ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Ny.M DENGAN CKD DI RUANG BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI OLEH : MUHAMAD ALFINI’AM 0131736 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Ny.M DENGAN CKD DI RUANG BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmiah April 2016 Muhamad Alfini’am*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo*** ABSTRAK Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah inspirasi ekspirasi yang tidak membantu ventilasi yang adekuat. Penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) adalah mukus berlebih. Penumpukan sekret merupakan kondisi terdapatnya dahak pada saluran pernapasan yang susah dikeluarkan, sehingga mengganggu aktivitas udara yang keluar ataupun masuk kedalam paru-paru. Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Ny.M dengan CKD di RSUD Pandan Arang Boyolali. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan tindakan mengajarkan pasien batuk efektif. Pengelolaan dilakukan selama 2 hari pada Ny. M. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan di dapatkan adalah pasien sesak nafas, ada bunyi tambahan ronki, RR meningkat. Saran bagi perawat dirumah sakit agar mampu mengatasi masalah pasien dan meningkatkan kesadaran pasien akan pentingnya mengontrolkan penyakitnya secara teratur serta pentingnya menjelaskan semua prosedur yang akan diberikan kepada pasien sepertu tujuan, manfaat, ataupun efek sampingnya sehingga dapat mengurangi kecemasan pasien serta terjalinnya komunikasi yang baik. Kata kunci Kepustakaan : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, CKD : 5 (2000 - 2016) PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah Chronic Kidney Disease (CKD). Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan. Chronic Kidney Disease (CKD) dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular dibawah 60 mL/men/1.73m2, atau diatas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan sedimen urine. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi Chronic Kidney Disease (CKD) pada penderita kelainan bawaan seperti hiperoksaluria dan sistinuria. Chronic Kidney Disease (CKD) seringkali didiagnosa sebagai hasil dari skrining obat pada orang yang berada diresiko masalah ginjal, seperti yang orang dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes dan mereka yang memiliki hubungan darah dengan Chronic Kidney Disease (CKD). Gejala dari fungsi ginjal memburuk yang tidak spesifik, dan mungkin termasuk perasaan kurang sehat dan mengalami nafsu makan berkurang. Chronic Kidney Disease (CKD) juga dapat diidentifikasi ketika itu mengarah ke salah satu komplikasi yang diakui, seperti penyakit kardiovaskuler, anemia, dan perikarditis (Wikipedia, 2012). Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah merupakan penyakit ginjal tahap akhir (Andra & Yessie, 2013). Manifestasi klinik CKD antara lain (Long, 1996) Gejala dini seperti lethargi, sakit kepala,kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi. Adapun gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. Menurut data diatas penderita penyakit Crhonic Kidney Disease (CKD) di Indonesia tergolong masih tinggi yaitu 50 juta per satu juta penduduk. Khususnya di Jawa Tengah jumlah kasus gangguan fungsi ginjal mencapai 219,25 kasus. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik melakukan pengelolaan ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada Ny. M dengan Crhonic Kidney Disease (CKD) di ruang Bougenville RSUD Pandan Arang Boyolali. METODE Pengkajian adalah suatu pendekatan yang sistematis untuk mendapatkan informasi serta data yang selengkaplengkapnya mengenai klien baik secara subyektif maupun obyektif (Potter & Perry, 2010). Pada pengkajian terdapat 2 metode autoanamnesa dan alloanamnesa. Autoanamnesa adalah pengumpulan dan verifikasi data dari sumber primer atau langsung kepada pasien, sedangkan alloanamnesa adalah pengumpulan dan verifikasi data dari sumber sekunder atau informasi lain dari keluarga, tenaga kesehatan, rekam medik dan lain-lain( Potter& Perry,2010). Menurut padilla (2012), saat pengkajian yang perlu dikaji adalah identitas klien (nama, umur, alamat, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit). Keluhan utama atau keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan dahulu atau apakah pasien pernah mengalami sakit yang sama atau penyakit lain yang diderita. Kemudian pemeriksaan fisik head to toe. Keluhan utama yang dialami pasien adalah sesak nafas, RR 26 kali per menit, pasien terlihat pucat, lemah. Hasil Pemeriksaan Paru-paru yaitu inspeksi Pengembangan dada simetris,Palpasi Vibrasi paru kanan dan kiri sama,Perkusi Resonans, Auskultasi Vesikuler, terdapat bunyi tambahan (ronchi). HASIL Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menyusun intervensi yang dilakukan untu mengatasi masalah tersebut sesak pada Ny.M yaitu dengan intervensi pertama auskultasi dada posterior dan anterior, intervensi kedua mengajarkan batuk efektif, intervensi ketiga berikan fisioterapi dad, intervensi keempat kolaborasi dengan tim medis pemberian terapi. PEMBAHASAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 april 2016 di Ruang Bougenvile RSUD pandan arang boyolali dengan metode langsung (autonamnesa) dan tidak langsung (allownamnesa) data diperoleh dari klien dan keluarga yang mendampingi klien selama dirawat. Dari hasil pengkajian didapatkan data yaitu nama Ny.M, umur 34 tahun, alamat boyolali, agama islam, diagnosa medis CKD. Keluhan utama saat dikaji pasien mengatakan sesak nafas. Dari hasil pengkajian diatas yang didapat, langkah kedua dari proses keperawatan, yaitu mengklasifikasikan masalah kesehatan dalam ruang lingkup keperawatan, penulis mengangkat masalah keperawatan “ketidakefektifan bersihan jalan nafas” sebagai diagnosa utama. Penulis akan membahas lebih dalam tentang masalah keperawatan yang dialami oleh Ny. M dengan CKD. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah inspirasi ekspirasi yang tidak membantu ventilasi yang tidak adekuat (Wilkinson, 2014). Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Pedoman pada penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART (spesific, Measuerable, Archiveble, Reasoneble dan Time) spesific adalah berfokus pada klien, Measuerable adalah dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan dan dibau, Archiveble adalah tujuan yang harus dicapai, Reasoneble adalah tujuan yang harus dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan adalah batasan pencapaian dalam waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya (Dermawan, 2012). Tindakan pertama yang dilakukan pada Ny.M untuk menangani masalah yang dialami yaitu mengkaji mengauskultasi dada pada pasien. Tujuannya agar bisa menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah. Tindakan kedua yang dilakukan yaitu mengajarkan pasien batuk efektik. Batuk efektif ini mampu mempertahankan kepatenan jalan nafas sehingga memungkinkan pasien mengeluarkan sekret dari jalan nafas bagian atas dan bawah (Muttaqin, 2012) Tindakan ketiga yaitu melakukan fisioterapi dada bertujuan secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus sehingga meningkatkan efisiensi pola pernafasan (Nurhidayah, 2013). Tindakan keempat adalah kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai advis dokter, bertujuan mengencerkan dahak terhadap seputum yang berlebih. KESIMPULAN Hasil pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas selama 2x24 jam masalah keperawatan belum teratasi dengan data subjektif pasien mengatakan masih sesak, RR 26 kali per menit, data objektif pasien terlihat lemah, mukosa bibir kering. Kesimpulan yang didapatkan masalah belum teratasi. Lanjutkan intervensi yaitu mengajarkan fisioterapi dada, mengajarkan batuk efektif. SARAN Diharapkan pasien dapat melakukan pencegahan maupun perawatan tentang penyakit yang dideritanya saat ini. DAFTAR PUSTAKA Andra & Yessie. 2013. KMB 1 : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Vol. 1. Jakarta : EGC Wilkinson, J. M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC. Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Gosyen Publising: Yogyakarta Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo