertentu. 2.3 MEDIA DAN PERUBAHAN SOSIAL Media massa adalah bentuk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui media massa yang semakin banyak berkembang memungkinkan informasi menyebar dengan mudah di masyarakat. Informasi dalam bentuk apapun dapat disebarluaskan dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya suatu bangsa. Maka tidak salah apa yang dikatakan Dennis McQuil bahwa “Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma”. 1. Definisi, Peran, dan Fungsi Media Massa 1. Definisi Media Massa Terdapat beberapa pengertian terhadap media, media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Pada pengertian lain, media ialah saluran penyampai pesan dalam komunikasi antar manusia. Menurut McLuhan media massa adalah perpanjangan alat indera manusia. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Media juga dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak . berdasarkan sifatnya, media terdiri dari dua yaitu media cetak dan media elektronik.Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan seharihari, istilah ini sering disingkat menjadi media. 2. Peran Media Massa Peran media dalam ilmu komunikasi terdapat dalam ranah komunikasi massa, yang dimana komunikasi massa itu sendiri dapat diartikan dalam dua cara yakni komunikasi oleh media dan komunikasi untuk massa. Namun dalam hal ini tidak berarti komunikasi massa adalah untuk setiap orang. Komunikasi massa ialah komunikasi yang penting dalam kehidupan kita. Setiap hari kita membaca surat kabar, buku, majalah, menonton televisi, dan mendengar radio. Radio, TV, surat kabar dan majalah media massa yang penting dalam mencorakkan hidup manusia, baik dewasa maupun anak-anak. Media tetap cenderung memilih khalayak dan demikian pula sebaliknya, khalayak memilih-milih media. Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa ialah sifatnya yang satu arah. Memang ada televise dan radio yang mengadakan dialog interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya keperluan terbatas. Media juga mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetensinya selalu berlangsung ketat. Banyak yang tidak menyadari bahwa media sesungguhnya telah mempangaruhi pandangan dan tindakannya. Sebagian kecil orang saja yang mengetahui bahwa media mempengaruhi minat atau apa yang mereka suka atau tidak mereka sukai. Sejak 1970-an ada indikasi bahwa jumlah orang yang menyadari dan mau memikirkan secara serius dampak-dampak media telah bertambah. Kritik terhadap media pun berkembang, meskipun tidak semuanya tepat. Media massa seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya media adalah perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya. Disetiap masyarakat, mulai dari yang paling primitif hingga yang kompleks, sistem komunikasi menjalankan empat fungsi. Harold Laswell telah mendefinisikan tiga diantaranya : penjagaan lingkungan yang mendukung, pengaitan berbagai komponen masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, serta pengalihan warisan sosial. Wilbur Schramm menggunakan istilah yang lebih sederhana, yakni system komunikasi sebagai penjaga, forum dan guru. Ia dan sejumlah pakar menambahkan fungsi keempat : sumber hiburan. Sistem komunikasi juga mampu mengubah kebudayaan. Harold Adams Innis, seorang ekonom Kanada yang menjadi teorisi ilmu komunikasi percaya bahwa teknologi komunikasi merupakan inti dari teknologi. Innis juga menambahkan bahwa berbagai media komunikasi yang ada telah mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial. Itu berarti media juga mempengaruhi jenis-jenis asosiasi manusia yang berkembang pada berbagai periode. Carey mendukung pendapat Innis yang menyatakan bahwa teknologi komunikasi memainkan peran utama dalam mempengaruhi organisasi sosial dan kebudayaan. Ilmuwan Kanada lainnya, Marshall McLuhan, menambahkan bahwa teknologi komunikasi juga mempengaruhi organisasi kehidupan dan bahkan pemikiran manusia. McLuhan berpendapat bahwa pada era Listrik (Electric Age), yang dimulai sejak ditemukannya telegram, dunia sudah disatukan oleh jaringan raksasa kabel listrik. Dunia pun menjadi sebuah desa global. McLuhan juga sependapat dengan Innis bahwa manusia, ketika menemukan sarana komunikasi baru, tidak saja menciptakan alat baru komunikasi massa, namun juga mengubah esensi dari komunikasi massa itu sendiri. McLuhan lebih lanjut mengatakan bahwa sebelum adanya alfabet, telinga merupakan alat komunikasi dominan : “apa yang didengar itulah yang dipercaya”. Setelah alfabet ditemukan, peran dominan bergeser ke mata : “seeing is believing”. Ketika sarana-sarana yang canggih ditemukan, terutama setelah datangnya era listrik, maka peran dominan itu merata ke berbagai indera. McLuhan juga mengatakan bahwa “Media adalah pesan itu sendiri”, yang maksudnya adalah apa yang disampaikan media kepada masyarakat ternyata lebih dari apa yang akan diterima masyarakat itu jika mereka berkomunikasi tanpa media, itu berarti adanya materi cetak paling penting dari kandungan maksud yang disampaikannya. Dan keberadaan televisi lebih penting daripada apa yang ditayangkannya. Melalui beberapa bukunya McLuhan menguraikan idenya tersebut. Ia bahkan berpendapat bahwa media merupakan “wujud perluasan” dari manusia, sama seperti mobil, pakaian, arloji, dan berbagai benda lain yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia melihat perkembangan era satu ke era lain terkait dengan tahap-tahap perkembangan media komunikasi. Media massa terutama televisi memberikan kesan yang berpengaruh sekali terutama kepada anak-anak. Mereka belum dapat menilai dengan lebih kritikal, jadi apa yang dilihat, dipercayai, diikuti, dan dilakoni semua. Begitu berkesannya media massa dalam menukar pemikiran, sikap dan perlakuan penonton yang terpengaruh kepada media itu. Ditengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran. Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi oleh Koran. Seringkali Koran memberitakan banyak hal, sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini pula yang kemudian diisi oleh majalah. Majalah acapkali sengaja meliput sesuatu yang diberitakan oleh media siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diberitakan televisi akan mencarinya di majalah. Jika ia ingin lebih mendalaminya, ia akan mencari bukunya, atau film dokumenternya. Hal ini juga menandakan bahwa peran media sebagai penafsir informasi sama pentingnya dengan perannya sebagai penyampai informasi. Media tidak selamanya berbagi peran secara jelas, dan adakalanya mereka tidak Cuma melakukan sesuatu yang menjadi bidang unggulannya. Media siaran mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat, namun ia tidak dapat menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam. Koran cukup mendalam dalam mengulas suatu berita, namun ada kalanya ia mengabaikan berita atau aspek tertentu yang bagi sebagian orang lebih penting. Majalah, buku, dan film dokumenter dapat mengisi kekurangan ini. Namun faktanya, tiap media acapkali mencoba melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ia kuasai, bahkan terkadang dengan mengorbankan kelebihannya. Padahal tiap jenis media mempunyai kelebihan sendiri dalam menyampaikan dan menafsirkan informasi. 3. Fungsi Media Massa 1. Media massa memiliki fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam pengetahuan. Jadi, 2. 3. 1. 2. 3. 4. media massa memainkan peran intuisi lainnya Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan public. Pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara sukarela, umum, dan murah Pada dasarnya hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan seimbang dan sama Media massa menjangkau lebih banyak orang dari pada insitusi lainnya dan sejak dahulu ‘mengambil alih’ peranan sekolah, orang tua, dan lainnya.7 Sedangkan beberapa fungsi media massa pada budaya diantaranya : Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).8 2. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Perubahan sosial adalah proses yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.9 Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut : Gillin ‘Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Emile Durkheim ‘Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. William F. Ogburn ‘Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial Raja ‘Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi suatu sistem sosial. Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciriciri antara lain : 1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat. 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. 3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri. 4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat. Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara, dan dunia yang mengalami perubahan. Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek perubahan pola piker masyarakat, perubahan budaya materi. 3. Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa sedikit demi sedikit membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah kebutuhan. Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. 1. Pengaruh Positif Media sebagai sebuah system komunikasi manusia telah kian penting di dunia, seperti yang diuangkapkan oleh C. Wright Mills “pengalaman primer telah digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti media cetak, radio, televisi, dan film film. Media telah memainkan peran penting dalam merombak tatanan sosial menjadi masyarakat serbamasal. Lebih dari itu, menurut Mills, media juga kian penting sebagai alat kekuasaan kaum elite. Media tidak hanya menyaring pengalaman eksternal manusia, melainkan bahkan ikut membentuk pengalaman itu sendiri. Media memberi tahu kita tentang apa atau siapa diri kita, harus menjadi apa diri kita nanti, apa yang kita inginkan, dan bagaimana kita menampilkan diri kepada orang lain. Media menyajikan aneka informasi tentang dunia. Namun karena media menyajikannya dalam bahasa, stereotype dan harapannya sendiri, media sering membuat manusia frustasi dalam upayanya mengaitkan kehidupan pribadinya dengan kenyataan dunia di sekelilingnya. Manusia kian tergantung pada media untuk memperoleh informasi dan kian rapuh terhadap manipulasi dan eksploitasi kalangan tertentu di masyarakat yang menguasai media. Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah memenuhi standar tersebut dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang di lihat, didengar dan dibaca dari media. Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan diri mereka, merasa cukup atau sebaliknya mengempiskan kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari yang lain. Selain itu juga terdapat beberapa dampak positif yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Media memiliki cara untuk menunjukkan kepada kita informasi yang tersusun rapi dalam berita. Anak-anak juga mendapat manfaat dari media karena dapat meningkatkan pengetahuan mereka dalam mata pelajaran tertentu 2. Kita memiliki rasa atas apa yang terjadi disekitar kita dan juga tentang segala sesuatu di tempat lain. Kita dapat melihat dunia melalui televisi, bahkan jika kita berdiam diri disatu tempat sepanjang waktu. Kita menjadi punya pengetahuan tentang apa yang terjadi disana tanpa kita sendiri berada ditempat itu 3. Media dalam segala bentuknya dapat memperkenalkan kita cara berfikir kreatif yang dapat membantu kita memperbaiki diri dengan cara yang berbeda, baik itu dalam kehidupan pribadi atau pekerjaan kita. Hal ini dapat mengubah perspektif dan memotivasi kita untuk melakukan hal yang baru 4. Media juga dapat membantu kita berhubungan dengan orang lain diseluruh dunia dan menjadi lebih terbuka serta memahami budaya bangsa lain. 2. Pengaruh Negatif Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang firgur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8). Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda. Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak (Amini, 1993). Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam diantaranya terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini umumnya masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi menganggap bagian dari trend massa kini. Selain itu juga, perkembangan media massa yang teramat pesat dan dapat dinikmati dengan mudah mengakibatkan masyarakat cenderung berpikir praktis. Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreatifitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari. Tayangan dari layar TV dan media lainnya yang menyajikan begitu banyak unsurunsur kenikmatan dari pagi hingga larut malam membuat menurunnya minat belajar dikalangan generasi muda. Dari hal tersebut terlihat bahwa budaya dan pola tingkah laku yang sudah lama tertanam dalam kehidupan masyarakat mulai pudar dan sedikit demi sedikit mulai diambil perannya oleh media massa dalam menyajikan informasi-informasi yang berasal dari jaringan nasional maupun dari luar negeri yang terkadang kurang pas dengan budaya kita sebagai bangsa timur. Selain itu juga terdapat beberapa dampak negatif yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kekerasan merupakan faktor utama yang terlihat dan berpotensi menjadi penghasut yang berbahaya pada khalayak muda. Anak-anak mudah dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat di televisi atau internet, kemudian menirukan tindakan kekerasan 2. Pada saat ini, informasi yang dilaporkan mungkin tidak otentik dari setiap sudut. Oleh karena 3. 4. 5. 6. itu, mungkin ada salah tafsir terhadap situasi Berita dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi pikiran penonton. Sebagai contoh, partai politik tertentu dapat memanipulasi laporan yang menguntungkan mereka, yang akan menunjukkan kontrol politik di media Sebuah peristiwa tertentu yang menyajikan gaya hidup mewah dapat menanamkan cita-cita yang salah dikalangan anak-anak Sensasionalisme yang tidak perlu dari sebuah isu dapat memproyeksikan informasi yang salah kepada publik Pesan menyesatkan mengalihkan pikiran menuju jalan yang salah Dalam pandangan yang lain, Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari: 1. Skala kecil (individu) dan luas (masyarakat) 2. Kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Pengaruh media juga bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu : Siapa (who) Pesannya apa (says what) Saluran yang digunakan (in what channel) Kepada siapa (to whom) Apa dampaknya (with what effect) Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media. Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media. Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut. Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya. Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.Itulah beberapa dampak positif dan negatif dari media massa, pada akhirnya, tergantung kepada setiap individu dalam menyikapinya. 3. Teori-teori mengenai pengaruh media massa Pengaruh media terhadap masyarakat telah menumbuhkan pembaharuanpembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan yang berwujud perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah positif. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi massa, yaitu: 1. Teori Norma-Norma Budaya Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan budayabudaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat itu sendiri. 2. Teori pergantungan Ball-Rokeach & DeFleur mengungkapkan sebuah teori gambaran bagaimana masyarakat memerlukan media massa sehingga mewujudkan keadaan dimana ada orang merasakan seolah-olah tugas harian mereka tidak lengkap kalau tidak membaca Koran, maupun tidak dapat menonton berita di TV. Kita sendiri tentu bisa mengalami keadaan ini dimana kita merasakan berita yang didapati dari media massa amat penting bagi kita dalam menjalankan tugas harian. Keadaan amat memerlukan media massa ini dilihat sebagai pergantungan atau dependency. Dan kajian menunjukkan ketergantungan ini sangat terlihat ketika terjadinya pergolakan, krisis ataupun bencana. Media juga merubah taraf pengetahuan, sikap dan perilaku setelah mendapatkan pesan dari media tersebut. 3. Teori Penanaman Menurut Gerbner (1986) “orang yang banyak menonton televisi mengalami perasaan takut terhadap keganasan yang terjadi di dunia.” Hal ini dikarenakan apa yang sering ditampilkan di televisi ialah mengenai bencana, peperangan, masalah kemanusiaan seperti pembunuhan, penyakit dan marabahaya. Keadaan ini apabila ditonton setiap hari menyebabkan kita berasa seolah-olah dunia ini penuh dengan keganasan yang menyebabkan kita takut sepanjang masa. Oleh karena itu teori Penamaan mungkin berupaya menguraikan sebagian daripada kesan TV terhadap pembentukan perasaan takut di kalangan penonton. Mungkin golongan penonton yang mudah terpengaruh adalah disebabkan latar belakang pendidikan yang rendah. Kesan program TV terhadap individu perlu mengambil jenis program yang ditonton, pesan yang diperoleh melalui program, oleh karena itu ciri individu dapat menentukan kesan TV terhadap penonton. 4. Solusi Mengatasi Dampak Negatif Media Massa Setelah kita membicarakan pengaruh media massa di era globalisasi ini, yang telah menimbulkan dampak negatif yang tidak sedikit jumlahnya. Maka dari itu perlu adanya solusi untuk mengatasi dampak negatif itu, diantaranya adalah : 1. Menegakkan fungsi hukum yang berlaku, misalnya pembentukan cybar task forte yang bertugas untuk menentukan standar operasi pengendalian dalam penerapan media massa (internet) di instansi pemerintahan. 