2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)

advertisement
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Dalam penelitian sebelumnya menjelaskan mengenai perbandingan kegiatan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan topik yang sama dalam
penelitian. Dalam penelitian sebelumnya (State Of The Art) terdapat nama peneliti,
judul penelitian, lokasi, hasil penelitian, perbandingan penelitian.
Tabel 2.1 (State Of The Art)
2.1.1 Penelitian nasional (Konflik Interpersonal Karyawan PT.PLN (Persero)
Rayon Rantau Yang Dipimpin Oleh Manajer Junior)
Nama Peneliti
Sri Rahayu
Judul Penelitian
Konflik Interpersonal Karyawan PT.PLN (Persero) Rayon
Rantau Yang Dipimpin Oleh Manajer Junior
Lokasi
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konflik interpersonal
yang terjadi pada karyawan yang dipimpin manajer junior
disebabkan oleh pengalaman kerja, faktor persepsi mengenai
perencanaa manajemen logistic, dan komunikasi vertical.
Adapun strategi manajemen konflik interpersonal yang
dilakukan oleh karyawan dengan 2 cara, yaitu The Teddy
Bear (Smoothing) konflik harus dihindari dan memilih sikap
mengalah agar hubungan tidak menjadi rusak demi
keharmonisan. Menuruti dan tetap menjalankan perintah dari
manajer merupakan strategi karyawan untuk tetap menjaga
keharmonisan. The Owl (Confronting)
yaitu konflik
merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya dan
pemecahan
itu
harus
pribadinya
maupun
sejalan
dengan
tujuan-tujuan
tujuan-tujuan
pribadi
lawannya.
Mendiskusikan permasalahan yang terjadi dan menjelaskan
kembali maksud yang ingin disampaikan merupakan strategi
7
8
karyawan untuk mengatasi konflik interpersonal.
Perbandingan
Penelitian
sebelumnya
membahas
tentang
konflik
Penelitian
interpersonal yang terjadi pada karyawan dengan manajer
junior di PT. PLN menggunakan tipe komunikasi vertical
dan cara penyelesaiannya menggunakan strategi manajemen
konflik yaitu the teddy bear (smoothing) dengan The Owl
(Confronting). Sedangkan penelitian ini membahas tentang
memanajemen konflik yang terjadi di MNCTV dengan
memahami konflik seperti apa
dan proses konflik yang
terjadi didalam perusahaan tersebut.
2.1.2 Penelitian nasional (Manajemen Konflik dalam Organisasi)
Nama Peneliti
Sujito
Judul Penelitian
Manajemen Konflik dalam Organisasi
Lokasi
Universitas Semarang
Hasil Penelitian
Untuk menyelesaikan perselisihan antara berbagai pihak
dapat dilakukan dengan tujuan cara (Edwin B. Flippo 1994)
: (1) Cara menang kalah dimana satu pihak memaksa pihak
lain untuk mengalah (2) Menarik diri dan mundur dari
perbedaan
pendapat
(3)
Memperhalus
perbedaan
-
perbedaan atau membuat perbedaan itu kelihatan kurang
penting (4) Mengutamakan tujuan, dimana kedua pihak
untuk
sementara
diminta
menghentikan
perselisihan
perselisihan demi kerjasama dalam hal - hal yang lebih
bernilai
dan
lebih
penting
(5)
Mengkompromikan,
memisahkan perbedaan dan berunding untuk mencapai
posisi - posisi antara yang dapat diterima (6) Penyerahan
kepada suatu pihak ketiga dari luar untuk mengambil
keputusan seorang wasit dan (7) Mengundang pihak ketiga
9
dari luar untuk menengahi dan membantu dua pihak utama
mencapai suatu penyelesaian. Disamping itu juga ada cara
lain untuk mengatasi adanya konflik yaitu : (1) Metode
dominasi
(2)
Metode
kompromi
(3)
Penyelesaikan
integreted.
Perbandingan
pada penelitian tersebut menggunakan strategi (Edwin B.
Penelitian
Flippo 1994) dengan cara-cara tertentu ketika konflik
terjadi, sedangkan penelitian ini menggunakan strategi
(Nursalam 2009) dan (Robbins 2008).
2.1.3 Penelitian nasional (Manajemen Konflik Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Teamwork Dalam Organisasi)
Nama Peneliti
Dwi Irawati
Judul Penelitian
Manajemen Konflik Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja
Teamwork Dalam Organisasi
Lokasi
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Hasil Penelitian
Team work merupakan suatu kebutuhan dan juga tuntutan
lingkungan eksternal organisasi diabad 21. Manajemen perlu
mengubah sudut pandang bahwa konflik tidak membawa
keuntungan untuk organisasi. Konflik justru dibutuhkan
Potential conflicts yang terdapat di dalam tubuh organisasi
bukanlah merupakan suatu hal yang perlu ditakutkan
organisasi yang hidup di era perubahan. Penanganan dan
pengendalian konflik serta pemahaman atas diversity yang
terdapat di dalam organisasi merupakan kunci utama
minimnya konflik terbuka antar sesama anggota organisasi.
