BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian “Pneumonia adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
“Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing” (Ngastiyah, 2005). “Pneumonia
merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering
terjadi pada bayi” (Hidayat, 2006). “Bronchopneumonia adalah radang pada saluran nafas
bagian bawah yang ditandai dengan demam, batuk, sesak nafas, peningkatan frekuensi
pernafasan, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, dan kadang-kadang syanosis
dengan terjadinya infiltrate atau konsolidasi jaringan interstinal dan parenkim paru oleh
sel-sel radang” (Mansjoer, 2000). “Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada
parenkim paru disebabkan oleh bakteri, virus, jamur maupun benda asing” (Hidayat,
2006). Kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa Bronchopneumonia adalah peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
ataupun, benda asing) yang menyebar membentuk bercak-bercak diruang alveoli yang
mengenai bronchus.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
7
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Gambar 2.1. System pernafasan (Smeltzer, 2001)
System pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O 2 ). Paru
dihubungkan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut turut,
hidung, faring, laring, trachea dan bronchi, saluran saluran itu relative kaku dan tetap
terbuka, keseluruhannya merupakan bagian konduksi dari system pernafasan,
meskipun fungsi utama pernafasan utama adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain, yaitu tempat menghasilkan suara,
meniup (balon, kopi/ teh panas, tangan, alat music, dan lain sebagainya). Tertawa,
menangis, bersin, batuk homostatik (PH darah) otot-otot pernafasan membantu
kompresi abdomen (Tambayong, 2001)
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Gambar 2.2. Tampilan pernafasan bawah trachea, bronkiolus dan lobus
(Sumber : Smetlzer, 2001).
a. Saluran pernafasan bagian atas menurut (Evelyn, 2004)
1) Hidung/naso : Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi)
dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi), terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung
2) Faring
Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang berbentuk seperti pipa
yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan
osofagus. Letaknya didasar tengkorak dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang belakang.
3) Laring : Pangkal tenggorok
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil
suara yang diapaki berbicara dan bernyanyi, terletak didepan dibagian faring
sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trachea dan tulangtulang bawah yang berfungsi pada waktu kita menelan makan dan menutup laring.
4) Trackhea : Batang tenggorok
Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm, trachea tersusun atas 16-20
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran disebelah belakang trackhea.
5) Bronckhus : Cabang tenggorok
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan V,mempunyai struktur serupa dengan trchea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronchus kanan lebih pendek dan lebih besar
daripada bronchus kiri.
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembunggelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.
Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran
oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan
eksternal, oksigen diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung disampaikan
ke seluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida dikeluarkan melalui pipa
bronchus berakhir pada mulut dan hidung (Evelyn, 2004)
2. Fisiologi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam tubuh
terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi (Guyton, 1997)
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer kedalam
alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa
hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan antar atmosfer
dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
b. Difusi Gas
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan
CO 2 kapiler dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi, diantaranya pertama luasnya permukaan paru.
Kedua, tebal membrane respirase/ permeabilitas yang terdiri dari epitel alveoli
dan intestinal keduanya.
c. Transportasi gas
Merupakan transportasi antara O 2 kapiler kejaringan tubuh dan CO 2 jaringan
tubuh kapiler. Proses transportasi, O 2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma. Kemudian pada transportasi CO 2
akan berkaitan dengan Hb membentuk karbohemoglobin dan larut dalam
plasma, kemudian sebagaian menjadi HCO 3 (Hidayat, 2006)
C. Etiologi
Menurut pendapat Ngastiyah pada tahun (2005) etiologi pneumonia ada 7 yaitu :
bakteri, virus, Mikoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, Pneumonia hipostatik, Sindrom
Loeffler.
a. Bakteri
Bakteri penyebab pneumonia adalah pneumococus, streptococcus, Hoemophilus
influenza, dan Pseudomonas aeruginosa.
b. Virus
Respiratori syncitial virus, adenovirus, sitomegalovirus, dan virus influenza.
c. Pneumonitis Interstisial dan bronkiolitis
Pneumocystis carinii pneumonia, Mycoplasma pneumoniae, danKlamidia.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
d. Jamur
Aspergilus, koksidiodomikosis, dan histoplasma.
e. Aspirasi
Cairan amnion, makanan, dan cairan lambung.