2. Menghindari penggunaan telepon seluler berfitur canggih oleh anak-anak di bawah umur dan lebih mengawasi pemakaian ponsel. 3. Mempertimbangkan pemakaian internet dalam pendidikan, khususnya untuk anak di bawah umur yang masih harus dalam pengawasan ketika sedang melakukan pembelajaran dengan TIK. Analisis untung ruginya pemakaian. 4. Tidak menjadikan internet sebagai media atau sarana satu-satunya dalam pembelajaran, misalnya kita tidak hanya mendownload e-book, tetapi masih tetap membeli buku-buku cetak, tidak hanya berkunjung ke digital library, namun juga masih berkunjung ke perpustakaan. 5. Menggunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalkan dengan beberapa program atau software yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan. 6. Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan pengajaran-pengajaran etika dalam penggunanaan media massa internet dan televise agar dapat dipergunakan secara optimal tanpa menghilangkan etika. 7. Program televisi: a. Mewaspadai muatan pornografi, kekerasan dan tayangan mistis. b. Menghindari penempatan TV pribadi didalam kamar. c. Memperhatikan batasan umur penonton pada film yang telah di tayangkan. 8. Tindakan yang bisa dilakukan pemerintah: a. Menciptakan dan mengesahkan UU tentang hak cipta. b. Menyaring informasi yang masuk ke negaranya. c. Membuat software yang mampu memproteksi situs-situs porno di internet. d. Menciptakan dan mengesahkan undang-undang penyiaran. Dari segala permasalahan pengaruh media massa terhadap perubahan sosial, anakanaklah yang paling rentan mengalami suntikan-suntikan berbahaya dari perkembangan dan penyalahgunaan media massa di era globalisasi ini.Solusi yang tepat untk menghadapi masalah tersebut terletak pada peran orang tua. Karena disini peranan dari kedua orang tua sangatlah penting. Kedua orang tua diharapkan dapat membimbing dan mengawasi anakanaknya dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sehingga anak-anak dapat mengerti hal apa saja yang termasuk hal yang baik dan hal yang kurang baik. Dan disini juga terdapat beberapa cara untuk mencegah dampak-dampak negatifnya. Selain itu juga kebijakan pemerintah tetap memegang kuasa tertinggi dalam suatu pembentukan dan perkembangan moral bangsa. Bukan dengan menolak secara keras perkembangan dan penggunanaan media massa. Karena itu merupakan hal yang tidak mungkin terjadi di masa sekarang ini. Namun dengan adanya pengawasan-pengawasan atas apa yang disajikan media massa baik dari dalam negri maupun dari luar. Walaupun pada hakikatnya, itu semua kembali kepada sang pengguna media massa tersebut. 2.4 PENDEKATAN MEDIA Pendekatan (approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru agar konsep yang disajikan bisa diterima siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak kita terhadap proses pembelajaran yang melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. 1. 2. 3. 4. Fungsi dari pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah : Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai. Mengetahui masalah-masalah belajar yang timbul. MEDIA PEMBELAJARAN Media pembelajaran secara umum adalah alat bantuproses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. 1. a. b. c. d. e. f. Manfaat Media Pembelajaran Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu : Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. g. h. 2. a. b. c. d. e. f. g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Pertimbangan Pemilihan Media Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan: tujuan pengajaran bahan pelajaran metode mengajar alat yang dibutuhkan pribadi mengajar minat dan kemampuan mengajar situasi pengajaran yang sedang berlangsung Keterkaiatan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 3. a. b. c. d. Macam-macam media pembelajaran Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal. 2.5 Perspektif Teori Marshall Mcluhan Marshall McLuhan adalah pencetus dari teori determinisme teknologi ini pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar teorinya adalah perubahan pada cara berkomunikasi akan membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia. Sebagai intinya adalah determinisme teori, yaitu penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Di mana menurut McLuhan, eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi. Perubahan pada mode komunikasi membentuk suatu budaya dengan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. penemuan dalam teknologi komunikasi 2. perubahan 3. peralatan untuk berkomunikasi dalam jenis-jenis komunikasi Dengan dilaluinya ketiga tahapan di atas, maka akhirnya peralatan tersebut membentuk atau mempengaruhi kehidupan manusia. Selanjutnya akan terjadi beberapa perubahan besar yang terbagi dalam empat periode/era, yaitu dapat dijelaskan dalam bagan di bawah ini : 1.Pertama, era kesukuan atau the tribal age. Pada periode ini, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Mengucapkan secara lisan berupa dongeng, cerita, dan sejenisnya. 