Perbandingan
Penelitian sebelumnya membahas tentang manajemen
Penelitian
konflik untuk meningkatkan kinerja teamwork dan konflik
10
tersebut dibutuhkan karena dianggap membawa keuntungan
bagi organisasi. Sedangkan penelitian ini membahas tentang
manajemen konflik
yang berfokus pada komunikasi
interpersonalnya.
2.1.4
Penelitian
internasional
(Relationship
Between
Interpersonal
Communication Skills and Organizational Commitment (Case Study: Jahad
Keshavarzi and University of Qom, Iran))
Nama Peneliti
Hassan Zarei Matin Golamreza Jandaghi Fateme Haj Karimi
Ali Hamidizadeh
Judul Penelitian
Relationship Between Interpersonal Communication Skills
and Organizational Commitment (Case Study: Jahad
Keshavarzi and University of Qom, Iran)
Lokasi
University of Tehran, Iran
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan
jika manajer meningkatkan keterampilan membangun tim
mereka. Mengingat hubungan yang signifikan antara dua
keterampilan komunikasi interpersonal dan komitmen
organisasi. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi dan
komitmen organisasi yang menunjukkan bahwa hubungan
antara
kedua
variabel
tidak
begitu
kuat.
Menurut
pengamatan dan penelitian lainnya, ditetapkan bahwa ada
faktor lain dalam organisasi belajar yang mempengaruhi
komitmen organisasi dan mereka lebih berakar dalam
memenuhi kebutuhan awal. Oleh karena itu, dianjurkan
untuk
mempelajari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
komitmen organisasi.
Perbandingan
Penelitian
sebelumnya
membahas
tentang
komitmen
11
Penelitian
organisasi,
peneliti
sebelumnya
menganggap
bahwa
komunikasi interpersonal dan komitmen berorganisasi bukan
hal yang berpengaruh, tetapi memahami faktor-faktor
komitmen berorganisasilah yang dapat berpengaruh cukup
kuat. Sedangkan penelitian ini tidak membahas tentang
komitmen organisasi dan penilitian ini lebih berfokus pada
manajemen konlik komunikasi interpersonal
2.1.5 Penelitian internasional (Conflict Management Practices for Diverse
Workplaces)
Nama Peneliti
Daria Prause & Bahaudin G. Mujtaba
Judul Penelitian
Conflict Management Practices for Diverse Workplaces
Lokasi
Florida Atlantic University
Hasil Penelitian
Secara historis, strategi pengelolaan konflik telah mengarah
ke Strategi. Thomas dan Kilmann ditetapkan lima mode
untuk merespon situasi konflik dan yang digunakan oleh
manajer dalam proses pengambilan keputusan (Mujtaba dan
McCartney, 2010): 1. Bersaing adalah ketika seorang
individu mengejar / keprihatinannya sendiri di lain orang
Beban (Kilmann 2007). Mode ini dapat digambarkan
sebagai memaksa dan menggunakan formal otoritas atau
kekuasaan satu memiliki untuk memenuhi nya / keinginan
dan keinginan nya. Sebuah partai harus bertindak dalam cara
yang sangat tegas tanpa kerjasama apapun yang mungkin
diperlukan untuk darurat atau waktu situasi sensitif. Dilema
etika yang mungkin terjadi dalam jenis strategi konflik
sebagai salah satu pihak bisa merasa sulit untuk bertindak
dengan cara yang membantu organisasi atau orang lain saat
berjalan terhadap prinsip-prinsip nya dan kepentingan (Jones
12
& George, 2014). 2. Mengakomodasi adalah mengabaikan
kekhawatiran individu mendukung beberapa orang lainnya.
Jenis teknik pemecahan konflik muncul ketika pihak bekerja
sama dengan sangat baik dan salah satu 19 anggota adalah
seorang ahli dalam situasi tertentu, sehingga mampu
memberikan solusi yang lebih baik bahkan jika itu bekerja
terhadap tujuan orang lain dan hasil yang diinginkan. 3.
Menghindari adalah ketika seseorang tidak mengejar /
keprihatinan nya sendiri maupun orang-orang yang lain
individu (Kilman, 2007). Situasi semacam ini terjadi ketika
salah satu pihak tidak ingin berpartisipasi dalam konflik dan
tidak memperhatikan itu. Ini mungkin terjadi ketika salah
satu pihak tidak memiliki kepentingan dalam konflik, tidak
ingin
memenangkan
argumen
atau
emosional
mau
menciptakan ketegangan apapun, dan berharap bahwa situasi
akan lewat. 4. Berkolaborasi menyiratkan bekerja sama
untuk menemukan solusi yang memenuhi semua pihak. Itu
definisi kolaborasi dalam banyak kamus dapat disimpulkan
sebagai
kerjasama
dengan
yang
lain
pihak
untuk
mengekspresikan dan mendengar keprihatinan dalam upaya
untuk menemukan hasil yang saling memuaskan. Itu juga
disebut "menang-menang" skenario yang mungkin ketika
seseorang mempertimbangkan keinginan semua pihak,
memperluas frame solusi biasa dan menganalisa semua ide
untuk membuat benar-benar baru dan segar hasil. 5.
Mengganggu menyelesaikan konflik dengan kepuasan
parsial kedua belah pihak. Sayangnya, hal itu memecahkan
masalah
sementara.
Taktik
konflik
ini
juga
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok umum: integrasi
atau bekerja dengan orang-orang, distributif atau bekerja
terhadap orang-orang, dan menghindari atau bekerja jauh
dari orang lain. Tujuan utama dari setiap pengelolaan
konflik teknik yang menciptakan suasana yang bebas positif
13
dan konflik di tempat kerja, menemukan yang lebih baik
solusi untuk masalah dan memberikan umur panjang bagi
organisasi dan tim mereka.
Perbandingan
Penelitian
Penelitian
manajemen
sebelumya
konflik
Mengakomodasi,
menggunakan
dengan
lima
Menghindari,
strategi
cara:
dalam
Bersaing,
Berkolaborasi
dan
Mengganggu, sedangkan penelitian ini menggunakan enam
cara dalam manajemen konflik: Kompromi atau negosiasi,
Kompetensi,
Akomodasi,
Smootting,
Menghindar,
Kolaborasi
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi berkaitan dengan komunikasi dalam jumlah besar dan ruang
lingkup yang luas. komunikasi ini sangat beragam, dalam komunikasi organisasi
tentu
memerlukan
pertemuan
interpersonal
(percakapan
atasan-bawahan),
kesempatan berbicara di depan publik (presentasi oleh eksekutif perusahaan), situasi
kelompok kecil (kelompok mempersiapkan laporan), dan pengalaman membuat
memo, e-mail, dan telekonferensi). Organisasi umumnya berkaitan dengan fungsi
organisasi, termasuk suasana, aturan, dan orang yang ikut berpatisipasi.Yang
membedakan konteks ini dari orang lain adalah bahwa hirarki yang jelas ada di
kebanyakan organisasi. Hirarki adalah prinsip organisasi dimana hal atau orang yang
peringkat satu di atas yang lain. Organisasi merupakan hal unik karena sebagian
besar komunikasi sangat terstruktur, dan peran khusus dan terprediksi. karyawan
dan pengusaha sama-sama jelas dalam rantai perintah mereka.(Richard west dan
Lynn H. Turner 2010).
Weick mengemukakan teori “organisasi” (organization) secara khas
dianggap sebagai kata benda, sementara “pengorganisasian (organizing) dianggap
sebagai kata kerja. (Pace dan Faules 2010). Berdasarkan pendapat Redding dan
Sanborn yang dikutip oleh Masmuh dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek (2010) mengatakan bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks. Kemudian menurut Pace dan Faules Masmuh dalam
14
bukunya (2010) mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua,
yakni definisi fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komunikasi
organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan
definisi interpretative komunikasiorganisasi cenderung menekankan pada kegiatan
penanganan-pesan yang terkandung dalam suatu “batas organisasi” (organizational
boundary). Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakkan bagian dari suatu
organisasi tertentu (Pace dan Faules 2006) Sehingga dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan berbagai pesan di
dalam organisasi, baik di dalam kelompok formal maupun informal.
Definisi tradisional (fungsionalis dan objektif) komunikasi organisasi
cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu
“batas organisasional”. Komunikasi organisasi, dipandang dari suatu interpretif
(subjektif) adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organisasi. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan
bagaimana mereka terlibat dalam proses itu, bertransaksi dan memberi makna atas
apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah
organisasi. Dalam pandangan “objektif”, organisasi menekankan “struktur”,
sementara organisasi berdasarkan pandangan “subjektif”, menekankan “proses”.
(Pace & Faules 2010).
Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk diorganisir.
Keberhasilan dalam komunikasi organisasi merupakan aset penting dalam
pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi merupakan perekat yang dapat membuat
individu-individu dari organisasi secara bersama-sama melakukan fungsinya dengan
baik. Hubungan komunikasi yang baik antar anggota organisasi merupakan kunci
utama dari keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pencapaian tujuan organisasi sangat memerlukan proses komunikasi. Proses
komunikasi tersebut memungkinkan para anggotanya untuk bertukar informasi dan
berinteraksi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan atau organisasi.
Selain itu, komunikasi organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk mempererat
hubungan antara atasan dengan bawahan maupun antara rekan kerja satu tingkatan.
15
Redding dan Sanbors mengatakan bahwa, “komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang
termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi interpersonal, hubungan manusia,
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan
kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang sesama level/tingkatnya
dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan,
menulis dan komunikasi evaluasi program” (Muhammad 2009).
Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus
informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi.
Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang
saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal
(Muhammad 2009).
Thayer mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan
melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara.
Thayer memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu :
1. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau
beroperasinya organisasi.
2. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturanaturan dan petunjuk-petunjuk.
3. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi. Yang
termasuk bagian ini antara lain hubungan dengan personal dan masyarakat,
pembuatan iklan dan latihan (Muhammad 2009).
Green baunm mengatakan bahwa,“bidang komunikasi organisasi termasuk
arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan
komunikasi internal dan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama
sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan
aktivitas” (Muhammad 2009).
Goldhaber memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut,
“organizational communications is the process of creating and exchanging messages
within a network of interdependent relationship to cope with environmental
uncertainty” atau dengan kata lain “komunikasi organisasi dalah proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung
16
satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah” (Muhammad 2009).
Dari beberapa persepsi para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem
terbuka yang kompleks dan dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun
eksternalnya sendiri. Pada komunikasi organisasi terdapat proses, pesan dan arus,
jaringan komunikasi, tujuan arah komunikasi dan media komunikasi. Selain itu,
komunikasi
organisasi
berhubungan
dengan
bagaimana
seseorang
dengan
perasaannya, sikapnya, hubungannya dan dengan keterampilannya. Pada komunikasi
organisasi terdapat komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi organisasi
berperan sebagai koordinasi pribadi untuk mencapai tujuan perusahaan dan
melaksanakan
aktivitas
organisasi.
Dalam
komunikasi
organisasi,
terdapat
komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah dan komunikasi horisontal. Melalui
komunikasi organisasi, akan tercipta hubungan yang saling bergantung satu sama
lain untuk mengatasi lingkungan yang selalu berubah-ubah.
2.2.2 Komunikasi Interpersonal
Proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang
lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
(Muhammad 2009). komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam
upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan,
komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif,
berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya.
Komunikasi interpersonal disebut komunikasi bertatap wajah dengan orang
lain. Menyelidiki bagaimana hubungan dimulai, memelihara hubungan, dan
pembubaran hubungan mencirikan banyak konteks interpersonal. Salah satu alasan
17
para peneliti dan ahli teori hubungan studi adalah bahwa hubungan yang begitu
kompleks dan beragam. (Richard West dan Lynn H. Turner 2010).
Komunikasi interpersonal disebut komunikasi bertatap wajah dengan orang
lain. Menyelidiki bagaimana hubungan dimulai, memelihara hubungan, dan
pembubaran hubungan mencirikan banyak konteks interpersonal (Richard West dan
Lynn H. Turner 2010).
2.2.2.1 Arah Aliran Informasi
Menurut (pace dan Faules 2010) Dalam komunikasi organisasi terdapat
empat aliran informasi yaitu Komunikasi Ke Bawah, Komunikasi Ke Atas,
Komunikasi Horisontal dan Komunikasi Lintas-saluran. Pengertian dari ke empat
aliran informasi sebagai berikut
1.Komunikasi Ke Bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari jabatan berotoritas tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih
rendah.
2.Komunikasi Ke Atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir
dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).
3.Komunikasi Horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan
dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai
atasan yang sama.
4.Komunikasi Lintas-Saluran, dalam organisasi kebanyakan muncul keinginan
untuk berbagai informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang
tidak menduduki posisi pimpinan maupun karyawan. Dalam komunikasi lintas
saluran para pegawai berkomunikasi dengan orang-orang yang mengawasi dan
diawasi tetapi bukan pimpinan atau karyawan mereka.
Dari ke empat arah aliran komunikasi yang diteliti pada divisi corporate secretary
Perusahaan MNCTV arus komunikasi Horisontal atau (Horizontal communication)
Komunikasi horisontal atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi
lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi
sejajar / sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain
untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian
atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Komunikasi horisontal bersifat
18
koordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu
departemen maupun di antara beberapa departemen.
Komunikasi horisontal dalam organisasi dapat terbilang penting untuk
dilakukan, karena komunikasi horisontal mempunyai beberapa tujuan positif bagi
organisasi, seperti :
a) Komunikasi horisontal dapat membuat para anggota bertemu untuk
mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kerjaan yang telah
mereka lakukan. Seperti misalnya pada saat rapat, waktu istirahat,
interaksi pribadi, komunikasi dengan menggunakan media seperti
telepon, email dan sebagainya.
b) Komunikasi horisontal juga dapat digunakan untuk memecahkan
masalah, baik masalah yang menyangkut organisasi, maupun masalah
yang pribadi pekerja.
c) Komunikasi horisontal memudahkan para pekerja untuk mengenal
dan akrab satu sama lain, sehingga dapat menumbuhkan dukungan
antarpersona. Dukungan antarpersona didapat melalui interaksi antara
para pekerja. Interaksi tersebut akan mendorong terciptanya
keterikatan diantara mereka serta membentuk unit kerja yang efisien.
d) Komunikasi horisontal berguna untuk menciptakan rancangan suatu
program organisasi. Dalam hal ini para pekerja dapat mendiskusikan
rencana dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada program
tersebut. Selain itu, komunikasi horizontal dapat digunakan untuk
berdiskusi sehingga dapat memunculkan pemahaman bersama dan
menengahi perbedaan untuk mencapai tujuan bersama. (Purwanto
2006).
2.2.3 Konflik Interpersonal
Sumber konflik interpersonal menurut Suzne c.de Janasz, Karen and Beth
2006). Tidak semua orang dalam kelompok atau organisasi akan memiliki tujuan dan
sasaran yang sama. Menurut definisi, kelompok yang berbeda, unit bisnis, fungsi,
perusahaan operasi, atau lokasi dalam satu organisasi masing-masing akan memiliki
satu set harapan dan prinsip-prinsip operasi yang berbeda dari yang lain. Setiap
entitas spesifik dalam suatu organisasi mungkin memiliki seperangkat unik
19
pelanggan, profil karyawan, orientasi produk, gaya manajemen, bisnis, dan prosedur,
dan budaya atau lingkungan kerja. Unit bisnis dalam organisasi yang sama berbeda
secara signifikan di berbagai bidang seperti peran utama, tugas tugas, beban kerja,
penjadwalan liburan, membayar atau kebijakan promosi, rantai komando, proses alur
kerja, dan lain-lain. Misalnya, seperti (sumber terbatas, perbedaan tujuan / sasaran,
miskomunikasi, berbeda sikap, nilai, dan persepsi, perbedaan gaya).
Sedangkan yang dimaksud dengan konflik interpersonal adalah konflik yang
muncul ketika dua orang / lebih mengalami ketidaksetujuan. Perselisihan ini dapat
disebabkan oleh kesalahpahaman kecil atau sebagai hasil dari tujuan-tujuan, nilainilai, sikap atau keyakinan yang tidak sama konflik interpersonal merupakan konflik
yang muncul di antara dua individu. Ia bisa muncul antara rekan kerja, teman,
anggota keluarga, atau antara supervisor dan karyawan. Konflik interpersonal
muncul di antara dua individu.Di tempat kerja, konflik interpersonal ini bisa muncul
di antara dua rekan kerja, antara supervisor dan bawahan, antara karyawan dan
kustomer, atau antara karyawan dengan pemasok (vendor). Sementara kebanyakan
orang memiliki suatu cara tertentu yang mereka gunakan ketika berhadapan dengan
konflik. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka orientasi perilaku mengatasi
konflik interpersonal dapat diartikan sebagai perilaku yang bertujuan untuk
mengurangi hasil-hasil negatif dan meningkatkan hasil-hasil fungsional antara dua
individu / lebih yang memiliki persepsi atas situasi atau perilaku bahwa pihak
lainnya akan menghalangi atau mengancam individu tersebut mencapai tujuannya
yang dilakukan dengan memodofikasi faktor dari penyebab konflik. Terdapat empat
faktor yang mempengaruhi konflik, termasuk juga konflik interpersonal, yaitu:
a) Sikap (Attitudes) Banyak orang memandang konflik sebagai sesuatu yang
buruk dan destruktif, jadi mereka menghindari segala upaya yang
berhubungan dengan menghadapi situasi konflik. Namun konflik tidak dapat
diselesaikan kecuali konflik tersebut diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat
di dalamnya. Konsekuensinya adalah: jika Anda terlibat dalam konflik, maka
tantangan Anda yaitu membuat orang lain tersebut untuk mengetahui konflik
tersebut dan memiliki keinginan untuk membicarakannya sehingga dapat
diselesaikan secara tuntas, atau paling tidak tekanannya dapat dikurangi.
b) Persepsi (Perceptions) yaitu proses pengenalan arti dari apa yang kita lihat
atau dengar, merupakan inti dalam menentukan dan mempengaruhi konflik.
20
Konflik merupakan ”verbalisasi dari persepsi kita”. Persepsi merupakan hal
yang penting karena orang memberi respon satu dengan yang lainnya dalam
hal bagaimana mereka mengevaluasi suatu situasi. Kesalahan persepsi dapat
meningkatkan situasi yang tidak membahayakan konflik atau mengganggu
resolusi dari konflik. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang akan
meningkatkan munculnya konflik bagi pihak-pihak yang memiliki persepsi:
1. Saling Ketergantungan (Interdependence), yaitu jika persepsi umum
adalah bahwa pihak-pihak tersebut sangat tergantung satu dengan
yang lain untuk suatu hasil tertentu, maka konflik panas (hot conflict)
lebih dipastikan akan muncul. Konflik dapat berupa konflik panas
(hot conflict) ataupun konflik dingin (cold conflict). Konflik dingin
adalah konflik fungsional dan memberikan suatu kesempatan untuk
berbagi ide-ide yang kontras, mencari informasi, mengevaluasi
pilihan-pilihan, dan menegosiasikan tujuan-tujuan serta alternatifalternatif, konflik dingin melibatkan sedikit emosi. Di sisi lain,
konflik panas adalah konflik disfungsional dan melibatkan sejumlah
emosi, termasuk rasa marah dan frustrasi.
