BAB II - Widyatama Repository

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen
2.2.1. Pengertian Manajemen
Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses, seni, maupun
ilmu. Dikatakan proses karena dalam manajemen terdapat beberapa tahapan untuk
mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Dikatakan seni karena manajemen merupakan suatu alat atau cara manajer untuk
mencapai tujuan. Dimana penerapan dan penggunaannya tergantung masing-masing
manajer yang mempunyai gaya tersendiri, dalam mencapai tujuan perusahaan yang
sebagioan besar dipengaruhi oleh dan pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena
manajemen dapat dipelajari dan dikaji kebenarannya.
Definisi manajemen menurut Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar,
Pengertian, dan Masalah” (2003:2) menyatakan bahwa:
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.”
Definisi Manajemen menurut Mutiara S. Panggabean (2002:13) menyatakan
bahwa:
“Manajemen dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengendalian,
karena
apa
yang
direncanakan harus dilaksanakan dalam pelaksanaan paling tidak ada
kegiatan untuk mentesuaikan rencana engan struktur organisasi dan gaya
kepemimpinan dan selanjutnya apa yang dilaksanakan perlu dikendalikan
untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan rencana”
Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan
suatu rangkaian proses inti dari manajemen adalah aktivitas yang melibatkan kerjasama
dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
9
2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam setiap organisasi, manusia merupakan salah satu sumber daya yang penting
yang harus dikelola dengan baik guna mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan,
karena perkembangan organisasi bergantung pada kemampuan dan perkembangan
manusia. Jika manusia menjalankan tugasnya dengan baik maka akan baik pula hasil
yang dicapai oleh perusahaan. Semakin besar dan berkembang suatu organisasi maka
akan semakin besar pula peran, tugas, dan tanggung jawab yang dituntut dari manusia.
Karenanya, suatu organisasi dalam hal ini organisasi akan lebih produktif bila mampu
mengolah sumber daya manusianya secara efektif dan efisien, dan perusahaan harus
memberikan perhatian khusus terhadap pengelola sumber daya tersebut agar dapat
memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan. Manajemen sumber daya
manusia merupakan salah satu bidang manajemen yang menitikberatkan aktivitasnya
dalam mengelola manusia sebagai sumber daya.
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi,
karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.
Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran manusia meskipun alat-alat dan teknologi
yang dimiliki perusahaan sangat canggih. Mengatur manusia sangatlah sulit dan
kompleks, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan dan latar
belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi. Oleh karena itu manusia
tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin, modal, atau gedung.
Bidang
ini
berusaha
mengkoordinasikan
para
karyawan
dengan
segala
persoalannya agar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin dan memberikan
sumbangan optimal perusahaan.
Agar pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ini tampak lebih jelas, di
bawah ini dikutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli :
Edwin B. Flippo menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia sebagai
manajemen personalia seperti yang dikutip oleh Hasibuan dalam bukunya “Manajemen
Sumber Daya Manusia” (2001 :11) menyatakan bahwa :
10
“Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan
pengendalian
dari
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan dengan
maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, dan masyarakat.”
Sedangkan menurut Pangabean (2002:15) :
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatankegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan,
pengadaan pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan
kerja guna mencapai tujuan yang ditetapkan”.
Dari definisi-definisi di atas sangatlah jelas bahwa manajemen sumber daya
manusia pada intinya adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia dan bukan pada
sumber daya lainnya. Pengelolaan tersebut mempunyai maksud agar tujuan individu
maupun tujuan organisasi dapat tercapai.
Tujuan utama Manajemen Sumber Daya Manusia adalah untuk meningkatkan
kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi. Hal ini dapat dipahami
bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya, tergantung kepada
manusia-manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh karena itu karyawan tersebut harus
dikelola dengan baik sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan dari
organisasi yang telah ditentukan.
2.2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Disamping menjalankan fungsi manajemen, seorang manajer harus melakukan
pengawasan terhadap orang lain yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan tugas
operasional. Dengan perkataan lain seorang manajer juga mempunyai fungsi manajerial.
Oleh sebab itu secara garis besar manajemen personalia menurut Edwin B. Flippo (
Personal Management 1997, hal 4-7) dikelompokan menjadi beberapa fungsi, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
11
3. Pengarahan (Directing)
4. Pengendalian (Controlling)
Fungsi fungsi operasional mencakup :
1. Pengadaan sumber daya manusia (Recruitment)
Fungsi operasional yang pertama dilakukan manajemen personalia adalah usaha
untuk melakukan pengadaan tenaga kerja yang sesuai dengan jenis dan jumlah yang
diinginkan. Kegiatan pengadaan tenaga kerja ini meliputi penentuan sumber daya
manusia yang dibutuhkan, perekrutan, seleksi, dan penempatan. Penempatan tenaga
kerja harus berkaitan dengan jumlah dan mutu tenaga kerja.
2. Pengembangan (Development)
Manajemen personalia harus melakukan pengembangan keahlian dan keterampilan
para tenaga kerja yang diperolehnya. Pengembangan dilakukan dengan melakukan
pendidikan dan pelatihan kepada tenaga kerja mengenai keahlian dan keterampilan
yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan pekerjaannya.
3. Kompensasi (Compensation)
Fungsi kompensasi adalah untuk memberikan imbalan serta penghargaan yang
memadai dan layak oleh perusahaan atas tenaga dan jasa yang diberikan kepada
karyawan. Kompensasi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dan
karyawan, karena kompensasi berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan untuk
melakukan pekerjaan yang diberikan perusahaan dengan sebaik-baiknya.
4. Integrasi (Integration)
Fungsi integrasi adalah fungsi dimana perusahaan harus melakukan usaha untuk
menyesuaikan antara kepentingan-kepentingan individu dan organisasi.
5. Pemeliharaan (Maintenance)
Perusahaan bertanggung jawab untuk mempertahankan tenaga kerjanya yang
mempunyai kemampuan dan kemauan yang baik dalam melaksanakan tugasnya.
Aktivitas ini dilakukan melalui komunikasi dan perhatian terhadap kondisi fisik,
kesehatan, dan keselamatan kerja.
6. Pemutusan hubungan kerja (Separation)
Fungsi pemutusan hubungan kerja adalah usaha untuk mengembalikan tenaga kerja
yang sudah tidak produktif lagi dalam organisasi. Perusahaan bertanggung jawab
12
untuk melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan oleh peraturan yang berlaku.
2.3. Kompensasi
2.3.1 Pengertian Kompensasi
Pengertian kompensasi selain terdiri atas upah, dapat berupa innatura, fasilitas
perumahan, fasilitas kendaraan, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, pakaian
seragam (tunjangan pakaian), dan sebagainya yang dapat dinilai dengan uang serta
cenderung diberikan secara tetap. Kompensasi menurut Sastrohadiwiryo (2001:181),
didalam bukunya “Manajemen tenaga Kerja Indonesia” adalah:
“Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah
memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah semua bentuk
return atau reward financial, jasa berwujud tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai
bagian sebuah hubungan kerja.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Drs. Malayu S. P. Hasibuan (2002:127), bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kompensasi antara lain:
a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan (permintaan)
maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya, jika pencari kerja lebih sedikit
daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif besar.
b. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik
maka kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan
kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat kompensasi relatif
kecil.
13
c. Serikat Buruh atau Organisasi Perusahaan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya, jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh
maka tingkat kompensasi relatif kecil.
d. Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan
semakin besar. Sebaliknya, kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka
kompensasinya kecil
e. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres
Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres menetapkan besarnya batas
upah atau balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya
pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa bagi
karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan
sewenang-wenang.
f. Biaya Hidup atau Cost of Living
Apabila biaya hidup didaerah itu tinggi maka tingkat kompensasi atau upah
semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah maka
tingkat kompensasi atau upah relatif ketat. Seperti tingkat upah di Jakarta lebih
besar dari di Bandung, karena tingkat biaya hidup di Jakarta lebih besar daripada
di Bandung.
g. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji atau
kompensasi lebih besar. Sebaliknya, karyawan yang menduduiki jabatan yang
lebih rendah akan memperoleh gaji atau kompensasi yang kecil. Hal ini terjadi
karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang besar
harus mendapat gaji atau kompensasi yang lebih besar pula.
h. Pendidikan dan Pengalaman Kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji atau
kompensasi akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilan lebih baik.
Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang
kurang maka tingkat gaji atau kompensasinya kecil.
14
i. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat upah
atau kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full
emplyoment. Sebaliknya, jika kondisi peekonomian kurang maju (depresi) maka
tingkat upah rendah, karena terdapat banyak pengganguran..
j. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko (finansial,
keselamatan) yang besar maka tingkat upah dan balas jasanya juga semakin besar
karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya.
Dari faktor-faktor diatas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi besar atau kecilnya tingkat upah atau kompensasi. Hal ini perlu mendapat
perhatian supaya prinsip pengupahan adil dan layak lebih baik dan kepuasan kerja sama
tercapai.
2.3.3. Jenis-Jenis Kompensasi
Pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu
kompensasi finansial dan kompensasi bukan finansial. Selanjutnya kompensasi finansial
ada yang langsung dan tidak langsung. Sedangkan kompensasi nonfinansial dapat berupa
pekerjaan dan lingkungan kerja.
Menurut Mondy dan Moe yang dikutip oleh Panggabean (2004:77) dalam
bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” bahwa kompensasi keuangan langsung
terdiri dari:
1. Gaji
Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan secara teratur,
seperti tahunan, caturwulan, bulanan, atau mingguan.
2. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada para
pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya
pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap,
15
besarnya upah dapat berubah-ubah. Pada dasarnya, gaji atau upah diberikan untuk
menarik calon pegawai agar mau masuk menjadi karyawan.
3. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena
kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa
uang dapat digunakan untuk mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka
yang produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil kerja.
4. Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)
Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan para karyawan. Contohnya asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan
bantuan perumahaan.
2.4. Program Kesejahteraan Karyawan
2.4.1. Pengertian Program Kesejahteraan Karyawan
Karyawan merupakan unsur yang sangat penting yang berperan aktif didalam
kegiatan organisasi atau perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mempertahankan karyawan adalah dengan melaksanakan program kesejahteraan
kepada seluruh karyawan. Kesejahteraan karyawan mencakup semua jenis penghargaan
berupa uang yang tidak dibayarkan secara langsung kepada karyawan. Penghargaan ini
diberikan kepada semua anggota organisasi atas keanggotaannya dan bukan berdasarkan
hasil kerjanya.
Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas mengenai program kesejahteraan
karyawan, berikut ini diberikan beberapa definisi dari para ahli yaitu:
Pengertian kesejahteraan menurut Andrew F. Sikula (Hasibuan, 2001:185)]
“Indirect compensation are reimbur sements received by employes in form
other than direct wages or salary”
“A benefit would be company program sucg as pension holiday pay, health
severance pay. A service would be things like company car, athletic field,
christmas party,etc”
16
Sedangkan menurut Saydam (200:236) mengemukakan:
“Tunjangan dan pelayanan merupakan tambahan penghasilan yang
diberikan perusahaan telah ikut berpartisipasi dengan baik dalam mencapai
tujuan perusahaan seperti jaminan hari tua, waktu libur, tabungan, mobil
dinas, rekreasi, fasilitas olah raga, dan sebagainya”
Lalu menurut Pangabean (2004:316) mengemukakan:
“Kesejahteraan karyawan yang juga dikenal sebagai benefit mencakup
semua jenis penghargaan berupa uang yang tidak dibayarkan secara
langsung kepada karyawan”
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa program kesejahteraan
karyawan merupakan balas jasa tidak langsung yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan, baik yang dapat dinilai dengan uang ataupun tidak dapat dinilai dengan uang.
Program kesejahteraan tidak berhubungan langsung dengan prestasi kerja, melainkan
biasa diselenggarakan dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman
dan menyenangkan.
