MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Psikologi Pesan Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Marketing Communications Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh B21423EL Dr. Farid Hamid, M.Si Abstract Kompetensi Pokok bahasan ini membahas menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan psikologi Pesan Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan psikologi pesan 7. Psikologi Pesan Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini disebut sebagai pesan paralinguistik.Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan bahasa, misalnya dengan isyarat, ini disebut juga pesan ekstralinguistik. Dalam ilmu psikologi pesan terdapat konsep yang berupa teknik pengendalian perilaku orang lain yang disebut bahasa. Dengan bahasa yang merupakan kumpulan kata, komunikator dapat mengatur perilaku orang lain. Berbicara atau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Dan selanjutnya, bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut pesan linguistik. Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi, sehingga makna dari pesan itu sendiri memperlancar interaksi social antar manusia. Sementara tujuan dari komunikasi akan tercapai bila makna pesan yang disampaikan komunikator sama dengan makna yang diterima komunikan. Maka untuk mencapai tujuan itu, pesan yang disampaikan biasanya diungkapkan melalui 2 bentuk, yaitu: pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesan yang digunakan dalam komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan melalui kombinasi bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud. Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian gagasa, ide, informasi. Bahasa memevahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan kita untuk menyandi (code) peristiwa-peristiwa dan objek-objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa, kita dapat mengabstraksikan pengalaman kita, dan mengomunikasikan kebanyakan pemikiran kita kepada orang lain dan menerima pemikiran lainnya. Sedangkan pesan non verbal adalah pesan yang digunakan dalam komunikasi yang menggunakan isyarat sebagai media komunikasi. 7.1. Pesan Linguistik Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak. 2015 2 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada dua cara dalam mendefinisikan bahasa: fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberikan arti. Secara umum bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. Hanya dengan bahasa pula kita dapat mengungkapkan rencana kita untuk minggu depan, bulan depan, atau tahun depan, yang tidak mungkin dapat dijelaskan dengan lambang-lambang lain. Betapa pentingnya bahasa sehingga Kong Hu Chu tatkala ditanya orang apa yang pertama-tama akan dilakukan manakala diberi kesempatan mengurus negara. Kong Hu Chu menjawab bahwa yang pertama-tama akan dia lakukan adalah membina bahasa, sebab apabila bahasa tidak tepat, maka apa yang dikatakan bukanlah apa yang dimaksudkan. Jika yang dikatakan bukan yang dimaksudkan, maka yang mesti dikerjakan, tidak dilakukan. Jikalau yang harus dilakukan terus menerus tidak dilaksanakan, seni dan moral menjadi mundur. Bila seni dan moral mundur, keadilan menjadi kabur......akibatnya rakyat menjadi bingung, kehilangan pegangan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu. Misalnya, kata rumah, kursi, mobil, atau mahasiswa. Realitas apa yang diwakili oleh setiap kata itu? Begitu banyak ragam rumah. Ada rumah bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana, dan lain-lain. A. Fungsi Bahasa Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: 1) penamaan (naming atau labeling), Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2015 3 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2) interaksi Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. 3) Transmisi informasi Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi. Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi, kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita. Pakar lain Book, mengemukakan bahwa agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu: 1) Untuk mengenal dunia disekitar kita Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat anda, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu. Kita menggunakan bahasa untuk memperoleh dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pengalaman atau pendapat kita. Bahasa memungkinkan kita memikirkan, membicarakan, dan mengantisipasi masa depan, misalnya apa yang akan terjadi terhadap manusia dan alam semesta berdasarkan dugaan yang dikemukakan para ilmu pengetahuan. 2) Berhubungan dengan orang lain Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. 3) Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Fungsi ketiga ini memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan semua itu dengan menyusun kata-kata secara acak, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita sepakati bersama. B. Bagaimana kita dapat Berbahasa Asal-usul bahasa adalah pertanyaan yang sering dilontarkan sekaligus paling banyak dipertentangkan oleh para ahli. Pertanyaan ini telah menusik manusia selama berabad-abad. Hasil kajian tentang hal ini pun tidak memuaskan karena sulitnya para penyelidik mencapai kesepakatan tunggal. Bagaimana bahasa itu mulai ada? 2015 4 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada abad ke 13, seorang kaisar Kerajaan Romawi yang suci, Frederick II, mengadakan eksperimen yang menarik. Ia ingin mengetahui apakah bahasa yang akan digunakan oleh anak-anak, bila kepada mereka tidak diajarkan bahasa apa pun pada tahuntahun pertama kehidupan mereka. Ia memilih beberapa orang bayi dan merawatnya dalam suatu tempat yang khusus. Bayi-bayi itu dipelihara sebagaimana layaknya – dimandikan, dirawat, dan disusui. Tetapi tidak seorang pun diperbolehkan berbicara, bersenandung, atau menyanyikan lagu penghantar tidur buat mereka. Penelitian ini tidak membuahkan hasil, karena semua anak meninggal secara misterius, dan eksperimen ini tidak pernah diulangi lagi (Rahmat, 2011:271). Pada permulaan abad ke-19, dari hutan Averyon ditemukan seorang anak liar yang bertahun-tahun dipelihara serigala. Ketika ia ditangkap, ia merangkak dan mengeluarkan suara lolongan seperti anak serigala. Itard, seorang dokter, berusaha mengajarkan bahasa manusia kepadanya pada saat ia berusia 12 tahun. Ia tidak berhasil. Victor, demikian nama anak liar dari Averyron itu, hanya sanggup mengucapkan beberapa patah kata saja. Eksperimen Frederick tidak dapat menjelaskan bagaimana kita bisa berbahasa. Penemuan Victor menunjukkan bahwa bila dipisahkan dari lingkungan manusia, seorang anak tidak memiliki kemampuan bicara. Sebaliknya, kita melihat anak yang dibesarkan pada masyarakat manusia, pada usia 4 tahun sudah dapat berdialog dengan kawan-kawannya dalam bahasa ibunya. Secara umum dalam perspektif psikologi ada dua teori: teori belajar dari behaviorisme dan teori nativisme dari Noam Chomsky. a. Teori belajar Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses: asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Rf. Skinner menerapkan ketiga prinsip ini ketika ia menjelaskan tiga macam respons yang terjadi pada anak-anak kecil, yang disebutnya sebagai respons mand, tact, dan echoic. Respons mand Respons ini dimulai ketika anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Tiba-tiba sebagian bunyi itu menyebabkan ibu memberinya ganjaran. Misalnya, anak mengeluarkan bunyi “ u-u”, dan orangtuanya menganggapnya sebagai permintaan (command atau demand) agar diberi air. Si bayi segera menyaksikan 2015 5 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id orangtuanya memberinya minuman yang segar. Sejak saat itu, kalau ia menginginkan minuman segar ia mengucapkan “u-u”. Respons tact Respons ini terjadi bila anak menyentuh objek, kemudian secara sembarang ia mengucapkan bunyi. Orangtuanya mengira ia menyebutkan satu kata dan memberikan ganjaran. Misalnya, anak menyentuh gelas yang berisi air, lalu secara sembarang ia mengucapkan “u-u”. Orang tuanya beranggapan bahwa anak itu mengatakan “minum”. Dan anak itu dipeluk dengan ucapan, “Oh, mau minum? Kau pintar, ya”. Sejak saat itu, anak menggunakan “u-u” dalam arti “minuman”. Respons echoic Respons ini terjadi ketiga anak menirukan ucapan orang tuanya dalam hubungan dengan stimuli tertentu. Misalnya, setiap kali ibu memberikan air segar, ia mengatakan “minum”. Anak mencoba menirunya dan mengucapkan “u-u”. Ibu gembira mendengar ucapan itu, lalu memangkunya, memeluknya, dan mengucapkan kata-kata yang lembut. Inilah yang disebut sebagai peneguhan terhadap upaya imitasi yang dilakukan anak. b. Teori nativisme dari Noam Chomsky Noam Chomsky mengkritisi pandangan diatas. Ia mengatakan, bila anak harus belajar seperti itu, paling tidak diperlukan waktu tigapuluh tahun untuk mampu menguasai 1000 kata saja. Menurutnya lagi, teori belajar hanyalah “play-acting at science” , suatu penjelasab yang sama sekali tidak tepat tetapi dibungkus dengan istilah-istilah yang bernada ilmiah. Pada tahun 1959, Chomsky membabat buku Skinner, menimbulkan guncangan baru dalam psikologi dan melahirkan disiplin baru dalam psikologi, yakni psikolinguistik. Teori behaviorisme, kata Chomsky , tidak dapat menjelaskan fenomena belajar bahasa. Teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa anak berhasil membuat kalimatkalimat yang tidak pernah mereka dengar, atau melahirkan kata-kata baru atau susunan kalimat baru yang tidak pernah diucapkan orang tuanya. Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanakkanak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogamkan. Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”. 2015 6 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu rumit dan kompleks, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti “peniruan”. Jadi, ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah. Menurut Chomsky, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia . pendapat ini didasarkan pada asumsi : Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik).pola perkembangan bahasa sama pada semua macam bahasa dan budaya, lingkungan hanya memiliki peranan kecil didalam proses pematangan bahasa. Kedua,bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut Chomsky, , setiap anak yang baru lahir mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah diprogramkan secara genetik dalam otak kita. Ia menyebut pengetahuan ini (language acquisition device (LAD). Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogamkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya. Walaupun bentuk luar bahasa di dunia ini (surface structure), berbeda-beda, bahasa-bahasa itu mempunyai kesamaan dalam struktur pokok yang mendasarinya. Chomsky menyebutnya linguistik universal. “Karena anak-anak diperlengkapi dengan kemampuan ini, mereka segera mengenal hubungan diantara bentuk-bentuk bahasa ibunya dengan bentuk-bentuk yang terdapat dalam tata bahasa struktur dalam yang sudah terdapat pada kepalanya. Hubungan-hubungan tersebut – peraturan “transformational grammar” – menyebabkan anak secara alamiah mengucapkan kalimat-kalimat yang sesuai dengan peraturan bahasa mereka. C. Bahasa dan Proses Berpikir Dalam menggunakan bahasa kita akan berhubungan dengan makna yang diciptakan dan disepakati oleh suatu komunitas tertentu. Bahasa bisa dikatakan pandu realitas sosial. Manusia tidak hidup dalam dunia objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya, tetapi ia sangat ditentukan oleh bahasa tertentu yang menjadi medium pernyataan bagi masyarakatnya. Sehingga pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, oleh karenanya perbedaan bahasa bisa membuat 2015 7 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pandangan tentang dunia pun berbeda. Contoh-contoh dibawah ini kiranya bisa menjadi renungan seperti inikah dunia kita (karena bahasa kita berbeda????). Orang Amerika berkata “a clock runs” (waktu berlari), sedang orang Indonesia menyebut: “waktu berjalan”. Perbedaan bahasa untuk mewakilkan masalah waktu rupanya mempengaruhi budaya dan dunia kita, oleh karenanya orang Amerika selalu merasa semua serba tergesa, cepat karena bagi mereka waktu berlari, sedang bagi orang Indonesia semua bisa santai, lambat asal selamat karena waktu berjalan bukan berlari. Contoh lain: Bahasa Inggris Bahasa Indonesia I broke my legs Kaki saya patah I burned my finger Jari saya terbakar I lost my money Uang saya hilang Jika dicermati kata-kata dalam Bahasa Inggris itu pelaku adalah dirinya sendiri (I). Mereka menyebutkan bahwa mereka pelakunya, “I burned my finger”. Tentu kita akan tertawa jika kita menterjemahkan kata tersebut menjadi “saya membakar jariku”, namun begitulah cara mereka mengungkapkan.Tidakkah ini menunjukkan bahwa orang Indonesia cenderung menyalahkan hal-hal diluar diri kita akan suatu peristiwa? Bukan melihat kesalahan pada diri? Semua ini mestinya berhubungan dengan bahasa dan cara berfikir atau lebih khusus lagi adalah bahasa dan persepsi kita mengenai realitas sosial yang ada. Dunia yang kita ketahui terutama ditentukan oleh bahasa dalam budaya kita. Bahasa tidak sekedar deskriptif, yakni sebagai sarana untuk melukiskan suatu fenomena atau lingkungan, tetapi juga dapat mempengaruhi cara kita melihat lingkungan kita.Implikasi penting dari hipotesis ini adalah bahwa jika suatu komunitas budaya menggunakan lebih banyak kosa kata untuk suatu hal atau suatu aktivitas, maka hal atau aktivitas tersebut adalah penting dalam komunitas budaya tersebut. Contoh, masyarakat di Kepulauan Solomon mempunyai variasi nama untuk menyebut kelapa, karena kelapa dianggap penting oleh penduduk tersebut. D. Keterbatasan Bahasa Banyak orang tidak sadar bahwa bahasa itu terbatas. Keterbatasan bahasa tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut: 2015 8 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Artinya kata-kata bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu, ada kalanya kita sulit menamai suatu obyek. (misalnya kita beri nama apa sebuah benda yang mirip pintu hanya berukuran lebih kecil? pintu kecil? atau jendela kecil ? atau apa??). Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung dikotomis, padahal realitas sebenarnya tidak bersifar hitam-putih namun juga terdiri dari jutaan corak abu-abu dan warna-warna lainnya. Dapat dikatakan bahasa tidak dapat mengungkapkan realitas secara utuh, karena kualitas seseorang tidak bisa hanya digambarkan baik atau buruk semata. Selain itu pesan verbal biasanya lebih lazim digunakan untuk menjelakan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional. Oleh karenanya pada saat mengungkapkan sesuatu yang afektif dan pribadi lebih mengandalkan pesan non verbal. 2) Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual Kata-kata bersifat ambigu (bermakna ganda), karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda dan menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Oleh karena itu terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata. Sebagai contoh kata “panas” memiliki makna yang beraneka ragam misalnya: “hari ini panas”, “adik sakit panas”, “kopi panas”. “adegan panas” dan sebagainya. Terdapat kemungkinan perbedaan sosial budaya, oleh karenanya kata-kata bersifat kontekstual. Sehingga kadang kita sulit mencari padanan suatu kata dalam bahasa lain. Misalnya, dalam bahasa Inggris buah jeruk disebut oranges yang memang berwarna orange. Lucunya, kita di Indonesia menyebut buah jeruk berwarna hijau juga sebagai oranges dalam bahasa Inggris. 3) Kata-kata mengandung bias budaya Bahasa terikat oleh konteks budaya. Menurut hipotesis Sapir-Whorf, setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakainya. Jadi bahasa yang berbeda sebenarnya mempengaruhi pemakainya untuk berpikir, melihat lingkungan, dan alam semesta di sekitarnya dengan cara yang berbeda, dan karenanya berperilaku secara berbeda pula. Sebagai ilustrasi: 2015 9 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Bahasa Arab klasik konon mengenal 600 nama untuk unta. b. Orang-orang Eskimo mempunyai sekitar 20 kata untuk melukiskan salju, menunjukkan bahwa mereka lebih peka dalam mempersepsi realitas salju, karena salju merupakan faktor penting dalam kehidupan mereka. c. Orang Hanunoo, di Filipina, mempunyai 92 nama untuk “rice” dalam bahasa Inggris, di Indonesia paling sedikit kita dapat menerjemahkan kata tersebut menjadi empat kata yang maknanya berbeda: padi, gabah, beras, dan nasi. d. Orang Sunda mengenal tiga kata kaduhung, hanjakal, handeueul untuk satu kata “menyesal” dalam bahasa Indonesia. 4) Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan, misalnya, “Ani bingung (atau sedih, bahagia)” Kebanyakan orang menganggap “Ani bingung” sebagai fakta. Kalau ditanya, “Bagaimana kamu tahu?” ia mungkin akan menjawabnya, “Saya kan melihatnya! Jawaban yang lebih akurat adalah: “Wajahnya bersemu merah ketika saya katakan padanya bahwa Joko memperoleh nilai lebih tinggi dari dia”. Jawaban ini lebih faktual karena menguraikan perilaku yang mendasari dugaan anda mengenai kemarahan Ani. 2015 10 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Rakhmat, Djalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015 11 Psikologi Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id