Bab V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Indikator pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan) maupun yang bersifat non-fisik (intelektualitas). Pembangunan yang berdampak pada kondisi fisik masyarakat tercermin dalam angka harapan hidup serta kemampuan daya beli, sedangkan dampak non-fisik dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat. Indeks pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang banyak digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak. Pada pelaksanaan perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas perumusan kebijakan dan penentuan program pembangunan. Hal ini juga merupakan tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan dan pengambil keputusan. Terlepas dari itu perlu diingat bahwa IPM bukanlah satu-satunya alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan manusia. Karena dimensi pembangunan manusia yang diukur oleh IPM hanya meliputi tiga indikator saja, yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Aspek-aspek lain seperti Penyusunan Data Basis IPM Provinsi Jawa Barat 58 kesetaran jender, tingkat partisipasi masyarakat, kesehatan mental dan lainnya. Sehingga evaluasi dalam pembangunan manusia perlu juga melihat indikatorindikator lain, seperti Indeks Pembangunan Jender, Indeks Pemberdayaan Jender, Indeks Kemiskinan Manusia dan Indeks Mutu Hidup sehingga kesimpulan yang didapat akan lebih mendekati fakta sebenarnya. Berdasarkan bahasan sebelumnya, nampak bahwa pelaksanaan program pembangunan di Provinsi Jawa Barat telah menunjukan perubahan yang positif. Krisis memang belum sepenuhnya berakhir, tetapi tanda-tanda kebangkitan kembali ekonomi Provinsi Jawa Barat sudah mulai terlihat. Kondisi demikian bukan saja akan memberi peluang bagi peningkatan pendapatan masyarakat, tetapi juga terhadap peningkatan kesejahteraan mereka. Sinergi dari berbagai faktor tadi tercermin dengan semakin membaiknya kualitas pembangunan manusia di Provinsi Jawa Barat seperti diperlihatkan oleh peningkatan angka IPM. Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uraian dan analisis pada bagian sebelumnya adalah sebagai berikut : Angka putus sekolah pada tingkat pendidikan dasar relatif masih cukup tinggi walaupun terus menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Utamanya pada daerah pedesaan, meskipun sudah adanya program pembebasan biaya sekolah namun karena keterbatasan kondisi ekonomi keluarga berdampak pada dorongan kuat untuk segera terjun ke dunia kerja dan meninggalkan bangku sekolah. Perlu ditingkatkan pemerataan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar beserta tenaga-tenaga kesehatannya, kembali lagi khususnya adalah pada daerahdaerah pedesaan yang menghadapi kendala dalam hal aksesibilitas karena keterbatasan sarana dan prasarana transportasi. Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi daerah bahwa tingkat buta huruf perempuan dua kali lebih besar dari laki-laki. Cerminan bahwa kaum perempuan masih belum mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya. Angka putus sekolah kaum Penyusunan Data Basis IPM Provinsi Jawa Barat 59 perempuan pun cenderung lebih tinggi dari kaum laki-laki dan ini hampir secara merata terjadi di seluruh wilayah Jawa Barat. Masih cukup tingginya perbedaan pembangunan manusia antar daerah perkotaan dan pedesaan di Provinsi Jawa Barat, akibat masih belum meratanya distribusi hasil-hasil pembangunan. Otonomi Daerah seharusnya dapat menjadi solusi dalam meredam fenomena tersebut. Pemerintah Provinsi Jawa Barat seharusnya lebih menggiatkan pembangunan di daerah karena sebagian besar kewenangan telah diserahkan ke daerah, yang pada akhirnya diharapkan distribusi hasil-hasil pembangunan tidak lagi terpusat pada daerah tertentu saja. 5.2. Rekomendasi Berdasarkan gambaran kemajuan pembangunan manusia di Jawa Barat, perencanaan pembangunan diharapkan dapat memperbaiki kualitas dari determinan setiap komponen IPM yang telah dicapai khususnya pada beberapa daerah maupun aspek yang perlu untuk diprioritaskan. Dengan pertimbangan upaya yang telah dilakukan, hasil yang dicapai serta kendala yang dihadapi maka penyusun mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1) Perlu dilakukannya identifikasi faktor-faktor utama penyebab kurang maksimalnya akses terhadap pendidikan, kesehatan dan aktivitas ekonomi sehingga dapat disusun suatu perencanaan kebijakan yang tepat. Di bidang kesehatan misalnya, angka harapan hidup dipengaruhi oleh adanya faktor pelayanan kesehatan, lingkungan dan perilaku. Intervensi pelayanan diarahkan dalam rangka memperbaiki faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Di bidang pendidikan, penuntasan buta huruf dan penurunan angka rawan drop out murid sekolah harus tetap mendapat prioritas utama, disamping terus melakukan upaya lain, seperti: pembangunan dan revitalisasi gedung-gedung sekolah, sebagai upaya meningkatkan partisipasi murid secara berkelanjutan. 2) Upaya untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap arti penting kualitas hidup manusia, salah satunya dengan mengoptimalkan peran seluruh komponen Penyusunan Data Basis IPM Provinsi Jawa Barat 60 masyarakat, semisal pemuka agama. Kebijakan pembangunan manusia seyogyanya sinergis dengan upaya kesetaraan gender dan pengentasan kemiskinan. 3) Relatif masih rendahnya kualitas hidup masyarakat di pedesaan perlu langkah terobosan untuk membuka peluang pertumbuhan ekonomi di pedesaan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pendapatan rumahtangga. Membuka lapangan usaha pertanian dan memberdayakan industri kecil merupakan hal yang dapat dilakukan. 4) Pada daerah-daerah perdesaan pembangunan yang optimal dapat dilakukan melalui peningkatan mutu dan sarana irigasi, penyediaan alat-alat pertanian yang mencukupi, sarana transportasi bagi kemudahan pemasaran produksi pertanian, serta pengadaan penyuluhan bagi petani yang berguna untuk meningkatkan produktivitas pertaniannya merupakan cara-cara peningkatan pembangunan di bidang pertanian. 5) Mendorong para investor, khususnya dari kalangan swasta, untuk turut berperan serta pada proses pembangunan pada daerah-daerah yang kurang berkembang. 6) Permasalahan pembangunan seperti tingginya angka kemiskinan, pendidikan yang kurang bermutu, pengangguran, etnosentrisme, kegagalan modernisasi di berbagai sektor, kerusakan moral dan melemahnya budaya tidak terlepas dari pengaruh perencanaan pembangunan yang mengabaikan modal sosial. Jika kita mendambakan kekuatan dan perubahan yang cepat maka dibutuhkan komitmen yang kuat untuk memberdayakan manusia melalui pengembangan modal sosial menuju keunggulan budaya manusia Jawa Barat. Penyusunan Data Basis IPM Provinsi Jawa Barat 61