Presbikusis Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan. Presbikusis dapat mulai dari frekuensi 1000 Hz atau lebih. Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada lakilaki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan. Tuli Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural serta tuli campuran. Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Pada tuli sensorineural kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII, atau di pusat pendengaran, sedangkan tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli sensorineural dibagi menjadi tuli koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintitis, intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol, trauma kapitis, tuli mendadak, trauma akustik dan pajanan bising. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya. Etiologi Penyebab utama kejadian presbikusis belum diketahui secara pasti, diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut. Faktor Risiko Usia dan Jenis Kelamin Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun ke atas. Pengaruh usia terhadap gangguan pendengaran berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih banyak mengalami penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada frekuensi rendah bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada ambang dengar frekuensi tinggi ini disebabkan laki-laki umumnya lebih sering terpapar bising di tempat kerja dibandingkan perempuan. Penelitian di Korea Selatan menyatakan terdapat penurunan pendengaran pada perempuan sebesar 2 kHz lebih buruk dibandingkan laki-laki. Hipertensi Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler yang mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan viskositas darah, Presbikusis Page 1 penurunan aliran darah kapiler dan transpor oksigen. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan selsel auditori sehingga proses transmisi sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan gangguan komunikasi. Kurang pendengaran sensori neural dapat terjadi akibat insufisiensi mikrosirkuler pembuluh darah seperti emboli, perdarahan, atau vasospasme. Diabetes melitus Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat pada protein dalam proses glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end product (AGEP) yang tertimbun dalam jaringan dan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah (arteriosklerosis). Proses selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin menebal dan lumen menyempit yang disebut mikroangiopati. Mikroangiopati pada organ koklea akan menyebabkan atrofi dan berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini terjadi pada vasa nervus VIII, ligamentum dan ganglion spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan axon maka akan menimbulkan neuropati. Hiperkolesterol Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) di mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL. Keadaan tersebut dapat menyebabkan penumpukan plak/aterosklerosis pada tunika intima. Patogenesis atherosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara bersama. Arteroma merupakan degenerasai lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras bagian lipoid dalam tunika intima arteri sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan penebalan dan hilangnnya elastisitas/pengerasan pembuluh nadi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan transpor oksigen. Merokok Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek mengganggu peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung, dan merusak sel saraf organ koklea. Karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui produksi karboksi-hemoglobin (ikatan antara CO dan haemoglobin) sehingga hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen. Seperti diketahui, ikatan antara hemoglobin dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding dengan oksigen. Akibatnya, terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea dan menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek karbonmonoksida lainnya adalah spasme pembuluh darah, kekentalan darah, dan arteriosklerotik. Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh darah yang menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain. Presbikusis Page 2 Riwayat Bising Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe sensorineural yang awalnya tidak disadari karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan per hari, lama masa kerja dengan paparan bising, kepekaan individu, umur, dan faktor lain yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. Hal tersebut dikarenakan paparan terus menerus dapat merusak sel-sel rambut koklea. Patologi Penelitian mengenai presbikusis telah dilakukan lebih dari 50 tahun, namun penjelasan mengenai patofisiologi presbikusis masih belum jelas. Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler, seperti faktor gen, stress oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal. Degenerasi Koklea Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada nilai potensial endolimfe yang menurun menjadi 20mV atau lebih. Pada presbikusis terlihat gambaran khas degenerasi stria yang mengalami penuaan, terdapat penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB dan potensial endolimfe 20 mV (normal-90 mV). Degenerasi Sentral Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi input-output dari CAP terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial saraf pusat, memungkinkan terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara buruk. Mekanisme Molekuler Faktor Genetik Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J merupakan protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat mengakibatkan penurunan pendengaran. Stres oksidatif Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stress oksidatif bertambah dan menumpuk selama bertahuntahun yang akhirnya menyebabkan proses penuaan. Reactive oxygen species Presbikusis Page 3 (ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi pendengaran. Gangguan Transduksi Sinyal Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap transduksi mekanik, merubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia Gen famili cadherin 23 (CDH23) dan protocadherin 15 (PCDH15) diidentifikasi sebagai penyusun ujung sel rambut koklea yang berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terjadinya mutasi menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan pendengaran. Klasifikasi Jenis Patologi 1 Sensorik Lesi terbatas pada koklea. Atrofi organ Corti, jumlah sel-sel rambut dan sel-sel penunjang berkurang. 2 Neural Sel-sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang 3 Metabolic (Strial presbycusis) Atrofi stria vaskularis. Potensial mikrofonik menurun. Fungsi sel dan keseimbangan biokimia/bioelektrik koklea berkurang. 4 Mekanik (Cochlear presbycusis) Terjadi perubahan gerakan mekanik duktus koklearis. Atrofi ligamentum spiralis. Membrane basilaris lebih kaku. Gejala Klinik Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui secara pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinnitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat ditempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri ditelinga, hal ini disebabkan oleh factor kelelahan saraf (recruitment). Pemeriksaan fisik dan penunjang Tes Penala Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing dan tes Stenger. Penala terdiri dari 1 set (5buah) Presbikusis Page 4 dengan frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz dan 2048 Hz. Pada umumnya dipakai 3 macam penala : 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz. Jika akan memakai hanya 1 penala, digunakan 512 Hz. Tes Rinne Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Cara pemeriksaan : Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang didepan telinga kira-kira 2 ½ cm. bila massih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negative (-). Tes Weber Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara pemeriksaan : Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau didagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan kea rah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut weber tidak ada lateralissi. Tes Schwabach Tes Schwabach ialah membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Cara pemeriksaan : Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada proseus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosusus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut tes Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira samasama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa. Tes Bing (tes Oklusi) Presbikusis Page 5 Cara pemeriksaan : Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala (seperti pada tes Weber). Penilaian : Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif. Tes Stenger Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli). Cara pemeriksaan : menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan massing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan didepan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli telinga kanan tetap mendengar bunyi. Audiometri Audiometri adalah uji pendengaran dengan menggunakan alat elektroakustik yang disebut dengan audiometer (gbr.1). Gbr.1 Audiometer Presbikusis Page 6 Pada pemeriksaan audiometri nada murni, perlu dipahami hal-hal seperti ini: Nada murni (pure tone), merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Bising, merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari spektrum terbatas (narrow band) dan spektrum luas (white noise). Frekuensi ialah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana (simple harmonic motion). Jumlah getaran perdetik dinyatakan dalam Hertz. Bunyi (suara) yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai frekuensi antara 20-18000 Hertz. Bunyi yang mempunyai frekuensi dibawah 20 Hertz disebut infrasonik sedangkan bunyi yang frekuensinya diatas 18000 Hertz disebut ultrasonik. Intensitas bunyi, dinyatakan dalam db (decibell). dB HL (hearing level) dan dB SL (sensation level) adalah subyektif dan inilah yang biasa digunakan pada audiometer, sedangkan dB SPL (sound pressure level) digunakan apabila ingin mengetahui intensitas bunyi yang sesungguhnya secara fisika (ilmu alam). Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang msih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi tulang (BC). Bila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik AC maupun BC maka didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan derajat ketulian. Nilai nol audiometric (audiometric zero) dalam dB HL dan dB SL, yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi intensitas nol audiometric tidak sama. Telinga manusia paling sensitive terhadap bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang besar nilai nol audiometriknya kira-kira 0,0002 dyne/𝑐𝑚2 . Jadi pada frekuensi 2000 Hz lebih besar dari 0,0002 dyne/𝑐𝑚2 . Standar yang dipakai yaitu standar ISO dan ASA 0 dB ISO = -10dB ASA 10 dB ISO = 0 dB ASA Pada audiogram angka-angka intensitas dalam dB bukan menyatakan kenaikan linear, tetapi merupakan kenaikan logaritmik secara perbandingan. Notasi pada audiogram, digunakan grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa 125-8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis putus-putus (intensitas yang diperiksa 250-4000 Hz). Presbikusis Page 7 Ambang dengar (AD) = 𝐴𝐷 500 𝐻𝑧+𝐴𝐷 1000 𝐻𝑧+𝐴𝐷 2000 𝐻𝑧+𝐴𝐷 4000 𝐻𝑧 4 Derajat ketulian ISO : 0 – 25 dB : normal >25 – 40 dB : tuli ringan >40 – 55 dB : tuli sedang >55 – 70 dB : tuli sedang berat >70 – 90 dB : tuli berat >90 dB : tuli sangat berat Gbr.2 Audiogram normal Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan audiologi khusus, audiometri objektif, pemeriksaan tuli anorganik dan pemeriksaan audiometri anak. Untuk mempelajari audiometri khusus diperlukan pemahaman istilah rekrutmen dan kelelahan. Rekrutmen ialah suatu fenomena, terjadi peningkatan sensitifitas pendengaran yang berlebihan diatas ambang dengar. Keadaan ini khas pada tuli koklea. Pada orang tua bila mendengar suara perlahan, ia tidak dapat mendengar, sedangkan bila mendengar suara keras dirasakannya nyeri di telinga. Kelelahan merupakan adaptasi abnormal, merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea. Saraf pendengaran cepat lelah bila dirangsang terus menerus. Bila diberi istirahat maka akan Presbikusis Page 8 pulih kembali. Fenomena tersebut dapat dilacak pada pasien tuli sensorineural dengan melakukan pemeriksaan khusus, yaitu: 1. Tes SISI (short increment sensitivity index) : tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan koklea, dengan menggunkan fenomena rekrutmen. 2. Tes ABLB (alternate binaural loudness balans test) : memberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada kedua telinga hingga mencapai persepsi sama disebut balans negative. Bila balans tercapai terdapat rkrutmen positif. 3. Tes kelelahan (Tone decay) : terjadinya kelelahan saraf oleh kerena perangsangan terus menerus, tandanya ialah pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa itu. 4. Audiometri tutur (speech audiometri) : untuk menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan sehari-hari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar. 5. Audiometry Bekesy Diagnosis Dengan pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram, mobilitasnya berkurang. Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis jenis sensorik dan neural (gbr.3) Gbr.3 audiometri presbikusis sensorik dan presbikusis neural. Presbikusis Page 9 Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbikusis tehap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah (gbr.4) Gbr.4 presbikusis metabolik dan presbikusis mekanik Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear. Penatalaksanaan Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (gbr.5). Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (auditory training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist). Presbikusis Page 10 Gbr. 5 Hearing aid Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting dalam penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat memanfaatkan sisa pendengaran semaksimal mungkin. Fungsi utama nya adalah untuk memperkuat(amplifikasi) bunyi sekitar sehingga dapat : 1. 2. 3. 4. 5. Mendengar percakapan untuk berkomunikasi Mengatur nada dan volume suara nya sendiri Mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya Mengetahui kejadian sekelilingnya Mengenal lingkungan Yang terpenting adalah bunyi untuk berkomunikasi antar manusia sehingga alat ini harus dapat menyaring dan memperjelas suara percakapan manusia yang berkisar antara 30-60 dB pada frekuensi 500-2000 Hz. Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifiyer (pengeras suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga/ear mold (menyumbat liang telinga dan pengeras suara ke telinga tengah). Jenis alat bantu dengar adalah model saku, model belakang telinga (behind the ear=BTE), model dalam telinga (in the ear=ITE), model liang telinga (in the canal=ITC), model dalam liang telinga seluruhnya (Gbr.6) Presbikusis Page 11 Gbr. 6 Jenis alat bantu dengar Presbikusis Page 12