BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Eksarsebasi akut PPOK adalah kondisi akut ditandai dengan perburukan gejala respiratorik berupa batuk, sesak, dan perubahan produksi dahak penderita dibanding biasanya sehingga memerlukan perubahan intervensi pengobatan (Global initiative for chronic obstructive lung disease, 2015). Belum terdapat data akurat mengenai prevalensi PPOK eksaserbasi akut baik secara global dan di Indonesia. Di Amerika Serikat, rerata eksaserbasi penderita PPOK sebanyak 1,3 kali setiap tahunnya. Terjadinya eksaserbasi akut akan meningkatkan risiko mortalitas penderita PPOK sebanyak 102% (Evensen, 2010). Berdasarkan penelitian Suradi et al. (2012) sejak 1 Januari sampai 31 November 2011 di RS dr. Moewardi Surakarta didapatkan 65 penderita PPOK eksaserbasi akut yang di rawat inap di bangsal paru. Eksaserbasi akut PPOK memiliki dampak negatif. Eksaserbasi akut PPOK meningkatkan inflamasi saluran napas, meningkatkan penurunan fungsi paru, menigkatkan penurunan kualitas hidup penderita, dan meningkatan risiko mortalitas. Hal tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan rawat inap, peningkatan kebutuhan akan obat-obatan, sehingga akan meningkatan biaya perawatan penderita PPOK (Mackay and Wedzicha, 2011). Patogenesis PPOK melibatkan 4 mekanisme dasar yaitu stres oksidatif, inflamasi, ketidakseimbangan protease-antiprotease, dan apoptosis. Keempat mekanisme tersebut mengalami peningkatan saat eksaserbasi (Cavalcante and Brain, 2009; Senior and Atkinson, 2008). Inflamasi PPOK melibatkan sistem imun alamiah dan adaptif, sel-sel struktural saluran napas dan inflamasi, serta dihasilkan berbagai macam mediator inflamasi sehingga menimbulkan respons berupa perubahan struktur saluran napas, obstruksi saluran napas, dan gejala respiratorik (Rovina et al. 2013; Cosio et al. 2009). Pedoman pengobatan standar internasional penderita PPOK stabil dan eksarsebasi telah disusun oleh Global initiative for chronic obstructive lung disease (GOLD) (Global initiative for chronic obstructive lung disease, 2015). Pedoman terapi tersebut telah melalui uji klinis dan pembuktian yang lama. Pemberian terapi standar tidak menghentikan progresivitas penyakit sehingga kerusakan saluran napas dan paru 1 yang bersifat ireversibel tetap berlangsung walaupun lebih lambat dibandingkan penderita yang tidak menerima terapi standar. Pemberian terapi tambahan ditujukan untuk lebih memperlambat kerusakan dan menghentikan kerusakan. Dasar pemberian terapi tambahan tetap mengacu pada patogenesis PPOK yaitu inflamasi, stres oksidatif, ketidakseimbangan protease-antiprotease, dan apoptosis (Barnes, 2013). Terapi pada penderita PPOK eksaserbasi akut umumnya ditujukan untuk mempercepat perbaikan kerusakan saluran napas, mempercepat pemulihan fungsi paru, dan menurunkan lama rawat inap sehingga biaya perawatan akan lebih rendah (Desai et al. 2012). Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air dan penting pada proses metabolisme. Manfaat vitamin C antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan dapat berfungsi meningkatkan sistem imun (Adikwu and Deo, 2013; Aysun, 2009). Mekanisme antioksidan vitamin C mampu sebagai free radical scavenging yang menyumbangkan elektronnya ke molekul radikal bebas sehingga menjadi stabil, sedangkan vitamin C menjadi bentuk radikal yang relatif stabil dan tidak reaktif. Vitamin C juga dapat menghambat proses peroksidasi lipid (Adikwu and Deo, 2013; Anitra and Margreet, 2013). Malondialdehyde (MDA) merupakan salah satu hasil LPO dan dapat digunakan sebagai penanda stres oksidatif PPOK khususnya saat eksaserbasi. Pengukuran kadar MDA dapat digunakan untuk menilai keberhasilan terapi PPOK eksaserbasi (Roca M et al. 2013). Hambatan proses peroksidasi lipid oleh vtamin C diharapkan dapat menurunkan kadar MDA darah penderita. Antiinflamasi vitamin C dengan menghambat aktivitas faktor transkripsi nuclear factor kappa (NF-κB) dan menghambat kerja ROS secara langsung (Carcamo et al., 2004). Vitamin C meningkatkan dan memperkuat sistem imun dengan merangsang aktivitas antibodi dan sel imun fagosit dan neutrofil (Aysun, 2009; Cavalcante and Brain, 2009). Peningkatan (amplifying) respons inflamasi penderita PPOK eksarsebasi menyebabkan peningkatan jumlah sel-sel inflamasi (misalnya: neutrofil, makrofag) dan mediator inflamasi antara lain sitokin (interleukin-6, interleukin-8, interleukin-1β, tumour necrosis factor-α, leukotrien-B4), kemokin (chemokine ligand-8), protein fase akut (C-reactive protein, plasma amyloid–A), dan protease. Interleukin (IL)-6 merupakan sitokin proinflamasi penghubung sistem imun alamiah dan adaptif yang bersifat stabil. Interleukin-6 bersifat multifungsi, berperan penting tidak hanya pada sistem imun tetapi juga pada berbagai macam proses biologi. Interleukin-6 merupakan pengatur utama respons inflamasi akut, serta berperan mengatur respons inflamasi lokal dan sistemik. Sel utama penghasil IL-6 adalah neutrofil dan makrofag (Tanaka et al. 2014; Gabay, 2006). Pada PPOK, kadar IL-6 plasma berkorelasi positif dengan peningkatan kadar C-reactive protein (CRP), peningkatan terjadinya inflamasi sistemik, adanya penyakit komorbid PPOK (kardiovaskuler, osteoposrosis, depresi, resistensi insulin), penurunan fungsi sel epitel saluran napas, mortalitas, tingkat keparahan eksarsebasi, dan gejala penyakit (Kubera et al. 2013; MacNae, 2005). Kadar IL-6 berkorelasi negatif dengan fungsi paru dan kondisi klinis penderita, serta outcome penderita (Ferrari et al. 2013; Kubera et al. 2013; Samy et al. 2010). Peningkatan stres oksidatif saat eksarsebasi menyebabkan peningkatan produksi aldehid reaktif hasil lipoperoxidation (LPO) membran lipid. Malondialdehyde (MDA) merupakan salah satu hasil LPO membran lipid yang dapat digunakan sebagai penanda stres oksidatif PPOK khususnya saat eksarsebasi (Roca et al. 2013; Cavalcante and Brain, 2009). Pengukuran kadar MDA banyak digunakan karena memiliki metode pemeriksaan paling praktis dibandingkan pengukuran kadar aldehid reaktif penanda stres oksidatif lainnya, memiliki nilai kepercayaan tinggi, dapat digunakan sebagai penanda prognosis, dan dapat digunakan sebagai penanda penilaian keberhasilan terapi pada penderita PPOK eksarsebasi akut (Roca et al. 2013). Peningkatan kadar MDA penderita PPOK berkorelasi negatif terhadap fungsi paru dan nilai VEP-1 % prediksi (Antuz et al. 2013; Waseem et al. 2012). Efek antioksidan, antiinflamasi, dan mekanisme peningkatan sistem imun vitamin C telah diteliti sejak lama tetapi pada subjek PPOK masih sangat terbatas. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Kanani et al. (2012) melakukan penelitian terhadap penderita PPOK stabil. Penelitian tersebut didapatkan hasil signifikan bahwa terapi antioksidan vitamin (C dan E) dapat menurunkan kadar MDA serum ketiga kelompok penderita tetapi tidak memperbaiki fungsi paru penderita (Kanani et al. 2012). Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan membuktikan peranan pemberian vitamin C sebagai terapi tambahan pada terapi standar penderita PPOK eksarsebasi akut. Peranan pemberian vitamin C ini diketahui dengan menilai kadar kadar MDA plasma sebagai penanda stres oksidatif, dan lama rawat inap untuk menilai perbaikan klinis penderita. Sehingga didapatkan bukti dasar alasan pemberian vitamin C pada PPOK eksarsebasi akut. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar MDA plasma penderita PPOK eksarsebasi akut? 2. Apakah terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap lama rawat inap penderita PPOK eksarsebasi akut? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Untuk menganalisis pengaruh pemberian vitamin C pada penderita PPOK eksarsebasi akut. 2. Tujuan khusus a. Untuk menganalisis pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar MDA plasma penderita PPOK eksarsebasi akut. b. Untuk menganalisis pengaruh pemberian vitamin C terhadap lama rawat inap penderita PPOK eksarsebasi akut. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat keilmuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah manfaat pemberian vitamin C sebagai antioksidan tambahan khususnya pada penderita PPOK eksarsebasi akut. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi dasar pertimbangan penambahan vitamin C sebagai antioksidan pada terapi standar PPOK eksarsebasi akut. b. Penambahan terapi vitamin C pada penderita PPOK eksarsebasi akut dapat mempercepat perbaikan klinis, menghambat penurunan fungsi paru, meningkatkan quality of life (QoL), dan menghambat progresifitas penyakit PPOK.