MODUL PERKULIAHAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI Pokok Bahasan 1. 2. 3. Perspektif Kekuasaan Dalam Organisasi Dinamika Kelompok Politik Organisasi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 15 Kode MK Disusun Oleh 42008 Dr. Inge Hutagalung, M.Si Abstrak Kompetensi Modul ini menjelaskan tentang kekuasaan dalam sebuah organisasi Mampu memahami kekuasaan yang ada dalam sebuah organisasi Pembahasan Pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang dinginkan atau tujuan organisasi. Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja (operating style) atau cara bekerja sama dengan orang lain secara konsisten. Pemimpin memegang kendali kuasa dalam komunikasi. Komunikasi yang berujung pada kekuasaan seringkali diartikan sebagai sebuah strategi politik. Mengapa Politik? Karena politik berujung pada power atau kekuasaan. Komunikasi dan politik merupakan dua subjek kajian ilmu sosial yang seringkali pemaknaan dua kata ini dipisahkan dan digabungkan. Ketika kedua kata ini berdiri sendiri akan memiliki makna yang berbeda dan tersendiri, begitu juga ketika kedua kata ini disatukan menimbulkan makna baru yang lebih spesifik. Komunikasi dan politik dalam wacana ilmu pengetahuan manusia merupakan dua wilayah pencarian yang masing-masing dapat dikatakan relatif berdiri sendiri, namun memiliki kesamaan karena objek materi yang sama yakni manusia. Akibatnya kedua disiplin ilmu ini tidak dapat menghindari adanya pertemuan bidang kajian. Hal ini disebabkan karena masing-masing memiliki sifat interdisipliner, yakni sifat yang memungkinkan setiap disiplin ilmu membuka isolasinya dan mengembangkan kajian kontekstualnya. Komunikasi mengembangkan kajiannya yang beririsan dengan disiplin ilmu lainnya seperti sosiologi, psikologi, dan hal yang sama berlaku juga pada ilmu politik. Secara singkat Dan Nimmo mendeskripsikan bahwa politik adalah pembicaran atau kegiatan politik adalah seni berbicara. Politik pada hakikatnya merupakan kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Bila orang mengamati konflik, mereka menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi. Bila orang menyelesaikan perselisihan mereka, penyelesaian itu adalah hal-hal yang diamati, diintrepretasikan dan dipertkarkan melalui komunikasi. Menurut Dahlan, komunikasi politik adalah sebuah proses pengoperasian lambanglambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. Sejalan dengan pemaparan Dahlan, Galnoor menyebutkan bahwa komunikasi politik merupakan infrastruktur politik, yakni suatu kombinasi dari berbagai interaksi sosial dimana 2016 2 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id informasi yang berkaitan dengan usaha berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan kekuasan masuk ke dalam peredaran. Dapat kita simpulkan bahwa hakekat komunikasi politik adalah upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau ideologi tertentu dengan tujuan untuk menguasai, memperoleh kekuasaan dengan kekuatan sehingga tujuan pemikiran politik dan ideologi tertentu dapat terwujud. Sementara itu, Harold Lasswell memandang orientasi komunikasi politik sebagai berikut: pertama, komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau usaha mencapai tujuan, nilai-nilai dan tujuan itu sendiri yang dibentuk di dalam dan oleh proses perilaku yang sesungguhnya merupakan suatua bagian; dan kedua, bahwa komunikasi poltitik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi serta berhubungan dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu. Dalam dunia politik, komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah disebut dengan komunikasi politik. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”. Selain itu komunikasi politik juga merupakan suatu proses pengoperasian lambang atau simbol komunikasi yang berisi pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yg menjadi target politik. Kecenderungan kekuasaan dan kepentingan politik lebih melihat pada kalkulasi keuntungan yang didapat sesuai prinsip politk ”power tends to corrupt and absolute power corrupt absolutely”. Yaitu, manusia yang memiliki kekuasaan/jabatan politik cenderung untuk menyalah gunakan kekuasaan, dan manusia yang memiliki kekuasaan yang tidak berbatas pasti akan menyalahgunakannya. Faktor-faktor dari proses komunikasi politik meliputi sebagai berikut: Komunikator Politik Komunikator politik adalah Partisipan yang dapat menyampaikan atau memberikan informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik . Pesan Politik Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan , baik secara tertulis maupun tidak tertulis , baik secara verbal maupun non-verbal, tersembunyi maupun terangterangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobok 2016 3 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id politik. Yaitu bagaimana agar setiap pesan politik yang disampaikan dapat dimengerti oleh setiap anggota ataupun masyarakat. Saluran atau Media politik Saluran atau media Politik adalah alat atau sarana yang dipergunakan oleh para komunikator politik dalam menyampaikan pesan politik nya. Dimana setiap kegiatan ataupun pesan yang ingin disampaikan oleh partai politik di tampilkan disetiap media politik. Sasaran atau Target Politik Sasaran atau target politik adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam Pemilihan Legislatif. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik memiliki lima fungsi dasar dalam melaksanakan strategi komunikasi politiknya, yakni : Bagaimana memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang terjadi disekitarnya. Disini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat. Indikatornya adalah: a) Adanya penyampaian program-program yang bersentuhan terhadap kalangan bawah melalui berbagai media cetak atau elektronik. b) Pendekatan-pendekatan kepada masyarakat melalui berbagai program yang dapat mengundang partisipasi para konstituen. Bagaimana mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang ada. Disini para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha membuat liputan yang objektif (objective reporting) yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut. Indikatornya adalah: a) Informasi sebenar-benarnya mengenai janji kepala daerah kepada masyarakat. b) Adanya upaya 2016 4 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si pembuktian janji. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bagaimana menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah- masalah politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik, dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian, bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakan demokrasi. Indikatornya: a) Bagaimana cara partai/kepala daerah dalam menampung aspirasi masyarakat. b) Meyakinkan masyarakat bahwa mereka bisa menjadi penampung aspirasi masyarakat maupun aspirasi politik Bagaimana membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembagalembaga politik. Indikatornya adalah setiap program kerja yang ada dapat diketahui oleh pemerintah dan pihak lainnya seperti masyarakat maupun lembaga-lembaga politik lainnya. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan programprogram lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa. TEORI -TEORI DINAMIKA KELOMPOK Teori Fungsional Teori-teori fungsional dari komunikasi kelompok memandang komunikasi sebagai sebuah alat melalui mana kelompok membuat keputusan, dan menekankan pada hubungan antara kualitas komunikasi dan kualitas hasil kelompok. Komunikasi melakukan beberapa hal atau fungsi-fungsi (functions) dengan beberapa cara untuk menentukan hasil kelompok. Ini yang disebut sebagai cara berbagi informasi, yaitu cara anggota kelompok mengeksplorasi, mengidentifikasi kesalahan serta sebuah alat untuk persuasi. Fungsionalisme dalam teori komunikasi kelompok sangat dipengaruhi oleh pragmatis dari pengajaran diskusi kelompok kecil, didasari karya filsuf John Dewey yang dipublikasikan dari How We Think di tahun 1910. Hingga abad ke 20 pemikiran pragmatis ini masih tetap berpengaruh. Versi Dewey pada proses pemecahan masalah memiliki 6 tahap, yaitu (1) mengungkapkan sebuah kesulitan, (2) mendefiniskan masalah, (3) analisa masalah, (4) mengusulkan solusi, (5) membandingkan alternatif dan mengujinya pada serangkaian tujuan atau kriteria dan (6) implementasi solusi terbaik. Teori Fungsional Umum 2016 5 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Randy Hirokawa dan kawan-kawan, adalah para pemuka pada tradisi fungsi ini. Karya mereka melihat berbagai kesalahan yang dibuat oleh kelompok dan bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk menjadi lebih efektif. Teori versi Hirokawa pada proses pengambilan