2.Kedua, era tulisan atau the age of literacy. Manusia telah menemukan alfabet atau huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan, melainkan mengandalkan pada tulisan. 3.Ketiga, era cetak atau the print age. Masih ada kesinambungan dengan alfabet, namun lebih meluas manfaatnya karena telah ditemukan mesin cetak. 4.Keempat, era elektronik atau the electronic age. Contoh dari teknologi komunikasi yaitu telephon, radio, telegram, film, televisi, komputer, dan internet sehingga manusia seperti hidup dalam global village. Teknologi komunikasi yang digunakan dalam media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia atau menurut Em Griffin (2003 : 344) disebut nothing remains untouched by communication technology. Dan dalam perspektif McLuhan, bukan isi yang penting dari suatu media, melainkan media itu sendiri yang lebih penting atau medium is the message. Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu. Solusi agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka harus disertai dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan informasi yang diperoleh dapat diolah oleh pikiran yang jernih sehingga menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang humanis. Determinisme teknologi dapat diartikan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan manusia itu akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi tersebut tidak jarang membuat manusia bertindak di luar kemauan sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Zaman dahulu belum ada Hand Phone dan internet. Tanpa ada dua perangkat komunikasi itu keadaan manusia biasa saja. Tetapi sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu manusia jadi sangat tergantung. 2.6 PERSPEKTIF TEOR RAYMOND WILLIAMS Williams membangun sebuah pemahaman yang lebih menekankan karakter kehidupan sehari-hari, yaitu kebudayaan sebagai keseluruhan cara hidup. Baginya kebudayaan sekaligus meliputi seni, nilai, norma-norma, dan benda-benda simbolik dalam hidup sehari-hari, ia merupakan bagian dari totalitas relasi-relasi sosial. Teori kebudayan dengan begitu didefinisikan sebagai studi tentang relasi-relasi antarelemen dalam hidup sosial. Menurut Williams (1965), “kita perlu membedakan tiga tingkat kebudayaan, bahkan dalam definisi yang paling umum. Ada kebudayaan yang hidup pada waktu dan tempat tertentu () yang hanya bisa dinikmati secara penuh oleh mereka yang hidup pada waktu dan tempat itu pula. Ada kebudayaan yang terekam dalam segala bentuknya, mulai dari karya seni hingga fakta-fakta keseharian: ini disebut kebudayaan suatu periode (). Ada juga faktor yang menghubungkan kebudayaan yang hidup pada suatu waktu tertentu dan kebudayaan di suatu periode, ini disebut kebudayaan tradisi yang terseleksi ().” Secara khusus perhatian Williams dalam dan adalah pada pengalaman-pengalaman kelas pekerja dan aktivitas mereka dalam mengkonstruksi kebudayaan. Di sini, Raymond William biasanya dikaitkan dengan nama Richard Hoggart dan Edward Thompson. Ketiganya disebut sebagai “trio kulturalisme kiri Inggris”. Thompson menulis (1963); ia dan Williams adalah anggota Dewan Editor . Sementara Hoggart menulis tentang kebudayaan kelas pekerja dalam (1957), dan pada 1964 bersama Stuart Hall ia kemudian mendirikan Centre for Contemporary Cultural Studies di Universitas Birmingham. dan kemustahilan untuk mereduksinya pada bentuk fenomena apa pun, ia tidak menganut pemahaman bahwa kebudayaan ditentukan oleh kondisi material produksi. Sementara kulturalisme memfokuskan perhatiannya pada interpretasi sebagai cara memahami makna, strukturalisme menegaskan kemungkinan adanya ilmu tanda dan adanya pengetahuan objektif. Kalau kita mau berkecimpung di dalam bidang kajian budaya atau Cultural Studies, maka ada baiknya kita mengetahui apa sih yang namanya budaya itu sendiri. Kalau menurut Raymond Williams, kata budaya atau culture itu adalah satu diantara tiga kata yang paling sulit untuk didefinisikan di dalam bahasa Inggris. Dia menyarankan tiga pengertian yang dapat digunakan untuk mengerti apa yang dimaksud dengan budaya. Ketiganya adalah : A general process of intellectual, spiritual, and aesthetic development A particular way of life, whether of a people, a period or a group Refer to a works and practices of intellectual and especially artistic activity Sebuah proses umum dari intelektual, spiritual, dan perkembangan estetika Cara hidup yang khusus baik dari seseorang manusia, suatu periode, atau pun suatu kelompok Mengacu kepada karya-karya atau praktek-praktek intelektual dan khususnya kegiatan-kegiatan yang bersifat seni. (Storey, 2009: hlm 1-2). Dari tiga pengertian yang disarankan oleh Raymond Williams ini maka akan didapatkan tiga wujud dari kebudayaan tersebut, selaras dengan yang dikemukakan oleh J.J. Hoenigman yakni : Wujud Gagasan (Ideal) Wujud gagasan ini adalah wujud kebudayaan yang bersifat abstrak, dia tidak dapat diraba ataupun disentuh. Wujud ini adanya di dalam kepala kita atau dalam alam pikiran kita. Dia bisa berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, konvensi, peraturan-peraturan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh dari wujud gagasan ini adalah konsep seni dan keindahan yang ada di dalam suatu lingkungan masyarakat dan budaya tertentu, untuk masyarakat dan budaya Jepang mungkin yang banyak kita kenal adalah konsep keindahan wabi dan sabi. Untuk yang tergolong ke dalam budaya populer mungkin konsep keindahan kawaii. Wujud Aktivitas (Tindakan) Wujud Aktivitas atau Tindakan adalah wujud kebudayaan yang berupa tindakan yang berpola dari manusia di dalam suatu masyarakat. Sering juga wujud ini dikatakan sebagai sistem sosial. Wujud ini terjadi karena interaksi manusia dengan manusia lainnya ataupun juga dengan lingkungannya. Sifatnya konkret dan dapat diamati ataupun didokumentasikan. Contoh yang paling mudah dan sederhana dalam wujud ini adalah pola makan dalam tiap-tiap budaya, walaupun sama-sama tindakannya makan namun pola-pola aktivitas atau caranya berbeda-beda. Untuk contoh yang lebih rumit mungkin bisa kita lihat dalam pola-pola aktivitas dalam Matsuri atau perayaan. Tari-tari yang digunakan, gerakan-gerakan yang dilakukan dan lain-lainnya. Untuk budaya populer? Banyak loh, kita ambil saja pola tindakan dari suatu kelompok yang mungkin bisa dikatakan sebagai penganut budaya populer tersebut, misalnya Otaku. Dalam Otaku sendiri banyak sekali aktivitas yang terpola sehingga dapat dikatakan membentuk suatu budaya kelompok sendiri. Wujud Artefak (Karya) Wujud Artefak atau karya adalah wujud kebudayaan yang paling mudah untuk dilihat, diraba, disentuh, dicari, dan dinikmati. Wujud ini merupakan hasil dari aktivitas atau kegiatan manusia dalam masyarakat sebagai upaya untuk menjalani kehidupan, berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sifatnya paling kongkret di antara ketiga wujud yang ada. Sebagai contohnya, apabila kita melakukan tindakan berupa makan, tentunya ada pola-pola tindakan yang dilakukan, supaya pola-pola tindakan tersebut dapat dengan mudah dilakukan maka terciptalah alat atau artefak tersebut, seperti sendok untuk mempermudah kita mengantarkan makanan ke dalam mulut kita. Contoh dalam budaya Jepang, banyak loh. Cari aja di sekitar kita, pasti kita bisa menemukannya. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Era Globalisasi memiliki pengaruh yang kuat disegala dimensi kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial baik secara positif dan negatif. Perkembangan teknologi membuat mayarakat terapit diantara dua pilihan.Disatu pihak masyarakat menerima kehadiran teknologi, dipihak lain kehadiran teknologi modern justru menimbulkan masalah-masalah yang bersifat struktural yang kemudian merambah disemua aspek kehidupan masyarakat. Terkait dengan perkembangan teknologi yang berdampak kearah modernisasi, IPTEK merupakan yang paling pessat perekembangannya.salah satu diantaranya yang cukup membuat masyarakat terkagum-kagum ialah perkembangan teknologi informasi. Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju kearah kemunduran. Terkadang perubahan- perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.