MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi Pendekatan Analisis Sosiologi Komunikasi Massa Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Public Relations TatapMuka 06 Kode MK DisusunOleh Kode MK Dr. Heri Budianto, M.Si Abstract Kompetensi Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis. Dengan memperoleh materi ini, mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami tentang pendekatan analisis sosiologi komunikasi massa. Pembahasan Bagaimana ilmu sosiologi mendekati masalah – masalah komunikasi massa dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat? Selama ini banyak cara yang dapat ditempuh dan telah digunakan untuk itu. Pada dasarnya setiap pendekatan yang telah terbukti bisa dipakai untuk menganalisis problematic sosial, dapat pula digunakan sebagai alat mengkaji gejala komunikasi massa. Sebagai contoh, pendekatan kuantitatif, dalam analisis isi terhadap media massa. Namun untuk memudahkan kita dalam membicarakan hal – hal ini, maka dalam bagian ini yang akan dibahas dalam 4 (empat) pendekatan yang selama ini telah sering dipergunakan yaitu : pendekatan analisis isi, analisis fungsional, analisis kelembagaan, dan analisis organisasional. PENDEKATAN ANALISIS ISI Analisis ini merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis. Uraian dan analisisnya bisa menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya sekaligus. Secara objektif maksudnya kategori yang dipakai untuk menganalisis isi harus dirumuskan dengan persis agar siapa saja yang menggunakannya akan mendapatkan hasil yang sama. Jadi bila kita hendak menganalisis isi pesan dalam berita-berita politik yang ada di sebuah surat kabar misalnya, maka yang pertama harus ditetapkan adalah kriteria dari apa yang dimaksud sebagai berita politik. Kriteria itu harus sedemikian rupa sehingga siapa pun (jadi bukan cuma kita yang hendak melakukan analisis saja) dapat memakainya. Secara sistematik berarti isi media massa yang akan dianalisis dipilih dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya, dan tidak bisa (terpengaruh oleh atau berpihak pada sisi tertentu). Jadi yang melakukan analisis tidak hanya memilih hal-hal yang cocok dengan hipotesis yang dianutnya. Yang dimaksud relevan secara sosiologis, bahwa masalah yang hendak dianalisis memang mempunyai relevansi dengan kehidupan kemasyarakatan. Artinya topik yang dijadikan pokok kajian itu berkenaan dengan tatanan, sistem nilai, norma, perilaku, institusi dan 2012 2 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id aspek-aspek sosiologis lainnya. Misalnya saja analisis isi yang menyangkut nilai-nilai kesetiakawanan dalam serial kartun anak-anak. Hal ini mempunyai relevansi sosiologis karena kesetiakawanan merupakan dasar bagi terbentuknya rasa solidaritas sosial. Sedangkan cara kuantitatif artinya hasil analisis dinyatakan dalam bentuk numerik seperti dalam distribusi frekuensi, koefisien korelasi, persentase, dan sebagainya. Kemudian secara manifest, artinya isi dianalisis menurut apa yang dikatakannya (tersurat), dan bukan menurut arti "yang terkandung di antara baris demi baris" (tersirat). Analisis isi telah dipergunakan sejak tahun 1920-an dan tetap popular hingga kini. Pada tahun 1946 Berelson dan Salter melakukan analisis isi terhadap tulisan – tulisan fiksi dalam majalah – majalah hiburan yang bersirkulasi di amerika untuk mengetahui bagaimana perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas yang ada di masyarakat dalam cerita – cerita yang ditulis dan disuguhkan kepada khalayak pembaca. Dari kajian ini diperoleh data mengenai jenis orang dalam arti ras, agama dan latar belakan kebangsaan yang tampil di cerita – cerita pendek dalam majalah, dan seperti apa mereka diperlukan. Analisis tersebut menunjukkan bahwa kaum minoritas jarang sekali ditampilkan dalam cerita – cerita tadi. Juga dalam memilih tokoh utama cerita, baik pria ataupun wanita jarang sekali golongan minoritas yang diambil. Kalaupun minoritas dimasukkan dalam cerita, umumnya mereka itu menggambarkan sebagai golongan ekonomi sosial yang rendah, disbanding orang – orang Amerika “murni” Temuan ini menggambarkan bagaimana sesungguhnya sikap masyarakat Amerika terhadap kebhinekaan masyarakat mereka. Pada saat itu ternyata sikap berpihak pada mayoritas tercermin melalui isi media massa yang dianalisis. Bagaimanapun juga, masalah sosiologis seperti ini dapat diketahui melalui pendekatan analisis isi terhadap media yang ada dalam masyarakat. Analisis lain dilakukan oleh Lemon pada tahun 1977 mengenai penggambaran wanita dan negro dalam acara televisi pada jam siaran utama (prime time). Penggunaan analisis isi yang cukup penting adalah yang dilakukan Gebner dan timnya terhadap sajian televisi di Amerika pada musim panas pada tahun 1967 – 1968. Kajian ini merupakan bagian penting dari studi tentang dampak perilaku kekerasan, yang dityangkan televisi bagi perilaku masyarakat yang sedang menjadi masalah hangat ketika itu. Untuk keperluan tersebut Gebner merumuskan apa yang disebut indikator kultural. 2012 3 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Selama tahun 1967 – 1968 telah dianalisis setiap tahun 1 minggu siaran utama dan pagi akhir pekan program televisi sistim gugur dari 3 jaringan (ABC, CBS dan NBC). Program televisi tersebut direkam ke video untuk kemudian diberi kode pengukuran (coding). Analisis mereka dibatasi untuk isi drama yang mengisahkan suatu cerita. Sedangkan acara berita, documenter, special tidak dianalisis. Namun analisis isi acara televisi ini telah menimbulkan kontroversi mengenai pengukurannya. Perdebatan tersebut secara umum berkisar mengenai : o Definisi kekerasan yang diterapkan dan konsekuensinya untuk mengidentifikasi isi acara yang bersifat kekerasan o Signifikasi indeks kekerasan yang disusun untuk member ukuran ringkas tentang tingkat dan fluktuasi kekerasan dalam acara televisi o Kebergunaan ukuran kotor (gross measurement) kekerasan di televise o Keabsahan generalisasi yang ditarik dari sampel isi acara Hasil studi Gebner tersebut telah menjadi suatu sumber terkaya dan banyak dipublikasikan dalam kaitan studi dampak televisi terhadap tindak kekerasan. Studi itu berjudul Profil Kekerasan yang disusun oleh Gebner dan Gross. Analisis isi dapat menghasilkan pemahaman tentang pengirim atau sumber pesan, tentang kecerdasannya, kepribadiannya, sikap, motif, nilai dan tujuan, tentang kelompok tempat ia bergabung, atau keinginan untuk tergabung, dan pengaruh kelompok tersebut pada diri orang yang bersangkutan. Kegunaan analisis ini dapat bermacam-macam. Pendekatan ini bukan hanya untuk mempelajari karakteristik isi komunikasi, tetapi juga untuk menarik kesimpulan tentang sifat komunikator, khalayak dan efeknya Penelitian tentang karakteristik isi meliputi studi perkembangan, persaingan yang bersifat internasional, teknik dan gaya propaganda. Menurut Wright, ada tiga alasan mengapa analisis ini digunakan untuk: 1.Memberikan gambaran tentang isi yang meliputi studi pengembangan, perbandingan yang bersifat internasional, teknik dan gaya propaganda dan sebagainya. 2.Memberikan gambaran tentang diri produser maksud atau keadaan politis dan sosiologisnya. 2012 4 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Analisis isi dipergunakan pebagai petunjuk tentang sifat-sifat khalayak nilai nilai, rasa suka dan tidak suka. Pendekatan Analisis Fungsional Pendekatan analisis fungsional ini memfokuskan perhatiannya pada fungsi dan disfungsi komunikasi massa bagi kehidupan anggota masyarakat, baik secara individu, berkelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Fungsi komunikasi massa yang dimaksud di sini adalah fungsi yang dapat dirasakan baik terhadap setiap diri orang secara individual, maupun bagi kelompok anggota masyarakat, serta terhadap masyarakat secara keseluruhan. Maka analisis fungsional artinya kajian mengenai fungsi sesuatu, dalam hal ini adalah komunikasi massa. Analisis fungsional terhadap komunikasi massa pertama kali dilakukan oleh Charles R. Wright, seorang sosiolog yang concern terhadap komunikasi massa. Analisis itu dikemukakannya dalam tulisannya berjudul Functional Analysis and Mass Communication pada tahun 1960. Dengan analisis tersebut Wright mengkaji fungsi-fungsi komunikasi massa dalam kehidupan perorangan anggota masyarakat (individual), kelompok (group), dan masyarakat secara keseluruhan (society), baik yang terlihat nyata (manifest) maupun yang tidak kelihatan nyata namun berlangsung (latent). Fungsi-fungsi tadi pertamatama dikelompokkan menjadi: yang berfungsi sebagaimana seharusnya, dan yang disfungsi yakni berfungsi tidak seperti yang semestinya. Harold D. Lasswell mengemukakan fungsi komunikasi massa adalah memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Wright menambahi fungsi tadi menjadi empat: kegiatan penyelidikan atau surveillance, lalu kegiatan mengkorelasikan yaitu menghubungkan satu kejadian dengan fakta yang lain dan menarik kesimpulan, Kemudian kegiatan transmisi kultural yaitu pengalihan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi yang berikutnya, dan yang keempat adalah kegiatan penghiburan atau entertainment. 2012 5 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pendekatan Analisis Institusional Analisis Institusional Pendekatan ini berfokus pada aspek kelembagaan atau istitusi komunikasi massa. Aspek ini dianggap penting karena secara langsung mencerminkan sistem yang dianut oleh suatu masyarakat. Pendekatan ini berpandangan bahwa kelembagaan yang mewadahi komunikasi massa ditentukan oleh sistem komunikasi yang berlaku pada masyarakat. Dalam bidang pers, misalnya kita mengenal ada 4 sistem pers : pers otoriter, pers liberal, pers komunis, dan pers bertanggungjawab. Studi Gerbner, berkisar seputar permasalahan analisis dan teori tentang sistem-sistem pesan dan teori serta analisis proses institusional, serta penyelidikan tentang hubunganhubungan antara sistem-sistem pesan, struktur sosial dan organisasional, pembentukan citra, dan kebijakan publik . Pokok-pokok permasalahan yang berkenaan dengan hal itu, antara lain adalah: 1. Bagaimana media menyusun dan menstrukturkan sistem-sistem pesan yang mereka pada waktu yang berbeda dan pada masyarakat yang berkelainan. 2. Bagaimanasistem-sistemproduksipesandandistribusimassadiorganisasikan, dikelola, dandikendalikan. 3. Perspektifdanpolapilihan-pilihanapa yang olehsistem-sistemtersebut yang disediakanbagi public tertentu. 4. Dalam proporsi apa dan dengan jenis serta tingkat perhatian, penekanan (emphyasizing), dan gaya tarik yang bagaimana mereka menimbang pilihan-pilihan tersebut. 5. Bagaimana sistem umum dari citra publik (public image), dan apa perspektif bersama mengenai eksistensi, prioritas, nilai-nilai dan hubungan yang oleh masing-masing struktur pilhan tadi cenderung untuk ditanamkan. 2012 6 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi massa merupakan salah satu cara yang menjadikan komunikasi sosial melembaga. Berkat adanya tata cara, prosedur dan aturan-aturan yang telah mengikat komunikasi massa, dengan sendirinya komunikasi sosial ditengah masyarakat pun ikut dibentuk oleh ketentuan-ketentuan tersebut. Sebagai missal, masyarakat yang mengharapkan agar berita-berita tentang masyarakat secara rutin seyogyanya disiarkan melalui media massa, sehingga dapat menjangkau orang banyak secara publik dan cepat. Sedangkan berita-berita tertentu yang bersifat pribadi oleh masyarakat diharapkan untuk tidak disampaikan melalui media massa. Melainkan harus melalui jalur-jalur antar pribadi dan dilindungi untuk terbatas hanya di kalangan sendiri. Disinilah aturan-aturan dan perlindungan mengenai masalah-masalah yang bersifat pribadi (privacy) diselesaikan dengan semacam pembagian wilayah antara komunikasi massa dan saluran-saluran komunikasi terbatas khusus di kalanagan antar pribadi tertentu saja. Pendekatan Analisis Organisasional Menurut Wright seterusnya, komunikasi massa juga dapat dikonseptualisasikan dalam pengertian-pengertian organisasional. Dari sudut ini tinjauan sosiologi mengkaji antara lain, masalah pembagian kerja yang actual di antara para tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan produksi, distribusi, ekshibisi dan penerimaan komunikasi. Pembagian kerja ini menjadi penting karena seperti telah diungkap sebelumnya proses kerja media massa sesungguhnya merupakan suatu rangkaian panjang sejak tahapan pertama hingga nantinya dikonsumsi oleh khalayak. Proses tersebut dapat berlangsung tentu karena diorganisasikan dan pengorganisasian tersebut mencerminkan pembagian kerja wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit organisasi yang ada. Dalam rangka ini dapat dibahas pembagian kerja diantara sejumlah lapangan (area) atau dilingkungan setiap area itu sendiri. Misalnya, apa sajakah wewenang atau tanggung jawab seorang pemimpin redaksi? Yang menjadi perhatian dalam analisis organisasional ini, baik pola yang secara formal diakui mengenai hubungan antarparsitipan maupun komponen-komponen struktur yang informal, seperti persahabatan. 2012 7 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PENDEKATAN KEILMUAN DALAM KOMUNIKASI Pendekatan Unscientific Pada pendekatan ini umumnya orang menjawab dorongan ingin tahu dan mencari kebenaran, melalui : a. Penemuan Secara Kebetulan Awalnya manusia selalu kebingunguan untuk memecahkan persoalan hidupnya dan rintangan alam sekitarnya. Karena pada waktu itu tingkat pengetahuan manusia amat rendah, maka manusia cenderung pasif terhadap usaha memecahkan berbagai misteri kehidupannya. Akibatnya, semua pengetahuan (kebenaran) diperoleh secara kebetulan. Kelemahan yang terkandung dalam penemuan – penemuan secara kebetulan ini, bahwa orang akan bersikap pasif terhadap dorongan ingin tahunya karena semuanya terjadi secara kebetulan, dan akibatnya pengetahuan berkembang sangat lambat. b. Penemuan Secara Trial and Error Perkembangan masyarakat yang terasa cepat menyebabkan manusia harus aktif mencari kebenaran, kendati sarana pengetahuan untuk mencapainya masih sangat tidak memadai, namun untuk memotong waktu yang terlalu panjang ini, masyarakat harus memulai sesuatu dengan cara mencoba – coba (trial and error) walau tanpa kepastian. c. Penemuan Melalui Otoritas Pendekatan ini lebih praktis bila dibandingkan dengan pendekatan lainnya. Namun juga sangat terbuka untuk suatu kesalahan yang fatal. Berbeda dengan pendekatan kebetulan atau trial and error, menemukan kebenaran melalui otorisasi, karena pada pendekatan ini sadar ataupun telah mengakui ketidakmampuan rasio seseorang untuk memecahkan problem kebenaran yang sedang dihadapinya. Otoritas membuat orang tergantung kepada orang yang memiliki otoritas tersebut dan membuat dirinya bertaklid dan jumud serta tanpa disadari telah membekukan kreativitas manusia dan usaha seseorang untuk berikhtiar. 2012 8 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Menemukan Kebenaran Melalui Wahyu Bagi orang tertentu menganggap bahwa sumber kebenaran hanyalah berasal dari sang pencipta alam semesta ini. Karena itu, ia hanya mau berbicara atau memberi keputusan apabila sudah mendapatkan wahyu. Wahyu dianggap sebagai sumber kebenaran yang datangnya dari luar dirinya dan memberi otorisasi terhadap keputusan dan tindakannya. Pendekatan Scientific Pendekatan ini juga disebut sebagai pendekatan kritik – rasional dan/atau scientific research. Ada dua macam proses yang dapat digunakan untuk menemukan kebenaran. a. Berfikir Kritik Rasional Proses berfikir adalah menghubungkan satu hal dengan hal lainnya, menggunakan objek berfikir dan menghubungkannya dengan objek lainnya, inilah yang dimaksudkan dengan proses berfikir kritis – rasional. Kemampuan berfikir semacam ini telah banyak menghasilkan kebenaran, walaupun kemudian belum tentu diakui sebagai produk ilmiah. Ada dua jalan yang dapat ditempuh dalam menggunakan cara berfikir rasional untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan. Cara – cara itu adalah berfikir analitis dan berfikir sintetis. b. Penelitian Ilmiah Aktivitas manusia menemukan kebenaran atau pengetahuan melalui penelitian ilmiah adalah usaha yang paling maksimal yang dapat diterima akal sehat sampai saat ini. Selain upaya ini disebut sebagai upaya maksimal manusia, penelitian ilmiah juga adalah proses menemukan kebenaran yang dipercaya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. 2012 9 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DaftarPustaka 1. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media. Jakarta. 2007 2. Zulkarnai Nasution. Sosiologi Komunikasi Massa, Universitas Terbuka . Jakarta. 2003. 2012 10 Nama Mata KuliahdariModul DosenPenyusun PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id