konsep pakem dalam motivasi belajar siswa

advertisement
KONSEP PAKEM DALAM MOTIVASI
BELAJAR SISWA
Oleh :
DR. MUSTAKIM, S.Pd.,MM
A.
PENDAHULUAN
Menghadapi persaingan Global tanpa batas dan seiring dengan
bergulirnya kurikulum 2004, dunia pendidikan dihadapkan kepada
tantangan yang sangat berat, yaitu terjadinya transformasi kehidupan antar
bangsa memerlukan sumber daya manusia yang tangguh, ulet, kreatif, dan
profesional dibidangnya.
Sejalan dengan hal tersebut tujuan pendidikan nasional berfungsi:
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
`peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi
warga
negara
yang
demokratis
serta
bertanggungjawab”.
(UU SISDIKNAS. No.20 tahun 2003 : Pasal 3 ).
Dan untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka upaya peningkatan
mutu pendidikan membutuhkan
guru yang berkualitas, berfikir kreatif,
inovatif dan professional. Upaya yang harus dikembangkan adalah iklim
belajar mengajar yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dan percaya
diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif ( Ditjen Dikti
depdikbud, 1988 : 149).
Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro (1995 : 43) dalam Majalah
Suara Guru (2002 ) menyatakan bahwa:
“ Peningkatan mutu pendidikan harus didukung oleh
kebijakan yang berorientasi pada : perluasan dan pemerataan
kesempatan belajar, peningkatan relevansi pendidikan dengan
kebutuhan
pembangunan
menyongsong
era
globalisasi,
peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan, serta
peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan.”
Hal ini menandakan bahwa perwujudan masyarakat berkualitas
menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan
peserta yang menjadi subjek yang makin berperan menampilkan
keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada
bidangnya masing-masing.
Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari atau tidak telah
mengalami suatu pergeseran dari behaviourisme ke konstruktivisme
yang menuntut guru
kompetensi
untuk
dilapangan harus mempunyai syarat
dapat
melakukan
suatu
perubahan
dan
dalam
melaksanakan proses pembelajaran dikelas.
Selanjutnya dalam pandangan konstruktivisme bahwa:
“Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit
) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
1
Pembelajaran itu dan membentuk makna melalui pengalaman
nyata. ( Depdiknas,2003:11)
Berdasarkan pandangan tersebut, seorang guru harus berani dan
pandai mengatur strategi agar proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik dan dapat diserap oleh siswa, untuk dapat menyerap materi
yang
diberikan
guru,
konstruktivisme
menyarakan
dibentuknya
masyarakat belajar (learning community) yang dicirikan salah satunya
pembentukan kelompok, dan prosesnya melalui Pendekatan Konsep
PAKEM (pembelajaran , aktif, kreatif, dan menyenangkan )
Menururt Slamet (1987 :92 ) seoarang guru harus mempunyai
syarat-syarat apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun
Pembelajaran siswa agar efektif dikelas , diantaranya :
1.
2.
Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu
mengajar, variasi metdoe mengakibatkan penyajian bahan
lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa,
sehingga kelas menjadi hidup, metode pelajaran yang selalu
sama( monoton ) akan membosankan siswa.
Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada
kemajuan , perkembangan siswa,. Selanjutnya melalui proses
belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan
meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas
maka siswa akan belajar lebih tekum, giat dan lebih
bersemangat.
Kita yakin pada saat ini banyak guru yang telah melaksanakan
teori konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas tetapi volumenya
masih terbatas, karena kenyataan dilapangan
kita masih banyak
menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan
hanya
melaksanakan kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam
2
mengajar,
baginya
yang
penting
bagaimana
sebuah
peristiwa
pembelajaran dapat berlangsung.
Dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana pengajar
masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak
ceramah (telling method) dan kurang membantu pengembangan
aktivitas murid (Hartono Kasmadi,1993:24).
Dari uraian diatas,kita akan mengetahui akibat yang timbul pada
peserta didik, kita sering menjumpai mereka belajar hanya untuk
memenuhi kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, sisiwa merasa
terkekang, membenci guru karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos,
tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, takut berhadapan dengan
mata pelajaran tertentu, sehingga berdampak pada hilangnya motivasi
belajar.
Dari permasalahan yang ada penulis mencoba mengemukakan
gagasan ideal untuk menjawab pertanyaan yang sering terlontar oleh
rekan guru seperti : bagaimana cara efektif membuat suasana kelas
menjadi menyenangakan sehingga anak mempunyai motivasi belajar ?
Metode apa yang cocok untuk proses pembelajaran saat ini? Bagaimana
cara
menerapkan
metode
dan
strategi
pembelajaran
yang
menyenangkan?
3
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Mansyur (1998 : 142 ) Metode Pembelajaran adalah :
“ Teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas ,
baik secara individual atau secara kelompok / klasikal, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik. “
Sedangkan Syaiful Sagala (2005: 175 ) menyatakan bahwa :
“ Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. “
Selanjutnya
Komarudin (2000 :152) dalam Sayaiful Sagala
(2005 :175 ) mengatakan bahwa metode pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu yaitu :
“ (1) suatu tipe atau desain ; (2) suatu deskripsi atau analogi
yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu
yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu system
atau asumsi, data, dan inferensi yang dipakai untuk
mwnggambarkan secara matematis suatu objek atau
peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu
system kerja, suatu terjemahan realistis yang disederhanakan
(5) deskripsi dari suatu system yang mungkin imajiner ; (6)
penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukan sifat bentuk aslinya.”
Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai
metode, baik mengenai kelebihan –kelebihannya maupun mengenai
kelemahannya maka seseorang akan lebih mudah menetapkan metode
mana yang paling serasi untuk tujuan, situasi dan kondisi yang khusus
dihadapinya.
4
Metode mengajar dapat mengmbil berbagai bentuk oleh karena itu
ia dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
a) Murid atau siswa (yang berbagai –bagai tingkat
kematangannya )
b) Tujuan ( yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya)
c) Situasi (yang berbagai-bagai keadaannya)
d) Fasilitas
(yang
berbagai-bagai
kualitas
dan
kuantitasnya )
e) Guru (yang pribadi setta kekmampuan profesionalnya
berbeda. (Mansyur ,1998 :171 )
Berdasarkan pernyataan
diatas, bahwa metode pembelajaran
adalah kerangka konseptual atau teknik penyajian yang dikuasai guru
untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas , baik secara individual atau secara kelompok / klasikal, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan
baik, serta digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan mempunyai karakteristik tertentu.
2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Menurut Mansyur (1998 :146) pada dasarnya ada sifat-sifat umum
pada metode yang satu yang tidak terdapat pada metode yang lain, dengan
mencari ciri-ciri umum itulah metode pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi 2 , yaitu :
A. Metode mengajar Kelompok / klasikal , yang terdiri dari metode
ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, sosiodrama,
karyawisata, kerja kelompok.
B. Metode Mengajar Secara Individual, yaitu metode latihan,
pemnberian tugas, eksperimen.
5
Sedangkan disisi lain Syaiful Sagala (2005 : 196 ) memandang
bahwa metode pembelajaran adalah bagian dari model mengajar yang
mengacu kepada pola pendekatan apa yang digunakan.
Dalam
pandangannya , bahwa pendekatan dalam model mengajar terbagi dua
yaitu :
a. Pendekatan Inquiry /Discovery /Model Personal, yaitu bahwa siswa
sebagai subjek dan objek belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Proses pembelajaran harus di pandangan sebagai stimulus
yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau
pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih
banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok
memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
b. Pendekatan Tingkah laku( behavioral Models ), pola ini lebih
menekankan pada tingkah laku, sebagai aplikasi dari teori belaar
behaviourisme. Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh
stimulus dan respon yang diberikan individu. Penguatan respond an
stimulus merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan
tingklah laku .
