Modul Sosiologi [TM15]

advertisement
MODUL SOSIOLOGI
MASALAH SOSIAL DAN GERAKAN SOSIAL
Fakultas
Program Studi
Fakultas Psikologi
Psikologi
TatapMuka
13
Kode MK
DisusunOleh
61004
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
Abstract
Kompetensi
Materi tentang stratifikasi sosial
mahasiswa memiliki dasar-dasar pengetahuan
dan segala sesuatu tentang
stratifiaksi sosial
dan dasar-dasar teori tentang stratifikasi sosial,
macamnya, sifatnya, dampaknya
MASALAH SOSIAL
Masalah Sosial dan Gerakan Sosial
Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah
sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang
berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada
sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui
kegiatan bersama. Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi
topik ulasan di media massa, seperti televisi, internet, radio dan surat kabar.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan, adalah
masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Tingkat keparahan
masalah sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal
dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey, 1987). Contohnya adalah masalah
kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku di masyarakat yang
bersangkutan (Suparlan, 1984)
Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam yaitu :
(1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok,
pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
(2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan,
kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
(3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti
urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan
hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal
ini berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat merusak seperti
kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Merton dan Nisbet (1971) bahwa
masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih
kebutuhan masyarakat yang terabaikan. Meskipun Etzioni (1976) menjelaskan bahwa
masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena seorang individu pada dasarnya merupakan hasil “bangunan” budaya
dimana individu itu tumbuh.
Hadley Cantrill (dalam Etzioni, 1976) melakukan penelitian di 14 negara dengan
menanyakan harapan, aspirasi dan pangkal kebahagian kepada masyarakat di 14 negara
tersebut diantaranya Brazil, Mesir, India, Amerika Serikat dan Yugoslavia. Hasilnya adalah
hampir semua responden menyatakan bahwa faktor ekonomilah yang menempati urutan
teratas terkait dengan harapan, aspirasi dan kebahagian bila dibandingkan dengan unsurunsur lainnya.
Sebab lain adalah karena patologi sosial, yang didefinisikan oleh Blackmar dan Gillin (1923)
sebagai
kegagalan
individu
menyesuaikan
diri
terhadap
kehidupan
sosial
dan
ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan
kepribadian. Hal ini mencakup : cacat (defect), ketergantungan (dependent) dan kenakalan
(delinquent).
Para penganut perspektif patologi sosial pada awalnya juga beranggapan bahwa masalah
sosial dapat dilakukan dengan cara penyembuhan secara parsial berdasarkan diagnosis atau
masalah yang dirasakan. Tetapi akhirnya disadari bahwa penyembuhan parsial tidak
mungkin dilakukan karena masyarakat merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
permasalahan bersifat menyeluruh.
Jika ruang lingkup masalah patologi sosial lebih mikro dan individual, maka dari perspektif
“disorganisasi sosial” menganggap penyebab masalah sosial terjadi akibat adanya
perubahan yang cukup besar di dalam masyarakat seperti migrasi, urbanisasi, industrialisasi
dan masalah ekologi
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan memperhatikan perbedaan lokasi suatu daerah, Park (1967), menemukan bahwa
angka disorganisasi sosial dan timbulnya masalah sosial yang tinggi ada pada wilayah yang
dikategorikan kumuh akibat arus migrasi yang tinggi, dan hal ini diperkuat dengan pendapat
Faris dan Dunham (1965), bahwa tingkat masalah sosial lebih tinggi di pusat kota secara
intensitas dan frekuensi dibandingkan daerah pinggiran.
Disamping itu industrialisasi-pun (selain memberikan dampak yang positif) juga memberikan
dampat yang negatif pada suatu masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Mogey (1956)
menjelaskan bahwan pertumbuhan industri kendaraan bermotor di kota Oxford menjadikan
biaya hidup di kota tersebut menjadi tinggi yang pada akhirnya akan mendorong buruh
menuntut peningkatan upah kerja.
Perlu ditambahkan juga disini, bahwa masalah sosial tidak hanya karena kesalahan struktur
yang ada di dalam masyarakat atau kegagalan sistem sosial yang berlaku namun juga dari
tindakan sosial yang menyimpang atau yang dikenal sebagai “perilaku menyimpang” yaitu
menyimpang dari status sosialnya (Merton & Nisbet, 1961).
Misalkan seseorang yang sudah tua bertingkah laku seperti anak-anak atau orang miskin
bertingkah laku seperti orang kaya dan lainnya. Dengan demikian, seseorang itu disebut
berperilaku menyimpang karena dia dianggap gagal dalam menjalankan kehidupannya
sesuai harapan masyarakat. Namun demikian, Heraud (1970) membedakan lagi jenis
perilaku menyimpang ini, apakah secara statistik, yaitu berlainan dengan kebanyakan
perilaku masyarakat secara umum ataukah secara medik, yang lebih menekankan kepada
faktor “nuture” atau genetis.
Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan transmisi budaya juga dapat menyebabkan
permasalahan sosial. Cohen dalam bukunya “Delinquent Boys : The Culture of the Gang”
(1955) memaparkan hasil penelitiannya. Ia memperlihatkan bahwa anak-anak kelas pekerja
mungkin mengalami “anomie” di sekolah lapisan menengah sehingga mereka membentuk
budaya yang anti nilai-nilai menengah. Melalui asosiasi diferensial, mereka meneruskan
seperangkat norma yang dibutuhkan melawan norma-norma yang sah pada saat
mempertahankan status dalam ‘gang’nya
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
GERAKAN SOSIAL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN SOSIAL
Gerakan Sosial adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan
kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik
berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami suatu perubahan sosial. Perubahan sosial
tersebut bersumber dari terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik pada masyarakat. Krisis
ekonomi mengawali terjadinya perubahan sosial yang dilanjutkan dengan krisis kepercayaan
kepada kepemimpinan nasional. Peningkatan praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
terutama dalam bidang politik dan ekonomi memunculkan reaksi-reaksi masyarakat.
Reaksi terhadap ketidakadilan baik dalam bidang politik maupun ekonomi menjadi sumber
perubahan sosial. Hal ini menunjukkan perubahan masyarakat Indonesia bersumber dalam
masyarakatnya sendiri. Reaksi-reaksi tersebut umumnya dilakukan secara kolektif, yang
muncul dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat seperti kelompok mahasiswa,
kelompok cendekiawan, kelompok elit politik dan lain sebagainya.
Gerakan Sosial
Giddens, Light, Keller dan Calhoun mengemukakan bahwa suatu perilaku kolektif dapat
digolongkan sebagai suatu gerakan sosial bila memiliki tujuan atau kepentingan bersama,
dan menggunakan cara-cara di luar institusi-institusi yang ada. Gerakan sosial ditandai oleh
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
suatu tujuan jangka panjang untuk merubah atau mempertahankan masyarakat atau
institusi di dalamnya. Tujuan dari gerakan mahasiswa di Indonesia bisa dilihat dari tuntutantuntutan mereka, seperti penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme, hapuskan dwifungsi
ABRI dan sebagainya.
Gerakan sosial juga ditandai oleh penggunaan cara-cara yang bertentangan atau diluar
institusi yang ada. Penyampaian tuntutan-tuntutan yang dilakukan dalam gerakan
mahasiswa bertentangan dengan cara penyampaian pendapat yang ditetapkan oleh
pemerintah. Penyampaian pendapat semestinya disampaikan melalui wakil rakyat di MPR.
Karena ketidakpercayaan masyarakat, dalam hal ini mahasiswa, terhadap wakil rakyat
disertai
dengan
tidak
berfungsinya
jalur
komunikasi
yang
ada,
mahasiswa
mendemonstrasikan pendapatnya. Melalui uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan
mahasiswa merupakan suatu gerakan sosial. Karena gerakan yang dilakukan para
mahasiswa jelas memiliki tujuan jangka panjang dan menggunakan cara-cara di luar institusi
yang ada.
Karakteristik dasar dalam setiap gerakan sosial
Karakteristik pertama keanggotaannya bersifat tidak menentu atau berubah-ubah.
Gerakan sosial tidak memiliki jumlah peserta yang tetap di setiap aksi-aksinya. Peserta
gerakan, yang ikut disetiap gerakannya biasanya berubah-ubah. Sebagai contoh seorang
mahasiswa Universitas Terbuka yang menjadi peserta ketika menduduki gedung MPR/DPR
namun tidak menjadi peserta aksi di Universitas Trisakti, dan dia menjadi peserta kembali
dalam aksi dalam peristiwa Semanggi. Hal ini menunjukan mahasiswa yang ikut dalam
gerakan sosial tidak tetap dan jumlahnya berubah-ubah. Peserta aksi mahasiswa juga tidak
dibatasi karena siapa saja yang memiliki identitas sebagai mahasiswa dapat menjadi peserta
dalam gerakan mahasiswa.
Karakteristik kedua, kepemimpinannya ditentukan oleh reaksi yang informal dari para
anggotanya.
Pemimpin dalam setiap gerakan di pilih berdasarkan situasi dan kebutuhan saat itu, dan
pemilihannya tidak dilakukan secara formal oleh seluruh pesera demonstrasi. Pada gerakan
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
rakyat yang menduduki gedung MPR/DPR kepemimpinan berisi gabungan dari setiap
kelompok, dari kalangan mahasiswa misalnya pemimpin dari Universitas Terbuka, pemimpin
dari Universitas Trisakti, pemimpin dari Universitas Indonesia dan lain-lain. Sedangkan pada
gerakan mahasiswa di Semanggi pemimpinnya berbeda dengan gerakan di peristiwa
Trisakti. Kepemimpinan itu biasanya berbeda dari setiap aksinya. dan tidak semua peserta
aksi ikut menentukan pemimpinnya, bahkan bisa jadi peserta demonstrasi bisa tidak
mengenal pemimpinnya.
Karakteristik ketiga, tindakannya dijalankan secara terus menerus.
Gerakan mahasiswa terus dilakukan selama tujuan atau tuntutannya belum tercapai.
Mahasiswa terus melakukan demonstrasi dan memunculkan beberapa peristiwa, seperti
peristiwa trisakti, peristiwa pendudukan Gedung MPR/DPR, peristiwa semanggi dan
sebagainya. Aksi-aksi ini akan terus mereka serukan selama tujuan mereka belum tercapai,
peristiwa semanggi tanggal 13 November 1998 merupakan contoh akibat tuntutan
mahasiswa mengenai dwifungsi ABRI tidak di dengar. Kemudian terjadi kembali reaksi
mahasiwa akibat dimanfaatkannya militer oleh pemerintah dengan disahkannya UU
Penanggulangan Keadaan Bahaya, yang melahirkan peristiwa semanggi II tahun 1999.
Pengklasifikasian Gerakan Sosial
Gerakan sosial dapat diklasifikasikan melalui beberapa kriteria yaitu bidang kegiatan, jenis
perubahan, arah perubahan, cakupan fungsional dan keteraturan sosial. Selain kriteria
tersebut gerakan sosial dapat diklasifikasikan menurut tujuan yang hendak dicapai oleh
suatu gerakan sosial. Tokoh yang menggunakan kriteria ini adalah William Kornblum.
Kriteria tersebut memberikan empat klasifikasi, yaitu: revolutionary movement, reformist
movement, conservative movement, dan reactionary movement.

Revolutionary Movement
Gerakan sosial disebut sebagai Revolutionary Movement, apabila bertujuan untuk merubah
institusi dan stratifikasi masyarakat. Gerakan ini terkait dengan revolusi sosial yang
merupakan suatu transformasi menyeluruh tatanan sosial, termasuk di dalamnya institusi
pemerintahan dan stratifikasi sosial. Contoh dari gerakan ini adalah revolusi di Rusia pada
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tahun 1917 dan revolusi di Cina pada tahun 1949. Pada kedua revolusi tersebut sistem
budaya, sosial, politik dan ekonomi masyarakatnya berubah menjadi sistem komunis. Suatu
revolusi harus memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) melibatkan massa dalam gerakan sosial, (2)
menghasilkan proses reformasi atau perubahan, (3) melibatkan ancaman atau penggunaan
kekerasan.

Reformist Movement
Gerakan sosial yang bertujuan untuk merubah sebagian institusi dan nilai
diklasifikasikan sebagai Reformist Movement. Boedi Oetomo yang didirikan tahun
1908 di Jakarta merupakan gerakan reformis, karena gerakan ini bertujuan untuk
memberikan pendidikan formal kepada pribumi. Dimana pada saat itu yang
mendapatkan pendidikan formal hanya para bangsawan pribumi.

Conservative Movement
Gerakan sosial ini bertujuan untuk mempertahankan nilai dan institusi masyarakat.
Contoh dari gerakan ini adalah gerakan konservative wanita STOP ERA (Equal Rights
Amandement). Gerakan ini menentang usaha kaum feminis pada tahun 80-an untuk
melakukan perubahan pada konstitusi demi menjamin persamaan hak pria dan
wanita.

Reactionary Movement
Reactionary Movement adalah suatu gerakan sosial yang bertujuan untuk mengganti
institusi dan nilai masa kini dengan institusi dan nilai masa lampau. Contoh yang
diberikan Kornblum adalah gerakan Ku Klux Klan di Amerika Serikat. Organisasi
rahasia ini berusaha mengembalikan keadaan di Amerika serikat ke masa lampau di
kala institusi-institusi sosial mendukung keunggulan orang kulit putih di atas orang
kulit Hitam (White Supremacy).
Melalui pengklasifikasian dari William Kornblum ini kita bisa melihat bahwa gerakan sosial
yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dimasukkan kedalam Reformist movement. Reformist
yang sekarang di Indonesia diterjemahkan menjadi reformasi memperlihatkan bahwa tujuan
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dari gerakan mahasiswa adalah untuk merubah sebagian dan institusi dan nilai yang selama
zaman orde baru diberlakukan. Pada masa Orde Baru beberapa institusi telah dicemari oleh
praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang disingkat dengan KKN. KKN ini
juga seakan-akan telah menjadi nilai yang dianggap benar karena hampir semua bidang
kehidupan tidak terlepas dari praktek-praktek tersebut. Mulai dari pembuatan KTP hingga
ke tender-tender pembangunan tak terlepas dari KKN. Nilai inilah yang dituntut oleh
mahasiswa untuk dihapuskan, sedangkan nilai-nilai lainnya yang baik seperti nasionalisme,
gotong royong, tetap dipertahankan.
Tahapan Gerakan Sosial
Gerakan sosial tidak bersifat statis tetapi dapat mengalami perkembangan. Rex Hopper
mengemukakan empat tahap perkembangan gerakan sosial, yaitu tahap reaksi masal,
tindakan masal, pemantapan formal, dan revolusi. Gerakan mahasiswa di Indonesia saat ini
bisa kita lihat dalam tiap tahap perkembangan tersebut.

Tahap reaksi masal; tahap ini ditandai munculnya gejala keresahan sosial yang
ditimbulkan antara lain oleh adanya pengangguran, kejahatan, kenakalan, keretakan
keluarga, penggusuran dan lain sebagainya. Gerakan mahasiswa pada awalnya
merupakan reaksi-reaksi terhadap ketidakadilan akibat berkembangnya praktek KKN
disegala bidang. Hal ini dapat diamati melalui orasi-orasi yang disampaikan pada saat
berdemonstrasi di kampus. Orasi-orasi saat itu berisi tentang ketidakadilan,
kesewenang-wenangan pemerintah masa orde baru. Munculnya krisis ekonomi yang
meningkatkan pengangguran dan selanjutnya berdampak pada peningkatan
kejahatan membuat masyarakat semakin resah, hal ini pulalah yang disuarakan
dalam gerakan mahasiswa yang terangkum dalam tuntutan penghapusan praktek
KKN.

Tahap tindakan masal (crowd Behavor), pada tahap tindakan masal gerakan sosial
yang dilakukan sudah terorganisasi dalam suatu kerumunan, dimana mereka
menjadi lebih kompak. Setelah sekian lama mahasiswa bergerak secara bergilir di
dalam kampus masing-masing, serta dipicu oleh adanya peristiwa trisakti, gerakan
mahasiswa mengambil suatu tindakan menyatukan seluruh gerakan mahasiswa di
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jabotabek. Tindakan itu terwujud dalam gerakan mahasiswa menduduki gedung
MPR/DPR yang didukung pula oleh tokoh-tokoh politik seperti Amien Rais, Sri
Bintang Pamungkas. Pada saat itu gerakan mahasiswa telah melakukan suatu
tindakan masal. Pada tahap ini gerakan mahasiswa sudah terkoordinir, dimana sudah
muncul tokoh-tokoh dari mahasiswa yang mengatur aksi-aksi yang mereka lakukan.
Karena tindakan menduduki gedung MPR/DPR sebenarnya merupakan rangkaian
dari gerakan mahasiswa yang bergiliran dan tidak lagi berasal dari satu universitas,
seperti gerakan di Salemba, Trisakti, dan sebagainya.
Pada tahap ini gerakan sosial menghadapi dua kemungkinan tindakan polisi atau
militer. Pertama, polisi atau militer berusaha memadamkan atau mematahkan
gerakan itu. Kedua, polisi atau militer membiarkan dan mengamati saja dari jauh
gerakan sosial yang terjadi. Tindakan polisi atau militer terhadap gerakan mahasiswa
saat itu cenderung untuk memadamkan dan mematahkan. Peristiwa trisakti
merupakan tindakan polisi atau militer yang sangat jelas menunjukan keinginan
mematahkan gerakan mahasiswa. Selanjutnya insiden-insiden antara mahasiswa dan
militer masa pemerintahan Habibie menunjukkan keinginan memadamkan gerakan
mahasiswa.
Tahap pemantapan formal, pada tahap ini apa yang sudah diperjuangkan bersama
sudah dituangkan dalam bentuk yang jelas hubungannya dengan ideologi tertentu.
Tujuan gerakan mahasiswa mulai memasuki tahap pemantapan formal sejak
diadakannya pemilu, kemudian sidang umum, dan saat ini berjalannya sistem
pemerintahan yang baru. Keterlibatan mahasiswa dalam pemilu merupakan
cerminan yang jelas bahwa tuntutan yang disuarakan mahasiswa sudah mulai
dituangkan dalam suatu institusi, dalam hal ini institusi politik. Proses pemilu hingga
ke sidang umum, serta sidang Umum MPR berusaha menghapuskan KKN.
Tahap revolusi, tahap ini dapat terjadi jika mereka yang terlibat dalam gerakan
sosial itu menuntut pergeseran kekuasaan dari yang berkuasa ke kelompok yang
ingin berkuasa. Selain itu adanya penggunaan kekerasan sebagai metode untuk
menggeser kekuasaan itu. Hingga saat ini tahap terakhir dari gerakan sosial tidak
terlihat dari gerakan mahasiswa. Mereka yang terlibat dalam gerakan mahasiswa
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
juga tidak dapat secara langsung menggantikan pemerintahan Orde Baru, namun
tetap harus melalui aturan main yang berlaku yaitu melalui pemilu dan sidang
umum. Revolusi ini tidak menjadi tuntutan dari gerakan mahasiswa, karena gerakan
yang dilakukan oleh mahasiswa adalah reformist movement bukan revolutionary
movement.
Daftar Pustaka

Arif Rohman, dkk, Sosiologi. Klaten. 2002

Lawang, Robert M.Z, Materi Pokok Pengantar Sosiologi, Jakarta, 1985

Zeitlin, Irving M, Memahami Kembali Sosiologi, Yogyakarta, 1998

Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati, Manusia dan Masyarakat, Jakarta, 2007
•
Soekanto, Soerjono, (2012), Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers
•
Sunarto, Kamanto. (2004), Pengantar Sosiologi : Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
•
Tischler, H.L., (2010). Introduction to Sociology, 10th Edition. California: Wadsworth, Cengage
Learning
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2016
1
Sosiologi
Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download