5311 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA NY.K
DENGAN TUBERCOLOSIS DI RUANG BOUGENVILL
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Oleh:
NI WAYAN YURIS YUSTISIA
0131747
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA NY.K
DENGAN TUBERCULOSIS DI RUANG BOUGENVILL
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Ni Wayan Yuris Yustisia1,Ummu Muntamah2,Tri Susilo3
Akademi keperawatan ngudi waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Tuberculosis adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobakterium
Tuberculosis. Infeksi kompleks ini dikeluarkan melalui dahak (droplet) dari penederita TBC kepada
individu lain yang rentan. Sehingga menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah keadaan ketika seorang individu mengalmi
kehilangan ventilasi yang akurat atau pontesial.
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi
pengelolaan kebutuhan bersihan jalan nafas tidak efktif pada pasien dengan tuberculosis di RSUD
Pandan Arang Boyolali.
Teknik mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang, yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
pasien apakah normal atau menyimpang, Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan
berupa perawatan pasien dalam ketidakefektifan bersihan jalan nafas. salah satu tindakan yang
dilakukan adalah fisioterapi dada. Pengelolaan bersihan jalan nafas tidak efektif selama 2 hari.
Hasil pengelolaan didapatkan frekuensi nafas relatif stabil tetapi masih terdengar ronchi
dan batuk berdahak, serta keluarga mampu melakukan fisioterapi secara mandiri.
Saran bagi perawat dirumah sakit diharapkan bisa memahami tentang konsep keperawatan
di dalam memberikan pelayanan bagi pasien penderita tuberculosis khususnya dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan mampu memberikan perawatan yang baik bagi pasien dan
mampu meningkatkan kinerja pelayanan bagi pasien dilapangan kerja.
Kata Kunci
Perpustakaan
: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas, TBC (Tuberculosis)
: 37 (2005-2015)
Pendahuluan
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit
menular yang masih menjadi permasalahan di
dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi
TB di dunia yang memburuk dengan
meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TB
yang tidak berhasil disembuhkan terutama di
22 negara dengan beban TB paling tinggi di
dunia. World Health Organization (WHO)
melaporkan dalam Global tuberculosis report
2011 terdapat perbaikan bermakna dalam
pengendalian TB dengan menurunnya angka
penemuan kasus dan angka kematian akibat
TB dalam dua dekade terakhir ini. Insidens TB
secara global dilaporkan menurun dengan
laju 2,2% pada tahun 2010-2011. Walaupun
dengan kemajuan yang cukup berarti ini,
beban global akibat TB masih tetap besar.
Diperkirakan pada tahun 2011 insidens kasus
TB mencapai 8,7 juta (termasuk 1,1 juta
dengan koinfeksi HIV) dan 990 ribu orang
meninggal karena TB. Secara global
diperkirakan insidens TB resisten obat adalah
3,7% kasus baru dan 20% kasus dengan
riwayat pengobatan. Sekitar 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi
di negara berkembang.
Pada tahun 2011 Indonesia (dengan
0,38-0,54 juta kasus) menepati urutan
keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan.
Indonesia merupakan negara dengan beban
tinggi TB pertama di Asia Tenggara yang
berhasil
mencapai
target
Millenium
Development Goals (MDG) untuk penemuan
kasus TB di atas 70% dan angka kesembuhan
85% pada tahun 2006 (Kemenkes RI, 2013).
Di Indonesia berdasarkan laporan hasil
profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun
Akademi keperawatan Ngudi Waluyo
2014 didapatkan hasil TBC Paru di peroleh
prevalensi penduduk Indonesia yang di
diagnosis TBC paru tertinggi adalah kota
magelang, yaitu sebesar 515 per 100.000
penduduk.
Menurut studi pendahuluan yang
dilakukan di RSUD Pandan Arang Boyolali
pada hari kamis tanggal 19 Mei 2016,
didapatkan data dari bagian rekam medik
jumlah pasien dengan diaknosa tuberculosis
tahun 2013-2015 Pada tahun 2013 terdapat
136 orang, sedangkan pada tahun 2015
terdapat 18 orang yang menederita penyakit
tersebut. Prevalensi terendah berada pada
usia 5-14 tahun yaitu sebanyak 5 orang pada
tahun 2013-2015 dan pada tahun 2014 tidak
terdapat pasien yang menderita tuberculosis,
sedangkan prevalensi tertinggi dari tahun
2013-2015 yaitu pasien berusia 45-64
berjumlah 50 orang, Beberapa pasien
merupakan penderita dengan diagnosa baru,
namun tidak sedikit yang mengalami
kekambuhan dan harus dirawat di RSUD
Pandan Arang Boyolali lebih dari satu kali
dalam kurun waktu 2013-2015.
Data
tersebut
dapat
dijadikan
pedoman bagi penulis untuk mendalami
bagaimana cara untuk melaksanakan asuhan
keperawatan khususnya pada penyakit
tuberculosis merupakan penyakit dengan
prevalensi tertinggi dan menjadi ancaman
kematian di seluruh dunia, oleh karena itu
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
prevalensi penyakit tuberculosis di jawa
tengah khususnya di Boyolali untuk penyakit
tuberculosis masih rendah dan penulis
tertarik mengambil judul kasus “Laporan
kasus Pengelolaan Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada penderita tuberculosis di
RSUD Pandan Arang Boyolali.
Metode Pengelolaan
Pengkajian adalah tahap awal dan
dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
terdiri dari dua metode autoanamnesa dan
alloanamnesa.
Autoanamnesa
adalah
pengumpulan dan verifikasi data dari sumber
primer atau langsung kepada pasien,
sedangkan
alloanamnesa
adalah
pengumpulan dan verifikasi data dari sumber
sekunder atau informasi lain dari keluarga,
tenaga kesehatan, rekam medik dan lain-lain.
Pengkajian ini diawali dengan pengumpulan
data melalui anamnesa meliputi Identitas
pasien, nama, jenis kelamin, umur, agama,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, pekerjaan, nama penanggung jawab,
alamat dan hubungan keluarga dengan
pasien. Menurut (Walid 2013). Dan
(Potter&Perry, 2010).
Setelah itu melakukan pemeriksaan
fisik secara menyeluruh yang meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dalam analisis data yang perlu ditekankan
dalam rangka untuk diperiksa sekitar riwayat
kesehatan yang bertujuan untuk menentukan
keadaan sejarah dan penyakit yang diderita
pasien (Menurut Wijaya, 2013).
Hasil Pengelolaan
Untuk mengatasi masalah tersebut
implementasi yang dilakukan adalah mengkaji
tanda-tanda vital, mengajarkan teknik
fisioterapi dada, batuk efektif dan kedalaman
pernapasan pasien, memberikan obat sesuai
advis dokter dan menganjurkan pasien
minum air hangat.
Pembahasan
Pengkajian adalah tahap awal dan
dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan
bagi tahapan kesehatan yang berikutnya,
yang memerlukan kecermatan dan ketelitian
dalam mengambil keputusan yang akan
menghasilkan diagnosis (Walid 2013 dan
padilla 2012)
Setelah melakukan pengkajian yang
penulis lakukan pada hari Rabu tanggal 13
April 2016 hingga Kamis tanggal 14 april 2016
di ruang bougenvill RSUD Pandan Arang
Boyolali data yang diperoleh dari pasien dan
keluarga yang mendampingi pasien adalah:
Identitas pasien Ny.K, usia 72 tahun, agama
islam dengan diagnosa Tuberculosis (TBC).
Pada riwayat penyakit, hal yang perlu
diketahui adalah keluhan utama. Keluhan
utama adalah alasan yang membuat klien
meminta bantuan pelayanan kesehatan
(Walid, 2013) dari hasil pengkajian
didapatkan data subjektif pada kasus Ny.K
keluhan utama yaitu sesak napas Sesak napas
atau kesulitan bernafas, dimana seseorang
akan merasa seperti kekurangan udara atau
tidak leluasa menghirup udara sehingga
frekuensi nafasnya menjadi cepat, gejalannya
Akademi keperawatan Ngudi Waluyo
juga bervariasi tergantung penyebab sesak
nafasnya, biasanya dalam satu menit hal ini
dihitung dengan menghitung berapa kali dada
seseorang mengembang dan kontrak dalam
satu menit. Tingkat pernafasan normal dapat
didefinisikan sebagai laju pernapasan
seseorang saat beristirahat. Angka ini
bervariasi dengan banyak faktor yaitu usia,
jenis kelamin, atau kondisi medis seperti
asma, kejang, bronkhitis, kelainan prematur,
penyakit asma refluks, dll tingkat harus
diukur ketika seseorang beristirahat dan
tingkat stress yang minim, Cara terbaik
dengan menghitung nafas ketika orang itu
tidak menyadarinya sedang diukur. Angka ini
memiliki kecendrungan menurunkan dengan
usia, bayi (sampai 6 bulan): 20-40 napas x
permenit, anak prasekolah: 20-30 napas kali
permenit, anak-anak: 16-25 napas per menit,
dewasa: 12-20 kali per menit.
Penulis
mengangkat
diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi
prioritas karena ini merupakan situasi yang
mengancam kehidupan dan memerlukan
tindakan segera. Diagnosa bersihan jalan
nafas tidak efektif ditegakan apabila terdapat
batasan karakteristik mayor dan minor,
batasan karkateristik mayor batuk atau tidak
ada batuk, ketidakmampuan mengeluarkan
sekresi jalan nafas, batasan karakteristik
minor bunyi napas abnormal, frekuensi,
irama, kedalaman pernafasan abnormal.
batasan karakteristiknya yaitu: dispnea,
penurunan suara nafas tambahan: rales,
crakles, ronchi, wheezing, batuk tidak efektif,
atau tidak dapat batuk, produksi sputum,
sianosis, kesulitan bicara, mata melebar,
perubahan ritme dan prekuensi pernafasan,
gelisah. Menurut Capernito (2007) dan
Wilkinson, (2014).
Untuk mengatasi maslah tersebut
penulis akan melakukan tindakan fisioterapi
dada tanggal 14 mei 2016 yaitu sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun.
Kesimpulan
Setelah pengelolaan selama 2 hari pada
Ny.K dengan diagnosa keperawatan ketidak
efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret maka dapat
disimpulkan masalah keperawatan sudah
teratasi sebagaian sesuai yang diharapkan
oleh penulis tuberculosis .
Saran
Pembaca
Setelah membaca karya tulis ilmiah
yang berjudul “pengelolaan ketidak efektifan
bersihan jalan nafas pada Ny.K dengan
tuberculosis di ruang bougenvill RSUD Pandan
Arang boyolali” Diharapkan penulis mampu
memberikan dan meningkatkan kualitas
pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien khususnya pada
pasien dengan pengelolaan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, bagi pembaca dan dapat
menambah wawancara tentang penyakit
tuberculosis.
Diharapkan istitusi rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kulaitas
tenaga
kesehatan
di
dalam
pendokumentasikan
pada
asuhan
keperawatan sehingga perawat yang bertugas
dan bertanggung jawab pada pasien, maka
harus selalu mencatat tindakan keperawatan
sebagai bukti sudah melakukan tindakan
Daftar Pustaka
World
Health
organization.
Global
tubercolosis report 2012 [internet].
2013 [cited 2013 may 15]: available
from:
http://www.who.int/tb/publications/gl
obal_report /gtbr12_main.pdf.
Kementrian kesehatan RI. Tribosan menuju
akses universal: strategi pengendalian
TB di Indonesia 2010-2014. Kementrian
kesehatan RI. Jakarta, 2011.
RSUD Prof. Dr.R.D. Kandou Manado. Bagian
Ilmu penyakit Dalam BLU. Email :
[email protected]
RSUD Pandan Arang Boyolali. (2016). Rekam
Medik RSUD Pandan Arang Boyolali
Potter, Patrica A & Perry, Anna G. (2010).
Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep. Proses dan Praktik Judul Asli:
fundamental of nursing concepts,
prosess and practice. Alih Bahasa:
Yasmin. Jakarta. EGC.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakir
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan
dengan gangguan sistem respirasi.
Trans info Media: Jakarta
Akademi keperawatan Ngudi Waluyo
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R.
(2014).
Buku
saku
diagnosis
keperawatan:
Diagnosa
NANDA,
intervensi NIC, Kriteria hasil NOC judul
Asli: prentice hall nursing diagnosis
handbook. Alih bahasa: wahyuningsih,
E. Jakarta:EGC.
Capernito, L. J. & Moyet. (2007). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Judul Asli:
Handbook of Nursing Diagnosis,
10๐‘กโ„Ž Ed. Alih Bahasa: Yasmin Asih.
Jakarta: EGC.
Akademi keperawatan Ngudi Waluyo
Download