dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar

advertisement
FISIKA XI SMA 3 Magelang
@iammovic
Standar Kompetensi:
Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik
sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar:
Merumuskan hubungan antara konsep torsi,
momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan
hukum II Newton serta penerapannya dalam
masalah benda tegar
Momen gaya atau torsi adalah ukuran keaktifan sebuah gaya yang bekerja
pada suatu benda untuk memutar benda tersebut terhadap suatu titik
poros tertentu.
Jika sudut antara r dan F adalah 𝛼, maka besar momen gaya adalah :
𝝉 = 𝒓𝑭 𝐬𝐒𝐧 𝜢 atau 𝝉 = 𝒓 π’”π’Šπ’ 𝜢 𝑭
π‘Ÿ sin 𝛼 = 𝒅, dimana disebut lengan momen. Sehingga besar momen gaya
dapat dinyatakan sebagai hasil kali lengan momen dan besar gaya :
𝝉 = 𝑭. 𝒅
Contoh :
- Sebuah gaya 𝐹 = 120 𝑁 𝑖 + 180 𝑁 𝑗 dikerjakan pada suatu benda pada
suatu titik yang memiliki vector kedudukan π‘Ÿ = 3 π‘š 𝑖 − 2 π‘š 𝑗 terhadap
acuan 𝑢. Hitunglah momen yang dikerjakan gaya ini terhadap titik 𝑢.
Momen adalah hasil kali vector antara vector titik tangkap gaya 𝒓 dan
vector gaya 𝑭, yaitu 𝝉 = 𝒓 𝒙 𝑭. Untuk vector yang hanya dinyatakan dalam π’Š
dan 𝒋, 𝝉 lebih cepat ditentukan dengan aturan π’Š x 𝒋 = π’Œ dan 𝒋 x π’Š = −π’Œ.
Jadi,
𝝉 = 𝒓 𝒙 𝑭 = 3 𝑖 − 2 𝑗 π‘₯ 120 𝑖 + 180 𝑗 = 540 +π‘˜ − 240 −π‘˜ = πŸ•πŸ–πŸŽ π’Œ
Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya
atau lebih yang bekerja terhadap suatu poros :
𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 … + πœπ‘›
Catatan :
1. Lengan momen 𝑙 adalah panjang garis yang ditarik dari titik poros sampai
mendorong tegak lurus garis kerja vector gaya 𝐹.
2. Arah momen gaya 𝜏 dinyatakan oleh arah putaran vector gaya 𝐹 terhadap titik
poros. Arah positif momen ditetapkan sembarang, tetapi umumnya ditetapkan
momen yang menghasilkan putaran searah jarum jam adalah positif (+) dan
yang berlawanan arah jarum jam adalah negative (-).
Contoh :
- Batang AB yang panjangnya 2 m dipengaruhi tiga gaya seperti pada gambar.
Tentukan torsi batang tersebut di titik O.
𝜏 = −𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3
= − 120 𝑁 1 π‘š sin 30° + 100 𝑁 0,5 π‘š + 150 𝑁 1 π‘š sin 37°
= −60 𝑁. π‘š + 50 𝑁. π‘š + 90,3 𝑁. π‘š
= β‹― 𝑁. π‘š
Karena torsi analog dengan gaya F, dan percepatan sudut analog dengan
percepatan linier, apakah torsi berkaitan dengan percepatan sudut dari
gerak rotasi?
𝑭 = π’Žπ’‚
Karena 𝒂 sama dengan𝑹. 𝜢, maka :
𝑭 = π’Ž. 𝑹. 𝜢
Dengan mengalikan kedua ruas dengan 𝑹, maka :
𝑹. 𝑭 = π’Ž. π‘ΉπŸ . 𝜢
Karena 𝑹. 𝑭 adalah Torsi dan π’Ž. π‘ΉπŸ adalah Momen Inersia, jadi :
𝒂
𝝉 = 𝑰. 𝜢 = 𝑰
𝑹
Besaran yang menyatakan ukuran kelembaman benda yang mengalami
gerka rotasi.
Momen inersia 𝑰 dari sebuah partikel bermassa π’Ž dan berjarak 𝒓 dari poros
putar dinyatakan oleh :
𝑰 = π’Žπ’“πŸ
Momen inersia dari beberapa partikel (titik massa) terhadap suatu poros
diperoleh dengan menjumlahkan secara aljabar biasa tiap-tiap momen
inersia.
π’Žπ’Š π’“πŸπ’Š
𝑰=
π’Š
Contohnya, momen inersia dari tiga buah partikel terhadap suatu poros
adalah :
𝐼 = 3𝑖=1 π‘šπ‘– π‘Ÿπ‘–2 = π‘š1 π‘Ÿ12 +π‘š2 π‘Ÿ22 +π‘š3 π‘Ÿ32
Contoh :
Tiga buah benda masing-masing bermassa 0,6 kg diikatkan pada batang,
yang massanya dapat diabaikan seperti pada gambar. Tentukan momen
inersia sistem terhadap poros rotasi melalui ujung batang.
