perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher (THT-KL) RSUD dr. Moewardi Surakarta untuk dilakukan pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni dengan timpanometri. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2013 sampai dengan Oktober 2013. Jenis penelitian dengan desain observational analitik dengan metode cross sectional untuk menganalisis hipertensi stage I-II dengan kejadian presbikusis yang dilakukan di RSUD dr.Moewardi Surakarta. Pada kelompok umur < 65 tahun presbikusis (+) sebanyak 1 orang (1,7%) dan presbikusis(-) sebesar 13 orang (21,7%), se presbikusis(+) sebesar 21 orang (35%) dan presbikusis(-) sebesar 25 orang (41,7%). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok secara keseluruhan mempunyai kejadian presbikusis(+) sebesar 22 orang (36,70%), dan hubungan antara kelompok umur dengan kejadian presbikusis bermakna secara statistik, tahun mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 10,92 kali (OR = 10,92; CI 95%=1,31-90,52; p = 0,021 ). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 Pada penelitian Marchiori et al, (2002) melakukan penelitian tentang frekuensi dan profil audiometri pada pasien hipertensi, terdapat 552 pasien yang dilakukan penilaian audiometri. Dari 552 pasien , 137 berasal dari pasien dengan hipertensi arteri dari kedua jenis kelamin, dengan usia bervariasi antara 64 sampai dengan 84 tahun (88,32%). Menurut penelitian Rey et al, (2002) pada 59 pasien dengan usia rata-rata 75 tahun dan terdapat penurunan pendengaran yang signifikan dengan hipertensi. Pada kelompok jenis kelamin perempuan presbikusis(+) sebanyak 7 orang (11,7%) dan presbikusis(-) sebesar 13 orang (21,7%), sedangkan kelompok laki-laki yang presbikusis(+) sebesar 15 orang (25%) dan yang presbikusis(-) sebesar 25 orang (41,7%) . Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kelompok secara keseluruhan mempunyai kejadian presbikusis(+) sebesar 22 orang (36,6%), dan hubungan antara kelompok jenis kelamin dengan kejadian presbikusis tidak bermakna secara statistik, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 1,11 kali ( OR = 1,11; CI 95%=0,36-3,41; p = 1,0). Menurut penelitian Fernanda (2009) hubungan presbikusis dengan jenis kelamin , tidak ada perbedaan signifikan secara statistik. Didapatkan kejadian presbikusis pada laki-laki sebanyak 191 orang dan perempuan sebanyak 201 orang. Penelitian di Qatar mengatakan frekuensi laki-laki lebih banyak 52,6% dibanding perempuan 49,5%. Berdasarkan penelitian di South Carolina USA, ditemukan frekuensi laki-laki 52,1% lebih banyak dari perempuan 48,4%. Hasil ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, laki-laki mempunyai frekuensi lebih banyak daripada perempuan mengingat bahwa riwayat bising dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis yang dihubungkan bahwa laki-laki lebih banyak bekerja dan mendapat paparan suara bising baik didalam maupun diluar dilingkungan kerja (Lee et al.,2005; Mondeli dan Lopez.,2009). Johnson (1998) menuliskan bahwa pada usia 70 tahun, kurang pendengaran belum begitu terasa sedangkan pada usia old kurang pendengaran lebih nyata. Hasil penelitian Johnson menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada penurunan nilai ambang dengar subyek berusia 75 tahun dibanding subyek berusia 70 tahun.Sesuai dengan teori bahwa dengan bertambahnya usia maka kemungkinan terjadinya degenerasi semakin tinggi termasuk pada organ pendengaran sehingga fungsinya akan menurun. Menurut penelitian Gates (2003) membenarkan bahwa gangguan pendengaran sensorineural yang terjadi dengan penuaan berhubungan dengan insufisiensi mikrosirkulasi yang terjadi akibat oklusi pembuluh darah yang disebabkan oleh emboli, perdarahan atau vasospasme, dan ini terjadi karena sindrom hiperviskositas atau mikroangiopati yang disebabkan oleh diabetes atau hipertensi, dan yang terakhir bisa, melalui mekanisme histopatologis menyebabkan gangguan pendengaran sensori neural. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 Pada kelompok pasien lama sakit < 5 tahun presbikusis(+) sebanyak 5 orang (8,3%) dan presbikusis(-) sebesar 20 orang (33,3%), sedangkan kelompok pasien ng presbikusis(+) sebesar 21 orang (35%) dan yang presbikusis(-) sebesar 14 orang (23,3%). Tabel 4.3 menunjukkan bahwa lama sakit secara keseluruhan mempunyai kejadian presbikusis sebesar 26 orang (43,4%), dan hubungan antara lama sakit dengan kejadian presbikusis bermakna secara statistik, mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 6,0 kali (OR = 6,0; CI 95%=1,8219,73; p = 0,002). Hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronik (dalam jangka waktu lama). Suatu penelitian longitudinal di Baltimora mengenai insiden penurunan pendengaran akibat faktor risiko yang dievaluasi selama 5 tahun kedepan terdapat penurunan sebesar 5 dB pada frekuensi bicara. Mengingat bahwa presbikusis merupakan kelainan kurang pendengaran yang berjalan progresif lambat, sehingga disini pembagian lama waktu sakit hipertensi dengan batasan > 5 tahun. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, berdasarkan uji Chi square menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p>0,05 (Bluestones, 2009). Menurut penelitian Machiori (2003) pada 223 pasien hipertensi dengan usia 60-84 tahun mengalami penurunan pendengaran sebanyak 43,6% terjadi sensori neural hearing loss derajat sedang. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 Hasil uji Chi Square pada kejadian presbiskusis dengan hipertensi pada tabel 4.4 didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik, dimana kelompok hipertensi stage II akan meningkatkan risiko kejadian presbikusis sebesar 5,2 kali dari pada hipertensi stage I (OR = 5,2 ; CI 95%=1,698-15,921; p = 0,003). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tuli yang bersifat sensori neural menghasilkan ketidakmampuan sirkulasi pembuluh darah kecil sehingga menyebabkan emboli, perdarahan dan vasospasme,beberapa dapat disebabkan oleh kejadian hipertensi, hiperviskositas, atau sindrom mikroangiopati, dengan pencegahan hipertensi seperti beberapa faktor risiko yang harus dihindari sehingga mengurangi kejadian penurunan pendengaran (Acta, 2006). Tabel 4.5 hasil analisis regresi logistik multivariat, usia berpengaruh signifikan terhadap kejadian presbikusis kejadian presbikusis sebesar 12.2 kali ( OR = 12,2; CI= 1,18-125,95; p = 0,036). Lama sakit berpengaruh signifikan terhadap kejadian presbikusis, semakin lama sakit mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 5,55 kali (OR=5,55; CI 95%=1,3822,32; p=0,016). dan hipertensi bermakna secara statistik terhadap presbikusis (OR=6,7; CI 95%=1,35-32,66; p=0,019). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 Hubungan antara hipertensi dengan penurunan pendengaran pada populasi dewasa memberikan motivasi untuk melakukan penelitian melalui riwayat penyakit yang kronik dapat disebabkan karena masalah faktor genetik, gaya hidup, lingkungan dan usia berawal dari masalah kesehatan masing-masing individu terjadi setelah usia 65 tahun keatas, hal ini mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi untuk kesehatan individu dan digunakan untuk mempertahankan kondisi fisik dan fungsi dari mental dengan perhatian khusus pada sistem penyakit terutama hipertensi (Teixeira, et al, 2008). A. Keterbatasan Penelitian Dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penggunaan obat-obatan hipertensi serta dosis penggunaan yang dapat menyebabkan kejadian presbikusis serta faktorfaktor yang lain seperti faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian presbikusis, namun pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan genetik selain itu aspek lingkungan sehari-hari atau riwayat pekerjaan dapat berperan terhadap kejadian presbikusis namun pada penelitian ini tidak dilakukan analisis.