Modul Intervensi Sosial [TM15]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Intervensi
Sosial
Review Materi Sebelumnya
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
15
Kode MK
61071
Abstract
Review materi
2015
15
Intervensi Sosial
Yulia Fitriani, S.Psi.,M.A.
Disusun Oleh
Yulia Fitriani, S.Psi., M.A.
Kompetensi
Mahasiswa mereview materi
kuliah
yang
sudah
disampaikan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penganta
Intervensi sosial tidak dilakukan di klinik-klinik seperti pada intervensi klinis secara
individual pada umumnya, tetapi lebih banyak dilakukan di lapangan atau lingkungan dan
organisasi sosial tertentu seperti organisasi kemasyarakatan (PKK, karangtaruna, agama
dll). Fokus intervensi sosial tidak pada gangguan didalam diri individu yang terganggu dan
tidak menyalahkan faktor lingkungan akan tetapi lebih fokus pada interaksi antar orang
dengan lingkungan, mengidentifikasi peran lingkungan sosial yang dapat menciptakan atau
mengurangi masalah individu, memusatkan pemberdayaan individu dan kelompok individu,
untuk lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
Peran dari psikolog klinis atau psikolog sosial :
1. Pendampingan pertumbuhan individu, keluarga, dan kelompok yang bertujuan
mencegah masalah sosial dan kesehatan mental sebelum terjadi masalah dalam
sosial
2. Memberikan intervensi langsung secara tepat yang masyarakat butuhkan untuk
menyelesaikan masalah
3. Membantu individu yang diberi label “menyimpang” dari lingkungan sosial agar dapat
hidup sebagai individu yang bermartabat, diterima dilingkungan sosial
Berbagai hal yang dapat dilakukan oleh seorang psikolog dalam memberikan intervensi
sosial:
1. Membantu
membuat
dan
mengevaluasi
program
yang
dapat
membantu
penyelesaian masalah di masyarakat dan lingkungan organisasi
2. Memahami kebutuhan masyarakat dan mengajarkan untuk memahami dan
mengenali masalah yang ada didalam masyarakat sebelum masalah tersebut
menjadi kompleks.
3. Melaksanakan dan mengevaluasi bentuk intervensi yang tepat pada masyarakat.
. Dilihat dari tujuannya, intervensi sosial terbagi menjadi dua fokus pendekatan, yaitu :
1. Pencegahan
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pencegahan bertujuan untuk memudahkan perawatan terhadap gangguan psikologis
yang terjadi dalam masyarakat
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah gangguan yang
lebih serius.
Pekerja Sosial
Di Indonesia pekerja sosial masih orang mengenal pekerja sosial sebagai bidang
keahlian bagi masyarakat Indonesia, sedangkan pemahaman tentang maksud dari pekerja
sosial masih belum diketahui secara tepat dan detail. Ada anggapan bahwa pekerja sosial
yang profesional bisa dilaksanakan oleh siapa saja tanpa perlu memasuki pendidikan secara
khusus. Padahal seorang pekerja sosial dapat dikatakan profesional apabila telah mengikuti
jenjang pendidikan formal tersebut.
Menurut International Federation of Social Worker (IFSW) pekerja sosial adalah : the
social work profession promotes problem solving in human relationships, social change,
empowerment and liberation of people, and the enhancement of society. Utilizing theorities
of human behavior and social system, social work intervenes at the point where people
interact with their environtment. Principles of human right and social justice are fundamental
to social work. (Tan and Envall dalam Abdurroup)
Menurut Suharti dalam Abdurroup, profesi pekerja sosial mendorong pemecahan
masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayaan,
dan pembebasan manusia serta perbaikan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku
manusia dan sistem-sistem sosial, pekerja sosial melakukan intervensi pada titik (atau
situasi) dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia
dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial.
Praktek pekerja sosial dapat membantu terwujudnya suatu usaha kesejahteraan
sosial. Praktek pekerjaan sosial tersebut dilandasi oleh tiga komponen penting yang menjadi
bagian dari landasan praktek pekerja sosial, yaitu :
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
3. Sikap
Untuk lebih mengenal intervensi sosial, alangkah baiknya kita terlebih dahulu
memahami bentuk-bentuk intervensi yang sudah baku di dunia psikologi. Jika kita terjun di
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masyarakat atau lingkungan sosial lainnya, ketika kita menghadapi sebuah permasalahan
sosial dan dituntut untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada, kita dituntut
dapat mengaplikasikan ilmu sesuai dengan disiplin ilmu yang kita pelajari di psikologi. Oleh
karena itu, perlu kita pahami bersama bentuk-bentuk intervensi apa saja yang biasa
diberikan kepada klien atau intervensi yang sudah baku di psikologi.
Model-model konseling dan psikoterapi kontemporer menurut Corey,G (2013).
1. Terapi Psikoanalitik
Figur utama: Freud, Figur-figur lain: Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney,
Erikson. Secara historis merupakan sistem psikoterapi pertama. Psikoanalisis adalah
suatu teori kepribadian, sistem filsafat, dan metode psikoterapi.
2. Terapi Eksistensial Humanistik
Figur-figur utama: May, maslow, Frankl, Jourard. “kekuatan ketiga” dalam
psikologi ini dikembangkan sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme
yang dianggap tidak berlaku adil dalam mempelajari manusia
3. Terapi Client-Centered.
Pendiri:
Carl
Rogers.
dikembangkan
pada
tahun
Semula
1940an,
adalah
sebagai
pendekatan
reaksi
nondirektif
melawan
yang
pendekatan
psikoanalitik. Berdasarkan pada pandangan subjektif atas pengalaman manusia,
terapi client-centered menaruh kepercayaan dan meminta tanggubg jawab yang
lebih besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan.
Pendekatan client centered
difokuskan pada tanggung jawab dan
kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih
penuh. Klien sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, klien adalah
orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.
4. Terapi Gestalt.
Pendiri: Fritz Perls. Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang
menekankan kesadaran dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi
analitik, serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan.
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul
tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.
Selama
fase
perkembangan,
individu
mengalami
masalah-masalah
dalam
perkembangannya, oleh karena itu individu mencari solusi atas masalahnya, dan
adakalanya individu mengalami jalan buntu dalam penyelesaian masalahnya. Terapi
menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu
memperoleh pengetahuan dan kesadaran untuk melangkah maju menghadapi
masalahnya.
5. Analisis Transaksional
Pendiri: Eric Berne. Suatu model terapi kontemporer yang cenderung ke arah
aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang
dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan
sekarang.
Tujuan dasar terapi ini adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan
baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya.
6. Terapi Tingkah laku
Tokoh utama: Wolpe, eysenck, Lazarus, Salter. Suatu model terapi yang
merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar pada penyelesaian gangguangangguan tingkah laku yang spesifik. Hasil-hasilnya merupakan merupakan bahan
dari eksperimentasi lebih lanjut. Terapi tingkah laku secara sinambung berada dalam
proses penyempurnaan.
7. Terapi Rasional-Emotif
Pendiri: Albert Ellis. Suatu model terapi yang sangat didaktik, berorientasi
kognitif
tindakan,
serta
menekankan
peran
pemikiran
dan
sistem-sistem
kepercayaan sebagai akar masalah-masalah pribadi.
8. Terapi Realitas
Pendiri: William Glasser. Suatu model terapi yang dikembangkan sebagai
reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek
yang berokus pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi, dan pada
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dasarnya merupakan jalan di mana para klien bisa belajar tingkah laku yang lebih
realistik dan karenanya, bisa mencapai keberhasilan.
Komunikasi
Kemampuan komunikasi ini sangat penting sekali dalam proses intervensi dari awal sampai
akhir. Komunikasi difungsikan sebagai sarana dan juga proses dalam memberikan informasi
dan pengetahuan. Bentuk-bentuk komunikasi itu sendiri adalah:
1. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri inividu itu sendiri,
komunikasi ini berupa pengolahan informasi melalui panca indra dan sistem syaraf
pada individu.
Contoh komunikasi intrapersonal adalah: evaluasi diri, berpikir, merenung,
menuliskan atau menggambar apa yang sedang dirasakan
2. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar individu atau atau komunikasi
yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain.
Bentuk komunikasi ini terdiri dari:

