Modul ke: Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan Pemahaman Soft Skill November 2016 Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Periklanan & Komunikasi Pemasaran www.mercubuana.ac.id Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom Sejarah komunikasi antarbudaya Istilah “antarbudaya” pertama kali diperkenalkan oleh seorang antrapolog Edward T. Hall pada tahun 1959 dalam bukunya the silent language. Hakikat perbedaan komunikasi antarbudaya dalam proses komunikasi dijelaskan 1 tahun setelahnya oleh David David K. Berlo melalui bukunya The Process of Communication (an introduction to theory andpractice). Dalam tulisan itu Berlo menawarkan sebuah model proses komunikasi. Menurutnya, komunikasi akan berhasil jika manusia memperhatikan factor-faktor SMCR, yaitu: source, messages, channel, receiver(Liliweri, 2001:1). Semua tindakan komunikasi itu berasal dari konsep kebudayaan. Berlo berasumsi bahwa kebudayaan mengajarkankepada anggotanya untuk melaksanakan tindakan itu. Berarti kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap perilaku komunikasi seseorang termasuk memahami makna-makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda (Liliweri, 2001: 2). Rumusan objek formal komunikasi antarbudaya baru dipikirkan pada tahun 1970-980-an. Pada saat yang sama, para ahli ilmu sosial sedang sibuk membahas komunikasi internasional yang disponsori oleh Speech Communication Association, sebuah komisi yang merupakan bagian Asosiasi Komunikasi Internasional dan Antarbudaya yang berpusat di Amerika Serikat. “Annual” tentang komunikasi antarbudaya yang disponsori oleh badan itu terbit pertama kali pada 1974 oleh Fred Casmir dalam The International and Intercultural CommunicationAnnual. Kemudian Dan Landis menguatkan konsep komunikasi antarbudaya dalam International Journal of Intercultural Relations pada tahun 1977. Tahun 1979, Molefi Asante, Cecil Blake dan Eileen Newmark menerbitkan sebuah buku yang khusus membicarakan komunikasi antarbudaya, yakni The Handbook of Intercultural Communication. Sejak saat itu banyak ahli mulai melakukan studi tentang komunikasi antarbudaya. Selanjutnya, 1983 lahir International and Intercultural Communication Annual yang dalam setiap volumenya mulai menempatkan rubrik khusus untuk menampung tulisan tentang komunikasi antarbudaya. Tema pertama tentang “Teori Komunikasi Antarbudaya” diluncurkan tahun 1983 oleh Gundykunst. Edisi lain tentang komunikasi, kebudayaan, proses kerja sama antarbudaya ditulis pula oleh Gundykunst, Stewart dan Ting Toomey tahun 1985, komunikasi antaretnik oleh Kim tahun 1986, adaptasi lintasbudaya olehKim dan Gundykunst tahun 1988, dan terakhir komunikasi/bahasa dan kebudayaan oleh Ting Toomey & Korzenny tahun 1988 (Liliweri, 2001: 3) Definisi menurut para ahli • "Intercultural communication ... the art of understanding and being understood by the audience of another culture." (Sitaram, 1970). (Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain). • "Communication is cultural when occurring between peoples of differentculture." (Rich, 1974). (Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya). • "Intercultural communication … communication which occurs under condition of cultural difference-language, values, costumes, and habits." (Stewart, 1974). (Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan). Study kasus • • • • Kasus Ahmadiyah Merupakan Satu Fenomena Komunikasi Antar-Budaya. Judith N. Martin dan Thomas K. Nakayama dalam Intercultural Communication in Context menyatakan bahwa identitas religius dapat menjadi satu dimensi penting dari identitas banyak orang, juga menjadi lahan penting konflik antarbudaya. Identitas religius pun kerap tumpang tindih dengan identitas rasial atau etnis. Keadaan itu membuat kita makin sulit untuk melihat identitas religius sebagai bagian dari agama tertentu saja. Dalam kasus Ahmadiyah, yang terjadi memang bukan konflik antaragama seperti yang terjadi di Poso atau Ambon, tapi tetap merupakan kasus konflik antar-identitas religius karena Ahmadiyah memiliki identitas religius yang berbeda dengan identitas religius Muslim arus utama di Indonesia. Perbedaan itu didasarkan pada adanya pandangan yang cukup fundamental dalam keyakinan Ahmadiyah yang dianggap sangat berbeda dibandingkan Islam arus utama. Menurut sudut pandang umumnya umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi yaitu Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, walaupun masih menunggu kedatangan Isa as dan Imam Mahdi (http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah).[*] Dalam kasus Ahmadiyah ini, stereotipe kelompok agama yang menyimpang melekat erat pada diri Ahmadiyah dan pada pikiran sebagian besar anggota umat Islam lain. Karena ada pengalaman di masa lalu bahwa kelompok Islam yang menyimpang kerap melahirkan masalah, seperti Negara Islam Indonesia misalnya, maka ekspektasi yang muncul dalam kepala umat Islam arus utama pun tentang Ahmadiyah didasarkan pada pengalaman tersebut *. Hakikat Komunikasi Antarbudaya • Kultur – gaya hidup khusus yang terdiri dari nilai, kepercayaan, dan gaya berkomunikasi suatu kelompok yang ditularkan dari generasi ke generasi. • Enkulturasi – transmisi kultur dengan belajar. • Akulturasi – percampuran dua budaya yang berbeda. • subkultur – kelompok kecil dalam kultur yang lebih besar dan domina. Hubungan komunikasi dan budaya Komunikasi - budaya • Melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan Budaya komunikasi • Kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi Konsep komunikasi antarbudaya Relativitas Bahasa • bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. Bahasa sebagai cermin budaya • Makin besar perbedaan antara budaya makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing). Mengurangi Ketidakpastian • berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar inidiperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna. kesadaran diri dan perbedaan antar budaya • kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Tetapi ini juga membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri. Interaksi awal dan perbedaan antar budaya • Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya. Memaksimalkan hasil interaksi • Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Saluran komunikasi antarbudaya • Antarpribadi/ interpersonal/ person-person yaitu orang dengan orang secara langsung • Media massa yaitu melalui radio, surat kabar, TV, Film, Majalah Teori Perspektif Bahasa dalam Budaya • • • • • • • • Teori perspektif bahasa dalam budaya yang dikemukakan Fern Jonhson, mejadikan studi mengenai linguistic budaya (cultural linguistic) memberikan peran dan pengaruhnya pasa isu-isu mengenai keragaman budaya pada masyarakat multibudaya seperti di Amerika Serikat (AS). Jonhson mengemukakan enam asumsi atau aksioma mengenai perspektif bahasa dalam budaya : 1. Semua komunkasi terjadi dalam struktur budaya. 2. Semua individu memiliki pengetahuan budaya lisan yang digunakan individu untuk berkomunikasi. 3. Dalam masyarakat multicultural terdapat suatu bahasa yang dominan yang pada gilirannya menggantikan atau memarginalakan kelompok-kelompok budaya lainnya. 4. Anggota dari kelompok budaya yang terpinggirkan tetap memiliki pengetahuan mengenai budaya asli mereka selain pengetahuan budaya dominan. 5. Pengetahuan budaya dipelihara dan ditularkan kepada orang lain namun akan selalu berubah 6. Ketika sejumlah budaya hidup berdampingan, maka masing-masing budaya itu akan saling memengaruhi • Teori ini dirancang untuk mempromosikan suatu pengertian terhadap bahasa tertentu dan berbagai variable budaya dari kelompok budaya tertentu sekaligus mendorong pengertian mengenai bagaimana suatu wacana percakapan pada kelompok masyarakat dapat muncul, berkembang, dan kemudian berinteraksi dengan ideologi bahsa yang dominan dalam suatu Negara. (dalam kasus ini adalah AS). Tujuan Komunikasi Antar Budaya • Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi • Mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya • Mengidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi • Membantu mengatasi masalah komunikasiyang disebabkan oleh perbedaan budaya • Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi • Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif Ada beberapa alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya • • • • • • • • membuka diri memperluas pergaulan meningkatkan kesadaran diri etika/etis mendorong perdamaian dan meredam konflik demografis ekonomi menghadapi teknologi komunikasi menghadapi era globalisasi. (Alo Liliweri, 2003). Fungsi komunikasi antarbudaya 1. Fungsi pribadi Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. • Menyatakan Identitas Sosial Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang. • Menyatakan intergrasi social Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. • Menambah pengetahuan Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. Fungsi Sosial • Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. • Menjembatani Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa. • Sosialisasi Nilai Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. • Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya Hambatan dalam komunikasi antarbudaya • • • • • • • • • Fisik ⇒ Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik Budaya ⇒ Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya Persepsi ⇒ Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda Motivasi ⇒ Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi Pengalaman ⇒ Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu Emosi ⇒ Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui Bahasa ⇒ Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan Nonverbal ⇒ Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi, contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Kompetisi ⇒ Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan, contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon secara maksimal. Cara mengatasi hambatan komunikasi antarbudaya • • • • • • • • • • • • • Social