1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmiah, April 2015 Ni Kadek Oki Dewi H*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo*** Pengelolaan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada Tn. P Dengan Penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK) Di Ruang Teratai RSUD Ambarawa xii + 57 halaman + 7 tabel + 2 bagan + 5 lampiran ABSTRAK PPOK merupakan keadaan penyakit yang ditandai keterbatasan aliran udara yang irreversible. Menurut World Health Organization memperkirakan bahwa tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat dari ke 12 menjadi ke 15. Di Indonesia Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2013, menunjukkan PPOK menempati urutan ke 2 penyumbang angka kesakitan. Prevalensi kasus PPOK di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan yaitu dari 0,09% pada tahun 2011 menjadi 0,06% pada tahun 2012 dan tertinggi di Kota Salatiga sebesar 0,66%. Catatan medis RSUD Ambarawa bulan Januari s/d Desember 2014, penderita PPOK dari bulan Januari s/d Desember yang paling banyak adalah umur 44-65 tahun sebanyak 23 pasien. Jalan napas merupakan kumpulan dari beberapa organ tubuh yang terbentuk satu sama lainnya yang membantu manusia dalam proses bernafas. Apabila jalan napas tidak efektif maka jalan napas tidak akan lancar. Fisioterapi dada adalah salah satu tindakan kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonal, perkusi dada dan vibrasi. Fisioterapi dada digunakan untuk menghilangkan benda asing yang menyebabkan jalan napas tidak efektif. Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu menggambarkan pengelolaan bersihan jalan napas tidak efektif dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam ketidakefektifan jalan nafas. Pengelolaan pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif selama 2 hari. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan sekret yang menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif sudah bisa keluar. Saran bagi perawat agar lebih menguasai mengenai konsep-konsep keerawatan khususnya dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dan mampu menerapkannya di lapangan kerja. Kata kunci : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Kepustakaan : 22 (2000-2014) 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 ABSTRACT Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a disease characterized by irreversible airflow limitation. According to World Health Organization, estimates of COPD in 2020 will be increase from 12 up to 15. The result of infection disease in Indonesia by Directorate General of PPM & PL (West Java, Central Java, East Java, Lampung and South Sumatra) in the year 2013 shows that indicating COPD came in second ranks of contributor to morbidity. The prevalence of COPD disease in Central Java decreased from 0.09% in 2011 to 0.06% in 2012 and the highest in Salatiga to 0.66%. In medical records of Ambarawa hospitals in January to December 2014 shows that 23 patient with COPD in January to December. Airway is a collection of several organs that are formed each other which helps people in the process of breathing. If the airway is not effective then the airway is not going smoothly. Chest physiotherapy is one of the action combinations to mobilize pulmonary secretions, chest percussion and vibration. Chest physiotherapy is used to remove the foreign objects that cause ineffective airway. The purpose of this study is to describe the management of ineffective airway clearance is with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. The method used is to provide patient care in the form of management of the ineffectiveness of the airway. Management of patients with ineffective airway clearance is done for 2 days. The technique of data collecting using interview technique, physical examination, observation and investigation. The results were obtained secretions that cause ineffective airway clearance was out. The suggestions for nurses to get the better nursing concepts especially with the ineffectiveness of airway clearance problems and able to implement it in hospital. Keywords : Ineffective Airway Clearance References : 22 (2000-2014) PENDAHULUAN Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive Pulmonary Diseases (COPD) merupakan istilah yang sering digunakan untuk kelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan (COPD) adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan empisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Diseases (COLD) (Somantri, 2009). Akhir-akhir ini Penyakit Paru Obstruktsi Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive Pulmonary Diseases (COPD) semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena prevalensi dan angka mortalitas terus meningkat di Amerika kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meningkat selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebro vaskular. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat. Akibat sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya akan meningkat dari ke 12 menjadi ke 15 dan sebagai penyebab kematian akan meningkat menjadi ke 6 dan menjadi ke 3. Merokok merupakan faktor resiko terpenting penyebab PPOK disamping faktor resiko Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya (Riyanto, 984: 2007). Di Indonesia tidak ditemukan data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 Rumah Sakit Propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2013, menunjukkan PPOK menempati urutan ke 2 penyumbang angka kesakitan (Depkes RI, 2013). Prevalensi kasus PPOK di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan yaitu dari 0,09% pada tahun 2011 menjadi 0,06% pada tahun 2012 dan tertinggi di Kota Salatiga sebesar 0,66% (Dep. Kes. Jawa Tengah, 2013). PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara dan pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. METODE PENGELOLAAN PENGKAJIAN Pengkajian atau yang disebut juga pengumpulan data adalah langkah awal dalam pengambilan kepeutusan yang menghasilkan diagnosis (Wilkinson, 2014: 4-8). Pada pasien PPOK hal yang perlu dikaji yaitu keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, adakah riwayat merokok pasien, dan hal yang perlu dikaji yaitu pemeriksaan fisik paru, karena pasien PPOK akan terjadi masalah pada sistem pernapasan. DIAGNOSA PRIORITAS Dari hasil pengkajian pada Tn. P data yang didapatkan, penulis mengangkat masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Menurut Wilkinson (2014), diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang dilapangan. Diagnosis keperawatan yang disusun adalah diagnosis yang paling ketika terdapat dalam kondisi Menurut catatan Medis RSUD Ambarawa, jumlah pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) selama 1 tahun terakhir, yaitu selama bulan Januari s/d Desember 2014 adalah banyak adalah umur 44-65 tahun sebanyak 23 pasien. Hal ini dipengaruhi oleh semakin bertambahnya usia maka tubuh akan mengalami penurunan fungsi, begitu juga halnya dengan paru-paru akan mengalami penurunan fungsi paru (Abata, 2014). Berdasarkan fenomena-fenomena yang penulis paparkan diatas, baik dari gejala yang sering muncul, akibat dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien, penulis tertarik lebih mengetahui pengelolaan pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis di RSUD Ambarawa. tertentu dalam pengkajian. Menurut Hierarki Maslow dalam Widyadharma (2013) kebutuhan oksigen termasuk dalam kebutuhan fisiologi yang terletak pada urutan pertama dan harus segera ditangani. Munculnya diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif didukung oleh data subjektif: klien mengatakan sesak jika batuk dan sekret sulit keluar. Data objektif: pasien tampak sesak, terdengar ronchi basah pada paru kanan bawah, Rr: 24 x/menit. Data ini sesuai dengan karakteristik bersihan jalan napas menurut Carpenito (2007). INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi yang ditetapkan oleh penulis untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada Tn. P yaitu intervensi pertama monitor tanda-tanda vital, intervensi kedua berikan posisi semifowler, intervensi ketiga kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan, interven keempat lakukan fisioterapi dada, intervensi terakhir lakukan auskultasi paru. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 HASIL PENGELOLAAN Implementasi yang telah dilaksanakan oleh penulis yaitu, memonitor tanda-tanda vital, berikan posisi semifowler, mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan, melakukan fisioterapi dada, melakukan auskultasi paru, memberikan pendidikan kesehatan perawatan dirumah. PEMBAHASAN Tn. P mengalami masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan penumpukan sekret. sehingga penulis memberikan implementasi pertama memonitor tanda-tanda vital, hal ini didukung oleh Doenges (2000), yang menyatakan bahwa tanda-tanda vital akan meningkat khususnya pada respiratory rate dan merupakan cara yang efisien untuk memantau kondisi klien. Implementasi kedua, mengauskultasi suara napas terdengar ronchi basah pada paru-paru bagian kanan bawah. Menurut Potter & Perry 2006, ronchi disebabkan oleh penumpukan sekret bisa mengakibatkan napas menjadi abnormal sehingga terjadi suara napas tambahan seperti suara ronchi. Implementasi ketiga yaitu, melakukan fisioterapi dada pada klien dan menganjurkan istri dan anak pasien untuk melakukan mandiri dirumah. Fisioterapi dada adalah kelompok terapi yang digunakan dengan kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonal. Fisioterapi dada harus diikuti dengan batuk efektif, dimana batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakea, bronkus dan paru-paru untuk melindungi organ-organ tersebut dari iritasi dan sekresi (Potter & Perry, 2006). Fisioterapi dada bertujuan secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus sehingga meningkatkan efisiensi pola pernapasan (Nurhidayah, 2013). Implementasi keempat yaitu yaitu penulis memberikan posisi nyaman (semifowler), respon klien nyaman dengan posisi yang diberikan. Hal ini didukung oleh, Oksigen harus secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah dan jaringan. Memberikan posisi yang nyaman (semi fowler) karena peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan mempergunakan gravitasi (Doengoes, 2000). Memberikan pendidikan kesehatan perawatan di rumah pada pasien PPOK. Disini perawat mengintruksikan keluarga dan pasien untuk terlibat dalam perencanaan untuk perawatan di rumah. Misalnya, peralatan dan cara drainase postural, fisioterafi dada, callping, vibrasi, batuk efektif serta tanda gejala, komplikasi, penatalaksanaannya (Wilkinson, 2014). Setelah diberikan penjelasan keluarga mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan. KESIMPULAN Hasil pengelolaan yang penulis lakukan selama 2 hari bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi dengan hasil klien mengatakan sesak berkurang didukung dengan Rr: 20 x/ menit, terdengar ronchi basah pada paru-paru kanan bawah, dimana sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditentukan pada rencana tindakan keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut disarankan bagi RSUD Ambarawa meningkatkan wawasan perawat dalam management perawatan pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif dan meningkatkan mutu pelayanan perawatn pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif. DAFTAR PUSTAKA Barbara, M. Gallow. (2013). Keperawatan Kritis Judul Asli: Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Edisi 8. Volume 2. Alih Bahasa Devi Yulianti. Jakata: EGC. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. (2014). Hasil RISKEsDAS 2013 Provinsi Jawa Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 5 Tengah. 26 Maret 2015. http://www.depkes.go.id/resources /download/general/hasil%20riskerd as%202013.pdf Carpenito, L. J. & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Judul Asli: Handbook Of Nursing Diagnosis, 10th Ed. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Christanto. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Corwin, J. Elizabeth. (2009). Buku Saku Patofisiolog Judul Asli: Handbook Of Pathophysiology. Edisi 3. Alih Bahasa Subekti B. Nike. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar. 9 April 2015. http://depkes.go.id/downloads/risk esdas2013/hasil%20riskesdas%2020 13.pdf. Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan anak. Jakarta: Salemba Medika. Jean, Smith & Joyce, Y. Johnson. (2010). Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan Judul Asli: Nurses’ Guide to Clinical Prosedures. Edisi 5. Alih Bahasa Esti Wahyuningsih. Jakarta: EGC. Kolawak, P. Jennifer & Wels Wiliam. (2014). Buku Ajar Patofisiologi Judul Asli Profesional Guide to Pathophysiology. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta: EGC. Martiem. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan PPOK. http//berital9.wordpress.com Diunduh tanggal 4 April 2015. Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik Judul Asli: Fundamentals Of Nursing: Concepts, Process And Practice. Alih Bahasa: Yasmin. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Judul Asli: Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa: Pendit, Brahn U. Jakarta: EGC. Priharjo, Robert. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. EGC: Jakarta. Qorry, A. Abata. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Lengkap. Jawa Timur: Al-Furqon. Riyanto, B. Sigit. (2007). Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Siti, Asfuah. (2012). Buku Saku Klinik Keperawatan dan Kebidanan. Yogjakarta: Nuha Medika. Smetlzer, S.C dan Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC. Sugiono. Pengaruh kombinasi tindakan fisioterapi dada dan olah raga ringan terhadap faal paru, kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik stabil. Diunduh pada tanggal 25 April 2015.http://library.usu.ac.id/downl oad/fkm/fkm-sugi%20khadijah.pdf Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Judul Asli: Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook. Alih Bahasa: Wahyuningsih, E. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatric Judul Asli: Wong’ Essentials Of Pediatric Nursing, 6th Ed. Alih Bahasa Sutama, Agus. Jakarta: EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo