BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional.Menurut Hasibuan (2007), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien serta membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.Menurut Dessler (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian. Berdasarkan beberapa definisi diatas, Manajemen Sumber Daya Manusia dapat disimpulkan sebagai ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan organisasional. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam MSDM adalah komitmen organisasi. Jika karyawan mempunyai komitmen yang tinggi maka karyawan memiliki kecenderungan untuk mempunyai rasa puas dalam pekerjaan yang tinggi sehingga berdampak positif pada kinerja karyawan. Dari pengertian MSDM yang dikemukakan dapat diambil beberapa paradigm seperti berikut: Manusia memerlukan organisasi dan sebaliknya organisasi memerlukan manusia sebagai alat untuk mencapai tujuan. Potensi psikologis seorang karyawan dalam melaksanakannya bersifat abstrak, sehingga penting bagi pimpinan dalam menggali, membina dan menyalurkan potensi yang dimiliki karyawan dalam rangka meningkatkan produktivitas. 9 10 Memperlakukan karyawan secara manusiawi untuk mendorong partisipasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Perlakuan secara manusiawi berarti karyawan harus dihormati, dihargai dan diperlakukan sesuai hak-hak asasi manusia (HAM) sehingga akan berkembang perasaan ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab demi perusahaan. 2.1.1.1 Peranan Sumber Daya Manusia Tidak disangsikan lagi SDM memiliki peranan yang sangat menentukan hidup dan matinya perusahaan. Apabila SDM dalam perusahaan bermoral baik, disiplin, loyalitas dan produktif maka perusahaan akan dapat hidup dan berkembang dengan baik, sebaliknya apabila SDM bersifat statis, bermoral rendah, senang melakukan kecurangan yang merugikan perusahaan, maka akan dapat membawa kehancuran bagi perusahaan tersebut. Menurut Mujiati dan Utama (2012:7) peranan SDM dapat dibedakan menjadi tiga, yakni sebagai berikut : 1. SDM pengemban misi perusahaan. Semua perusahaan memiliki visi dan misi, sasaran dan tujuan. Visi dan misi tidak akan tercapai tanpa diemban oleh SDM. Masalahnya terletak pada kemampuan SDM untuk mengemban misi tersebut dengan baik. 2. SDM sebagai pimpinan/manajer perusahaan. Pimpinan/manajer dalam perusahaan terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu manajer puncak, manajer menengah dan manajer tingkat bawah. Peranan pimpinan sangat penting dalam mencapai keberhasilan perusahaan, karena pimpinan yang menentukan dan memegang kunci dalam setiap pengambilan keputusan. 3. SDM sebagai pekerja. Peranan pekerja sangat penting bagi perusahaan sehingga semua unsur yang ada didalamnya tidak akan berfungsi tanpa manusia. Semakin tinggi kedudukan seseorang semakin besar peranan dan tanggung 11 jawabnya. Peranan dalam perusahaan akan optimal apabila memiliki kemampuan dan diberikan kesempatan. 2.1.1.3 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Departemen MSDM dibentuk dengan tujuan menyediakan suatu satuan tenaga kerja yang efektif bagi organisasi atau perusahaan. Adapun tujuan departemen MSDM menurut Mujiati dan Utama (2012:22) sebagai berikut: 1. Tujuan Sosial Kemasyarakatan, adalah dimaksudkan agar perusahaan bertanggung jawab secara sosial terhadap kebutuhan dan tantangan dari masyarakat. Perusahaan diharapkan dapat membantu kualitas kehidupan masyarakat dan membantu memecahkan masalah sosial. 2. Tujuan organisasional, adalah sasaran target formal yang dibuat untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya. 3. Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen SDM pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 4. Tujuan fungsional, adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen SDM pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 5. Tujuan pribadi atau individu, adalah tujuan setiap anggota yang terlibat dalam perusahaan atau organisasi yang ingin dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakannya, jika tujuan pribadi dan tujuan perusahaan tidak cocok atau tidak harmonis maka karyawan kemungkinan merasa tidak puas dalam bekerja. 2.1.2 Motivasi Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.Sikap mental 12 karyawan yang pro dan positif terhadap situasikerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”. Menurut Sadali Samsudin (2005:281). Pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan semangat, isnpirasi, dan dorongan.Motivasi kerja menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:141) bahwa : Motivasi kerja adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi kerja menurut Robbin (2006:214) bahwa : Motivasi merupakan proses yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan.Dari pengertian diatas bahwa motivasi kerja merupakan suatu keahlian dalam mengarahkan atau mengendalikan dan menggerakan seseorang untuk melakukan tindakan akan perilaku yang diinginkan berdasarkan sasaran-sasaran yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.2.1 Jenis –jenis motivasi Hasibuan (2008:150), mengemukakan bahwa terdapat dua jenis motivasi yang digunakan antara lain : 1. Motivasi positif Dalam motivasi positif pimpinan memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar, dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat. Insentif yang diberikan kepada karyawan diatas standar dapat berupa uang, fasilitas, barang, dan lain-lain. 2. Motivasi negatif Dalam motivasi negatif, pimpinan memotivasi dengan memberikan hukuman bagi mereka yang bekerja dibawah standar yang ditentukan. Dengan motivasi negative semangat bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu yang panjang dapat berakibat kurang baik. 13 2.1.2.3 Tujuan Motivasi Kerja Menurut S.P Hasibuan (2009:146). Tujuan motivasi adalah : Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Mempertahankan kestabilan karyawan. Meningkatkan kedisiplinan karyawan. Mengefektifkan pengadaan karyawan. Meningkatkan suasana dan hubungan kerja yang baik. Meningkatkan loyalita, Kretifitas, dan partisipasi karyawan. Meningkatkan kesejahteraan karyawan. 2.1.2.4 Teori Motivasi a. Teori kebutuhan Teori hierarki kebutuhan ini dicetuskan oleh Abraham Maslow, ia menghipotesiskan bahwa di dalam diri manusia ada lima jenjang kebutuhan berikut : 1. Psikologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan, seks dan kebutuhan jasmani lainnya. 2. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional 3. Sosial: mencakup kasih saying, rasa memiliki, diterimabaik, dan persahabatan. 4. Penghargaan: Mencakup rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi dan prestasi, dan faktor hormat eksternal misalnya status, pengakuan, dan perhatian. 5. Aktualisasi-diri: dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu, mencakup pertumbuhan, dan pemenuhan diri. b. Teori X dan Y McGrego mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia : Asusmi negative dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y. stelah melakukan penyeledikan tentang perjanjian seorang manajer dan karyawan McGregor merumuskan 14 asumsi-asumsu dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai berikut : Teori X (negatif) merumuskan asumsiseperti: 1. Karyawansebernarnyatidaksukabekerjadanjikaadakesempatan diaakan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja. 2. Karena karyawan tidak menyukai bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. 3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bilamana dimungkinkan. 4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor lain yang dikaitkan dengan kerja dan akan menunjukan sedikit ambisi. Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan alamiah layaknya tempat bermain atau beristirahat, dalam artian berdiskusi atau sekedar teman bicara. 2. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika mereka melakukan komitmen yang sangat objektif. 3. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya melulu dari kalangan top management atau dewan direksi. Padaumumnyakitabisamengatakanbahwapemberianmo tivasipositif akan memberikanpeningkatansemangat,mengurangi keluhandansecaraumum,mengurangi Tetapipeningkatan kesulitan. semangat(moral) 15 sajatidakcukup.Bagaimanapengaruh motivasiberdampakpositifpadaproduktivitas?Apakah karyawan akan bekerjalebih baik apabiladigunakanmotivasidengancaranegatif ataumenakut- nakutidengansanksi hukuman? Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 'ancaman' motivasinegatif,seringkalimenghasilkan lebihbanyak,berupapeningkatan yang produktivitas,dalam jangkapendek.Dengandemikian,hasilnya segeratampakdalam jangka akan waktupendek. Tetapipenggunaanmotivasipositifakanberhasil panjang.Karyawan,dengansemangatyang atau dalamjangka lebihbaik,akan meningkatproduktivitasnya dalam jangka panjang. Jadi, penggunaan motivasi negatif akan meningkatkan produktivitas danmeningkatkan semangatdalamjangkapendek danmotivasi positifakan meningkatkan semangat dan produktivitas dalam jangka panjang. Beberapa orang mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil. Mereka bergulat untuk prestasi pribadi bukannya untuk ganjaran sukses itu semata-mata. Mereka mempunyai hasrat yang telah dilakukan sebelumnya. Dorongan ini adalah kebutuhan akan prestasi. Dari riset mengenai kebutuhan. 2.1.2.4 Dimensi Motivasi menurut Kinlaw dalam Noor 2011 1. Match Karyawan memiliki Suatu tugas yang sejalan dengan minat dan kebutuhan-kebutuhannya, maka karyawan akan lebih semangat dan terdorong untuk menyelesaikan pekerjaanya dan mencapai tujuan yang diinginkan. 2. Return Karyawan menimabang dan menilai ganjaran extrinsik yang akan diperoleh seperti upah, gaji, keselamatan dan lain-lain. Kemudian gajinya dibandingkan dengan biayay yang dikeluarkan selama menyelesaikan tugas, kemungkinan sakit, kejenuhan yang mungkin 16 timbul serta seberapa besar usha untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jika karyawan menilai bahwa keuntungan yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas masih lebih banyak dri apa yang dia keluarkan maka ia terdorong melakukan tugas tersebut. 3. Expectation Karyawan mempertimbangkan sejauh mana lingkungan kerja dalam mempermudahnya dalam menyelesaikan tugas, individu akan melakukan ertimbangan faktor apa saja yang akan memperlancar dan menghambat mreka dalam menyelsaikan tugas 2.1.3 Kesejahteraan kerja Setelah karyawan diterima dan dikembangkan, mereka juga perlu dimotivasi agar mau bekerja pada perusahaan sampai pensiun. Untuk mempertah ankan karyawan ini khususnya karyawan yang berprestasi dan mempunyai yang kontribusi besar terhadap perusahaan maka harus diberikan kesejahteraan atau kompensasi pelengkap. Menurut Hasibuan (2006:185) Program kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap (material dan nonmaterial) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan. Program kesejahteraan karyawan merupakan jenis kompensasi pelengkap di mana hampir semua organisasi memberikannya kepada setiap karyawannya yang pemberiannya tidak didasarkan pada kinerja pegawai. Tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar priduktivitas kerjanya meningkat. Menurut Rivai (2009:775), yakni “kesejahteraan merupakan tunjangan dan proteksi sumber daya manusia yang berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang diterpakan oleh perusahaan kepada pekerja”. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kesejahteraan karyawan adalah uang bantuan atau imbalan yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk selain upah atau gaji langsung. 17 2.1.3.1 Tujuan Pemberian Kesejahteraan Kerja Manurut Hasibuan (2006:187), “Kesejahteraan yang diberikan hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk tercapainya perusahaan, karyawan, dan masyarakat serta tidak melanggar peraturan legal pemerintah”. Tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kesetian dan keterikatan karyawankaryawan kepada perusahaan. 2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta keluarganya. 3. Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas kerja karyawan. 4. Menurunkan tingkat absensi 5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman 6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. 7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan. 8. Mengefektifkan pengadaan karyawan. 9. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia. 10. Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan. 2.1.3.2 Jenis-jenis kesejahteraan Kerja Menurut Hasibuan (2006:187), Jenis-jenis kesejahteran yang diberikan adalah financial dan nonfinansial yang bersifat ekonomis, serta pemberian fasilitas dan pelayanan. Pemberian kesejahteraan perlu diprogram dengan sebaik-baiknya, supaya bermanfaat dalam mendukung tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Program kesejahteraan 18 harus diinformasikan secara terbuka dan jelas, waktu pemberiannya tepat dan sesuai dengan kebutuhan karyawan. Berbagai jenis program kesejahteraan kepada karyawan yang tertera pada tabel dibawah ini adalah : Jenis-jenis kesejahteraan karyawan No Ekonomis Fasilitas Pelayanan 1 Uang Pensiun Tempat Ibadah Kesehatan 2 Uang Makan Kafetaria Mobil Jemputan 3 Uang Transport Olahraga Penitipan Bayi 4 Tujangan Hari Raya Kesenian Bantuan Hukum 5 Bonus Pendidikan/Seminar Penasihat Keuangan 6 Uang Duka Cuti dan Cuti Asuransi / Astek Hamil 7 Pakaian Dinas Koperasi dan Toko 8 Uang Pengobatan Izin Kredit Rumah (Tabel 2.1 : jenis-jenis kesejahteraan karyawan) Sumber: Hasibuan. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2006 2.1.3.3 Dimensi kesejahteraan menurut Snell (2006) 1. Membiarkan karyawan ikut terlibat sebelum tunjangan baru diperkenalkan, pertama-tama harus ditentukan melalui konsultasi dengan karyawan. banyak organisasi membentuk komite yang terdiri dari para manajer dan karyawan untuk mengelola, menafsirkan dan mengawasi kebijakan tunjangan mereka.survei opini juga digunakan untuk memperoleh masukan dari karyawan. Mengadakan pertemuan dengan karyawan untuk berpartisipasi dalam merancang program 19 tunjangan. membantu memastikan bahwa manajemen bergerak ke arah memuaskan keinginan karyawan, 2. Tunjangan untuk tenaga kerja yang beragam untuk melayani tujuan mereka, program kesejahteraan karyawan harus mencerminkan perubahan yang terus terjadi dalam masyarakat . sangat signifikan perubahan dalam keragaman dan gaya hidup tenaga kerja. Organisasi memberikan tipe tunjangan yang berbeda kepada karyawan yang menikah dan belum menikah 3. Menyediakan fleksibilitas untuk mengakomodasi kebutuhan individu karyawan, organisasi banyak menawarkan rencana manfaat yang fleksibel, ini memungkinkan karyawan individu untuk memilih manfaat yang paling cocok dengan kebutuhan khusus mereka. Mereka juga mencegah tunjangan tertentu pada karyawan yang tidak perlu bagi mereka, lebih jauh lagi, perusahaan menyadari bahwa mereka bisa mendapatkan laba atas investasi dengan menyesuaikan manfaat bagi karyawan tahap status kehidupan atau keluarga. Biasanya, karyawan akan disuguhi dasar manfaat inti paket asuransi jiwa dan kesehatan, cuti sakit, liburan. membutuhkan satu set inti manfaat memastikan bahwa karyawan memiliki tingkat minimum cakupan terhadap kesulitan keuangan yang tak terduga. 2.1.4 Semangat Kerja Menurut Nitisemito (2006 : 160), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan lebih giat sehingga dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.Menurut Moekijat (2006 : 130) mendefinisikan semangat kerja sebagai kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama. Pendapat lain mengatakan bahwa semangat kerja merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baikBerdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan Semangat kerja adalah keinginan diri untuk bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang diharapkan. Semangat kerja bisa timbul dari dalam 20 diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Setiap orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan suatu pekerjaan perlu adanya semangat kerja. Tanpa adanya semangat kerja, hasil yang didapat tidak akan baik. 2.1.4.1 Membuat Karyawan Tetap Meiliki Semanagt Kerja Menurut Geisler (2012) ada empat cara yaitu : 1. Kenali kekuatan karyawan Anda Manajer yang baik akan mengetahui kelebihan karyawannya. Berikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dengan kekuatan yang mereka miliki. Hal ini penting untuk membuat mereka memiliki rasa puas ketika berhasil menyelesaikan pekerjaannya. 2. Fleksibel dengan jadwal Memberikan keluwesan kepada waktu kerja ternyata membuat karyawan akan bekerja lebih baik. Meskipun kontrol tetap dijalankan berdasarkan target masing-masing pekerja. 3. Berikan karyawan (sense of purpose) Gaji tinggi bukan kunci utama untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Buatlah karyawan merasa aman dengan masa depan karir mereka. Untuk itu manajer harus mengetahui tujuan karyawan untuk beberapa tahun ke depan, dengan mengenal apa target karir mereka di perusahaan. Dengan begitu, karyawan akan merasa dilibatkan dan dihargai oleh atasannya. 4. Beritahu kemajuan perusahaan Setiap karyawan ingin mengetahui perkembangan perusahaan tempat mereka bekerja. Manajer yang baik akan konsisten untuk menyampaikan apa saja target perusahaan yang telah terpenuhi. Hal itu penting untuk menjaga semangat karyawan saat mereka bekerja. 21 2.1.4.2 Dimensi semangat kerja menurut Diah 2013 dalam purwanto (2005:84) ysitu: 1. Antusiasme Setiap karyawan yang ada dalam suatu perusahaan di tuntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan bekerja keras, karena karena dengan adanya kerja keras, pekerjaan akan bisa diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Menurut setiwan (2012:54) antusiasme adalah perasaan senang luar biasa untuk mencapai sesuatu. 2. Partisipasi (keaktifan dan keikut karyawan dalam mengikuti kegiatan Setiap kegiatan yang dilakukan suatu perushaan sangat ditentukan dlam adanya partisipasi dari semua unsure yang ada dalm perushaan tersebut, dengan adanya partisipasi dari semua karyawan akan mendukut kelancara kegiatan perushaan. Menurut kamus besar bahas Indonesia (2008:124) menjelaskan bahwa “partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan. 3. Inisiatif karyawan Karyawan yang memiliki inisiatif tinggi dalam bekerja sangat berpengaruh kepada pelaksanaan tugas atau pekerjaannya. Menurut Wijaya dalam Berantas (2009:89) Inisiatif pegawai dapat terlihat dari dari kemaun untuk mencari ide-ide baru untuk meyelesaikan masalah. 4. Loyalitas karyawan Pada dasarnya seorang karyawan merupakan aset utama dalam suatu perusahaan yang menjadi perencana dan pelau aktif dari setiap aktivitas perusahaan. Karyawan yang memiliki loyalitas kepada perushaanya akan menaati seluruh peraturan yang ada pada perushaan dan selalu bersedia membantu rekan kerja. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008-834) Loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan, kepatuhan, dan ketaatan seseoang terhadap sesuatu. 2.1.5 Kinerja Karyawan 22 Dessler (2009) berpendapat : Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya.Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.Menurut Tika (2008), kinerja adalah hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakanbahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. 2.1.5.1 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menurut Amstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007), yaitu: 1. Personal Factors Ditentukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen seseorang. 2. Leadership Factors Ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan oleh manajer dan team leader. 3. Team Factors Ditentukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja. 4. System Factors Ditentukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi. 5. Situational Factors 23 Ditentukan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. 2.1.5.2 Dimensi Kinerja Karyawan Menurut Mangkunegara (2009 :75) mengemukakan bahwa indikator kinerja, yaitu : 1. Kualitas Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. 2. Kuantitas Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masingmasing. 3. Pelaksanaan tugas Pelaksanaan Tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan. 4. Tanggung jawab Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan 24 2.1.5.3 Penelitian Terdahulu Untuk melakukan penelitian ini, maka dilakukan penelusuran lebih lanjut dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini adalah penelitian terdahulu. Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu Judul Pengarang Objek Hasil Penelitian Penelitian Pengaruh Rangga Karyawan Pada Penelitian ini menguji motivasi kerja Mahardhika PT. terhadap Djamhur Financial motivasi kerja kinerja Hamid Indonesia Sales terhadap kinerja karyawan Ika Ruhana Office Malang (Survei Karyawan Axa hubungan antara karyawan. Dari Fakultas Ilmu penelitian tersebut Administrasi menggunakan Pada PT. Axa Universitas karyawan Financial responden. Brawijaya 128 sebagai Indonesia Sales Malang Hasil penelitian Office Malang. menunjukkan 2011) Motivasi bahwa kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. AXA Financial Indonesia, ditunjukkan nilai dengan signifikansi t sebesar 0,000 lebih (0,000 < 0,05) dengan 25 koefisien regresi sebesar 0,514. pengaruh Ida kepemimpinan, Gamata Bagus PT JASA Penelitian ini menguji RAHARJA pengaruh antara motivasi kerja Harischandra¹ I (PERSERO) motivasi kerja dan dan Wayan CABANG kesejahteraan terhdap kesejahteraan Mudiartha BALI kinerja karyawan. terhdap kinerja Utama² Dari penelitian karyawan menggunakan (2011) responden ini 95 yang diambil secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara variabel kepemimpinan, motivasi, dan tingkat kesejahteraan terhadap kinerja karyawan dan Pengaruh positif dan signifikan secara 26 parsial antara variabel kepemimpinan, motivasi, dan tingkat kesejahteraan terhadap kinerja karyawan 2.2 Kerangka Pemikiran Motivasi Kerja (X1) Kesejahteraan (X2) Kinerja Karyawan (Y1) Semangat Kerja (X3) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hubungan antara Motivasi kerja,Kesejahteraan,dan Semangat Kerja terhadap kinerja Karyawan. Kerangka pemikiran teoritis diatas menyajikan suatu pengembangan pengaruh dari model variable motivasi kerja, kesejahteraan, dan semangat kerja yang berdampak pada variabel kinerja karyawan. 27 2.2.1 Hipotesis Untuk T-1: Untuk mengetahui pengaruh antara motivasi kerja secara parsialterhadap kinerja karyawan. Hipotesis: Ho: Tidak terdapat pengaruh motivasi kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan. Ha: Terdapat pengaruh motivasi kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan. Untuk T-2: Untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan secara parsial terhadap kinerja karyawan. Hipotesis: Ho: Tidak terdapat pengaruh kesejahteraan secara parsial terhadap kinerja karyawan. Ha: Terdapat pengaruh kesejahteraan secara parsial terhadap kinerja karyawan Untuk T-3: Untuk mengetahui pengaruh semangat kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan. Hipotesis: Ho: Tidak terdapat pengaruh semangat kerjassecara parsial terhadap kinerja karyawan Ha: Terdapat pengaruh semangat kerja secara parsial terhadapkinerja karyawan. Untuk T-4 Untuk mengetahui pengaruh motivasi,kesejahteraan, semangat kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan Hipotesis: Ho: Tidak terdapat pengaruh motivasi,kesejahteraan, semangat kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan Ha: Terdapat pengaruh motivasi,kesejahteraan, semangat kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan 28