MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS MANAJEMEN SDM DALAM PROGRAM PR Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations 09 Abstract Untuk dapat menjalankan fungsi dan peran PR tersebut, maka seorang PR harus memiliki beberapa kemampuan dasar atau basic skills of PR. . Kode MK Disusun Oleh Dr. Ispawati Asri,MM Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manajemen SDM dalam kegiatan PR 1 MANAJEMEN SDM DALAM PROGRAM PR A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum memberikan pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia alangkah baiknya apabila diketahui terlebih dahulu pengertian Manajemen dan Sumber Daya Manusia itu sendiri. Dalam pendapat beberapa ahli, Manajemen diartikan sebagai ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya adalah segala sesuatu yang merupakan assets perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikategorikan atas empat tipa sumber daya, seperti Finansial, Fisik, Manuisa dan Kemampuan Teknologi. Hal ini penting untuk diketahui, karena akan bias membedakan dengan pengertian yang sama dengan pengertian manajemen sumber daya manusia, yaitu administrasi kepegawaian atau juga manajemen kepegawaian. Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut para ahli: 1. Menurut Melayu SP. Hasibuan MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 2. Menurut Henry Simamora MSDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok bekerja. MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan 2 karyawan, pengeloaan karir, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus. 3. Menurut Achmad S. Rucky MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis, pendayagunaan, pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal oleh organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya. 4. Menurut Mutiara S. Panggabean MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembngan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas, menurut Mutiara S. Panggabaean bahwa, kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja. Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukan demikian pentingnya manajemen sumber daya manusia di dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. B. Model Manajemen Sumber Daya Manusia Di dalam memahami berbagai permasalahan pada manajelen sumber daya manusia dan sekaligus dapat menentukan cara pemecahannya perlu diketahui lebih dahulu model-model yang digunakan oleh perusahaan kecil 3 tidak bias menerapkan model yang biasa digunakan oleh perusahaan besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam perkembangan model-model ini berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi serta tuntutannya. Untuk menyusun berbagai aktifitas manajemen sumber daya manusia ada 6 (enam) model manajemen sumber daya manusia yaitu: 1. Model Klerikal Dalam model ini fungsi departemen sumber daya manusia yang terutama adalah memperoleh dan memelihara laporan, data, catatan-catatan dan melaksanakan tugas-tugas rutin. Fungsi departemen sumber daya manusia menangani kertas kerja yang dibutuhkan, memenuhi berbagai peraturan dan melaksanakan tugas-tugas kepegawaian rutin. 2. Model Hukum Dalam model ini, operasi sumber daya manusia memperoleh kekutannya dari keahlian di bidang hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang yang berawal dari hubungan perburuhan, di masa negosiasi kontrak, pengawasan dan kepatuhan merupakan fungsi pokok disebabkan adanya hubungan yang sering bertentangan antara manajer dengan karyawan. 3. Model Finansial Aspek pinansial manajemen sumber daya manusia belakangna ini semakin berkembang karena para manajer semakin sadar akan pengaruh yang besar dari sumber daya manusia ini meliputi biaya kompensasi tidak langsung seperti biaya asuransi kesehatan, pension, asuransi jiwa, liburan dan sebagainya, kebutuhan akan keahlian dalam mengelola bidang yang semakin komplek ini merupakan penyebab utama mengapa para manajer sumber daya manusia semakin meningkat. 4 4. Model Manjerial Model manajerial ini memiliki dua versi yaitu versi pertama manajer sumber daya manusia memahami kerangka acuan kerja manajer lini yang berorientasi pada produktivitas. Versi kedua manajer ini melaksanakan beberpa fungsi sumber daya manusia. Departemen sumber daya manusia melatih manajer lini jdalam keahlian yang diperlukan untuk menangani fungsifungsi kunci sumber daya manusia seperti pengangkatan, evaluasi kinerja dan pengembangan. Karena karyawan pada umumnya lebih senang berinteraksi dengan manajer mereka sendiri disbanding dengan pegawai staf, maka beberapa departemen sumber daya manusia dapat menunjukan manajer lini untuk berperan sebagai pelatih dan fsilitator. 5. Model Humanistik Ide sentral dalam model ini adalah bahwa, departemen sumber daya manusia dibentuk untuk mengembangkan dan membantu perkembangan nilai dan potensi sumber daya manusia di dalam organisasi. Spesialis sumber daya manusia harus memahami individu karyawan dan membantunya memaksimalkan pengembangan diri dan peningkatan karir. Model ini menggabarkan tumbuhnya perhatian organisasi terhadap pelatihan dan pengembangan karyawan mereka. 6. Model Ilmu Perilaku Model ini menganggap bahwa, ilmu perilaku seperti psikologi dan perilaku organisasi merupakan dasar aktivitas sumber daya manusia. Prinsipnya adlah bahwa sebuah pendekatan sains terhadap perilaku manusia dapa diterpkan pada hampir semua permasalahan sumber daya manusia bidang sumber daya manusias yang didasarkan pada prinsip sains meliputi teknik umpan balik, evaluasi, desain program dan tujuan pelatihan serta manajemen karir. 5 C. Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi manajemen sumber daya manusia sama halnya dengan fungsi yang ada dalam manajemen sendiri, seperti apa yang dikemukakan G. Terry dalam bukunya Principle of Management yang menyatakan bahwa, fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Henry Fayol menyebutkan bahwa, fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Commanding, Coordinating dan Controllung (POCCC). Luther Gulick mengemukakan fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgeting (POSDCoRB). Dalam manajemen sumber daya manusia beberapa ahli seperti Edwin B. Flippo, Dale Yoder, Manullang, Moekijat dan Malayu SP. Hasibuan serta Henry Simamora mengemukakan fungsi manajemen sumber daya manusia seperti halnya fungsi manajemen yang dikemukakan di atas, adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan 2. Rekrutmen 3. Seleksi 4. Dekrutmen 5. Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan 6. Evalauasi Kinerja 7. Komensasi 8. Pengintegrasian 9. Pemeliharaan 10. Pemberhentian. Keberadaan PR dalam perkembangannya, khususnya di Indonesia, semakin diperhitungkan dan tidak dapat diabaikan sebagai bagian dari roda kehidupan suatu organisasi atau perusahaan. Mahmudi (Desember 1999) mengatakan bahwa organisasi atau lembaga baik pemerintah, bisnis, 6 bertujuan laba atau nir laba, dalam mengkomunikasikan kegiatannya memerlukan personil PR yang khusus ditugaskan untuk tujuan tersebut. Artinya, PR berperan seperti yang dikatakan Wijaya (1996) sebagai wahana komunikasi ke dalam dan keluar organisasi dimaksudkan untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di pihak lain dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik. Dalam praktek, penggunaan PR dalam konteks manajemen adalah sebagai media atau jembatan komunikasi dapat berbentuk in-house PR maupun PR Consultant (Jefkins, 1988; Stone, 1991; Tymson & Sherman, Raynish, 1998; Straubhar & LaRose, 2006). Pengertian in-house PR adalah petugas PR (PRO – Public Relations Officer) yang dijalankan oleh karyawan perusahaan atau organisasi yang mana ia ditunjuk untuk melakukan kegiatan-kegiatan ke-PR-an. Biasanya disebut manajer PR atau PRO. Keuntungan in-house PR antara lain: ia lebih mengetahui budaya dan karakteristik organisasi atau perusahaannya, mengetahui kelebihan dan kekurangan organisasi atau perusahaannya, mudah berinteraksi dengan stakeholders-nya. Keuntungan ini dikarenakan PRO tersebut adalah karyawan perusahaan atau organisasi itu sendiri, sehingga ia dianggap menguasai seluk beluk yang ada di dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Sedangkan kelemahannya, antara lain: cenderung subyektif bila terjadi permasalahan, terlalu menyuarakan kepentingan pengusaha. Kelemahan ini bisa dikarenakan posisi PRO dalam struktur organisasi atau perusahaan yang dekat dengan pimpinannya. Penempatan posisi PRO dalam struktur tersebut dapat menimbulkan faktor dilematis tersendiri baginya. 7 Sementara yang dimaksud dengan PR Consultant adalah penyelenggaraan jasa-jasa teknis dan kreatif tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki keahlian berdasarkan pengalaman dan latihan yang telah mereka dapatkan sebelumnya serta di dalam menjalankan fungsi-fungsi itu mereka memiliki suatu identitas perusahaan yang sah menurut hukum. Jadi, PR Consultant merupakan praktisi PR yang disewa oleh suatu perusahaan atau organisasi untuk menjalankan fungsi dan peran PR-nya atau pun untuk mem-back-up aktivitas in house PR yang sudah ada di perusahaan atau organisasi tersebut. Keuntungan menggunakan PR Consultant antara lain: lebih obyektif dalam melihat persoalan, bersikap netral dan profesional dalam menjalankan tugas kePR-an. Kelemahannya antara lain: memerlukan waktu untuk mengenal budaya dan karakter organisasi atau perusahaan yang menyewanya. Selain itu, secara umum fungsi dan tujuan PR antara lain sebagai berikut: 1. Membangun atau merubah citra (image) 2. Memperkenalkan dan membuka pasar 3. Pengakuan masyarakat 4. Meningkatkan kualitas karyawan 5. Mengangkat saham 6. Jembatan komunikasi 7. Mendidik konsumen 8. Menciptakan identitas 9. Tanggung jawab sosial 10. Mengukur umpan balik 11. Menganalisis opini publik 12. Meyakinkan kelompok penekan. 8 Untuk dapat menjalankan fungsi dan peran PR tersebut, maka seorang PR harus memiliki beberapa kemampuan dasar atau basic skills of PR. Kemampuan dasar PR ini, penulis rangkum dari Jefkins (1988), Stone (1991), Tymson, Sherman dan Raynish (1996), sebagai berikut: 1. Menguasai jurnalistik teori dan praktis 2. Pengalaman organisasi 3. Sensitif dan kreatif 4. Bahasa Inggris aktif 5. Jujur dan Integritas tinggi 6. Memahami etika dan moral 7. Low profile high quality 8. Well-balance 9. Banyak membaca dan membuka wawasan 10. Humoris dan percaya diri. Secara umum, organisasi PR, baik in-house PR maupun Consultant PR, memiliki struktur organisasi sebagai sub sistem organisasi dimana ia berada. Adakalanya pula, PR ditempatkan sebagai bagian dari sub sistem yang tidak khas PR. Misalnya, PR ditempatkan dibagian marketing, biro hokum, atau bahkan menjadi salah satu pekerjaan seorang wakil direktur atau sekretaris. PR dalam praktek seperti ini sering diistilahkan sebagai “method of communication”. Sedangkan PR yang sudah dilembagakan disebut dengan istilah “state of being”. 9 Berikut ini adalah contoh struktur organisasi PR yang cukup sederhana. PR Manajer sekretary Media Relations Officer Factory Visit Officer photographer Employe Relations Officer Apapun bentuk keberadaan PR da lam suatu organisasi, tugas dan tanggung jawab Manajer PR atau pun Staf PR (PRO) kurang lebih sama (Jefkins, 1998). Demikian pula dengan ukuran departemen PR dari suatu organisasi tergantung pada tiga hal utama, yaitu: a. Ukuran organisasi yang bersangkutan. b. Kebutuhan organisasi akan PR yang efektif dan arti atau nilai penting dari fungsi PR bagi pihak manajemen c. Karakteristik khas PR bagi setiap organisasi. Tanggung jawab Manajer PR antara lain: menetapkan sasaran atau merumuskan tujuan kegiatan PR memperhitungkan jam kerja dan sumber daya lainnya, seperti peralatan menetapkan skala prioritas guna mengendalikan pilihan stakeholder, media, waktu operasi, optimalisasi tenaga kerja menentukan kelayakan pelaksanaan yang hendak dilakukan 10 Sedangkan tugas khusus Manajer PR, yaitu: menciptakan dan memelihara citra yang baik memantau opini publik memberi nasehat atau masukan bagi pihak manajemen menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal apa saja tentang organisasi Bentuk-bentuk kerjasama antara Pihak Manajemen dengan Manajer PR: a. Manajer PR adalah sosok profesional yang selalu dapat diandalkan. b. Mampu menciptakan jalur komunikasi internal c. Mampu menciptakan jalur komunikasi eksternal d. Mendukung pihak manajemen untuk siap menghadapi publik e. Menyediakan informasi dan masukan bagi pihak manajemen, termasuk mengatur segala sesuatu yang bersifat keprotokolan. f. Baik Pihak Manajemen maupun Manajer PR harus selalu berhubungan erat satu sama lain. Agar kerjasama tersebut dapat efektif, Frank Jefkins (1998) mengatakan bahwa seorang yang menjabat sebagai Manajer PR perlu diberi posisi jabatan resmi yang tinggi. Idealnya, jabatan seorang Manajer PR adalah setingkat direktur. Hal ini dimaksudkan agar ia bisa berhubungan secara mudah dengan para manajer di unit lain dalam organisasi. 11 Daftar Pustaka Jefkins, Frank, 1988, Public Relations Techniques, London: Heinemann Professional Publishing Ltd. -------------------, 1998, Public Relations, Great Britain: Pearson Professional Ltd. Mahmudi, Marwan, “Peranan Public Relations dalam Menciptakan Citra Positif Organisasi”, Majalah Ilmiah WIDYA, Kopertis Wilayah III – Jakarta, No. 171 Tahun XVI, Desember 1999. Straubhaar, Joseph and Robert LaRose, 2006, Media Now, Understanding Media, Culture, and Technology, Fifth Edition, Thomson Wadsworth, Belmont, California. Stone, Norman, 1991, How to Manage Public Relations; Practical Guidelines for Effective PR Management, England: McGraw-Hill Book Company (UK) Limited. Tymson, Cindy, Bill Sherman, New Zealand Sections by Jenni Raynish, 1998, The New Australian and New Zealand Public Relations Manual, Australia: Tymson Communication, New Zealand: Tandem Press. Widjaya, A.W., 1996, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bina Aksara. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ruchiat, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya., 2003. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Majalengka: STIE YPPM 12