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa jenis-jenis metode mengajar
pada dasarnya mengacu kepada pola pendekatan yang digunakan, pola
pendekatan yang sering digunakan oleh para pendidik adalah pola
6
inqury/discovery model/ personal model dan pendekatan tingkah laku /
behavioral models, sedangkan jenis metode mengajar terbagi dua, yaitu
metdoe belajara klasikal dan metode mengajar Individual
Dalam menerapkan pendekatan dan jenis metode mengajar yang
kana digunakan seyogyanya guru harus dapat mengausai dulu materi yang
akan dibahas dan disampaikan serta harus dilihat situasi dan kondisi serta
lingkungan sekitarnya, sehingga model dan jenis metode belajar yang akan
digunakan sesuai dengan situasi lingkungan belajar setempat.
3. Fungsi Metode Pembelajaran
Pada dasarnya setiap metode adalah wajar jika dipergunakan dan
dimanfaatkan untuk tujuan tertentu,
seperti yang dikemukakan oleh
Mansyur ( 1998 :180 ) yaitu :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Menyampaikan informasi atau penerangan melalui metode
ceramah
Membuka dialog melalui kegiatan Tanya jawab
Memikirkan berbagai alternative melalui metode diskusi
Meningkatkan keterampilan melalui berbagai latihan
Memperkaya pengalaman melalui demonstrasi dan
eksperimen
Menerapkan Pembelajaran melalui pemberian tugas
Memperjelas dan memperkaya pengalaman melalui karya
wisata
Memupuk kegotong- royongan melalui kerja kelompok.
4. Karakteristik Konsep PAKEM?
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
7
mempertanyakan,
dan
mengemukakan
gagasan.
Belajar
memang
merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif
dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa.
Menyenangkan
adalah
suasana
belajar-mengajar
yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran
tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran
hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran
tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
8
a) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi siswa.
b) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan
belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
c) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
d) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
5. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
a) Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak
desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau
anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua
sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya
sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua
sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru
memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang
menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan,
misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
9
b) Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan
harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas
tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai
dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih
dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
c) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas
atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar
bakat individunya berkembang.
d) Mengembangkan
kemampuan
berpikir
kritis,
kreatif,
dan
kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah;
dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis
berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu,
tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan
10
yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik
daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang
umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi
ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang
kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata
dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena
dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
f) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang
dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus
keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
11
g) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan
agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka.
h) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur
berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut
bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih
diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan
orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan
tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika
salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa
takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan
‘PAKEMenyenangkan.’
6. Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum membahas lebih jauh tentang motivasi belajar siswa,
terlebih dahulu penulis akan mencoba menerangkan satu persatu dari kata
12
tersebut diatas agar memudahkan untuk menarik benang merah dari konteks
kalimat diatas.
Motivasi berasal dari kata dasar motif dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu
bertindak dan berbuat.
Murray dalam A.N. Hamid Sayuti (2004) mengatakan bahwa:
“ Motivasi adalah konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang
dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk
merubah situasi yang kurang dan tidak menyenangkan. “
Dan Berelson dalam A.N Hamid Sayuti (2004 ) berpendapat
bahwa :
“ Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri
seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Bigge dan Hunt mendefinisikan motivasi sebagai
dorongan rasa ingin kenal yang menyebabkan seseorang untuk
memenuhi kemauan dan keinginkenalannya. “
Sedangkan dalam pandangan Nasution (2004 : 74 ) Motivasi
adalah :
“ Suatu hierarki , yaitu motivasi mempunyai tingkatantingkatan dari bawah sampai keatas, yakni : kebutuhan
Biologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan cinta
kasih, kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri. “
Selanjutnya Oemar Hamalik (2004 : 158 ) menyatakan motivasi
adalah :
“ Perubahan energi dalam diri (pribadi ) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan.”
13
Berdasarkan pernyataan diatas, motivasi adalah suatu hierarkis dan
konsep hipotesis perubahan energi dalam diri ( pribadi ), kekuatan dan
dorongan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang
untuk merubah sesuatu dan memenuhi
kemauan dan keinginkenalan
untuk mencapai tujuan.
Belajar, banyak para ahli dan tokoh pendidikan
yang
mendefinisikan belajar , seperti Lester D. Crow dalam Syaiful Sagala
(2005 :13 ) yang menyatakan bahwa :
“ Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan –
kebiasaan, Pembelajaran, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan
berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali
materi yang telah dipelajarinya , maka belajar seperti itu
disebut “rote learning “. Kemudian jika yang telah dipelajari
itu mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa
sendiri, maka disebut “overlearning “.