𝐼 = 3𝑖=1 π‘šπ‘– π‘Ÿπ‘–2 = π‘š1 π‘Ÿ12 +π‘š2 π‘Ÿ22 +π‘š3 π‘Ÿ32
*dari soal,
π‘š1 = π‘š2 = π‘š3 = π‘š = 0,6 π‘˜π‘”
π‘Ÿ1 = 10 π‘π‘š = 10π‘₯10−2 π‘š
π‘Ÿ2 = 10 + 15 π‘π‘š = 25π‘₯10−2 π‘š
π‘Ÿ1 = 25 + 20 π‘π‘š = 45π‘₯10−2 π‘š
Jadi,
𝐼 = π‘š1 π‘Ÿ12 +π‘š2 π‘Ÿ22 +π‘š3 π‘Ÿ32 = π‘š π‘Ÿ12 + π‘Ÿ22 + π‘Ÿ32 = 1,65π‘₯10−1 π‘˜π‘”π‘š2
Contoh :
Roda tipis berjari – jari 30 cm dan massa 1 kg menggelinding bersama bola
pejal berjari – jari 8 cm dan bermassa 1,5 kg.
Tentukan perbandingan momen inersia bola dan roda.
π‘šπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘Ž = 1 π‘˜π‘”
π‘…π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘Ž = 30 cm = 0,3 m
π‘šπ‘π‘œπ‘™π‘Ž = 1,5 π‘˜π‘”
π‘…π‘π‘œπ‘™π‘Ž = 8 cm = 0,08 m
Jawab:
πΌπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘Ž = π‘šπ‘… 2 = 1 π‘˜π‘” 0,3 π‘š 2 = 1 π‘˜π‘” 0,09 π‘š2 = 0,09 π‘˜π‘”. π‘š2
πΌπ‘π‘œπ‘™π‘Ž = π‘šπ‘… 2 = 1,5 π‘˜π‘” 0,08 π‘š 2 = 1,5 π‘˜π‘” 0,0064 π‘š2 = 0,0096 π‘˜π‘”. π‘š2
πΌπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘Ž
0,09
3
=
=
πΌπ‘π‘œπ‘™π‘Ž 0,0096 0,32
Sebuah kopel adalah sepasang gaya sejajar yang sama besar tetapi arahnya
berlawanan. Kopel tidak menghasilkan gerak translasi karena resultan gaya
sama dengan nol
𝐹 = 0 , tetapi kopel akan menghasilkan momen kopel
yang menyebabkan gerak rotasi.
Besar momen kopel, 𝜏, adalah hasil kali antara besar gaya 𝐹 dengan jarak
𝑑 antara kedua pasangan gaya.
Kopel yang menghasilkan putaran searah jarum jam ditetapkan bertanda
positif dan sebaliknya negatif.
Momentum sudut didefinisikan sebagai perkalian antara
momen inersia
dan kecepatan sudut. Secara matematis, ditulis sebagai
berikut :
𝑳 = 𝑰. 𝝎
Jika lengan Torsi dan kecepatna linier diketahui, maka
𝑣
2
𝐿 = πΌπœ” = π‘šπ‘Ÿ
𝑅
𝑳 = π’Ž. 𝒓. 𝒗
Momentum sudut merupakan besaran vektor karena
memiliki besar dan arah. Arah momentum sudut dapat
ditentukan dengan aturan tangan kanan.
“Jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja
pada suatu system yang mengalami gerak
rotasi πœπ‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ , maka momentum sudut system
selalu tetap.
πΏπ‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘š = 0
𝐿1 = 𝐿2
π‘°πŸ 𝝎𝟏 = π‘°πŸ 𝝎𝟐
Menggelinding merupakan perpaduan gerak translasi dan rotasi sebuah benda (tanpa
selip).
Dalam melakukan gerak menggelinding, dibutuhkan gaya gesek antara
benda dengan permukaan. Jika tidak ada gaya gesek maka benda tersebut
akan tergelincir atau slip (benda hanya melakukan gerak translasi).