2.4.2. Tujuan Program Kesejahteraan Karyawan
Setiap perusahaan mempunyai tujuan-tujuan tertentu dari kesejahteraan karyawan,
hal ini yang penting agar program tersebut dapat memberikan keuntungan baik oleh
perusahaan maupun para karyawannya.
Kesejahteraan yang diberikan hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat serta tidak melanggar
peraturan legal pemerintah.
Menurut Hasibuan (2001:187), tujuan pemberian kesejahteraan antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesetian dan keterikatan karyawan kepada perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas kerja karyawan.
17
4. Menurunkan tingkat absensi dan trnover karyawan.
5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
9. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
manusia Indonesia
10. Mengurangi kecelakan dan kerusakan peralatan perusahaan.
11. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.
Tujuan utama dari adanya program kesejahteraan adalah untuk membuat
karyawan mengabdikan hidupnya pada organisasi dalam jangka panjang.
Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan (2002:269) tunjangan karyawan
dalam program kesejahteraan karyawan akan menghasilkan nilai yang bermacam-macam.
Masa libur yang dibayar dianggap memberikan istirahat mental, dan fisik yang
membangkitkan peningkatan minat dan kegiatan pada pekerjaan. Asuransi jiwa yang
diberikan akan mengurangi rasa kekhwatiran seseorang sehingga ia dapat memusatkan
perhatian pada pekerjaan. Penyediaan kafetaria dapat memberikan nutrisi yang lebih baik
kepada para karyawan, perbaikan gizi akan memberikan kesehatan yang lebih baik
sehingga nantinya diharapkan dapat menekan tingkat absensi serta meningkatkan gairah
kerja.
2.4.3 Jenis-jenis Kesejahteraan Karyawan
Pemberian kesejahteraan perlu diprogram dengan sebaik-baiknya, supaya
bermanfaat dalam mendukung tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Program
kesejahteraan harus berasaskan keadilan dan kelayakan, berpedoman kepada peraturan
legal pemerintah dan didasarkan atas kemampuan perusahaan hal ini penting supaya
kesejahteraan yang pernah diberikan tidak ditiadakan karena akan mengakibatkan
karyawan malas, disiplinnya merosot, kerusakan meningkat, bahkan turnover meningkat.
Jenis kesejahteraan yang akan diberikan harus selektif dan efektif untuk
mendorong terwujudnya tujuan perusahaan, jadi kesejahteraan itu harus dengan hati-hati
dan tidak berdasarkan pada perasaan belaka tapi juga dapat dipertanggungjawabkan.
18
Jenis-jenis kesejahteraan menurut Malayu S. P. Hasibuan (2001:188) dalam
bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia”, yaitu:
a. Jenis kesejahteraan bersifat ekonomis:
-
Uang pensiun
-
Uang makan
-
Uang transpor
-
Uang lebaran/natal
-
Bonus
-
Uang duka kematian
-
Pakaian dinas
-
Uang pengobatan
b. Jenis kesejahteraan bersifat fasilitas:
-
Mushala/mesjid
-
Kafetaria
-
Olahraga
-
Kesenian
-
Pendidikan/seminar
-
Cuti hamil
-
Koperasi dan toko
-
Izin
c. Jenis kesejahteraan bersifat pelayanan:
-
Puskesmas/dokter
-
Jemputan karyawan
-
Penitipan bayi
-
Bantuan hukum
-
Penasihat keuangan
-
Asuransi
-
Kredit rumah
19
Menurut Handoko T. Hani (1996:185), bahwa program-program penyediaan
kompensasi pelengkap (fringe benefit) dapat dikelompokan menjadi empat kategori,
yaitu:
1. Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja (Time-off Benefits)
Periode waktu bilamana karyawan tidak bekerja tetapi tetap dibayar adalah hasil
time-off benefits. Berbagai bentuk waktu tidak bekerja di mana karyawan tetap
menrima pembayaran upah mencakup:
1. Istirahat On-The Job
Banyak bentuk umum time-off benefits dijumpai pada pekerjaan. Ini meliputi
periode istirahat, periode makan, dan periode waktu cuci (membersihkan diri)
atau ganti pakaian. Dengan penyediaan waktu istirahat dalam pelaksanaan
pekerjaan, produktivitas bisa meningkat.
b. Hari-hari Sakit
Absen dari pekerja adalah tidak dapat diperkirakan. Dalam kenyataannya,
hampir semua perusahaan tetap membayar para karyawannya bila mereka
absen karena alasan kesehatan dengan pembatasan maksimum jumlah hari
sakit per tahun.
c. Libur dan Cuti
Perusahaan biasanya mengikuti hari-hari libur resmi dalam memberikan
liburan bagi para karyawannya.
d. Alasan-alasan Lain
Kesempatan tidak masuk kerja sering juga diberikan untuk alasan-alasan lain
yang ditentukan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan personalia perusahaan.
2. Perlindungan Ekonomis Terhadap Bahaya
Bentuk perlindungan terhadap bahaya pertama yang umum di perhatikan
perusahaan adalah asuransi. Benefits tersebut bermaksud untuk menjamin
penghasilan karyawan sebelum dan sesudah pensiun. Di antara bentuk benefits
seperti ini mencakup:
a. Jaminan pembayaran upah dalam jumlah tertentu selama suatu periode.
b. Rencana-rencana pensiun
c. Tunjangan hari tua
20
d. Tunjangan pengobatan, dan
e. Pembentukan koperasi atau yayasan yang mengelola kredit karyawan.
3. Program-program Pelayanan Karyawan
Pelayanan-pelayanan fasilitatif adalah kegiatan –kegiatan yang secara moral harus
dilakukan karyawan sendiri dalam kehidupan sehari-harinya. kegiatan-kegiatan
pelayanan perusahaan dapat berupa:
a. Program-program Rekreasi
Program-program rekreasional bisa dibagi menjadi dua tipe, (1) kegiatankegiatan olahraga dan (2) kegiatan-kegiatan sosial. Manfaat yang diperoleh
dengan adanya rekreasi adalah untuk meningkatkan semangat kerja, selain itu
juga mencakup peningkatkan kesehatan karyawan yang selanjutya secar tidak
langsung diikuti kenaikan produktivitas.
b. Cafetaria
Banyak perusahaan menyediakan cafetaria untuk memberikan pelayanan
makan dan minum bagi karyawan, atau hanya sekedar menyediakan ruang
tempat duduk untuk makan dan minum yang dibawa sendiri oleh para
karyawannya.
c. Perumahan
Beberapa perusahaan memberikan bantuan keuangan , biasa disebut tunjangan
perumahan, kepada para kasryawan untuk membeli atau menyewa rumah.
d. Beasiswa Pendidikan
Beasiswa merupakan fringe benefit yang menguntungkan kedua belah pihak.
Karyawan memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan yang
bermanfaat bagi pengembangan pribadi; organisasi mendapatkan sumberdaya
manusia yang lebih terampil dan terlatih untk melaksanakan pekerjaan.
e. Fasilitas Pembelian
Program ini dapat dibenarkan bila tidak ada toko-toko di luar perusahaan atau
bila hanya ada sedikit toko yang mengambil manfaat situasi monopoli
sehingga harga barang-barang yang dijual mahal.
f. Konseling Finansial dan Legal
21
Karyawan memerlukan bantuan, perusahaan sebaiknya membantu pemecahan
berbagai masalah mereka. Sebagai contoh, bila seorang karyawan menghadapi
kesulitan finansial, dan mungkin bisa dibantu dengan pinjaman dari koperasi
karyawan, yayasan atau dana khusus perusahaan.
g. Aneka Ragam Pelayanan Lain
Banyak perusahaan memberi pakaian kerja secara gratis dimana pekerjaan
adalah kotor dan kasar, atau perusahaan-perusahaan lain membagikan pakaian
seragam untuk mempromosikan identitas perusahaan.
4. Pembayaran Kompensasi Yang diisyaratkan Secara Legal
Peraturan pemerintah mencakup pemberian kompensasi bagi karyawan yang
menderita cacat (dan tidak dapat bekerja lagi) karena kecelakaan di tempat kerja,
pemberian pesangon bagi karyawan yang di putus hubungan kerjanya,
pembayaran asuransi tenaga kerja, dan perawatan kesehatan secara periodik.
Tidak semua bentuk kesejahteraan yang diberikan yang telah di sebutkan
diberikan kepada karyawannya, juga tidak setiap perusahaan memberikan bentuk yang
sama. Hal ini tergantung dari perusahaan tersebut. Kesejahteraan ini memerlukan biaya
yang tidak sedikit, maka penting untuk diperhatikan apakah kesejahteraan yang dilakukan
dapat memberikan manfaat baik bagi karyawan maupun perusahaan.
2.4.4. Prinsip-prisnsip Pelaksanaan Program Kesejahteraan Karyawan
Prinsip pokok program-program keejahteraan karyawan adalah bahwa program
kesejahteraan yang diberikan haruslah memberikan kontribusi kepada organisasi paling
tidak sama dengan biaya yang telah dikeluarkan. Namun disamping pedoman dasar ini,
T. Hani Handoko (2001:184) menyebutkan ada beberapa prinsip lain yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Program kesejahteraan karyawan hendaknya memuaskan kebutuhan nyata.
b. Program kesejahteraan hendaknya sesuai dengan kegiatan-kegiatan dimana
pendekatan kelompok lebih efisien dari pendekatan perseorangan.
c. Program kesejahteraan hendaknya disusun atas dasar cakupan kegunaan seluas
mungkin.
22
d. Ada program komunikasi yang terencana baik dan mempunyai jangkauan luas,
agar program kesejahteraan karyawan bermanfaat bagi perusahaan.
e. Biaya-biaya program kesejahteraan hendaknya dapat dihitung dan dikelola
dengan kebijaksanaan yang baik.
2.5 Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia kepada bawahan atau pengikut.
Daya dorong yang ada dalam diri seseorang, sering disebut motif. Daya dorong di luar
dari seseorang, harus ditimbulkan pemimpin dan agar hal-hal di luar dari seseorang itu
turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai sarana atau alat-alat yang
sesuai dengan orang itu.
Untuk mempermudah pemahaman motivasi kerja, akan dikemukakan pengertian
motiv, motivasi kerja oleh beberapa ahli, yaitu:
Menurut Moekijat (Hasibuan, 2003:95) mengemukakan bahwa:
“Motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat penggerak
alsan-alasan
atau
dorongan-dorongan
dalam
diri
manusia
yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu”
Motivasi didefinisikan oleh Harold Koontz (hasibuan, 2003:95) bahwa:
“Motivation refers to the drive and effort to satisfy a want or goal”
Menurut Moekijat (1995:145) dalam bukunya “Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia”
“Motivasi adalah dorongan seseorang untuk mengambil tindakan karena
orang tersebut ingin melakukan demikian”
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya
motivasi pada diri seseorang akan menunjang suatu perilaku yang diarahkan kepada
tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi merupakan proses untuk mencoba
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.
23
Apabila kita menerima motivasi sebagai suatu pengaruh terhadap tingkah laku
dan apabila kita menerima paham bahwa sebagian besar dari pengaruh ini terhadap
tingkah laku manusia adalah pemenuhan dari pada kebutuhan-kebutuhan dasar maka kita
akan berusaha untuk mengetahui apakah yang terjadi pada kebutuhan-kebutuhan dasar
ini.
2.5.1 Teori-teori Motivasi Kerja
Menurut Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan(2003:103) dalam bukunya
“Organisasi dan Motivasi” mengemukakan bahwa teori motivasi dikelompokan atas
dua bagian, yaitu:
1. Teori Kepuasan (Content Theory) antara lain:
 Teori Hirarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)
Maslow mengungkapkan bahwa terdapat lima kebutuhan didalam diri
manusia, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis
yaitu kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, dan
seksual.
Kebutuhan
ini
merupakan
kebutuhan
yang
paling
mendasar.Dalam hubungan dengan kebutuhan ini pemimpin perlu
memberikan gaji yang layak kepada karyawan.
b. Kebutuhan rasa aman
Yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya dan lingkungan
kerja. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu
memberikan tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan, perumahan,
dan dana pensiun.
c. Kebutuhan sosial
Yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok unit kerja, berafiliasi,
berinteraksi, serta rasa dicintai dan mencintai. Dalam hubungan
dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu menerima eksistensi/
keberadaan karyawan sebagai anggota kelompok kerja, melakukan
interaksi kerja yang baik, dan hubungan kerja yang harmonis.
24
d. Kebutuhan harga diri
Yaitu kebutuhan untuk dihormati, dihargai orang-orang lain. Dalam
hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin tidak boleh sewenangwenang memperlakukan karyawan karena mereka perlu dihormati,
diberi penghargaan terhadap prestasi kerjanya.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Yaitu
kebutuhan
untuk
mengembangkan
diri
dan
potensi,
mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian, kritik, dan berprestasi.
Dalam hubungannya dengan kebutuhan, pemimpin perlu memberikan
kesempatan
pada
karyawan
bawahan
agar
mereka
dapat
mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar di perusahaan
 Teori Dua Faktor (Herzberg’s Two Factor Theory)
Herzberg
menyatakan
bahwa
dalam
melaksanakan
pekerjaannya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:
a. Faktor pertama adalah faktor pemeliharaan atau yang menyehatkan
(hygiene). Faktor ini merupakan unsur kondisi kerja seperti kondisi
kerja yang lebih baik, upah atau gaji, pengawasan yang efektif,dan
lain-lain. Kondisi yang baik dari unsur-unsur tersebut membuat
pekerja merasa puas dalam arti puas tetapi tidak termotivasi. Kondisi
yang lebih buruk akan membuat pekerja tidak puas atau tidak
termotivasi untuk bekerja lebih baik. Jadi apabila gaji atau upah
dinaikan, hal ini hanya membuat pekerja dihindarkan dari rasa
ketidakpuasan.
b. Faktor kedua adalah faktor yang memotivasi atau faktor pendorong
kerja. Faktor ini meliputi prestasi, pengenalan, dan tanggung jawab.
Jika faktor-faktor tersebut memperoleh perhatian dari atasan, bawahan
akan benar-benar termotivasi. Jika faktor ini tidak diperhatikan oleh
atasan, dampaknya tidak akan mempengaruhi kepuasan karyawan
tetapi akan membuat karyawan kurang termotivasi untuk bekerja lebih
baik.
c.
25
 Teori ERG (Alderferd’s Existence, Relatedness, and Growth Theory)
Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang
utama, yaitu:
1. Kebutuhan akan Keberadaan (Existence Needs)
Berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk di dalamnya
Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow
2. Kebutuhan akan Afiliasi (Relatedness Needs)
Menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan juga
bermasyarakat. Kebutuhan ini berkaitan juga dengan Love Needs dan
Esteem Needs dari Maslow.
3. Kebutuhan akan Kemajuan (Growth Needs)
Adalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau
meningkatkan kemampuan pribadinya.
2. Teori Proses (Process Theory)
Teori Motivasi Proses ini , dikenal atas:
 Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori Harapan ini didasarkan atas:
1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan
terjadi karena perilaku
2. Nilai (Valence), adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai
atau martabat tertentu bagi setiap individu bersangkutan.
3. Pertautan (Instrumentality), adalah persepsi dari individu bahwa hasil
tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
 Teori Keadilan (Equity Theory)
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja
seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya.
 Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
26
1. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara
bersyarat.
2. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh negatif dihilangkan secara
bersyarat.
2.5.2 Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Positif (Insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi
positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada
umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
b. Motivasi Negatif (Insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya
dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang
baik (prestasi rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan
dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut di hukum;
tetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh manajer suatu
perusahan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan.
Motivasi positif efektif untuk jangka panjang, sedang motivasi negatif efektif
untuk jangka pendek saja. Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam
menerapkannya.
2.5.3. Metode-metode Motivasi
Metode-metode motivasi yaitu:
 Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi (materiil dan non
materill) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
27
 Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang
diberikan hanya merupaka fasilitas-fasilitas yang mendukung serta
menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan
betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat
bekerja karyawan, sehingga produktivitas kerja meningkat.
Menurut Hasibuan (2003:101-102) proses motivasi dibagi menjadi enam bagian,
yaitu:
a. Tujuan, dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan
organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi ke arah tujuan tersebut.
b. Mengetahui
Kepentingan,
dalam
proses
motivasi
penting
mengetahui
kebutuhan/keinginn karyawan dan tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan
pimpinan dan perusahaan saja.
c. Komunikasi Efektif, dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang
baik dan efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan
diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus ddipenuhinya supaya insentif
itu diperolehnya.
d. Integrasi Tujuan, dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan
perusahaan dan kepentingan karyawan.
e. Fasilitas, manajer dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada
perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
f. Team Work, manajer harus menciptakan team work yang terkoordinasi baik yang
bisa mencapai tujuan perusahaan.
2.5.4. Kendala Motivasi
Menurut Hasibuan (2003;102) dalam bukunya “Organisasi dan Motivasi”
Kendala-kendala motivasi, yaitu:
28
1. Untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat, sulit karena keinginan setiap
individu karyawan tidak sama.
2. Kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif.
3. Manajer sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu karyawan.
4. Manajer sulit memberikan insentif yang adil dan layak.
Jadi dapat disimpulkan, walaupun setiap individu karyawan mempunyai
keinginan yang berbeda-beda, tetapi ada kesamaan dalam kebutuhan (needs)-nya, yaitu
setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan manusia normal
mempunyai harga diri. Jadi setiap manusia/karyawan mengharapkan kompensasi dari
prestasi yang diberikannya serta ingin memperoleh pujian, perlakuan yang baik dari
atasannya.
2.6. Hubungan Program Kesejahteraan dengan Motivasi Kerja
Setiap perusahaan menginginkan agar motivasi kerja karyawannya tinggi, ini erat
hubungannya dengan kebutuhan karyawan baik yang bersifat materill maupun yang
bersifat non materill. Jika kebutuhan ini terpenuhi, maka karyawan akan merasa puas dan
apabila sebaliknya mereka merasa tidak puas.
Menurut Soedarmayanti (1995;25) program kesejahteraan karyawan bukan
hanya penting untuk para pegawai saja, melainkan juga penting bagi organisasi itu
sendiri. Program kesejahteraan merupakan pencerminan upaya organisasi untuk
mempertahankan sumber daya manusia. Bila organisasi tidak mempertahankan
kompensasi bagi pegawainya, maka kemungkinan organisasi termaksud lambat laun akan
kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Sedangkan menurut Stephen Robbins (1998;152) pemberian tunjangan yang
mempertahankan prinsip keadilan akan menciptakan kepuasan kerja karyawan. Keadilan
dalam pemberian imbalan, khususnya tunjangan yang didasarkan pada tuntutan
pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar pengupahan akan menghasilkan
kepuasan.
Menurut Robbins (1998;285) mengatakan bahwa:
29
“Jika kepuasan kerja telah tercapai, maka karyawan akan memunculkan
sikap loyal, mencurahkan usaha, keahlian, pengetahuan, kreatifitas dan
lain-lain”
Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa program
kesejahteraan yang dilaksanakan oleh perusahaan berguna untuk memelihara sikap
karyawan yang positif terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Bila perusahaan telah
dapat melindungi serta memenuhi hak-hak karyawannya, sudah barang tentu motivasi
kerja karyawan akan meningkat sehingga diharapkan kinerja pun meningkat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program kesejahteraan berpengaruh
terhadap motivasi kerja karyawan, sehingga jika program kesejahteraan karyawan dapat
terpenuhi dengan baik maka motivasi kerja karyawan pun akan meningkat.
Download