MODUL PERKULIAHAN New Media and Society Analisis Jaringan Komunikasi dalam New Media Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Broadcasting TatapMuka 14 Kode MK DisusunOleh 40121 Eli Jamilah M., M. Si Abstract Kompetensi Bab ini menguraikan pengantar teoritis mengenai analisis jaringan komunikasi dan bagaimana analisis jaringan komunikasi yang terjadi dalam media baru Mahasiswa memahami bentuk-bentuk jaringan komunikasi dalam media baru Pembahasan 1. Analisis Jaringan Komunikasi Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa analisis jaringan komunikasi adalah merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisa menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal. Tujuan penelitian komunikasi menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi adalah : (1) mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, (2) mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan komunikasi, misalnya sebagai liaisons, bridges dan isolated, dan (3) mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi, seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik, dan sebagainya. 2016 2 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Klik dalam jaringan komunikasi adalah bagian dari sistem (sub sistem) dimana anggotaanggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggotaanggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Dalam proses difusi, untuk mendapatkan informasi bagi anggota kelompok, dalam jaringan komunikasi terdapat peranan-peranan sebagai berikut (Rogers dan Kincaid, 1981) : (1) Liaison kelompok/sub Officer (LO), kelompok, yaitu orang yang akan tetapi LO menghubungkan bukan dua anggota atau lebih salah satu kelompok/sub kelompok. (2) Gate keeper, yaitu orang melakukan filtering terhadap informasi yang masuk sebelum dikomunikasikan kepada anggota kelompok/sub kelompok. (3) Bridge, yaitu anggota suatu kelompok/sub kelompok yang berhubungan dengan kelompok/ sub kelompok lainnya. (4) Isolate, yaitu mereka yang tersisih dalam suatu kelompok/sub kelompok (5) 2016 Kosmopolit, 3 yaitu New Media and Society El i Jamilah M., M.Si seseorang dalam kelompok/sub PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kelompok yang menghubungkan kelompok/sub kelompok dengan kelompok/sub kelompok lainnya atau pihak luar. (6) Opinion Leader, yaitu orang yang menjadi pemuka pendapat dalam suatu kelompok/sub kelompok 2. Jaringan Aktor dalam Teknologi Media Baru Teori jaringan aktor atau aktor-teori jaringan atau Actor-Network-Theory ( ANT ) di kenalkan pertama kali dari karya Michel Callon dan Bruno Latour, teori ANT ini lahir dari sebuah pendekatan dalam bidang ilmu – ilmu sosial dan teori sosial yang berasal dari studi ilmu yang bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Teori ini mengatakan bahwa adanya ketidakpastian antara manusia dan non manusia. Dalam buku Reassembling The Social, ada lima tahap ketikapastian , yaitu yang pertama, sifat kelompok, dimana terdapat banyak cara yang bertentangan untuk aktor untuk di berikaan identitas, kedua, sifat tindakan, dimana setiap tindakan berbagai macam agen tampaknya menggusur tujuan aslinya, ketiga, sifat benda, dimana jenis lembaga yang berpaartisipasi dalam interaksi tampaknya 2016 4 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tetap terbuka lebar, keempat, sifat fakta, link dari ilmu alam dengan seluruh masyarakat tampaknya menjadi sumber perselisihan terus menerus, kelima, jenis penelitian yang dilakukan dibawah label dari ilmu sosial, dimana ilmu sosial dapat dikatakan empiris. Dalam pemahaman teori jaringan aktor ini, konsep jaringan tidak hanya berfokus pada hubungan sosial aktor antara manusia saja melainkan juga mencangkup aktor-aktor non manusia. Aktor disini dapat difenisikan sebagai sesuatu yang ikut serta beraksi bukan hanya manusia tapi juga merupakan objek teknis, seorang aktor adalah apa yang di buat untuk bertindak dengan banyak orang lain, setiap elemen disekitar ruang itu sendiri membuat unsurunsur lain yang tergantung pada dirinya sendiri dan menerjemahkan keinginan mereka kedalam bahasa sendiri, disini semua aktor memiliki kepentingan, mencoba meyakinkan pelaku lain sehinga menciptakan keselarasan kepentingan aktor-aktor lain dengan kepentingan mereka sendiri, ketika proses persuasif ini menjadi efektif, itu menghasilkan penciptaan aktor jaringan. Aktor bersifat sebagai sekutu yang memberikan kekuatan untuk sebuah posisi, dalam sebuah aktor ada yang memiliki kekuatan atau power dan ada juga yang tidak memiliki kekuatan dalam mengendalikan suatu sistem jaringan. Dalam teori jaringan aktor terdapat aktor dan s ebuah jaringan, aktor adalah bagian-bagian yang terhubung kedalam sistem yang nantinya akan membentuk dan menciptakan sebuah jaringan, aktor yang memiliki kemampuan mempersuasi dan mengontrol aktor lain disebut dengan aktan, aktan ini mempunyai kemampuan bergerak keluar masuk secara bebas dalam suatu jaringan sesuai dengan keinginan dan kepentingannya.pada saat aktan memasuki suatu jaringan ia akan melakukan interaksi dan aktiftas seperti menarik perhatian serta mengambil tindakan peranan di jaringan tersebut dan menjadi penguasa dalam menggerakan suatu jaringan tersebut. Jaringan aktor ini mengekplorasi bagaimana hubungan antara objek, orang dan konsep terbentuk, dari pada mengapa mereka terbentuk, jaringan aktor juga merupakan jaringan yang heterogen atau beragam untuk kepentingan yang selaras. Ada tiga komponen teori jaringan aktor yaitu jaringan heterogen, dimana pengetahuan muncul dari jaringan bahan heterogen, pengetahuan mengambl banyak bentuk dan pengetahuan adalah produk dari sosial, bukan hasil dari metode ilmiah, konsolidasi jaringan, dimana jaringan dapat menjadi sangat kompleks sehingga menjadi benar – benar menyadari bahwa semua jaringan disekitar kita menjadi tidak layak, manusia mengkonsolidasi jaringan untuk menyederhanakan dunia 2016 5 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id disekitar mereka, pemesanan jaringan dimana efek order, kekuasaan dan organisasi sering kali datang dari aktor punctualize, dalam aktor dan organisasi ANT menganggap bagaimana komponen dimobilisasi dan dikelola, bagaiman punctualization dan translation terjadi tanpa di sadari. ANT memiliki asal usul dalam studi tentang jaringan yang saling bergantung pada praktekpraktek sosial yang membentuk pekerja dalam sains dan teknologi, Latour mengatakan bahwa ANT sebagai sebuah bahan metode semiotik, ia mengakui bahwa aktor semiotik baik manusia maupun non manusia sama-sama aktan dalam artian narasi semiotik bahwa mereka ditentukan oleh bagaimana mereka bertindak di dalam jaringan praktek. ANT mencatat bahwa topologi jaringan pada umumnya non lokal dan lebih jauh bahwa artefak semiotik sering kali merupakan batas benda-benda yang memediasi non lokal, skala melanggar intekoneksi. Ini menyebabkan generalisasi yang kuat dari teori sistem ecosocial untuk memasukan topologi jaringan. Latour, dalam pendekatan jaringan aktor ini telah mengembangkan serangkaian konsep – konsep dalam rangka untuk menggambarkan pembangunan dan pengoperasian ilmu teknologi, konsep berharga mereka meliputi, rezim delegasi, sentralisasi mediasi dan posisi bahwa alam dan masyarakat bukan penyebab tapi akibat dari karya ilmiah dan teknis. Teori jaringan aktor ( ANT ) mnggambarkan antara manusia dan obyek teknologi didalamnya berlangsung setidaknya dua proses yaitu proses translasi dan kontruksi, namun disisi lain adanya pembelajaran yang melewati pembuatan dan penggunaan. Yaitu melalui proses kontruksi dan desain, obyek teknologi termasuk manusia yang ada di dalamnya. Melalui proses pembelajaran tersebut nilai-nilai dan peraturan – peraturan manusia diterapkan pada arah teknologi. Teknologi dikelola sehingga tidak menghancurkan hubungan sosial yang otoriter maupun hirarkis, teknologi juga menjadi selaras dengan prinsip – prinsip kesetaraan dan keadilan sosial yang sudah di bentuk oleh manusia. Kehadiran handphone dan internet dan munculnya berbagai aplikasi di dalam handphone memudahkan kita dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi, sekarang ini hampir semua dilakukan melalui online, misalkan kehadiran aplikasi gojek atau gribe bike yang memudahkan kita dalam pemesanan ojek dan secara cepat pula. Kemunculan ojek online ini memberikan pekerjaan kepada para pengangguran, namun disisi lain awal mulanya ojek berbasis online ini tidak diterima dikalangan masyarakat terutama para ojek pangkalan, 2016 6 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id namun mereka mau tidak mau harus menerima kemajuan zaman yang sekarang berbasis digital. Yang belum lama terjadi adanya demo yang dilakukan masyarakat yang bekerja menjadi supir taxi, mereka menginginkan penghapusan aplikasi taxi plat hitam yang berbasis online, demo ini menibulkan kericuhan dikalangan masyarakat yang dikarenakan taxi plat hitam ini melanggar aturan. Fonemena ini bisa kita ambil sebagai pembelajaran, bahwa pemerintah harus memberikan regulasi – regulasi terhadap kemajuan teknologi yang semakin berkembang agar tidak ada yang dirugikan dalam hal ini, sehingga teknologi baru dapat di terima dikalangan masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dimasyarakat 3. Analisis Jaringan Komunikasi dalam Media Baru Contohnya analisis jaringan komunikasi dalam new media adalah hasil penelitian Yusi (2013) mengenai komunitas kaskus. Komunitas kaskuser bukan hanya sebuah komunitas yang berkomunikasi melalui dunia maya saja, namun mereka juga mengadakan pertemuan dan kegiatan bersama untuk saling mengenal dan mempererat hubungan diantara anggota kaskuser. Kemajuan teknologi komunikasi membuat komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara tatap muka saja namun dapat dilakukan dengan menggunakan media baru, yaitu internet. Melalui situs-situs jejaring sosial diinternet yang banyak digandrungi masyarakat, khususnya anak-anak muda semua orang bisa bebas berkomunikasi tanpa ada halangan. Hal tersebut juga dimanfaatkan dalam melakukan komunikasi politik, khususnya ketika pemilihan umum (pemilu) berlangsung dengan tujuan untuk dapat mengkampanyekan diri calon pemimpin yang maju dalam pemilu dan merebut suara massa sebanyak mungkin. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan ini adalah pola jaringan komunikasi yang terbentuk adalah pola jaringan memusat yang pada akhirnya hanya klik tunggal saja yang terbentuk dan muncul beberapa peranan seperti star, opinion leader dan gate keepers. Dalam pencarian informasi sebagian besar anggota komunitas ini memilih individu #23 yang juga aktivis kaskus sebagai partner komunikasi dan memilih teman sebagai alasan mereka dalam memilih partner komunikasi. Mayoritas anggota dalam komunitas kaskuser regional Kalimantan Barat di Yogyakarta tidak ikut memilih dalam pemilihan tersebut. 2016 7 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DaftarPustaka Brown, J., Broderick, A. J., & Lee, N. (2007). Word of mouth communication within online communities: Conceptualizing the online social network. Journal of interactive marketing, 21(3), 2-20. Ellison, N. B., Steinfield, C., & Lampe, C. (2007). The benefits of Facebook “friends:” Social capital and college students’ use of online social network sites. Journal of Computerā Mediated Communication, 12(4), 1143-1168. Haythornthwaite, C. (1996). Social network analysis: An approach and technique for the study of information exchange. Library & information science research, 18(4), 323-342. Howard, P. N. (2002). Network ethnography and the hypermedia organization: New media, new organizations, new methods. New media & society, 4(4), 550-574. http://www.academia.edu/9554133/FAN_CULTURE_DALAM_MEDIA_SOSIAL_Analisis _Jaringan_Komunikasi_Interaksi_Fans_JKT48_sebagai_Cyberfandom_di_Media_Sosial_Tw itter. 20 Nov 2016 19:05:39 GMT http://www.academia.edu/11117824/FENOMENA_ANONIMITAS_DALAM_TWITTER_St udi_Analisis_Jaringan_Komunikasi_Politik_Dalam_Akun_Twitter_at_TM2000Back_Pada_P emilihan_Umum_Presiden_2014_. 15 Nov 2016 04:09:46 GMT Kwak, H., Lee, C., Park, H., & Moon, S. (2010, April). What is Twitter, a social network or a news media?. In Proceedings of the 19th international conference on World wide web (pp. 591-600). ACM. Mislove, A., Marcon, M., Gummadi, K. P., Druschel, P., & Bhattacharjee, B. (2007, October). Measurement and analysis of online social networks. In Proceedings of the 7th ACM SIGCOMM conference on Internet measurement (pp. 29-42). ACM. Mustafa, S. E., & Hamzah, A. (2010). Media sosial: Tinjauan terhadap laman jaringan sosial dalam talian tempatan. Jurnal Pengajian Media Malaysia, 12(2), 37-52. Steinfield, C., Ellison, N. B., & Lampe, C. (2008). Social capital, self-esteem, and use of online social network sites: A longitudinal analysis. Journal of Applied Developmental Psychology, 29(6), 434-445. Sosiawan, E. A., & SIP, M. (2011). Kajian Internet sebagai media komunikasi interpersonal dan massa. Sosiawan, E. A. (2011). Penggunaan Situs Jejaring Sosial sebagai Media Interaksi dan Komunikasi di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Ilmu Komunikasi Terakreditasi, 9(1), 60-75. 2016 8 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yusi (2013). Pola Jaringan Komunikasi Komunitas Kaskuser Regional Kalimantan Barat di Yogyakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah Tingkat I Gubernur Kalimantan Barat 2012. Skripsi Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2016 9 New Media and Society El i Jamilah M., M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id