Lisan : pidato,diskusi,tanya jawab lisan

Tulisan: memo, email

Non verbal : gerakan tubuh
3. Komunikasi dalam kelompok
Komunikasi dalam kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung dalam
satu kelompok atau lebih dari dua orang
Misalnya: diskusi kelompok, rapat,
4. Komunikasi antar kelompok
Komunikasi antar kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung antara
kelompok satu dengan kelompok lain
Contoh: diskusi antara tim terapis dengan kelompok masyarakat
5. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berlangsung dalam organisasi.
Komunikasi ini erat kaitannya dengan jaringan komunikasi.
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Intervensi sosial pada kelompok dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Pemahaman akan masalah sosial yang terjadi ( asesmen sosial)
2. Pemahaman terhadap kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh
individu atau kelompok terhadap masalah yang terjadi (coping mechanism)
3. Menentukan intervensi yang tepat
Dialog Intrapersonal
Dialog dapat menjadi sarana menentukan pilihan hidup bagi seorang individu. Dialog
intrapersonal yang lancar dan adaptif dapat membantu diri menghadapi konflik internal
dalam dirinya.
Dialog Antarpersonal
Proses dialog yang terjadi antara satu individu dengan individu lain dapat
menghasilkan manfaat penguatan atau dukungan emosional, seperti pada proses kelompok
pendukung atau dalam dunia psikologi dikenal sebagai support group.
Dialog Antar kelompok
Proses dialog antarkelompok ditujukan untuk mendukung kesehatan mental pada
masyarakat. Dialog antarkelompok ini dapat dilakukan untuk memulihkan psikososial pasca
bencana. Contoh penerapan dialog antarkelompok sudah dijelaskan pada awal-awal
pertemuan, yaitu setelah terjadi bencana alam gempa bumi di Yogyakarta pada tahun 2006.
Bantuan berupa fisik maupun non fisik yang berdatangan, tidak hanya memberikan manfaat
tetapi juga berpotensi menimbulkan permasalahan pada kehidupan masyarakat. Pembagian
bantuan yang dirasa tidak adil menimbulkan berbagai prasangka pada masyarakat dan
meretakkan keharmonisan ehidupan masyarakat. Sebelum dilakukan sosiodrama sebagai
intervensi pascabencana, terlebih dahulu dilakukan dialog antar masyarakat dan peneliti.
Dialog bertujuan untuk memfasilitasi warga agar dapat bercermin dan berefleksi diri
sehingga kehidupan masyarakat secara psikososial dapat lebih sejahtera, termasuk
munculnya resolusi konflik
Griffiths dalam Wals (2010) Fokus dari psikoedukasi adalah :
a. Mendidik partisipan mengenai tantangan dalam hidup
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan
sosial dalam menghadapi tantangan hidup
c. Mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan hidup
d. Mengembangkan dukungan emosional
e. Mengurangi sense of stigma dari partisipan
f.
Mengubah sikap dan belief dari partisipan terhadap suatu gangguan (disorder)
g. Mengidentifikasi dan mengeksplorasi perasaan terhadap suatu isu
h. Mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah
i.
Mengembangkan keterampilan crisis-intervention
Sedangkan menurut Nelson-Jones dalam Supratikna, 2011 psikoedukasi memiliki enam
makna, yaitu:
1. Melatih orang mempelajari life skills
2. Pendekatan akademik atau eksperiensial dalam mengajarkan psikologi
3. Pendidikan humanistik
4. Melatih tenaga paraprofessional di bidang keterampilan konseling
5. Serangkaian kegiatan pelayanan kepada masyarakat
6. Memberikan pendidikan tentang psikologi kepada publik
Pengembangan lokalitas dan pembangunak komunitas merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan oleh pekerja sosial dalam revitalisasi kondisi masyarakat.
Metode ini pada dasarnya merupakan strategi dalam perubahan sosial yang direncanakan
secara profesional untuk mengatasi masalah atai memenuhi kebutuhan di masyarakat,
meskipun terkadang juga didasari oleh masalah atau kebutuhan individu atau kelompok.
Selain dalam masyarakat sosial, pengembangan masyarakat juga dapat diterapkan
dalam bidang industri. Dalam setting industri sering kali disebut dengan corporate social
responsibility. Pekerja sosial dalam industri memiliki peran ganda, yaitu peran secara
internal dan peran secara eksternal. Peran secara internal pekerja sosial menangani
masalah yang berkaitan dengan masalah psikososial yang dialamai oleh para karyawan,
secara eksternal pekerja sosial menangani masalah yang berkaitan dengan peningkatan
kualitas hidup masyarakat di sekitar lokasi perusahaan, seperti:

Pelayanan kesehatan

Pemberian beasiswa

Penyediaan perumahan

Layanan kesehatan
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Dukungan kegiatan sosial
Menurut Netting, Kettner, dan McMurtry dalam Suharto (2006) ada tiga tugas utama
yang perlu dilakukan dalam asesmen, yaitu:
1. Mengkaji literatur mengenai kondisi, masalah, kebutuhan atau kesempatan.

Pelajari teori atau hasil penelitian terdahulu untuk memahami kondisi,
masalah, kebutuhan atau kesempatan, menemukan kerangka kerja yang
digunakan untuk menganalisis hal tersebut.

Kumpulkan data pendukung yang relevan untuk menjelaskan masalah yang
terjadi dan kebutuhan apa saja yang diperlukan.

Lakukan analisis terhadap data tersebut.
2. Mengumpulkan informasi dari informasi kunci yang ada dalam organisasi atau
masyarakat.
3. Tentukan beberapa faktor yang menjelaskan sebab-sebab utama terjadinya masalah
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Corey, G. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa: E. Koswara.
Bandung: PT. Rafika Aditama
Prawitasari, J.E. 2011. Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro dan Makro.
Jakarta: Erlangga.
Prawitasari, J.E. 2012. Psikologi Terapan: Melintas Batas Disiplin Ilmu. Jakarta:
Elangga
Suharto, Edi (2006). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan. Bandung: Refika Aditama
Wals, Joseph. 2010. Psychoeducation In Mental Health. Chicago: Lyceum Books, Inc
Intervensi Sosial
2015
15
Yulia Fitriani,S.Psi., M.A.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download