MODUL PERKULIAHAN Etika Periklanan EPI Bab III.A. butir 2.20. - 2.29. Fakultas Program Studi Tatap Muka Fakultas Ilmu Komunikasi Periklanan dan Komunikasi Periklanan 09 Kode MK Disusun Oleh Kode MK SM Niken Restaty, M.Si Abstract Kompetensi Materi pada modul ini membahas mengenai iklan-iklan non barang. Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis mengenai pelanggaranpelanggaran yang ada pada iklan non barang. Pembahasan EPI Bab III.A. – 2.20. Gelar Akademis Iklan tidak boleh menawarkan perolehan gelar akademis dengan cara membeli atau dengan imbalan materi apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung. EPI Bab III.A. – 2.21. Berita Keluarga 2.21.1. Iklan tidak boleh memberi pernyataan pemutusan hubungan keluarga dari ataupun terhadap orang yang berusia kurang dari 17 tahun. 2.21.2. Iklan tentang perceraian wajib mencantumkan rujukan dari keputusan lembaga pemerintah terkait. Iklan perceraian secara Islam wajib mencantumkan tingkat talak atau rujukan dari keputusan pengadilan agama terkait. EPI Bab III.A. – 2.22. Gerai Pabrik (factory outlet) Iklan gerai pabrik hanya boleh disiarkan untuk dan atas nama pabrik yang bersangkutan atau pihak yang ditunjuk secara resmi oleh pabrik tersebut. EPI Bab III.A. – 2.23. Penjualan Darurat dan Lelang Likuidasi Iklan tidak boleh digunakan untuk mengiklankan sesuatu produk karena alasan kebangkrutan dengan tujuan untuk menyesatkan atau mengelabui konsumen. EPI Bab III.A. – 2.24. Kebijakan Publik Iklan publik (iklan pamong, iklan politik, dan iklan Pemilu/Pilkada), harus memenuhi ketentuan berikut: 2.24.1. Tampil jelas sebagai suatu iklan. 2.24.2. Tidak menimbulkan keraguan atau ketidaktahuan atas identitas pengiklannya. Identitas pengiklan yang belum dikenal secara umum, wajib mencantumkan nama dan alamat lengkapnya. 2.24.3. Tidak bernada mengganti atau berbeda dari suatu tatanan atau perlakuan yang sudah diyakini masyarakat umum sebagai kebenaran atau keniscayaan. 2.24.4. Tidak mendorong atau memicu timbulnya rasa cemas atau takut yang berlebihan terhadap masyarakat. 2012 2 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2.24.5. Setiap pesan iklan yang mengandung hanya pendapat sepihak, wajib menyantumkan kata-kata “menurut kami”, “kami berpendapat” atau sejenisnya. 2.24.6. Jika menyajikan atau mengajukan suatu permasalahan atau pendapat yang bersifat kontroversi atau menimbulkan perdebatan publik, maka harus dapat – jika diminta – memberikan bukti pendukung dan atau penalaran yang dapat diterima oleh lembaga penegak etika, atas kebenaran permasalahan atau pendapat tersebut. 2.24.7. Terkait dengan butir 2.24.6 di atas, iklan kebijakan publik dinyatakan melanggar etika periklanan, jika pengiklannya tidak dapat atau tidak bersedia memberikan bukti pendukung yang diminta lembaga penegak etika periklanan. 2.24.8. Jika suatu pernyataan memberi rujukan faktual atas temuan sesuatu riset, maka pencantuman data-data dari temuan tersebut harus telah dibenarkan dan disetujui oleh pihak penanggungjawab riset dimaksud. 2.24.9. Tidak boleh merupakan, atau dikaitkan dengan promosi penjualan dalam bentuk apa pun. Beberapa contoh iklan di bawah ini menunjukkan beberapa pelanggaran terhadap butir ini: Iklan TV di atas adalah sebuah kampanye yang dibuat dan ditayangkan oleh salah satu peserta pemilihan Gubernur Jawa Timur di tahun 2008. Dalam iklan tersebut ditayangkan bagaimana pasangan peserta Pilkada tersebut mengetuk rumah salah satu rakyat dan menanyakan apakah mereka akan memilih pasangan no. 4. Setelah mendapatkan jawaban “ya”, kepada pemilik rumah diberikan hadiah uang. Juga diberikan hadiah uang kepada rakyat yang menonton kegiatan tersebut setelah menjawab pertanyaan dari si pembawa acara. Iklan tersebut jelas-jelas melanggar EPI butir 2.24.9 di atas dan seharusnya juga melanggar aturan pemilihan umum yang tidak memperbolehkannya adanya “politik uang” dalam suatu pemilu. 2012 3 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Iklan TV di atas ini ditayangkan dalam periode Pemilu 2009. Dalam iklan ini diceritakan bahwa pemerintah dan para pemimpin yang saat itu menjabat telah gagal memenuhi janji mereka (dengan fokus pada jumlah angka penduduk miskin yang jauh lebih tinggi daripada targetny). Sangat disayangkan bahwa sampai dengan akhir iklan tersebut, tidak disebutkan dengan jelas siapa yang bertanggung-jawab terhadap kampanye tersebut sehingga melanggar butir 2.24.2. Beberapa iklan politik di bawah ini juga mengandung pelanggaran terhadap Etika Pariwara Indonesia, walaupun bukan melanggar butir 2.24. Antara lain: Iklan TV dari pasangan No. 3 untuk Pilkada di Sumatera Selatan ini menggunakan tokoh anak-anak pada iklannya. Si anak pada bagian akhir iklan tersebut menyatakan “Pilihan kita No. 3 aja!”. Padahal, anakanak bukanlah target dari suatu proses pemilu dan jelasjelas anak-anak belum mempunyai hak pilih. Iklan cetak dari Partai Golkar ini mengandung suatu pernyataan superlatif (“terbaik”) yang tidak didukung oleh 2012 4 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bukti-bukti yang obyektif untuk menjelaskan, dalam hal apa partai tersebut merupakan parti politik yang “terbaik”. BPP PPPI menyadari bahwa panduan mengenai iklan/kampanye politik yang termuat dalam EPI masihlah bersifat sangat sederhana. Padahal dunia pariwara politik di Indonesia telah berkembang jauh lebih pesat terutama sejak periode reformasi terjadi. Untuk itulah, PPPI telah dua kali mengadakan Diskusi Nasional Pariwara Politik, dimana diskusi yang ke dua terjadi pada awal tahun 2009. Walaupun belum dimasukkan ke dalam EPI, beberapa pemikiran di bawah ini perlu diperhatikan dan ditelaah lebih lanjut untuk menjadi pedoman etika bagi pariwara-pariwara politik di Indonesia di masa yang akan datang. Beberapa hal yang dapat didiskusikan lebih lanjut berkaitan dengan etika pada iklan/kampanye politik adalah: 1. Etiskah menggunakan latar-belakang prestasi pemerintah yang sedang berkuasa untuk digunakan sebagai (a) bahan untuk menunjukkan kegagalan pemerintah dan/atau suatu partai tertentu ataupun (b) bahan untuk menunjukkan keberhasilan suatu partai tertentu? 2. Etiskah mengangkat (dalam suatu iklan) masalah-masalah pribadi seorang calon legislatif/presiden/wakil presiden yang mungkin tidak berkaitan langsung dengan karir politik calon tersebut? 3. Etiskah menggunakan pendekatan stereotyping suatu suku tertentu? 4. Etiskah menggunakan seorang atau beberapa orang model profesional yang dibayar untuk mempromosikan suatu partai/calon (padahal model tersebut bukan anggota/pendukung partai/calon tsb.)? 5. Etiskah penggunaan tokoh agama dan ayat-ayat suci suatu agama dalam suatu iklan politik? 6. Etiskah memasang iklan politik di media luar ruang sehingga merusak “wajah kota” serta berpotensi mengganggu kelancaran lalu-lintas? 7. Etiskah memasang atau mengedarkan materi promosi politik di sekolah, tempat ibadah, dan kantor-kantor pemerintahan? 8. Etiskah menggunakan anak-anak sebagai pendukung suatu iklan/kampanye politik? 9. Etiskah menyebarkan materi promosi/iklan politik melalui surat elektronik atau SMS tanpa seijin pemilik alamat surat elektronik atau nomor HP penerima? 10. Perlukah iklan yang menggunakan data riset memberikan keterangan singkat untuk memperjelas metode penelitian yang digunakannya? 11. Etiskah menggunakan pendekatan iklan layanan masyarakat tapi menampilkan tokoh suatu partai dan menampilkan ikon-ikon partai tersebut (misalnya warna baju) 2012 5 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 12. Etiskah menayangkan iklan politik secara berturutan (pada media penyiaran) atau bersebelahan dengan pesaingnya (pada media cetak)? Bagaimana dengan media luarruang? 13. Perlukah pencantuman pihak yang memesan/membayar biaya suatu penayangan iklan politik bila ternyata pemesan tersebut bukanlah langsung dari partai/calon yang bersangkutan? 14. Etiskah penggunaan tokoh-tokoh pahlawan nasional pada suatu iklan politik, terlebih lagi bila seorang pahlawan adalah pendiri atau tokoh panutan politik dari suatu partai tapi tokoh tersebut digunakan dalam iklan partai lainnya? EPI Bab III.A. – 2.25. Iklan Layanan Masyarakat (ILM) 2.25.1. Penyelenggaraan ILM yang sepenuhnya oleh pamong atau lembaga nirlaba dapat memuat identitas penyelenggara dan atau logo maupun slogan. 2.25.2. Kesertaan lembaga komersial dalam penyelenggaraan ILM hanya dapat memuat nama korporatnya. Iklan TV Baygon di atas dapat menjadi satu contoh pelanggaran terhadap pasal ini. Pesan dari iklan ini sebenarnya terkait dengan suatu isu sosial yaitu banyaknya anak-anak yang terserang penyakit demam berdarah. Baygon menyelenggarakan suatu program penyemprotan lingkungan yang diberi nama program Baygon Lifelines. Meskipun pesan dari iklan ini bersifat suatu layanan masyarakat, tetapi karena pada akhir dari iklan tersebut muncul logo dan nama produk Baygon, maka iklan ini tidak dapat dikategorikan sebagai suatu iklan layanan masyarakat. Akibatnya, iklan ini sebenarnya tidak diperkenankan menggunakan tenaga medis (dokter) di dalamnya. Bila ingin membuat suatu iklan layanan masyarakat, sebaiknya menggunakan nama korporasi dari produk tersebut (yaitu Bayer). EPI Bab III.A. – 2.26. Judi dan Taruhan 2012 6 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Segala bentuk perjudian dan pertaruhan tidak boleh diiklankan baik secara jelas maupun tersamar. Perundangan dan peraturan pemerintah di Indonesia melarang segala aktifitas dan promosi kegiatan perjudian. Situs di atas menawarkan taruhan uang untuk menebak skor hasil pertandingan sepak-bola.Contoh tersebut merupakan suatu pelanggaran serius terhadap peraturan/perundangan tersebut. Apakah situs tersebut melanggar Etika Pariwara Indonesia? Hal ini harus dibedah lebih lanjut dengan mengacu pada butir-butir lainnya dalam EPI, khususnya yang terkait dengan penjelasan mengenai “media baru” (EPI Bab III.A. 4.5. dan penjelasannya). Sampai saat ini masih menjadi bahan diskusi dalam Badan Pengawas Periklanan PPPI apakah situs web merupakan suatu bentuk iklan ataukah sebenarnya situs web tersebut adalah suatu bentuk media. Dalam EPI, tidak disebutkan situs web sebagai suatu bentuk iklan. Meskipun demikian, dalam penyelidikan BPP PPPI lebih lanjut, ditemukan bahwa dalam EPI telah disebutkan bahwa salah satu bentuk promosi yang muncul di “media baru” dapat berbentuk telusur konteks (contextual search). Dan bila kita melakukan proses telusur konteks terhadap alamat situs tersebut melalui Google akan ditemukan bahwa situs tersebut menduduki ranking tertinggi (muncul paling atas) sehingga patut dicurigai kemungkinan 2012 7 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id adanya kerja-sama antara pengelola situs tersebut dengan Google (melalui suatu transaksi ekonomi) sehingga alamat situs tersebut dapat muncul paling atas di Google. EPI Bab III.A. – 2.27. Senjata, Amunisi, dan Bahan Peledak Senjata api dan segala alat yang dibuat untuk mencelakakan atau menganiaya orang, maupun amunisi dan bahan peledak tidak boleh diiklankan. EPI Bab III.A. – 2.28. Agama Agama dan kepercayaan tidak boleh diiklankan dalam bentuk apapun. EPI Bab III.A. – 2.29. Iklan Multiproduk Jika sesuatu iklan tampil secara multiproduk atau multimerek, maka setiap ketentuan etika periklanan yang berlaku bagi masing-masing produk atau merek tersebut berlaku pula bagi keseluruhan gabungan produk atau merek tersebut. Sebagai contohnya: bila suatu produsen ingin menampilkan rangkaian hasil produknya dalam satu iklan dan produknya terdiri dari produk kosmetik dan obat-obatan maka dalam iklan tersebut harus dipenuhi segala persyaratan etika dan peraturan hukum terkait iklan produk kosmetik dan obat-obatan. Tugas Pelajari Etika Pariwara Indonesia Bab III.A. butir 3.1. sampai dengan 3.7. (dan penjelasannya bila perlu) 2012 Cari iklan-iklan yang menurut anda berpotensi melanggar butir-butir di atas 8 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Dewan Periklanan Indonesia, Etika Pariwara Indonesia, cetakan ke 3, 2007 Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, Laporan Badan Pengawas Periklanan, 2005 – 2009 2012 9 Etika Periklanan SM Niken Restaty, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id