f. Pneumonia hipostatik
Disebabkan karena terus-menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya tarik bumi
menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-paru, dan infeksi membantu
timbulnya pneumonia.
g. Pneumonia oleh radiasi
Disebabkan karena terus menerus terpapar oleh radiasi sehingga terjadi infeksi pada
paru yang dapat menyebabkan kerusakan paru.
h. Pneumonia hipersensitivitas
Keadaan sensitifitas yang berlebihan mengakibatkan paru sangat rentan terhadap
benda asing yang masuk, reaksi sensitifitas tersebut dapat mengakibatkan infeksi
pada paru sehingga terjadi kerusakan pada paru
D. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi menurut pendapat Ngastiyah pada
tahun (2005) ada 3, yaitu :
1. Pneumonia Lobaris
Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tapi kadang didahului oleh infeksi
traktus respiratorius bagian atas.Pneumonia ini terjadi di daerah lobus paru.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Gejala awal hampir sama dengan pneumonia lain, hanya pada pemeriksaan fisik
kelainan khas tampak setelah 1-2 hari.
2. Pneumonia Lobularis (bronchopneumonia)
Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa
hari.Suhu tubuh 39º-40ºC dan kadang disertai kejang demam yang tinggi.Anak
sangat gelisah, dyspneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.Kadang disertai muntah dan
diare.Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
3. Pneumonia Interstisial (bronchiolus)
Pneumonia yang terjadi pada jaringan interstisial. Pada jaringan ini ditemukan
infiltrat sel radang, juga dapat ditemukan edema dan akumulasi mukus serta
eksudat karena adanya edema dan eksudat maka dapat terjadi obstruksi parsial
atau total pada bronchiolus.
Menurut pendapat Hidayat pada tahun 2006 , macam pneumonia antara
lain:
a. Pneumonia lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua
lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia interstitial
Terjadi pada dinding alveolar dan jaringan peribronkhial serta interlobularis.
c. Bronchopneumonia
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari bronchopneumonia adalah :
1. Demam
Suhu mencapai 39,5oC-40,5 oC bila terjadi proses inflamasi
2. Penyumbatan pada jalan nafas
Adanya sumbatan pada membrane mukosa pada hidung menyebabkan saluran
pernafasan mengalami penyempitan ambat eksudasi berhubungan dengan pemberian
makanan pada bayi yang mempunyai gangguan pernafasan dengan didukung ambat
dari atitis media sinusitis.
3. Batuk dan nyeri pada dada
4. Perubahan system pernafasan
System pernafasan yang mengalami infeksi untuk memanifestasikan pernafasan yang
cepat dapat juga disertai dengan cairan (ninorea), kental bernanah, tergantung dari
tipe dan tempat inflamasi.
5. Bunyi nafas
Sesak, merintih, stridor, wheezing, crackles, tanpa bunyi.
6. Tenggorokan luka
Komplikasi dari inflamasi tingkat tinggi
7. Anoreksia
Menyerang anak yang terinfeksi akut
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
8. Muntah
Anak mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada serangan infeksi biasanya
tidak lama tetapi tetap terjadi selama sakit.
9. Diare
Biasanya ringan kemudian berat, sering menyertai infeksi pernafasan dan dapat
menyebabkan dehidrasi
10. Nyeri perut
Spasme otot mungkin disebabkan karena faktor muntah, takut, gelisah, dan
ketegangan pada anak.
Menurut Rahajoe (2008) tanda dan gejala aspirasi benda asing kedalam
saluran respiratori yang timbul dapat dibagi berdasarkan urutan dari perjalanan
gejala. Berdasarkan perjalalan dan urutannya, gejala yang timbul dapat dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Gejala Awal
Gejala awal yang timbul berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba sesak
nafas, rasa tidak enak didada, mata berair, rasa perih diitenggorokan, dan
dikerongkongan.
2. Periode laten atau tanpa gejala
Setelah gejala awal dilalui ikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten.
3. Gejala susulan atau lanjutan
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai perubahan fisiologi atau patologis yang
ditimbulkan benda asing.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
F. Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang disebabkan oleh
adanya inflamasi dan virus, bakteri atau mikroba yang terhirup atau masuk melalui
system vaskularisasi dari nasofaring terbawa kedalam bronckus sampai pada seluruh
bagian alveoli sehingga agent penyebab membuat granulasi leukosit yang dapat
meningkatkan
produksi
sputum.
Eritrosit
dalam
bronchus
menurun
sehingga
memanifestasikan tachipnea dan tampak yang koleps atau amti akan timbul eksudat fibrin
disepanjang bronchus. Akibatnya pembuangan CO 2 dari alveoli terhambat oleh
penumpukan O 2 .
Bila keadaan tersebut dapat dikompensasikan oleh paru-paru maka tidak muncul
gangguan pertukaran atau proses pernafasan keadaan tersebut dapat dikompensasikan
oleh paru-paru maka tidak muncul gangguan pengetahuan atau proses pernafasan berjalan
normal dimana aspirasi dan ekspirasi berlangsung didalam alveolus.
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39,50C-40,5oC dan
kadang disertai demam yang tinggi, anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai cuping hidung serat cyanosis disekitar hidung dan mulut. Kadangkadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan
penyakit tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian produktif, pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah, nyaring, halus atau sedang.
Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu mungkin pada auskultasi terdengar
mengeras pada stadium revolusi, ronchi terdengar (Wong, 2008)
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Empat tahap respon yang khas pada pneumonia menurut pendapat Prince dan
Wilson (2005) meliputi :
a. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi
dan bocor.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi=seperti hepar) karena sel-sel
darah merah, fibrin dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.
c. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari)
Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (7 sampai 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
G. Pathway Keperawatan
Virus bakteri mikroba
Masuk Nasofaring
Peradangan bronchus
Alveolus
Proses inflamasi saluran
pernafasan bawah
Bronchus dan alveoli
terinfeksi asam
Produksi
sputum
Takipneu,
Dyspneu
Kurang
pengetahuan,
takut
Ansietas
Granulasi Leukosit
Eritrosit dalam Bronchus
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
Takipneu, banyak
leukosit yang mati
Anoreksia
Ketidakseimba
ngan Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan
terhambat
pe
tubuh
Eksudat fibrin
sepanjang bronchus
Pembuangan O 2 dari alveoli
terhambat penumpukan
sekret
Ketidakefektifan Pola
Nafas
Sumber : Rahajoe (2008), Wong (2008)
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
H. Komplikasi
Menurut pendapat Ngastiyah (2005) , komplikasi pneumonia meliputi :
1. Empiema
Adanya peradangan pada saluran nafas tersebut dapat menyebar ke jaringan
pleura.Pada fase awal, timbul cairan pleura yang jumlahnya sedikit dan berlanjut
sehingga terjadi fibrosis di pleura parietalis dan viseralis yang kemudian
berkembang menjadi kumpulan pus dalam rongga pleura atau empiema.
2. Otitis Media Akut
Adanya infeksi pada saluran nafas dapat menyebar sampai ke telinga tengah
melalui tuba eustachius sehingga dapat menyebabkan otitis media akut.
3. Atelektasis
Terjadi apabila penumpukan sekret akibat berkuranngnya daya kembang paruparu terus terjadi. Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus
intrinsik. Obstruksi ini akan menyebabkan atelektasis obstruksi, dimana terjadi
penyumbatan saluran udara yang menghambat masuknya udara ke dalam
alveolus.
4. Empisema
Terjadi dimulai adanya gangguan pembersihan jalan nafas akibat penumpukan
sputum. Peradangan yang menjalar ke bronchiolus akan menyebabkan dinding
bronchiolus mulai melubang dan membesar. Pada waktu inspirasi lumen
bronchiolus melebar sehingga udara dapat tersumbat karena penumpukan sputum.
Tetapi saat ekspirasi lumen menyempit sehingga sumbatan tersebut menghalangi
keluarnya udara.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
5. Meningitis
Penyebaran virus haemophilus influenzae melalui hematogen ke sistem syaraf
sentral. Penyebarannya juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernafasan
atau dimana manifestasi klinik meningitis menyerupai pneumonia.
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut pendapat Betz dan Sowden (2002) meliputi :
1. Kajian foto thorak
Untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmones (untuk mengkaji
perubahan pada paru).
2. Nilai analisis gas darah
Untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenasi.
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis
Untuk menetapkan adanya infeksi, anemia, proses inflamasi.
4. Pewarnaan gram (darah)
Untuk seleksi awal anti mikroba.
5. Tes kulit untuk Tuberkulin
Mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak merespon terhadap
pengobatan.
6. Jumlah leukosit
Penurunan jumlah leukosit terjadi pada pneumonia bakterial.
7. Bronkoskopi
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Untuk
melihat
dan
memanipulasi
cabang-cabang
utama
dari
pohon
trakeobronkial, jaringan yang diambil untuk uji diagnostik.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita bronchopneumonia menurut Ngastiyah (2005),
antara lain :
1. Terapi Medis
a. Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin.
b. Pemberian oksigen dan cairan IV D5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan
3:1 ditambah larutan KCl 10 MEq/500ml/botol infus.
c. Diberikan mukolitik untuk mengencerkan lendir, ekspektoran (memudahkan
pengeluaran dahak).
d. Antipiretik diberikan bila demam.
2. Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Pada anak agak besar berikan sikap baring setengah duduk, longgarkan
pakaian.Ajarkan bila batuk lendirnya dikeluarkan karena jika tidak
dikeluarkan nafas tetap sesak.Pada bayi, baringkan dengan letak kepala
ekstensi dengan memberikan ganjal pada bahu.
b. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen perlu dibantu dengan memberikan
oksigen 2 liter/menit.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
c. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat intirahat sebaikbaiknya.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Apabila sesak sudah berkurang pasien diberikan makanan lunak dan susu.
Bujuklah agar anak mau makan, dan waktu menyuapi harus sabar karena
keadaan sesak anak mudah lelah waktu mengunyah. Pada bayi yang masih
minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek. Pada waktu menetek
beritahu ibu puting susu harus sering-sering dilepas untuk memberikan
kesempatan bayi bernafas.
e. Kontrol suhu tubuh tiap 1 jam.
f. Lakukan fisioterapi dada (potural drainage)
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Peningkatan produksi
sputum (Hidayat, 2006)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus
(Hidayat, 2006)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake nutrisi kurang adekuat (NANDA, 2013)
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan Kognitif (NANDA,
2013)
L. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Peningkatan produksi
sputum (Hidayat, 2006)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
bersihan jalan nafas kembali efektif.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : Status pernafasan : ventilasi
Kriteria hasil :
1) Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
2) Tidak ada dyspneu
3) Sputum dapat keluar
4) Mendemonstrasikan batuk efektif
Skala penilaian NOC :
1 : Tidak pernah menunjukan
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
Nursing Interventions Classification (NIC) :Airway Managemen
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Lakukan fisioterapi dada bila perlu
3) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
4) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5) Kaji vital sign dan status respirasi
6) Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif
7) Kolaborasi pemberian oksigen dan obat brokodilator serta mukolitik
ekspektoran.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus
(Hidayat, 2006)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
pola nafas dapat kembali efektif.
NOC : Status pernafasan : ventilasi
Kriteria hasil :
1) Mendemonstasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2) Memelihara kebersihan paru
3) Bebas dari tanda-tanda distres pernafasan
4) TTV dalam rentang normal
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Skala penilaian NOC :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Terapi oksigen
1) Pertahankan jalan nafas yang paten dengan memberikan posisi semi fowler.
2) Observasi warna kulit, kelembaban mukosa, catat adanya sianosis.
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6) Monitor tanda-tanda vital
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake nutrisi kurang adekuat (NANDA, 2013)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
status nutrisi seimbang dan berat badan ideal.
NOC : menunjukan status gizi : asupan makanan dan cairan
Kriteria hasil :
1) Pasien akan mendekati berat badan ideal
2) Asupan nutrisi adekuat
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Skala penilaian NOC :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC :Nutrition Monitoring
1) Monitor adanya penurunan berat badan
2) Monitor turgor kulit, kelembaban bibir
3) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan makanan dan cairan
5) Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering
6) Monitor adanya mual atau muntah
7) Kolaborasi pemberian cairan IV
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan Kognitif (NANDA,
2013)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
informasi yang diperoleh keluarga adekuat.
NOC :Disease Process
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi
prognosis dan program pengobatan.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan
perawat atau tim kesehatan lainnya.
Skala penilaian NOC :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC :Teaching : disease process
1) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.
2) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
3) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya dengan cara yang tepat.
4) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.
Ketidakefektifan bersihan jalan..., RENITA, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, 2014
Download