Sedangkan Skinner (1958 ) dalam Syaiful Sagala (2005 : 14 )
mengatakan bahwa :
“ Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga
dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar,
maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak
belajar maka responnya menurun. “
Selanjutnya Robert M. Gagne Dalam Syaiful Sagala (2005 : 17)
mengatakan bahwa :
Belajar adalah suatu proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan
menjadi kapabilitas baru . Belajar terjadi bila ada hasilnya
yang dapat diperlihatkan , anak-anak demikian juga orang
14
dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang telah pernah
dilihatnya, mengingat kata-kata yang yang baru dipelajarinya,
atau mengingat bagaimana cara memecahkan hitungan.
Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada
sekedar mengenal sesuatu kembali. “
Dan lebih jauh Robert M.Gagne dalam Syaiful Sagala (2005 :20 )
mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hierarki dari
yang paling sederhana sampai yang kompleks, yaitu :
a) Belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning )
b) Belajar
hubungan
stimulus-respons
(Stimulus
Response Learning)
c) Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining
learning
d) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (verbal
Asosiation)
e) Belajar membedakan atau diskriminasi (Discrimination
Learning )
f) Belajar Konsep-konsep (Concept Learning )
g) Belajar aturan atau hukum-hukum (ruke learning )
h) Belajar memecahkan masalah (problem Solving )
Berdasarkan definisi motivasi dan belajar, maka motivasi belajar
adalah suatu hierarkis dan konsep hipotesis perubahan energi dalam diri (
pribadi ), kekuatan dan dorongan yang dipengaruhi oleh persepsi dan
tingkah laku seseorang untuk merubah sesuatu dan memenuhi kemauan
dan
keinginkenalan
untuk
memperoleh
kebiasaan
–kebiasaan,
Pembelajaran, sikap-sikap dan proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi
kapabilitas baru dan berlangsung secara progresif dan berhierarkis.
15
7.
Jenis –jenis Motivasi
Menurut Oemar Hamalik (2004 : 162 ) Motivasi terbagi menjadi 2,
yaitu :
a. Motivasi Instrinsik yaitu motivasi yang ditimbulkan dari
dalam diri orang bersangkutan, tanpa rangsangan atau
bantuan orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh
rangsangan dari luar.
Motivasi instrinsik pada umumnya lebih dalam mendorong
seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik. Konsep Motivasi
Instrinsik diperkenalkan oleh Deci (1975) dalam Noehi Nasution (1996:9)
mengidentifikasikan motivasi instrinsik dalam bentuk tingkah laku sebagai
berikut :
1. Seseorang merasa suka terhadap sesuatu, namun lama
kelamaan
ia
akan
bosan,
namun
bila
ia
dapat
mempertahankan rasa sukanya kemungkinan besar akan
termotivasi untuk melakukan kegiatan itu.
2. Bilamana seseorang menghadapi tantangan ia akan merasa
yakin dirinya mampu , maka biasanya orang tersebut akan
mencoba melakukan kegiatan tersebut.
Sedangkan Stipek dalam Noehi Nasution (1996; 9) mengemukakan
bahwa :
“ Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang, guru
dapat memberikan motivasi siswa dengan melihat kondisi dan
suasana emosional siswa tersebut, menurutnya motivasi
berprestasi
itu
dimiliki
oleh
setiap
orang
sedangkan
intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut.”
16
Selanjutnya
Brophy
dalam Noehi Nasution (1996; 9)
mengemukakan suatu daftar strategi motivasi yang digunakan guru untuk
menstimulasi siswa agar produktif dalam belajar, meliputi :
1) Keterkaitan dengan kondisi lingkungan, yang berisi :
a. Kondisi lingkungan sportif
b. Kondisi Tingkat kesukaran
c. Kondisi belajar yang bermakna
d. Penggunaan yang strategi bermakna
2) Harapan untuk berhasil, berisi :
e. Kesuksesan program
f. Tujuan pengajaran
g. Remedial sosialisasi
3) Penghargaan dari luar, berisi :
a. Penawaran hadiah
b. Kompetensi yang positif
c. Nilai hasil belajar
4) Motivasi instrinsik, berisi :
a. Penyesuaian tugas dengan minat
b. Perencanaan yang penuh variasi
c. Kesempatan respon peserta didik
d. Umpan-balik atas respon siswa
e. Kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan tugas
pekerjaan
f. Adanya kegiatan yang menarik siswa dalam belajar
8. Fungsi Motivasi
Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya
kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan, sehingga menurut
Oemar Hamalik (2004 : 161 ) motivasi berfungsi sebagai :
17
a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan,
artinya tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu
perbuatan seperti belajar
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan.
Selanjutnya M.Ngalim Purwanto (1985 : 76 ) menjabarkan fungsi
motivasi sebagai berikut :
a) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, berfungsi
sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi
(kekuatan ) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
b) Untuk menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan
suatu tujuan atau cita-cita.
c) Menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan dan, yang serasi , guna
mencapai tujuan itu dengan menyampaikan perbuatan yang tak
bermanfaat bagi tujuan itu.
9. Peranan Motivasi Dalam Belajar
Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika seorang
guru dalam melaksanakan tugas dapat memberikan kontribusi kepada para
siswanya melalui berbagai kreatifitas strategi dan metode sehingga pada
saat terjadinya proses pengajaran anak akan merasa betah di kelas dan
dihargai sebagai manusia, hal ini dimungkinkan jika guru dapat
membangkitkan motivasi belajar anak. Dalam pandangan Oemar Hamalik
(2004 : 161 ) dikatakan bahwa motivasi dalam proses pembelajaran
mempunyai nilai sebagai berikut :
a) Motivasi menentukan tingkat berhasil
atau gagalnya
perbuatan belajar murid.
18
b) Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah
pengajaran
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan,
dorongan, motif, minat yang ada pada murid.
c) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan
imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh
mencari
cara-cara
yang
relevan
dan
sesuai
guna
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
d) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan
menggunakan
motivasi
dalam
pengajaran
erta
pertaliannya dengan pengaturan disiplin siswa.
e) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral
daripada asas –asas mengajar.
Motivasi belajar mempunyai beberapa indikator atau unsur yang
mendukung, dan mempunyai peranan yang besar terhadap keberhasilan
seseorang dalam belajar. Beberapa indikator motivasi belajar itu dapat
diklasifikasikan :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa dari keenam indikator
tersebut tiga indikator yaitu hasrat dan keinginan dan kebutuhan serta
harapan dan cita-cita dapat dikelompokan dalam dimensi instrinsik pada
motivasi belajar. Sedangkan tiga indikator lainnya yaitu penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif serta kegiatan belajar yang menarik
dikelompokan dalam dimensi ekstrinsik motivasi belajar.
Pencapain dimensi ekstrinsik motivasi belajar dapat ditempuh
dengan kegiatan pembelajaran dinamika kelompok berupa metode diskusi
Karen melibatkan semua orang dalm kelas serta menuntut tanggung jawab
bersama, penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, seta kegiatan
19
belajar yang menarik dalam proses perjalalanannya akan didapatkan pada
saat kegiatan belajar denngan metode diskusi.
Perlu dikekenali bahwa sesungguhnya baik dimensi intrinsik
maupun ekstrinsik terdapat berbagai indikator. Namun karena adanya
berbagai keterbatasan penulis hanya menganalisis keenam indikator diatas.
Pertimbangan
mangambil
keenam
indikator
tersebut
berdasarkan
kenyataan bahwa keenam indikator itu mempunyai peranan yang besar
dalam kegiatan proses pembelajaran.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat besar dapat ditunjukan
dari berbagai penelitian para ahli, yang dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya motivasi belajar peserta didik akan dapat berhasil dalam belajarnya
disamping itu dengan motivasi belajar ini akan mempengaruhi aspekaspek lain misalnya, kepercayaan diri, disiplin, tanggung jawab, rasa
optimis, dorongan untuk sukses harapan untuk lebih maju dalam belajar
dan lain sebagainya.
Manfaat lain dari motivasi terhadap belajar dikemukakan oleh
Rusyan (1993 :20 ) dalam Syaiful Sagala (2005 : 55 ) bahwa Motivasi,
kematangan dan kesiapan diperlukan dalam proses belajar megajar, tanpa
motivasi dalam proses belajar-mengajar, terutama motivasi instrinsik tidak
akan efektif dan tanpa kematangan organ –organ biologis dan fisiologis,
upaya belajar sukar berlangsung, demikian misalnya anak kecil tidak akan
mampu belajar mengucapkan kata-kata atau berbicara jika fungsi dari
organ-organ bicara belum mencapai taraf kematangan untuk itu .
Demikian pula halnya belajar disekolah .
5. Peranan Konsep PAKEM terhadap Motivasi Belajar Siswa
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang
terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan
kemampuan guru.
20
Kemampuan Guru
Guru menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Pembelajaran
Sesuai mata pelajaran, guru
menggunakan, misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat
sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada
Siswa:
siswa untuk mengembangkan
Melakukan percobaan, pengamatan,
keterampilan.
atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus
sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada
Melalui:
siswa untuk mengungkapkan
Diskusi
gagasannya sendiri secara lisan atau
Lebih banyak pertanyaan terbuka
tulisan.
Hasil karya yang merupakan pemikiran
anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan
Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kegiatan belajar dengan kemampuan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
siswa.
Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan
diberikan
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN Siswa menceritakan atau memanfaatkan
dengan pengalaman siswa seharipengalamannya sendiri.
hari.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari
dalam kegiatan sehari-hari
Menilai PEMBELAJARAN dan
Guru memantau kerja siswa
kemajuan belajar siswa secara terus
Guru memberikan umpan balik
menerus.
21
C. PENUTUP
Dalam pendidikan paedagogik dibutuhkan suatu kreatifitas dan inovasi
dari seorang guru dalam membimbing, membangkitkan dan memotivasi belajar
siswa sehingga diharapkan siswa dapat tertarik untuk belajar.
Banyak cara , metode, dan pendekatan dalam membangkitkan motivasi
belajar siswa salah satunya adalah konsep pembelajaran Pakem (pembelajaran
aktif kreatif, dan menyenangkan ) sehingga pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik tanpa keluh kesah dari siswa.
Hal ini dibutuhkan suatu keterampilan dan kompetensi dari guru dalam
menyampaikan pesan tersebut, untuk itu guru harus selalu memacu diri mengasah
diri dengan membaca berbagai macam literatur, mengevaluasi secara periodik
metode yang digunakan, sehingga dapat meminimalisasi kelemahan-kelemahan
metode yang pernah diberikan sehingga pada akhirnya mutu pembelajaran dan
mutu pendidikan dapat meningkat dan terjaga.
Sumber referensi :
1. Hamalik, Oemar. ((2004 ). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi
Aksara
2. Kasmadi, Hartono. (1991). Taktik Mengajar. Semarang : IKIP Semarang
Press
3. Mukhtar dan Martinis Yamin.( 2002). Metode Pembelajaran yang
Berhasil. Jakarta : Mikasa Galiza.
4.
. (2002). Sepuluh Kiat Sukse Mengajar Dikelas. Jakarta : Rakasta
5. Melvin L Silberman .(.2004). Active learning :101 Cara Belajar Siswa
Aktif.Penerjemah.Raisul Mutataqien.Bandung : Nuansa
6. Mansyur, H.(1998).Strategi belajar Mengajar. Jakarta : Universitas
terbuka
7. Majalah Suara Guru. Nomor 3 Th. LII. 2002.
8. Nasution, Noehi.(1996). Psikologi pendidikan . Jakarta : Universitas
terbuka
9. Purwanto, Ngalim. (1985 ) Psikologi Pendidikan . Bandung : Rosdakarya
22
10. Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra
Timur
11. Sagala, Syaiful. (2005 ) Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung :
Alfabeta
12. Sayuti, Hamid. (2004). Teori Pembelajaran. Jakarta : UHAMKA
13. Seri Diktat Kurikulum 2004. (2004).Alternatif Model dan Strategi
Pembelajaran.Bogor: SMPN I Cisarua
14. Http//www.wordpress.id/tag/kurikulum
23
Download