2. Tujuan-Tujuan yang Berbeda (Different Goals), yaitu jika pihak-pihak
memandang tujuan-tujuan mereka tidak sama, maka akan dipastikan
terjadi konflik. Sebagai contoh, jika tujuan Anda menyelesaikan suatu
pekerjaan sekurang-kurangnya dalam waktu seminggu sebelum
tenggat waktu, dan Anda memandang bahwa tujuan dari rekan kerja
Anda dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut adalah tepat pada
tenggat waktunya, maka kemungkinan akan terjadi konflik. Dalam
banyak situasi konflik, kebanyakan orang memiliki tujuan-tujuan
yang sama, yang membedakannya adalah bagaimana mereka
seharusnya berpikir untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3. Suatu Pihak Menghalangi Pihak Lainnya dalam Mencapai TujuanTujuan (One Party is Keeping the Other from Reaching Goals), yaitu
jika Anda memandang pihak lain menghalangi atau mencegah diri
Anda dalam mencapai tujuan Anda, maka konflik akan berpeluang
untuk terjadi.
21
4. Pelanggaran dari Pengharapan Hubungan (Violation of Relationship
Expectations), di sini dapat dicontohkan dengan seseorang yang
memiliki persepsi bahwa sahabatnya membocorkan rahasianya
kepada orang lain, maka besar kemungkinan akan terjadi konflik.
Dalam contoh ini telah terjadi pelanggaran dalam hal pengharapan
dari suatu hubungan, yaitu hubungannya sebagai sahabat.
c) Ketidakseimbangan Kendali atau Kekuatan (Control or Power Imbalance)
Faktor lain yang mempengaruhi konflik adalah tingkat dimana individu
merasa diri mereka kehilangan kendali atas suatu situasi, dan dengan
demikian menyebabkan suatu ketidakseimbangan kekuatan. Sebagai contoh,
jika Anda pada suatu hari tiba-tiba dipindahkan ke kantor lain, Anda dengan
pasti akan mengalami suatu kehilangan kendali: Anda tidak memiliki
masukan apapun dalam membuat keputusan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kehidupan kerja Anda. Namun jika keputusan itu dibuat oleh
rekan sebaya, atau mungkin hanya oleh rekan sekerja dalam satu tim yang
membuat keputusan demikian, maka Anda kemungkinan akan merasakan
ketidakseimbangan kekuatan: Orang yang membuat keputusan tersebut
memiliki hak dan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan diri Anda dalam
membuat keputusan yang mempengaruhi Anda.
d) Kepentingan Hasil (Outcome Importance) Kepentingan hasil yaitu tingkat
dimana kita merasa bahwa kita kehilangan kontrol atas masalah-masalah
yang penting bagi kita dalam menentukan apakah konflik akan muncul.
Sebagai contoh, jika Anda menganggap pemindahan Anda ke kantor lain
tanpa alasan yang jelas merupakan hal yang tidak penting bagi Anda, maka
konflik bisa tidak muncul. Namun jika keputusan tersebut menyebabkan
Anda bermasalah, maka situasi tersebut secara pasti akan menimbulkan
konflik karena Anda tidak lagi memiliki kontrol atas situasi yang sebelumnya
adalah penting. (Suharsono dan Lukas 2013).
2.2.4
Konflik Organisasi
Konflik adalah fakta kehidupan dalam organisasi. Setiap organisasi terdiri
dari orang-orang, dan setiap orang memiliki seperangkat tujuan yang mungkin
22
berbeda dari tujuan lain dalam organisasi. Ketika individu dengan kepentingan yang
berbeda bersaing untuk kolam sumber daya yang sama, pertikaian pasti akan
mengikuti. Ketegangan yang dapat ditangani secara konstruktif, dengan cara yang
merangsang kreativitas dan perubahan positif. Bahkan, kurangnya perhatian kadangkadang mencerminkan "i dont care" sikap yang dapat menyebabkan pekerjaan
tersendat.(suzzane c.de janasz, Karen and beth 2006)
Menurut Romli (2014). mengemukakan teori bahwa konflik organisasi adalah
perbedaan ide atau inisiatif antara bawahan dengan bawahan, manajer dengan
manajer dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan (coordinated activities).
Perbedaan inisiatif dan pemikiran sebagai upaya identifikasi masalah-masalah yang
menghambat pencapaian tujuan organisasi.
Keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan atau dengan kata
lain konflik selalu hadir. Konflik sering muncul dan terjadi pada sebuah organisasi.
2.2.5 Proses Konflik
Konflik adalah bentuk interaksi di antara pihak-pihak yang berbeda
kepentingan, persepsi, tujuan, nilai-nilai, atau pendekatan untuk masalah. Konflik
muncul ketika kita mulai merasa bahwa orang lain mengganggu kemampuan kita
untuk mencapai tujuan tertentu. Ini dimulai ketika kita percaya pihak lain yang
mengganggu atau berdiri di depan tindakan yang kita ingin ambil, ide kita ingin
mengejar, atau keyakinan yang kami pegang. Konflik mungkin melibatkan
perbedaan pendapat individu atau kelompok, perebutan, perselisihan, pertengkaran,
atau bahkan fisik, pertempuran dan perang.Karena manusia yang unik-memiliki
berbagai fisik, intelektual, emosional, ekonomi, dan sosial perbedaan konflik tidak
bisa dihindari. (suzzane c.de janasz, Karen and beth 2006).
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab dan proses, akan tetapi
melalui tahapan-tahapan tertentu. Konflik diidentifikasi proses terjadinya terdiri dari
tiga tahap : pertama; peristiwa sehari-hari, kedua; adanya tantangan, sedangkan yang
ketiga ; timbulnya pertentangan (Romli 2014).
Proses terjadinya konflik organisasi menurut Romli 2014). Permulaan konflik
(antecedents of conflict) merupakan kondisi-kondisi yang menyebabkan atau
mendahului suatu peristiwa konflik.Peristiwa yang dapat mengawali munculnya
konflik adalah adanya kekecewaan (frustation). Kekecewaan tidak selalu
23
diungkapkan selalu terbuka dan biasanya gejala-gejala akan terjadinya konflik tidak
dapat dilihat. Masing-masing individu ataupun kelompok berusaha menahan diri dan
tidak bersifat reaktif.
Pada tahap berikutnya, kedua belah pihak merasakan adanya konflik
(perceived conflict).Ditempat kerja tercipta suasana persaingan, tiap kelompok
cenderung untuk saling mengungguli dan bahkan berusaha mengalahkan kelompok
lain. keterbatasan sumber daya organisasi; dana, peralatan, fasilitas kerja, informasi,
tenaga dan waktu kerja menyebabkan individu atau kelompok saling berebut.
Perilaku yang nampak (manifest behavior), pada situasi kerja sudah nampak
peristiwa konflik.Individu ataupun kelompok menanggapi atau mengambil tindakan,
bentuknya dapat secara lisan, saling mendiamkan, bertengkar, berdebat. Sedangkan
tindakan nyata dalam perbuatan berupa persaingan, permusuhan atau bahkan dapat
menggangu kelompok lain sehingga mengancam kelangsungan organisasi.
Proses terjadinya konflik organisasi di atas merupakan gambaran umum yang
muncul pada sebuah organisasi. Setelah terjadinya konflik internal pada sebuah
organisasi, timbulah pendekatan manajemen konflik atau yang dimaksudkan cara
penyelesaian konflik internal pada sebuah organisasi. Pendekatan manajemen konflik
dijelaskan sebagai berikut.
2.2.6
Pendekatan Manajemen Konflik
Pendekatan manajemen konflik disini dimaksudkan cara penyelesaian konflik
internal dalam mengelola mutu produktivitas pada sebuah organisasi.
Menurut Romli (2014). konflik tidak hanya harus diterima dan dikelola dengan baik,
tetapi juga harus di dorong. Yang dimaksudkan bahwa konflik merupakan kekuatan
untuk mendatangkan perubahan dan kemajuan dalam lembaga.
Dalam buku Suzne c.de Janasz, Karen and Beth (2006). Kami dapat berhasil
menghadapi dan menyelesaikan konflik jika kita mengambil beberapa langkah:
konflik saling mengakui normal dan tak terelakkan, melatih diri untuk tidak bereaksi
berlebihan ketika konflik muncul, dan memiliki strategi untuk digunakan saat
konflik-beberapa di antaranya diprediksi-muncul. Konflik dapat bersifat positif atau
negatif.Hasil dari konflik tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola atau
diselesaikan. Konflik positif fungsional dan mendukung atau menguntungkan
organisasi atau tujuan utama seseorang. Konflik konstruktif ketika itu mengarah ke
24
keputusan yang lebih baik, kreativitas, dan solusi inovatif untuk masalah lama.
Konflik dipandang sebagai positif ketika menghasilkan. Manfaat konflik positif jauh
lebih besar daripada waktu yang dibutuhkan untuk mengelola konflik dengan baik.
Sebagai manajer. Ini adalah tanggung jawab kita untuk belajar bagaimana mengelola
konflik secara efektif dan bagaimana membantu orang lain mengelola konflik. Hal
ini dilakukan dengan menciptakan iklim dan budaya di tempat kerja yang
mendukung
konflik mendorong silang pendapat dan proses pengembangan,
pelatihan, dan alat-alat yang membantu orang bekerja palung perbedaan tak
terelakkan mereka satu sama lain.
menurut Suzne c.de Janasz, Karen and Beth 2006). Cara untuk mengelola
konflik:
1. Kontrol marah Anda dan respons emosional. Menunjukkan rasa hormat Anda
untuk perasaan pihak lain. Memvalidasi bahwa konflik adalah nyata bagi
mereka tidak peduli seberapa sepele mungkin tampaknya Anda. Konflik
merangkul membangun hubungan yang jujur. Dengan memvalidasi perasaan
kedua belah pihak tentang situasi Anda kemudian dapat pindah ke mode
pemecahan masalah.
2. Memahami masalah. Luangkan waktu yang dibutuhkan untuk sepenuhnya
menilai lingkup situasi: sumber konflik, isu yang terlibat, tujuan, dan
dinamika hubungan yang terlibat. Menerima kesalahan dari pihak yang
terlibat dan bersedia untuk mengakui mereka. Fokus pada perilaku yang
berubah, bukan orang. Kemudian pilih strategi konflik dari pilihan di atas dan
menerapkannya pada situasi seperti telah sesuai.
3. Pilih strategi Anda. Tidak semua konflik dapat dikelola. Dapatkan semua
fakta sebelum membuat penilaian apapun. Pilih waktu dan tempat dengan
hati-hati. Manajer yang baik akan hati-hati dalam memilih layak penanganan
dan pilih strategi yang tepat untuk menangani mereka.