Ketika sedang menggelinding, benda memiliki energi kinetik yang terbagi
1
2
atas dua jenis, yaitu energi kinetik translasi πΈπΎπ‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘ π‘™π‘Žπ‘ π‘– = π‘šπ‘£ 2 dan energi kinetik
rotasi πΈπΎπ‘…π‘œπ‘‘π‘Žπ‘ π‘– =
1
πΌπœ”2
2
. Jadi energi totalnya :
𝟏
𝟏 𝟐
𝟐
𝑬𝑲𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 = π‘¬π‘²π‘»π’“π’‚π’π’”π’π’‚π’”π’Š + π‘¬π‘²π‘Ήπ’π’•π’‚π’”π’Š = π’Žπ’— + π‘°πŽ
𝟐
𝟐
Jika resultan momen gaya luar yang bekerja pada benda sama dengan nol (tidak ada
momen gaya luar yang bekerja pada benda), pada gerak rotasi tersebut berlaku Hukum
Kekekalan Energi Mekanik :
βˆ†π‘¬π‘· = βˆ†π‘¬π‘²π‘»π’“π’‚π’π’”π’π’‚π’”π’Š + βˆ†π‘¬π‘²π‘Ήπ’π’•π’‚π’”π’Š
1. Gerak Menggelinding Pada Bidang Datar (kasar)
Pada Gerak Translasi berlaku Hukum II Newton, 𝐹 = π‘š. π‘Ž
𝑭 − 𝒇 = π’Ž. 𝒂
* 𝒇 = Gaya gesek
Pada Gerak Rotasi berlaku :
𝝉 = 𝑰. 𝜢
2. Gerak Menggelinding Pada Bidang Miring (Kasar)
Pada Gerak Translasi berlaku Hukum II Newton, 𝐹 = π‘š. π‘Ž :
π’Ž. π’ˆ sin 𝜽 − 𝒇 = π’Ž. 𝒂
Pada Gerak Rotasi berlaku :
𝝉 = 𝑰. 𝜢
MACAM-MACAM KESEIMBANGAN
KESEIMBANGAN STATIS
Ada 3 macam keseimbangan statis, semua dapat diperkirakan dengan
memperhatikan apa yang terjadi dengan kedudukan titik beratnya ketika
benda diberi gangguan kecil.
• Keseimbangan labil :
Jika setelah gangguan kecil dihilangkan, titik berat bergerak ke bawah.
• Keseimbangan stabil :
Jika setelah gangguan kecil dihilangkan, titik berat bergerak ke atas.
• Keseimbangan netral (indeferen)
Jika titik berat selalu berada pada ketinggian yang tetap.
KESETIMBANGAN STABIL
KESETIMBANGAN LABIL
KESETIMBANGAN INDEFEREN
MACAM-MACAM KESEIMBANGAN
KESEIMBANGAN DINAMIS
• Keseimbangan translasi :
Keseimbangan yang dialami benda ketika bergerak tanpa mengalami
percepatan linier 𝒂 = 𝟎, 𝒗 = 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 .
• Keseimbangan rotasi :
Keseimbangan yang dialami benda ketika bergerak tanpa mengalami
percepatan sudut 𝜢 = 𝟎, 𝝎 = 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 .
SYARAT-SYARAT KESEIMBANGAN
1. Resultan gaya pada benda = 0
𝐹=0
Pada kondisi ini, kemungkinan keadaan benda adalah:
a. Diam (kesetimbangan statis), dan
b. Bergerak dengan kecepatan linier tetap (kesetimbangan dinamis).
2. Resultan torsi pada benda = 0
𝜏=0
Pada kondisi ini kemungkinan keadaan benda adalah:
a. Diam (kesetimbangan statis), dan
b. Berotasi dengan kecepatan sudut tetap (kesetimbangan dinamis).
KESEIMBANGAN
Contoh :
Batang AC bermassa 40 kg dan panjangnya 3 m. Jarak
tumpuan A dan B adalah 2 m (di B papan dapat berputar)
seorang anak bermassa 25 kg berjalan dari A menuju C.
Berapa jarak minimum anak dari titik C agar papan tetap
setimbang (ujung batang A hampir terangkat)?
𝜏=0
𝑀𝐴𝐢 𝐷𝐡 = π‘Šπ΄π‘›π‘Žπ‘˜ 1 − π‘₯
400 0,5 = 250 1 − π‘₯
200 = 250 − 250π‘₯
250π‘₯ = 50
π‘₯ = 0,2 π‘š
KESEIMBANGAN
Contoh :
Pada sistem kesetimbangan benda tegar seperti pada gambar di
samping, batang AB homogen dengan panjang 80 cm, beratnya
18 N, menyangga beban seberat 30 N, BC adalah tali. Berapakah
tegangan pada tali (dalam newton) jika jarak AC = 60 cm?
𝐡𝐢 =
𝐴𝐡2 + 𝐴𝐢 2 =
802 + 602 = 100 π‘π‘š
60
sin 𝛼 =
= 0,6
100
Syarat kesetimbangan di titik A :
𝜏𝐴 = 0
1
𝐴𝐡 − 30 𝐴𝐡 = 0
2
𝑇 48 − 18 40 − 30 80 = 0
48𝑇 − 720 − 2400 = 0
3120
𝑇=
= 65 𝑁
48
𝑇 𝐴𝐡 sin 𝛼 − 18
KESEIMBANGAN TIGA GAYA
Syarat keseimbangan statis untuk tiga gaya sebidang yang bekerja pada
suatu sistem partikel, adalah :
𝐹1
𝐹2
𝐹3
=
=
sin 𝛼 sin 𝛽 sin 𝛾
*dimana 𝛼 + 𝛽 + 𝛾 = 360°
KESEIMBANGAN TIGA GAYA
Contoh :
Benda pada gambar memiliki berat 400 N dan digantung
dalam keadaan diam. Tentukanlah besar tegangan yang
terjadi pada kedua tali yang menahan benda. (Ingat,
tegangan adalah gaya yang terdapat pada seutas tali yang
menarik suatu benda).
π‘»πŸ
π‘»πŸ
π’˜πŸ‘
𝑇1
𝑇2
𝑀3
=
=
→
=
=
π’”π’Šπ’ 𝜢𝟏 π’”π’Šπ’ 𝜢𝟐 π’”π’Šπ’ πœΆπ’˜ sin 143° sin 127° sin 90°
𝑇1
𝑇2
400
=
=
0,6 0,8
1
π‘»πŸ =240 N, π‘»πŸ = πŸ‘πŸπŸŽ 𝑡
KESEIMBANGAN TIGA GAYA
Contoh :
Seutas tali ABCD digantungkan pada titik A dan D.
Pada titik C digantungkan beban seberat w.
Tentukanlah besar w agar sistem dalam
kesetimbangan.
Titik B
Titik C
𝑻
π’”π’Šπ’ πŸ—πŸŽ°+πŸ”πŸŽ°
𝑇
1
2
12
=1
3
2
=
𝟏𝟐
π’”π’Šπ’ πŸ—πŸŽ°+πŸ‘πŸŽ°
→𝑇 =4 3𝑁
𝑻
π’”π’Šπ’ πŸ—πŸŽ°+πŸ‘πŸŽ°
4 3
1
2
3
=
𝑀
1
2
=
𝟏𝟐
π’”π’Šπ’ πŸ—πŸŽ°+πŸ”πŸŽ°
→𝑀 =4𝑁
TITIK BERAT
Titik berat adalah suatu titik dalam suatu benda (dapat juga di luar benda)
dimana gaya berat benda bekerja secara efektif.
1. Titik berat benda homogen (massa jenis sama dalam keseluruhan sistem)
yang bentuknya teratur, terletak pada perpotongan diagonalnya.
2. Titik berat benda gabungan dari benda-benda teratur bentuknya, dapat
ditentukan dengan koordinat π’™πŸŽ , π’šπŸŽ . Jika diketahui :
• Berat tiap partikel :
𝑀1 π‘₯1 + 𝑀2 π‘₯2 + 𝑀3 π‘₯3 + β‹― + 𝑀𝑛 π‘₯𝑛
π‘₯0 =
𝑀1 + 𝑀2 + 𝑀3 + β‹― + 𝑀𝑛
𝑀1 𝑦1 + 𝑀2 𝑦2 + 𝑀3 𝑦3 + β‹― + 𝑀𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝑀1 + 𝑀2 + 𝑀3 + β‹― + 𝑀𝑛
TITIK BERAT
• Benda berbentuk bidang datar :
• Benda berbentuk bangun ruang:
• Benda berbentuk kurva :
𝐴1 π‘₯1 + 𝐴2 π‘₯2 + 𝐴3 π‘₯3 + β‹― + 𝐴𝑛 π‘₯𝑛
π‘₯0 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + β‹― + 𝐴𝑛
𝐴1 𝑦1 + 𝐴2 𝑦2 + 𝐴3 𝑦3 + β‹― + 𝐴𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + β‹― + 𝐴𝑛
𝑉1 π‘₯1 + 𝑉2 π‘₯2 + 𝑉3 π‘₯3 + β‹― + 𝑉𝑛 π‘₯𝑛
π‘₯0 =
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + β‹― + 𝑉𝑛
𝑉1 𝑦1 + 𝑉2 𝑦2 + 𝑉3 𝑦3 + β‹― + 𝑉𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + β‹― + 𝑉𝑛
𝑙1 π‘₯1 + 𝑙2 π‘₯2 + 𝑙3 π‘₯3 + β‹― + 𝑙𝑛 π‘₯𝑛
π‘₯0 =
𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + β‹― + 𝑙𝑛
𝑙1 𝑦1 + 𝑙2 𝑦2 + 𝑙3 𝑦3 + β‹― + 𝑙𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 =
𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + β‹― + 𝑙𝑛
@iammovic
Download