keputusan ini terlihat serupa dengan urutan penyelesaian masalah milik Dewey. Pada umumnya, kelompok mulai dengan mengidentifikasi dan memperhitungkan masalah serta akan timbul beberapa pertanyaan: Apa yang terjadi? Mengapa? Siapa yang terlibat? Apa kerugian yang timbul? Siapa yang terluka? Selanjutnya kelompok berkumpul dan mengevaluasi informasi. Kemudian kelompok membangun berbagai proposal alternatif untuk menangani masalah dan mendiskusikan tujuan yang ingin dicapai. Alternatif dan tujuan ini kemudian dievaluasi untuk mencapai konsensus. Faktor-faktor yang berpengaruh pada diambilnya keputusan yang salah dapat disimpulkan dengan mudah dari proses pengambilan keputusan tersebut, yaitu : (1) perhitungan yang tidak tepat terkait masalah, yang berasal dari analisis situasi yang tidak akurat atau tidak memadai, (2) tujuan organisasi yang kurang tepat, (3) perhitungan yang kurang tepat pada hasil positif dan negatif, (4) kemungkinan kelompok mengembangkan basis informasi yang tidak memadai, (5) kelompok mungkin salah-akibat pemikiran yang keliru dari basis informasi yang minim. Mengapa kelompok dapat masuk perangkap seperti ini? Hirokawa berpendapat bahwa kesalahan-kesalahan tersebut dikarenakan pengaruh anggota tertentu yang tanpa sengaja telah salah mengarahkan kelompok. Teori Berpikir Kelompok Dari Janis Hipotesis berpikir kelompok dari Irving Janis menekankan pada pemikiran kritis yang menunjukkan bagaimana kondisi tertentu dapat mengarah kepada kepuasan kelompok yang tinggi dengan hasil yang tidak efektif. Berpikir kelompok merupakan hasil langsung dari kekompakan di dalam kelompok. Kekompakan (cohesiveness) adalah suatu akibat dari sejauhmana semua anggota memandang bahwa tujuan para anggota dapat dicapai di dalam kelompok. Keadaan ini tidak menuntut para anggota untuk memiliki sikap yang sama tetapi para anggota tersebut saling bergantung dan mengandalkan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan bersama. Semakin kompak suatu kelompok, semakin besar tekanan atas anggota-anggotanya. 2016 6 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Janis, kekompakan selain mengandung nilai positif juga membahayakan. Kelompok yang sangat kompak mungkin menginvestasikan terlalu banyak energi untuk memelihara niat baik di dalam kelompok, sehingga mengorbankan pengambilan keputusan. Ada enam hasil negatif yang timbul dari cara berpikir kelompok, yaitu: Kelompok membatasi diskusinya hanya pada sedikit alternatif, dan tidak banyak melakukan penelusuran terhadap pemikiran yang lain. Kelompok tidak begitu kritis dalam meneliti penyimpangan-penyimpangan dari solusi yang dipilih. Pendapat-pendapat yang minoritas dengan cepat diabaikan, tidak hanya oleh mayoritas tetapi juga oleh mereka yang awalnya mendukung. Pendapat ahli tidak dicari. Kelompok puas dengan keputusannya sendiri, dan mungkin merasa terancam oleh pendapat pihak luar. Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan memperhatikan informasi yang tersedia. Kelompok merasa sangat yakin akan alternatif pilihannya, sehingga kelompok tidak mempertimbangkan rencana kemungkinan lain. Lebih lanjut, Janis menegaskan bahwa berpikir kelompok ditandai beberapa gejala, yaitu: (1) ilusi ketidakrentanan, yang menimbulkan suasana optimis yang berlebihan, (2) terbentuknya upaya bersama untuk merasionalkan tindakan yang sudah diputuskan, (3) mempertahankan sebuah keyakinan yang tidak perlu dipertanyakan dalam moralitas yang tertanam, dengan menganggap diri termotivasi kuat untuk bekerja mencapai hasil terbaik. Hal ini mengarahkan kelompok pada konsekuensi moral dan etis yang lemah. (4) Para pemimpin out-group distereotipekan sebagai jahat, atau tolol, (5) tekanan langsung pada anggota untuk tidak mengekspresikan pertentangan pendapat, (6) penyensoran diri dari ketidaksepakatan, (7) adanya ilusi kesepakatan bersama didalam kelompok, dan terakhir berpikir kelompok melibatkan munculnya pengawal pikiran yang ditunjuk untuk melindungi kelompok, dan pemimpin dari opini buruk dan informasi yang tidak dikehendaki. Politik Organisasi berdasarkan U-Theory Otto Scharmer Esensi kepemimpinan menurut Otto Scharmer dalam bukunya U-Theory: Leading from the Future as It Emerges, adalah kemampuan memfasilitasi perubahan sisi dalam seseorang atau organisasi untuk menangkap masa depan dan mengeksplorasi dengan penuh kreativitas. Dalam menggambarkan Teori U, Scharmer meletakkan pondasi bahwa seseorang haruslah berani untuk “menerima dan “menjawab” situasi tidak hanya dengan 2016 7 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id cara mengunduh, namun juga melihat sepenuhnya (open mind), mengerti sepenuhnya (open heart), dan menerima sepenuhnya (open will), untuk kemudian mengembangkan keputusan berdasarkan hasil penerimaan itu. Scharmer melihat bahwa konstruksi systems thinking konvensional telah berhasil mengajak orang untuk open mind (lewat pemahaman atas events, patterns, dan structure) dan open heart (lewat pemahaman atas mental model), namun belum sepenuhnya mengeksplorasi bagaimana sumber terdalam di diri mampu melihat dan menerima situasi tersebut dengan jernih melalui open will. Adapun uraian dari konsep U-Theory Otto Schamer adalah sebagai berikut: Co-initiating (memulai bersama): membangun niat/Itikad. Berhenti dan mulai mendengarkan orang lain serta panggilan kehidupan apa yang harus anda lakukan. Co-sensing (merasakan bersama): mengamati, mengamati, mengamati. Pergi ke tempat yang paling potensial dan dengarkan dengan pikiran dan hati yang terbuka lebar. Faktor pembatas perubahan transformasional bukan karena kurangnya visi atau gagasan, tetapi ketidakmampuan untuk merasakan. Yaitu, melihat secara mendalam, tajam, dan kolektif. Ketika anggota kelompok melihat bersama-sama dengan kedalaman dan kejelasan, mereka menjadi sadar akan potensi kolektif mereka. Presencing: terhubung ke sumber inspirasi dan kehendak bersama. Pergi ke tempat keheningan dan biarkan pengetahuan sisi dalam muncul. Presencing berasal dari gabungan dua kata presence (kehadiran) dan sensing (penginderaan). Presencing ditandai dengan keadaan kesadaran tingkat tinggi yang memungkinkan individu dan organisasi mengubah inner place (sisi dalam) keberadaannya. Ketika perubahan ini terjadi, seseorang atau organisasi mampu menghadirkan ruang masa depan melalui penginderaan yang tajam tersebut. Inti dari presencing adalah pengalaman pada hal baru dan perubahan terhadap hal yang lama. Setelah grup melintasi batas ini, tidak ada yang tetap sama. Anggota individu dan kelompok sebagai keseluruhan mulai beroperasi dengan tingkat energi tinggi dan rasa kemungkinan masa depan. Seringkali mereka kemudian mulai berfungsi sebagai kendaraan yang disengaja untuk masa depan yang mereka rasa akan terjadi. Co-creating (mencipta bersama): membentuk dasar (prototipe) hal baru dalam contoh nyata untuk mengeksplor masa depan dengan bertindak. Prototipe adalah bagian dari proses penginderaan dan penemuan di mana individu mengeksplorasi masa depan dengan bertindak bukan dengan berpikir dan merefleksikan. Ini adalah 2016 8 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seperti titik sederhana dimana individu telah menemukan bahwa proses inovasi dari banyak organisasi berhenti di sana, di metode analisis lama tentang "kelumpuhan analisis". Gerakan co-creation dari perjalanan U menghasilkan satu set contoh kehidupan kecil yang mengeksplorasi masa depan dengan bertindak. Ini juga menghasilkan jaringan pencipta perubahan yang bersemangat dan dengan cepat berkembang dan meningkatkan pembelajaran di seluruh prototipe yang saling membantu dalam menghadapi tantangan inovasi apapun yang dihadapi. Co-evolving (berkembang bersama): mewujudkan hal baru dalam ekosistem yang memfasilitasi penglihatan dan tindakan dari keseluruhan. Setelah mengembangkan beberapa prototipe dan mikrokosmos yang baru, langkah selanjutnya adalah meninjau apa yang telah dipelajari - apa yang bekerja dan tidak, dan kemudian menentukan prototipe mana yang memiliki dampak tertinggi pada sistem atau situasi yang ada. Datang dengan penilaian suara pada tahap ini seringkali memerlukan keterlibatan pemangku kepentingan dari lembaga dan sektor lain. Hasil gerakan coevolving di ekosistem inovasi menghubungkan inisiatif prototipe tinggi dengan institusi dan pelaku yang dapat membantu membawa ke tingkat berikutnya dalam uji coba dan penilaian. 2016 9 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Arni Muhammad. Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik. Komunikator, Pesan, dan Media.(Edisi terjemahan). Bandung: Remaja Rosdakarya. Pace, Wayne., Faules, Don.F. 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2016 10 Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id