4. Cari untuk tujuan bersama. Tahu pilihan Anda, dan pilih pilihan terbaik
Anda. Mencoba untuk bekerja untuk solusi menang-menang yang akan
diterima oleh kedua belah pihak. Lakukan ini dengan mengajukan pertanyaan
terbuka dan menunjukkan Anda pernah mendengar dan mengerti tujuan atau
tujuan lain. Ketika hal ini tidak mungkin atau waktunya singkat, cobalah
untuk menampung banyak kepentingan orang lain mungkin dan kemudian
25
membuat keputusan yang akhirnya paling adil dan membantu bagi organisasi.
Kadang-kadang solusi kompromi harus cukup
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6, yakni:
1. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini
sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Kedua unsur yang terlibat
meyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam manajemen,
strategi ini sering digunakan oleh middle dan top manajer. (Nursalam 2009)
Ketika masing-masing pihak yang berkonflik berusaha mengalah dalam satu
atau lain hal, terjadilah tindakan berbagi, yang mendatangkan kompromi.
Dalam maksud kompromis (compromising), tidak jelas siapa yang menang
siapa yang kalah.Alih-alih, muncul kesediaan dari pihak-pihak yang
berkonflik untuk membatasi objek konflik dan menerima solusi meski
sifatnya sementara.Karena itu ciri khas maksud kompromis adalah bahwa
masing-masing pihak rela menyerahkan sesuatu atau mengalah (Robbins
2008).
2. Kompetensi
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win/lose” penyelesaian konflik.
Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok
yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.Akibat negatif dari
strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di
masa mendatang (Nursalam 2009).
Ketika seseorang berusaha memperjuangkan kepentingannya sendiri, tanpa
memedulikan dampaknya atas pihak lain yang berkonflik, orang dapat kita
katakan sedang bersaing (competing). Contoh dari perilaku ini mencakup
maksud untuk mencapi tujuan anda dengan mengurbankan tujuan orang lain,
berupaya meyakinkan orang lain bahwa kesimpulan anda benar dan
kesimpulan ia salah, dan mencoba membuat orang lain dipersalahkan atas
suatu masalah (Robbins 2008).
3. Akomodasi
Ketika salah satu pihak berusaha menyenangkan hati lawannya, pihak
tersebut kiranya akan bersedia menempatkan kepentingan lawan diatas
26
kepentingannya sendiri. Dengan kata lain, agar hubungan tetap terpelihara,
salah satu pihak bersedia berkurban. Kita menyebut maksud ini sebagai
akomodatif
(accommodating).
Contohnya
adalah
kesediaan
untuk
mengorbankan kepentingan Anda sehingga tujuan pihak lain dapat tercapai,
mendukung pendapat orang lain meskipun Anda sebenarnya enggan, serta
memaafkan seseorang atas suatu pelanggaran dan membuka pintu bagi
pelanggaran selanjutnya (Robbins 2008).
Istilah lain yang sering digunakan adalah“cooperative”. konflik ini
berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha
mengakomodasi permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain
untuk menang. Masalah utama pada strategi ini sebenarnya tidak
terselesaikan strategi ini biasanya digunakan dalam politik untuk merebut
kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya. (Nursalam 2009)
4. Smootting
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat
dalam konflik berupaya mencari kebersamaan dari pada perbedaan dengan
penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik
yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar, misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi,tidak dapat dipergunakan (Nursalam 2009).
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak
menyelesaikan masalah.Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan
membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar daripada
menghindar, atau perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya, atau jika
masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya (Nursalam 2009).
Seseorang mungkin mengakui adanya konflik namun ia ingin menarik diri
atau menekannya. Contoh-contoh dari perilaku meghindar (avaiding) adalah
mencoba mengabaikan sesuatu konflik dan menghindari orang lain yang tidak
bersepakat dengan anda (Robbins 2008).
6. Kolaborasi
27
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”.Dalam kolaborasi, kedua
unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam
mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu
tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi
kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari
situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam
menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok
atau seseorang (Nursalam 2009).
Ketika setiap pihak yang berkonflik berkeinginan untuk bersama-sama
memperjuangkan kepentingan kedua belah pihak, dapat dikatakan mereka
sedang
bekerjasama
dan
mengupayakan
hasil
yang
sama-sama
menguntungkan. Dalam bekerja sama(collaborating), maksud para pihak
adalah menyelesaikan masalah dengan memperjelas perbedaan ketimbang
mengakomodasi sudut pandang. Contohnya adalah upaya untuk mencari
solusi menang-menang yang memungkinkan tujuan belah pihak sepenuhnya
tercapai dan pencarian kesimpulan yang menyatakan wawasan yang valid
dari kedua belah pihak (Robbins 2008).
28
2.3
Kerangka Pemikiran
Konflik Interpersonal
Komunikasi di Organisasi
Manajemen Konflik
Interpersonal
Strategi Manajemen
Konflik
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Download