ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KETIDAK EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS Pada Ny.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG FLAMBOYAN 3 RSUD SALATIGA Oleh: MAHFUT NURROHIM 0131733 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KETIDAK EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS Pada Ny.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG FLAMBOYAN 3 RSUD SALATIGA Mahfut Nurrohim*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Bersihan jalan napas adalah saluran pernapasan yang bebas dari sekret. Penumpukan sekret merupakan kondisi terdapatnya dahak pada saluran pernapasan yang susah dikeluarkan, sehingga mengganggu aktivitas udara yang keluar ataupun masuk kedalam paru-paru . Tindakan yang telah dilakukan oleh penulis antara lain memposisikan semi fowler, fisioterapi dada, nafas dalam dan batuk efektif. Tujuan penulis ini untuk menggambarkan pengelolaan ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada pasien dengan efusi pleura di Ruanag Flamboyan 3 RSUD Salatiga secara optimal. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam ketidak efektifan bersihan jalan napas. Pengelolaan ketidak efektifan bersihan jalan napas dilakukan selama 2 hari pada Ny. S. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan data subjektif pasien mengatakan masih mengatakan sesak dan dahak belum bisa di keluarkan. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan konsep-konsep keperawatan tepat khususnya dengan masalah ketidak efektifan bersihan jalan napas agar masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas segera tertangani. Kata kunci Kepustakaan : Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Napas : 20 ( 2006-2015) LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak dalam permukaan visceral dan pariental, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bererak tanpa adanya fiksi (Smeltzer C Suzanne, 2002). Pleura adalah lapisan yang melapisi parenkim paru, mediastinum, diafragma dan iga. Pleura ini mempunyai dua lapisan yakni parental dan visceral. Lapisan visceral melapisi paru yang berhubungan dengan lapisan dada, diafragma dan mediatinum dan juga dengan lapisan interlobaris. Pleura pariental melapisi rongga torak. Pada lapisan pulmoner mediastinal terpisah antara pleura kiri dan kanan dan hanya sedikit cairan pada bagian ini. Dan bagian inilah yang sering mengalami perubahan cairan pleura (Tabrani, 2010). Penyebab dari efusi Pleura transudatif adalah oleh gagal jantung Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo kongestif, emboli paru, sirosis hati (penyakit intarabdominal), dialysis paretoneal, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam, atau pasca by-pass coroner. Sedangkan eksudat terjadi akibat peradanagan atau inflamasi pada pleura atau jaringan yang berdekatan dengan pleura. Maniifestasi klinisnya :Sesak nafas, rasa berat pada dada, bising jantung (pada payah jantung), lemas yang progresif, berat badan menurun (pada neoplasma), batuk yang kadangkadang berdarah pada perokok, demam subfebril (pada TB). Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negaranegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Melalui studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Salatiga pada tanggal 16 April 2016 di dapatkan jumlah pasien efusi pleura di RSUD Salatigatahun 2015 sebanyak 22 kasus, dengan jumlah laki-laki sebanyak 11 pasien dan jumlah pasien perempuan sebanyak 11 pasien. Kasus terbanyak pada efusi pleura di RSUD Kota salatiga dari tahun 2015 berdasarkkan usia adalah pada usia 45-64 tahun dengan jumlah kasus 10 pasien yaitu dengan jumlah pasien laki-laki 6 pasien dan perempuan 4 pasien. Walau angka kematian pada kasus efusi plera sedikit tetapi karena penyakit ini sangat mengancam jiwa maka penulis ingin mendalami sejauh mungkin mengenai pemberian pengelolaan keperawatan pada pasien bersihan ketidak efektifan bersihan jalan nafas dengnan efusi pleura yang dimulai dari penyebab komplikasi yang timbul dan bagaimana cara penanganan yang tepat mengenai penyakit ini. Maka dari itu proses keperawatan diperlukan dalam meembantu memecahkan masalah dengan memperhatikan aspeks biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dalam pencapaian kebutuhan. Sehingga penulis tertarik untuk ikut serta dalam memberikan “Pengelolaan Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Nafas dengan efusi pleura pada Ny. S di Ruang Flamboyan III RSUD Kota Salatiga.” METODE Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang kien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah : pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnose keperawatan (Porry & Potter). Keluhan utama yang di alami pasien adalah sesak nafas. Keluhan yang sering timbul pada pasien efusi pleura adalah adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit itu akan hilang. Bila cairan banyak pasien akan sesak nafas, (Padila, 2012). Pengkajian sistem pernafasan : pasien mengatakan sesak, Perokok : dulu pernah merokok tapi sudah berhenti 10 tahun, terlihat pernafasan 30X/ menit, pasien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, pasien batuk-batuk. HASIL Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menyusun intervensi yang dilakukan untu mengatasi masalah Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada Ny.S yaitu dengan Intervensi pertama ialah posisikan pasien nyaman (semi fowler). Intervensi kedua lakukan fisioterapi dada, Intervensi selanjutnya ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif, Intervensi selanjutnya adalah auskultasi suara nafas, dan intervensi yang terakhir berikan terapi oksigen. PEMBAHASAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 april 2016 di Ruang Flamboyan RSUD Kota Salatiga dengan metode langsung (autonamnesa) dan tidak langsung (allownamnesa) data diperoleh dari klien dan keluarga yang mendampingi klien selama dirawat. Dari hasil pengkajian didapatkan data yaitu nama Ny.S, umur75 tahun, alamat bancak, agama islam, diagnosa medis Efusi Pleura. Keluhan utama saat dikaji pasien mengatakan sesak nafas. Diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan napas ditegakkan apabila terdapat batasan karakteristik mayor dan minor. Menurut carpenito (2007), batasan karakteristik mayor batuk atau tidak ada batuk, ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas, batasan karakteristik minor adanya bunyi napas abnormal, frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal. Menurut Wilkinson (2016) batasan karakteristiknya yaitu: dispnea, penurunan suara napas tambahan: rales, crakles, ronchi, wheezing, batuk tidak efektif atau tidak dapat batuk, produksi sputum, sianosis, kesulitan bicara, mata melebar, perubahan ritme dan frekuensi pernapasan. Diagnosa ini diangkat sebagai diagnosa utama karena disesuaikan dengan teori Hierarki Maslow (1970), yaitu kebutuhan fisiologis (physiological Needs), kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat, tidur, terbebas dari rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual dan sebagainya. Kebutuhan fisiologis pada Ny.S yaitu pada indikator oksigen belum terpenuhi. Intervensi pertama yang penulis tuliskan ialah posisikan pasien nyaman (semi fowler). Menurut (Febraska, 2014) menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas. Intervensi selanjutnya lakukan fisioterapi dada, menurut Muttaqin (2008), Tujuan fisioterapi dada adalah membuang sekret bronkial, memperbaiki efisiensi otot-otot pernafasan. Intervensi selanjutnya ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif. Menurut Wahid (2013), tujuan utama pemberian latian nafas dalam adalah agar masalahan keperawatan klien terutama ketidakefektifan pola nafas dan bersihan jalan nafas dapat secepatnya diatasi oleh perawat. Penerapan batuk efektif ini membantu pasien untuk batuk dengan benar sehingga pasien dapat menghemat energi serta tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Muttaqin, 2012). Intervensi selanjutnya adalah auskultasi suara nafas, hal ini bertujuan kedalaman dan ada bunyi napas tambahan pada paru klien. Intervensi yang terakhir adah memberikan terapi oksigen Terapi oksigen adalah pemberian oksigen pada konsentrasi yang lebih tinggi dari udara bebas untuk mencegah terjadinya hipoksemia dan hipoksia yang akan mengakibatkan terjadinya kematian sel. (Patria & Fairuz,2012). KESIMPULAN Evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 2 hari dengan diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan napas belum teratasi yang didukung dengan data subjektif pasien mengatakan masih Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo merasakan sesak napas tingkat pernapasan RR:28 kali per menit, irama reguler dan kedalaman napas dangkal dan belum memenuhi kriteria hasil yang telah ditentukan pada rencana tindakan keperawatan. SARAN Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat atau pasien dan dapat melakukan penceghan maupun perawatan. DAFTAR PUSTAKA Andra F.S & Yessie M.P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha Medika: Yogyakarta. Carpenito, L.J. & Monyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Judul Asli:Handbook Of Nursing Diagnosis, 10th Ed. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika: Yogyakarta. Patria & Fairuz. (2012). Terapi Oksigen Apllikasi Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Potter, Patricia A & Perry, Anne G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik Judul Asli: Fundamentals Of Nursing: Concepts, Process And Practice. Alih Bahasa: Yasmin. Jakarta: EGC. Muttaqin Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba medika. Rab, Tabrani. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media. Wilkinson, J.M. & Nancy, R.A. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Diagnosa Keperawatan NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo