MODUL PERKULIAHAN Metode Penelitian Kualitatif Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Fakultas Ilmu Komunikasi Advertising & Marketing Communications 03 Kode MK Disusun Oleh Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Abstrak Kompetensi Modul ini dipergunakan dalam perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, pertemuan . Pokok bahasan dalam Modul ini mencakup mengenai: definisi studi kasus, pemahaman umum mengenai studi kasus,proses identifikasi kasus, jenis-jenis studi kasus, dan mendesain penelitian studi kasus. Mahasiswa dapat memahami mengenai definisi studi kasus, pemahaman umum mengenai studi kasus,proses identifikasi kasus, jenis-jenis studi kasus, dan mendesain penelitian studi kasus. Mengenal Riset Studi Kasus Pemahaman Umum Menurut Kemmis (1980) konsep ‘kasus’ selalu menjadi perdebatan diantara para ahli, dan istilah ‘studi’ masih bersifat ambigu. Studi kasus dapat berarti ‘proses mengkaji kasus’ sekaligus ‘hasil dari proses pengkajian’ tersebut. Stenhouse (1984) mengistilahkan hasil tersebut dengan ‘catatan kasus’ seperti yang sesekali kita gunakan, namun praktik penyebutan laporan akhir dengan ‘studi kasus’ sudah mapan. Biasanya peneliti tidak akan mengalami kesulitan yang berarti meski mereka menggunakan istilah studi kasus. Terutama, ketika objek yang dikaji merupakan system yang semakin unik, spesifik, dan khusus. Sebagian studi kasus berciri kualitatif, namun sebagian lagi berciri kuantitatif. Pendekatan penelitian ini memang dapat dilakukan dari dua sudut pandang, kualitatif maupun kuantitatif. Studi kasus dengan dalam sudut pandang kualitatif memiliki corak naturalistik, holistic, kultural dan kuat unsur fenomenologisnya. Terdapat beberapa definisi yang diajukan oleh para ahli untuk menjelaskan studi kasus, diataranya: Studi kasus adalah pengujian intensif, menggunakan berbagai sumber bukti (yang bisa berbentuk kualitatif, kuantitatif atau gabungan keduanya) terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada umumnya, studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi “kasusnya”, yang dapat berupa organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye (Daymon dan Holloway, 2002, hal.162). Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain. ‘13 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311) menyatakan bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya. Daymon dan Holloway (2002) mengemukakan bahwa tujuan studi kasus dalam penelitian komunikasi adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata dalam konteksnya. Pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa hal tertentu terjadi dalam sebuah situasi tertentu, atau ‘apa yang terjadi disini?’ menjadi kepentingan utama ketika Anda memilih pendekatan riset ini. Pada hakikatnya, Anda sedang menguraikan kenyataan, yang dilakukan dengan cara: 1. melakukan analisis mendetail mengenai kasus dan situasi tertentu 2. berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang bekerja disana 3. mencatat bermacam-macam pengaruh dan aspek-aspek hubungan komunikasi dan pengalaman 4. membangkitkan perhatian pada cara factor-faktor tersebut berhubungan satu sama lain Riset studi kasus mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang terperinci dan kaya, mencakup dimensi-dimensi sebuah kasus tertentu atau beberapa kasus kecil, dalam rentang yang luas. Studi kasus yang baik oleh karena itu, menyoroti berbagai factor-faktor yang mengatur komunikasi dalam situasi tertentu, melukiskan keunikannya sekaligus namun tak selalu mencoba menawarkan pemahaman mendalam yang mempenyuai relevansi lebih luas. Istilah ‘studi kasus’ tidak selalu digunakan secara konsisten, dan juga tidak dibatasi sematamata pada konteks riset. Istilah studi kasus tidak hanya dapat diterapkan sebagai pendekatan riset, tapi juga untuk contoh data yang berbeda. Menurut Daymon d an Holloway (2002) ketika istilah tersebut digunakan untuk pendekatan riset maka, karakteristiknya adalah sebagai berikut: Eksplorasi dalam dan menyempit Berfokus pada peristiwa nyata dalam konteks kehidupan sesungguhnya Dibatasi oleh ruang dan waktu Bisa hanya merupaka kilasan, atau riset longitudinal tentang peristiwa yang sudah maupun yang sedang terjadi ‘13 Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mendetail dan deskriptif Melibatkan pandangan menyeluruh, menyelidiki hubungan dan keterpautan Fokus pada realitas yang penting dan tidak biasa Bermanfaat untuk membangun sekaligus menguji teori (jika dilakukan dalam konteks kuantitatif) Proses Identifikasi ‘Kasus’ Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus, maka terlebih dahulu peneliti harus dapat mengidentifikasi kasus yang dapat diajukan sebagai objek penelitian. Sebuah kasus dapat sederhana atau rumit. Kasus itu sendiri bisa berupa seorang seseorang atau sekelompok orang. Namun, secara umum tidak semua peristiwa merupakan sebuah kasus. Kasus harus bersifat spesifik. Bahkan kasus itu terkait dengan keberfungsian secara spesifik. Louis Smith (1978) mengatakan bahwa kasus adalah suatu ‘sistem yang terbatas’ (a bounded systm). Dalam ilmu-ilmu sosial kasus memiliki bagian-bagian operasional, bisa jadi bertujuan dan bahkan memiliki jiwa. Kasus adalah sebuah system yang padu. Bagian-bagian tidak harus beroperasi dengan baik, tujuan bisa irasional, namun hal tersebut tetaplah sebuah system. Perilaku kasus memiliki pola. Konsistensi dan sekuensinya sangat menonjol, sebagaimana diketahui bersama bahwa aspek-aspek tertentu itu berada dalam suatu system – terbingkai dalam kasus – dan sebagian berada di luar. Stake (1988) mengemukakan bahwa keterbingkaian (boundedness) dan pola-pola perilaku system adalah factor kunci dalam memahami sebuah kasus (Denzin dan Lincoln, 2009, hal. 300). Pada dasarnya peneliti dapat memilih sebuah kasus karena kasus tersebut membuat peneliti berfokus pada situasi problematis. Tujuan peneliti adalah untuk mengidentifikasi factor-faktor yang menyebabkan permasalahan dalam pengelolaan komunikasi, untuk memberi solusi praktis. Beberapa studi kasus berfokus pada peristiwa penting atau tidak biasa yang menantang atau mendukung pemikiran yang ada mengenai komunikasi yang terkelola. Kasus yang ekstrem merupakan kasus yang bertentangan dengan norma. Studi kasus juga dapat berfokus pada rutinitas yang sedari dulu sudah berlangsung, kejadian sehari-hari dalam mengirim dan menerima pesan komunikasi. Menganalisis apa dan bagaimana sesuatu dianggap biasa atau diterima secara umum dapat memberi kontribusi yang penting, contohnya dalam meneliti mengapa konsumen dalam wilayah tertentu tetap loyal pada ‘13 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id merek tertentu, atau mengapa fasilitas e-mail yang banyak digunakan pada satu konsultasi ternyata tidak bisa diterima dalam konsultasi lainnya (Daymon dan Holloway, 2002, hal. 169170). Jenis-jenis Studi Kasus Damon dan Holloway (2002) menuliskan dua jenis metodologi studi kasus yaitu studi kasus tunggal dan studi kasus majemuk atau studi kasus kolektif. Pemilihan satu diantara kedua metodologi ini diputuskan dalam proses penentuan rancangan studi kasus yang akan dilakukan, termasuk juga dengan keputusan untuk menggunakan pendekatan riset secara menyeluruh – apakah menggunakan orientasi riset lain atau tidak, dan metode mana yang akan dipakai. Adapu penjelasan untuk dua metodologi studi kasus tersebut yaitu: 1. Studi kasus tunggal, desain ini memberi anda kemungkinan untuk melakukan eksplorasi mendalam (tapi spesifik) tentang kejadian tertentu (atau beberapa peristiwa) dari sebuah fenomena. Minat peneliti, untuk itu berfokus pada sejumlah kecil kejadian yang diselidiki secara mendalam dalam satu rentang waktu atau dalam jangka waktu yang lebih panjang. Contohnya, jika focus riset mengharuskan riset komunikasi dalam sebuah organisasi maka peneliti bisa menganalisis semua aspek dalam komunikasi internal dan eksternal dalam seluruh departemen di semua lokasi yang diteliti selama satu tahun (ini akan menjadi analisis holistic, atau analisis menyeluruh terhadap keseluruhan kasus). Atau peneliti juga dapat saja memilik untuk berkonsentrasi pada salah satu aspek kasus seperti kasus komunikasi dalam satu departemen saja, kemudian membandingkan temuan-temuannya dengan temuan riset yang meneliti organisasi secara keseluruhan. Riset semacam ini akan menjadi sebuah embedded analysis (Yin, 1994 dalam Damon & Holloway, 2002, hal. 166). 2. Studi kasus majemuk atau studi kasus kolektif, penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan penarikan generalisasi untuk lingkup yang lebih luas. Hal ini juga memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi perbedaan corak khusus dengan menyelidiki persamaan dan perbedaan antar-kasus. Semakin banyak jumlah kasusnya, maka akan semakin sedikit manfaat yang bisa diperoleh dari pendekatan studi kasus. Saat meneliti kasus-kasus majemuk biasanya peneliti akan memberikan uraian terperinci untuk setiap kasus, mengidentifikasi tema dalam masing-masing kasus tersebut, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik untuk seluruh kasus. ‘13 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kemudian, peneliti harus menyediakan interpretasi sekaligus “hikmah” (lesson learned) dari kasus-kasus tersebut. Namun, semakin banyak kasus yang diteliti maka pembahasannya juga akan semkin dangkal, sementara analisisnya menjadi kian lemah (Creswell, 1998 dalam Daymon dan Holloway, 2002, hal. 167). Mendesain Penelitian Studi Kasus Kekuatan riset studi kasus terletak pada kemampuannya untuk menghasilkan berbagai sumber bukti yang kuat dan otentik. Ini disebabkan studi kasus mampu menyatukan kerangka teoretis dan metodologis yang berbeda-beda. Pendekatan yang digunakan, baik kualitatif maupun kuantitatif dapat ditentukan berdasarkan pada keadaan dan kebutuhan topic riset dalam situasi tertentu. Peneliti juga dapat menggunakan kedua pendekatan, kuantitatif dan kualitatif. Jika peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan kualitatif maka peneliti tersebut akan mendapatkan berbagai sumber informasi dari observasi, wawancara, dokumen, dan materimateri audiovisual. Bukti ini harus dapat mencerminkan pengetahuan mendalam tentang kasus yang diteliti, sehingga memungkinkan peneliti membangun perspektif dan sudut pandang dalam kasus yang diteliti tersebut. Dalam mengawali penelitian, bukan seuatu yang tidak lazim untuk memilih sebuah kasus semata-mata berdasarkan pertimbangan praktis. Jika peneliti yakin dengan apa yang ingin diteliti maka Ia boleh memilih sebuah kasus dikarenakan latar (kasus) tersebut nyaman bagi peneliti dan lokasinya juga mudah diakses untuk menggali topic riset tersebut. Fakta bahwa suatu kasus dianggap bermutu dan g=dengan sendirinya akan menarik adalah logika untuk memilih kasus (Stake, 1995 dalam Daymon dan Holloway, 2002, hal. 167). Dasar pemikiran ini sangat bergunaa jika peneliti ingin membangun teori, khususnya jika peneliti tersebut memilih metodologi grounded theory. Pelacakan terhadap kasus yang sesuai mungkin hanya sedikit disetir oleh akssibilitas maupun minat pada latar dibandingkan dengan keinginan peneliti untuk menemukan sebuah konteks yang mengilustrasikan corak-corak nan istimewa atau proses yang menjadi minat peneliti. Silverman (2000) merangkum tiga latar belakang utama peneliti dalam memilih kasus: ‘13 Latar yang akan diteliti Unsur-unsur atau proses yang ingin difokuskan 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bagaimana riset tersebut akan digeneralisasikan lebih lanjut Studi kasus adalah bagian dari metode ilmiah, namun tujuannya bukan hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan semata. Mengingat bahwa satu kasus tunggal atau sejumlah kecil kasus itu tidak dapat mewakili jumlah populasi yang besar dan kurang memiliki landasan teoretis bagi tahap generalisasi yang mapan, satu kasus tunggal yang menyimpang itu secara otomatis bertolak belakang dengan prisnsip generalisasi yang diharapkan. Studi kasus juga dapat digunakan untuk mengkaji kebijkan publik dan refleksi tentang pengalaman manusia. Pengalaman tidak langsung merupakan dasar penting untuk menentukan perencanaan aksi dan harapan-harapan yang hendak dicapai. Untuk itu tujuan dari studi kasus bukanlah untuk mewakili dunia, namun untuk mewakili suatu kasus itu sendiri. Manfaat dan kegunaan studi kasus bagi praktisi dan pembuat kebijakan terletak pada aspek perluasan pengalaman (its extension of experience). Dengan demikian, secara garis besar metode studi kasus adalah metode penelitian pribadi dan kajian tentang pengalaman personal yang unik (Denzin dan Lincoln, 2009, hal. 313). Adapun tanggung jawab konseptual terpenting yang dituliskan oleh Denzin dan Lincoln (2009) bagi seorang peneliti kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus adalah sebagai berikut: 1. Membingkai kasus dan mengonseptualisasikan objek penelitian 2. Memilih fenomena (gejala), menentukan tema-tema atau isu-isu yang menjadi focus pertanyaan riset 3. Melacak pola-pola data untuk memperkaya isu-isu penelitian 4. Menggunakan teknik triangulasi untuk hasil-hasil observasi penting dan landasan interpretasi 5. Menghadirkan beberapa alternative penafsiran 6. Merumuskan pernyataan sikap atau generalisasi tentang kasus Beberapa pertimbangan penting bagi peneliti yang mengunakan pendekatan studi kasus, yaitu: 1. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat laporan 2. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk membandingkannya dengan kasus lain 3. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk merumuskan berbagai generalisasi, atau apakah tugas tersebut akan diserahkan kepada para pembaca ‘13 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat ulasan (laporan) tentang peneliti yang berperan sekaligus sebagai partisipan 5. Apakah perlu atau tidak dan seberapa jauh peneliti mampu menyembunyikan identitasnya saat berperan sebagai partisipan. ‘13 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Denzin, NK., Lincoln, YS, 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Kriyantono, R. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Daymon, C., Holloway, I 2002. Riset Kualitatif: Public Relations & Marketing Communications. Yogyakarta: Penerbit Bentang. Sukidin, B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Penerbit Insan Cendekia. ‘13 1 Metode Penelitian Kualitatif Nindyta Aisyah, S.Ikom., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id