Competence : Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai bergaul dan banyak temannya Openness to other ways of thinking : keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari dirinya Cultural Adaptation : Kemampuan seseorang menerima budaya baru Professional Excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan Ability to work in team : Kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim Self Reliance or independence : Percaya diri dan mandiri Mobility : Lincah dan wawasannya luas Ability to deal with stress : Mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress Adaptability of the family : Keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Patience : Ulet dan sabar Sesivity : Peka terhadap sesuatu yang baru Definisi Konflik. • Pada dasarnya, konflik itu ada atau tidak ada merupakan persoalan persepsi. Apabila tidak ada yang menyadari adanya konflik, maka secara umum ditetapkan tidak ada konflik yang terjadi. Selain itu, konflik ditandai dengan adanya pertentangan atau ketidak cocokan dan beberapa bentuk interaksi. Konflik dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dimulai ketikasatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah atau akan memengaruhisecara negatif sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi: ketidak selarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya. • Perkembangan Pemikiran tentang Konflik terdapat tiga pemikiran tentang konflik, yaitu: • 1. Pandangan tradisional (traditional view), pemikiran yang berpendapat bahwakonflik harus dihindari karena menunjukkan adanya sesuatu yang tidak berfungsi dalam kelompok. • 2. Pandangan interaksionis (interactionist view), pemikiran yang menyatakan bahwa konflik tidak hanya dapat menjadi daya positif dalam sebuah kelompoktetapi juga secara eksplisit berpendapat bahwa konflik mutlak diperlukan olehkelompok untuk dapat bekerja secara efektif. • 3. Pandangan konflik yang teratur (managed conflict view/resolution-focusedview), perspektif terbaru ini berpendapat bahwa lebih penting untukmenyelesaikan secara produktif konflik yang terjadi, dibandingkan denganmengedepankan konflik positif dan menghindari konflik negative. Pemahaman Konflik Teknik Negosiasi • • • • • • • • Face-Negotiation Theory Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan –perbedaan budaya dalam merespon konflik. Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan selalu negotiating face. Istilah itu adalahmetaphor citra diri publik kita, cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita. Face work merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang membantu menjaga dan menyimpan rasa malu (face loss), dan menegakkan muka terhormat. Identitas kita dapat selalu dipertanyakan, dan kecemasan dan ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang membuat kita tidak berdaya/harus terima. Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Ketika face work adalah berbeda, gaya penangan konflik juga beragam. Teori ini menawarkan model pengelolaan konflik sebagai berikut: a. Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan saya dengan anggota kelompok. b. Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan anggota kelompok. c. Compromising – saya akan menggunakan memberi dan menerima sedemikian sehingga suatu kompromi bisa dibuat. d. Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai kehendak-ku. e. Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama. Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging, compromising, dominating, dan integrating bertukar-tukar menurut campuran perhatian mereka untuk self-face dan other –face. KESIMPULAN • Mempelajari Intercultural Communication atau yang biasa disebut dengan Komunikasi Antar Budaya sangatlah diperlukan agar hubungan kita sesama manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dapat berjalan dengan baik, dapat membina hubungan baik bahkan hubungan yang special dengan orang lain, dan agar terhindar dari bentrokan komusikasi atau konflik. Daftar Pustaka • • • • • • • • • • • • • Sendjaja, S. Djuarsa … Drs. Tandiyo Pradekso, M. A. Dr. turnomo Rahardjo dalam komunikasi antar budaya 1994. Porter dan Samovar, dalam Mulyana dan Rakhmat, 1993:27. Fern L. Johnson, Speking Cultural: Language Diversity in The United States, Sage, 2000 Ed. William B.Gudykunst dalam Little John dan Foss, hlm.223-224. https://panduummat.wordpress.com/2011/03/16/komunikasi-dalam-negosiasi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah Liliweri, Alo, Gatra-gatra komunikasi antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). Mulyana, Deddy, Rahmat Jalaluddin, Komunikasi Antarbudaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006). Stella Ting-Toomey, Toward aTheory of Canflict and cultur dalam Little John dan Fross, hlm.167-168. Fern L. Johnson, Speking Cultural: Language Diversity in The United States, Sage, 2000. MORISSAN “Teori Komunikasi Individu Hingga Massa”, edisi pertama, copyright 2013 . Terima Kasih Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom