MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi Pokok Bahasan 1 Model-model komunikasi 1.1 Model Lasswell 1.2 Model S-M-C-R (Model Berlo) 1.3 Model Shanoon dan weaver (The mathematical theory of communication ) 1.4 Model ABX Newcomb 1.5 Model interaksional 2 Jenis-Jenis Teori Komunikasi 2.1 Teori-teori struktural dan fungsional 2.2 Teori Behavioral dan kognitif 2.3 Teori Konvensional dan interaksional 2.4 Teori-teori kritis dan interpretif Fakultas Program Studi Fakultas ilmu komunikasi Program Studi Public Relations Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Nama Dosen Dr. Farid Hamid, M.Si. Abstract Kompetensi Diisi dengan abstract Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan beragam model dan teori komunikasi dengan benar. Secara umum kita mengenal empat tipologi model komunikasi yaitu : Model verbal,model ikonik,model analog,model matematik ‘14 2 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pembahasan 2.4. Model-Model Komunikasi Menurut John Fiske (1990) setidaknya terdapat dua mazhab utama dalam studi komunikasi. Mazhab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Dalam mazhab ini mereka tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Mereka melihat komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, dan melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut terjadi. Mazhab ini oleh Fiske disebut dengan “mazhab proses”. Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam menghasilkan makna. Kedua mazhab ini tercermin dari beragam model-model komunikasi yang akan kita pelajari secara singkat. a. Model Lasswell Lasswell memberi kita model lain. Meski model ini sering digunakan secara spesifik dalam komunikasi massa. Dia menegaskan bahwa untuk memahami proses komunikasi massa kita perlu mempelajari setiap tahapan dalam modelnya. Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Model ini masih tetap linear: model ini melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Model ini mengungkapkan isu “efek” dan bukannya makna. Efek secara tak langsung ‘14 3 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. Model memiliki keterbatasan. Model ini dikritik karena mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi penerima dan karenanya komunikasi dianggap sebagau suatu proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesanpesan pasti ada efeknya. Lasswell juga dikritik karena menghilangkan elemen-elemen feedback. Intinya model ini terlalu menyederhanakan masalah. b. Model S-M-C-R (Model Berlo) Model ini memiliki beberapa unsur, yaitu: S = source (sumber atau komunikator); M = message (pesan); C = channel (saluran), sedangkan R = receiver (penerima/komunikan). Sumber adalah pihak yang menciptakan pesan baik individu maupun kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam suatu kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat. Saluran adalah medium yang membawa pesan Penerima: orang yang menjadi sasaran komunikasi. Berlo juga menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Encoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk suatu pesan. Senada dengan itu, penerima membutuhkan seorang penyandi balik (decoder) untuk menerjemahkan pesan yang ia terima. Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indra: melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai. Keterbatasan model ini adalah meskipun Berlo menganggap komunikasi sebagai suatu proses, model ini menyajikan komunikasi sebagai fenomena yang statis. Selain itu model ini tidak menjelaskan umpan balik, dan komunikasi non verbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain. ‘14 4 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Model Shannon dan Weaver (The Mathematical Theory of Communication) Information Source Transmitter Message Receiver Signal Received Destination Message Signal Noise Source Model ini sering juga disebut model teori informasi. Claude Shannon adalah seorang insinyur pada bell telephone. Warren Weaver mengembangkan konsep Shannon untuk menerapkannya pada semua bentuk komunikasi. Karya mereka berkembang selama Perang Dunia Kedua di Bell Telephone Laboratories di AS, dan perhatian utama mereka adalah untuk menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi dapat digunakan secara sangat efisien. Bagi mereka, saluran utamanya adalah kabel telepon dan gelombang radio. Mereka mencetuskan suatu teori yang memungkinkan mereka mendekati masalah bagaimana mengirim sejumlah informasi yang maksimum melalui saluran yang ada, dan bagaimana mengukur kapasitas dari suatu saluran yang ada untuk membawa informasi. Model ini melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandi balik atau mencipta ulang pesan tersebut. Dengan kata lain, model Shannon Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi yang ‘14 5 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah otak orang yang menjadi tujuan pesan itu. Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Noise ini dapat berupa gangguan psikologis dan gangguan fisik. Model ini memiliki kelemahan, model ini memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi. Sekali lagi komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan satu arah. Juga tidak ada konsep umpan balik yang terjadi dalam penyandian dan penyandian balik pada model ini. d. Model ABX Newcomb Tak semua model adalah linear. Model Newcomb merupakan salah satu model yang memperkenalkan kita pada bentuk yang secara mendasar berbeda. Model ini bentuknya segitiga. Namun, signifikansi utama model ini terkait dengan kenyataan bahwa ini merupakan model pertama yang memperkenalkan pada peran komunikasi dalam suatu masyarakat atau dalam relasi sosial. Bagi Newcomb, peran itu sederhana saja – menjaga keseimbangan dalam sistem sosial. X A B Komponen minimal sistem ABX adalah sebagai berikut: 1) Orientasi A terhadap X termasuk sikap baik terhadap X sebagai objek untuk didekati atau dihindarkan maupun terhadap ciri-ciri kognitif. 2) Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama 3) Orientasi B terhadap X 4) Orientasi B terhadap A. ‘14 6 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam model ini, komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif di mana orangorang mengorientasikan dirinya terhadap lingkungan. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem apapun mungkin ditandai oleh suatu keseimbangan kekuatan-kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian mana pun dari sistem tersebut akan menimbulkan suatu ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan. Cara kerja model ini adalah sebagai berikut: A dan B adalah komunikator dan penerima, mereka bisa saja para individu, atau manajemen dan serikat kerja, atau pemerintah dan rakyat. X adalah bagian dari lingkungan sosial mereka. ABX adalah sebuah sistem, yang berarti relasi internalnya saling bergantung: Bila A berubah, maka B dan X pun akan berubah; atau bila A merubah relasinya pada X, maka B pun akan mengubah relasinya baik pada X maupun pada A. Bila A dan B adalah sahabat, dan X adalah sesuatu atau seseorang yang dikenal keduanya, maka akan menjadi penting A dan B memiliki sikap yang mirip terhadap X. Bila itu yang terjadi, maka sistem akan berada dalam keseimbangan. Namun bila A menyukai B sedangkan B sebaliknya pada A, maka A dan B akan berada di bawah tekanan untuk berkomunikasi. Hal yang sangat penting adalah tempat X di dalam lingkungan sosialnya, dan yang mendesak adalah dorongan keduanya untuk berbagi orientasi terhadapnya. Contoh lain dalam penerapan model ini: bila seorang pria yang memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang menurut sebagian orang kurang pantas baginya, terus saja meminta pendapat orang-orang lain yang kira-kira mendukung keputusannya itu dan menghindari pendapat yang bertentangan. e. Model Interaksional Model interaksional ini merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik. Tiga premis dasar model ini: 1) manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya (simbol verbal, simbol non verbal, lingkungan fisik). 2) makna itu berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. 3) makna diciptakan, dipertahankan dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. ‘14 7 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Diri/Yang lain Yang lain/Diri Komunikator Komunikator Objek Konteks Kultural Model ini akan dijelaskan secara terpisah pada pokok bahasan Teori Interpretif dan Kritis. 2.5. Jenis-Jenis Teori Komunikasi Menurut Littlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: I. Teori-teori Umum (general theories). a. Teori-Teori Struktural dan Fungsional Asumsi teori struktural fungsional adalah: masyarakat pada dasarnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian (sub-sistem) yang saling berhubungan satu sama lain. Teori struktural fungsional mula-mula tumbuh dari cara melihat masyarakat yang dianalogikan dengan organisme biologis. Masyarakat maupun organisme biologis samasama mengalami pertumbuhan. Tiap bagian yang tumbuh di dalam masyarakat memiliki fingsi dan tujuan tertentu. ‘14 8 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsional dan struktural memiliki beberapa persamaan karakteristik sebagai berikut: 1) lebih mementingkan “synchrony” (stabilitas dalam kurun waktu tertentu). 2) Hal yang diamati terutama sekali adanya faktor-faktor yang berada di luar kontrol dan kesadaran manusia 3) Realitas pada dasarnya objektif dan bebas. Oleh karena itu pengetahuan, menurut pandangan ini, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat. 4) Pendekatan ini memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Dunia hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah ada. 5) Bahasa harus sesuai dengan realitas. Simbol-simbol harus merepresentasikan sesuatu secara akurat. Pendekatan struktural fungsional dalam kaitannya dengan perilaku manusia, menolak gagasan-gagasan tentang jiwa, spirit, kemauan, pikiran, introspeksi, kesadaran, subjektivitas, dan sebagainya, karena konsep-konsep itu tidak dapat diamati secara objektif. Dengan kata lain, pendekatan ini terhadap manusia berusaha mengukur pengaruh struktur sosial terhadap identitas, respons dan perilaku manusia melalui peran (role), sosialisasi, dan keanggotaan kelompok mereka. Pendekatan ini jelas menekankan orientasi peran dalam arti bahwa ia memandang manusia pada dasarnya ditentukan secara sosial (sociallydetermined). Bagi pandangan struktural, struktur sosial sangat kukuh dan mempengaruhi perilaku manusia. Struktur sosial terbentuk lama sebelum kita lahir dan akan tetap ada setelah kita mati. Kita tidak dapat memilih posisi kita dalam struktur sosial tersebut: ras, jenis kelamin, agama, kelas sosial orang tua, pendeknya budaya yang kedalamnya kita lahir. Manusia tersosialisasikan oleh budaya itu; mereka mengikuti aturan-aturan yang ditetapkannya: bahasa, cara berbicara, etiket bergaul (termasuk sopan santun dalam keluarga), cara makan dan jenis makanan yang dimakan, dan sebagainya. Bahkan semasa manusia berada dalam kandunganpun mereka dipengaruhi oleh budaya (misalnya lewat upacara tujuh bulanan) atau setelah mereka mati (dimakamkan dengan cara tertentu). Struktur sosial itulah yang dianggap penting oleh pendekatan struktural, karena itu mempengaruhi manusia berpikir, berperilaku dan mewarnai identitas mereka. Pendeknya manusia dikontrol oleh (struktur) masyarakat di luar dirinya sendiri. Jadi masyarakat tetap dianggap statis. ‘14 9 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Teori Behavioral dan Kognitif Asumsi teori ini tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaannya hanyalah terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behavioral dan kognitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah tentang model S-R (stimulus-response) Teori-teori dalam perpektif ini mengutamakan analisis variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan variabel-variabel kognitif yang dianggap penting, serta mencari hubungan korelasi di antara variabel. Analisis ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana variabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebabkan atau menghasilkan tingkah laku tertentu. Komunikasi menurut pandangan teori ini dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir, dan fungsi bio-neural dari individu. Oleh karenanya, variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang tersebut. c. Teori Konvensional dan Interaksional Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan “interaksionisme simbolik” sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi teori ini pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi. Fokus pengamatan teori-teori ini tidak terhadap struktur tetapi tentang bagaimana bahasa dipergunakan untuk membangun struktur sosial, serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaannya. Makna menurut pandangan teori ini tidak merupakan suatu kesatuan objektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karenanya makna ‘14 10 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu kelompok sosial ke kelompok lainnya. d. Teori -Teori Kritis dan Interpretif Gagasan teori-teori ini banyak berasal dari berbagai tradisi seperti sosiologi interpretif, pemikiran Max weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran “Frankfurt School”, serta berbagai pendekatan tekstual seperti teori-teori retorika, “biblical” dan kesusasteraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara-negara Eropa. Secara umum kedua jenis teori ini mempunyai karakteristik umum. penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai “meaning centered” atau dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman, seseorang akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia. Selain persamaan, kedua jenis teori ini mempunyai perbedaan, antara lain: pendekatan teori interpretif cenderung menghindarkan sifat-sifat preskriptif dan kepuitusankeputusan absolut tentang fenomena yang diamati. Pengamatan (observations) menurut teori interpretif, hanyalah sesuatu yang bersifat tentatif dan relatif. Sementara teori-teori kritis (critical theories) lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan yang absolut, preskiptif dan juga politis sifatnya. II. Teori-Teori Kontekstual (Contextual Theories) Berdasarkan konteks atau tingkat analitisnya, teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteks atau tingkatan, sebagai berikut: 1. Komunikasi intrapribadi ‘14 11 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Teori-teori intrapribadi umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbolsimbol yang ditangkap melalui pancaindra. 2. Komunikasi antarpribadi Komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, dll merupakan contoh komunikasi antar pribadi. Teori-teori komunikasi antar pribadi umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator. 3. Komunikasi kelompok Memfokuskan pembahasan pada interaksi di antara orang-orang dalam kelompokkelompok kecil. Teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan. 4. Komunikasi organisasi Menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi. 5. Komunikasi massa Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu. Daftar Pustaka ‘14 12 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Penerj. Yosal Iriantara. Yogyakarta: Jalasutra. Littlejohn, Stephen. 1996. Theories of Human Communication. Wadsworth Publishing Company Inc Belmont. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1993. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka ‘14 13 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ‘14 14 Teori Komunikasi Dr. Farid Hamid, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id