1 LAPORAN KARYA ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR PENJUMLAHAN BILANGAN DENGAN MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS III DI SD NEGERI KEDUNGMALANG KECAMATAN WONOTUNGGAL KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Karya Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP ) PDGK4501 Program Strata 1 FKIP Universitas Terbuka OLEH: PANJI SATRIO NIM: 821989000 Email : [email protected] 2 ABSTRAK Nur Rochayati NIM. 821989471Peningkatan kemampuan menghitung matematika kompetensi dasar melakukan penjumlahan bilangan dengan media abakus pada siswa kelas III di SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan media abakus dapat memotifasi belajar siswa kelas III SD Negeri Kecamatan Wonotunggal sehingga kemampuan berhitung siswa dapat meningkat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2014 sampai dengan 21 Maret 2014 di SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal semester II tahun ajaran 2013/2014Jumlah seluruh siswa SD Negeri Kedungmalang 234 siswa sedangkan jumlah siswa kelas III yang dijadikan objek penelitian adalah 32 siswa dengan rician 17 orang siswa laki – laki dan 15 siswa perempuan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : penggunaan media abakus dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika dapat dilihat dengan hasil yang selalu meningkat dalam setiap siklusnya yang membuktikan siswa kelas III SD Negeri Kedungmalangdengan media baskus termotifasi belajarnya. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika di keals III ada beberapa langkah – langkah : observasi, prediksi, hipotesis, eksperimen,perolehan dan pemprosesan datadan komunikasi. Kata Kunci : Media Abakus, Kemampuan Hitung Matematika 3 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses untuk mengintegrasikan individu yang sedang mengalami pertumbuhan kedalam kolektifitas di masyarakat. Sebagai usaha sadar, pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka mengisi peranan tertentu dimasyarakat dimasa yang akan datang. Dalam dunia pendidikan ternyata masih banyak kendala yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada bidang studi matematika yang sampai saat ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Tidaklah heran jika nilai siswa pada bidang studi matematika umumnya lebih rendah dibandingkan bidang studi lainnya. Pengajaran matematika di sekolah dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional (menurut kurikulum KTSP 2006) bertujuan antara lain agar siswa memiliki kepandaian dalam menganalisis hasil dari sebuah persoaalan sehingga siswa dapat bekerja secara teoritis. Sehingga dapat memberikan pengertian bahwa pelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga diperlukan strategi atau pendekatan dalam menyampaikan materi metematika yang abstrak tersebut menjadi kongkrit. Berbicara mengenai hasil pendidikan matematika tentu tidak terlepas dari prestasi belajar matematika. Prestasi belajar matematika menggambarkan keberhasilan atau tingkat penguasaan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Untuk lebih meningkatkan prestasi belajar matematika, maka siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dan kreatif dengan cara memberikan kesempatan siswa berfikir secara realistis dalam menanggapi suatu permasalahan matematika yang merupakan bagian penting dan pokok dalam pemecahan masalah matematika. Matematika adalah ilmu yang menelaah bentuk-bentuk atau struktur yang obyeknya bersifat abstrak dengan pola pikir deduktif dan konsisten. Oleh karena itu guru dituntut harus dapat menanamkan konsep pembelajaran secara realistis dan menanamkan penalaran siswa dari permasalahan abtrak kedalam bentuk konkrit agar siswa mampu memecahkan masalah matematika secara matang malalui obyek-obyek kegiatan keseharian siswa. Pemahaman konsep awal sangatlah penting dan menjadi prasyarat mengenai kelanjutan pembelajaran secara lebih luas dan mendalam di kelas atas. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kebenaran dari apa yang dikeluhkan oleh guru dan siswa, bahwa terdapat kesulitan dalam memberikan pemahaman konsep dasar, penyelesaian soal, dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Setelah melakukan wawancara pada guru kelas III SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, Guru kelas mengalami kesulitan dalam memberikan konsep matematika dengan model 4 klasikal/konvensional seperti yang telah dilakukan dalam pembelajaran sehari-hari. Model pembelajaranceramah kurang mampu memfasilitasi belajar siswa secara maksimal apa lagi dengan standar KKM 60.Menurut Solchan TW (2006:17), metode ceramah memiliki kekurangan–kekurangan sebagai berikut: 1. Tidak semua guru dapat berbicara yang menarik dan baik. 2. Dalam metode ini hanya satu indra yang aktif yaitu pendengaran. 3. Kadar CBSA-nyarendah. Berbagai pendekatan pembelajaran kini muncul seiring dengan kebutuhan dan memberikan fasilitasi kepada peserta didik untuk dapat memaksimalkan kemudahan dalam belajar. Setiap guru dan orang tua pasti menginginkanpesertadidikmendapatkanhasilbelajar yang memuaskan. Hal ini tidak terlepas dari pemakaian metode atau pendekatan pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan guru kelas III SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, dan melihat hasil ulangan harian siswa terakhir, menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan hasil belajar dibawah KKM. Berdasarkan observasi siswa di SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang, siswa kelas III mengalami kesulitan dalam memproyeksikan konsep secara abstrak dikarenakan siswa masih menganalisis sebuah pertanyaan secara abstrak pula. Pembelajaran matematika tanpa konsep realistik, akan terasa sangat sulit sedangkan siswa menginginkan kemudahan dalam menanamkan konsep pembelajaran. Guru harus melihat kebutuhan siswa dan menerapkan pemakaian media dalam proses pendekatan realistik sebagai alat bantú belajar. Merealistiskan pembelajaran itu sebenarnya sangat murah, mudah, dan bisa mengambil sampel yang dapat dijumpai di sekitar kehidupan siswa. Media abakus ini terbuat dari satu potong papan, beberapa batang ,kawat ( sesuai kebutuhan ) dan beberapa buah biji ( abakus ). Adapaun fungsi media abakus untuk membantu guru mengajarkan, menjelaskan konsep atau pengertian nilai tempat suatu bilangan ( satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan ) serta operasional penjumlahan dan pengurangan. Sehingga dengan media abakus diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Dari paparan diatas agar siswa mempunyai kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan yang baik sesuai harapan siswa dan guru salah satunya, dalam proses penyampaian pelajaran melalui media abakus. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian tidakan kelas. “ Peningkatan Kemamuan Menghitung Penjumlahan dengan media Abakus pada siswa Kelas III SD ( PTK pada siswa kelas III ) SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Tahun Pelajaran 2013/2014 Dengan berbagai permasalahan dan hambatan yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa di SD Negeri Kedungmalang dalam latar belakang di atas, maka peneliti mengemukakan identifikasi masalah sebagai berikut: 5 1. 2. 3. 4. 5. Matematika yang sampai saat ini dianggap sebagai pelajaran yang sulittanpa konsep pendekatan realistik. Nilai siswa pada bidang studi matematika umumnya lebih rendah dibandingkan bidang studi lainnya. Guru kelas mengalami kesulitan dalam memberikan konsep matematika dengan model klasikal. Teknik pembelajaran ceramah kurang mampu memfasilitasi belajar siswa secara maksimal. Banyaknya siswa yang mendapatkan hasil belajar di bawah KKM. 1. Analisis Masalah Dengan adanya permasalahan tersebut di atas penulis melakukan pertanyaan refleksi, diketahui bahwa penyebab terjadinya masalah adalah: a. Guru belum menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Matematika dan karakter peserta didik. b. Guru dalam menyampaikan pembelajaran tidak menggunakan alat peraga. c. Guru belum menerapkan kerja kelompok tugas-tugas materi yang telah diajarkan d. Guru kurang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran e. Peserta didik kurang tertarik dengan materi yang disampaikan guru. f. Peserta didik jenuh dengan materi yang monoton/ kurang bervariatif. Perumusan Masalah Dengan melakukan refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, bahwa untuk membantu siswa agar hasil pembelajaran baik dan memuaskan, penulis merumuskan perbaikan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan rumusan permasalahan sebagai berikut. “ Bagaimana media abakus dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan berdasarkan permasalahan yang penulis hadapi, tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di sini adalah: 1. Menganalisis dampak perubahan sikap siswa kelas III SD Negeri 02 Kudus terhadap penerapan Pendekatan Kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS. 2. Mendiskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan Pendekatan Kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS. 3. Sebagai syarat wajib mendapatkan gelar SI PGSD Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka. Manfaat Penelitian Setelah penelitian dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis. 6 1. Manfaat Praktis : a. Memberikan masukan bagi guru kelas III untuk memilih dan menggunakan media Abakus untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran matematika. b. Bagi Sekolah/Lembaga, sebagai gambaran media abacus untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. c. Bagi siswa, untuk membantu siswa dalam memberikan daya tarik dengan model belajar baru untuk memudahkan siswa dalam menerima konsep pembelajaran yang sulit dan meningkatkan prestasi belajar matematika. d. Bagi peneliti, untuk menjadi pengalaman yang bermakna dan senantiasa dapat diimplementasikan kepada peserta didik dikemudian hari. e. Bagi Responden, untuk Memberikan masukan dan daya tarik penggunaan media abakus khususnya pendidik untuk meningkatkan kualitas profesi dan hasil belajar matematika siswa. 2. Manfaat Teoritis a. Pengujian manfaat media abakus terhadap prestasi belajar matematika khususnya di SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal pendekatanpembelajaran. c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. Kerangka Dasar Teori Hal yang akan didapatkan dalam rangka mencapai tujuan belajar harus terlepas dari segala permasalahan dan penghambatnya. Seiring dengan kegiatan belajar, perubahan tingkah laku peserta didik juga ikut serta berpengaruh dalam mencapai tujuan belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang ditunjukkan dengan hasil sebuah tes. Dengan hasil belajar tersebut dapat terlihat bahwa setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan, diantaranya adalah cerdas kognitif, afektif, dan psikomotorik. Peserta didik dapat dikatakan mencapai tujuan belajar jika telah menguasai indikator ketercapaian belajar yang telah diberikan. Kegiatan belajar dalam matematika adalah bagaimana siswa mampu memahami dan memproyeksikan materi belajar berdasarkan pemahamannya sendiri. Pemberian konsep dengan mematematisasi struktur abstrak kesebuah bentuk realistik merupakan titik awal dalam penanaman konsep pendekatan matematika realistik. Menggunakan hal-hal riil dan kajian keseharian siswa membantu dalam merealistiskan konsep matematika. Permasalahan yang terjadi di SD Negeri Kedungmalang Kecamatan wonotunggal Kabupaten Batang yaitu siswa mengalami kesulitan dalam merealisasikan materi pada pelajaran Matematika. Pemakaian metode belajar konvensional kurang menunjukkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan dalam pembelajaran matematika, sehingga menjadikan kegiatan belajar mengajar kurang efektif. Kegiatan seperti ini jika dilakukan secara terus menerus tanpa adanya perubahan yang signifikan akan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah karena siswa kesulitan dalam penanaman konsep belajar matematika. 7 Tindakan adalah suatu tingkah atau sikap dari seseorang untuk melakukan suatu perbuatan baik untuk mengekspresikan isi pikiran atau hanya untuk melepasakan tekanan jiwa. Biasanya tindakan diakibatkan oleh pikiran seseorang karena adanya tekanan atau goncangan sehingga seseorang melakukan suatu gerakan atau tingkah yang telah direncanakan. Kelas adalah suatu tempat dimanater dapat sekumpulan alat pembelajaran baik dari meja, kursi, buku, dan lainya guna sebagai mediator penyampaian materi dari guru kesiswa. Sehingga dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan seseorang untuk mencaritahu kelemahan, masalah – masalah yang di hadapi guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang meningkat. Peserta didik adalah suatu kumpulan anak yang berada dalam suatu ruang lingkup lembaga dengan tujuan yang sama untuk meningkatkan sumber daya manusia sehingga manusia tersebut dapat berpikir rasional dan meningkatkan pengetahuan yang diterimanya. Matematika menurut Russeffendi (dalam Heruman, 2008:1) matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil Prinsip Belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar. a. Motivasi Motivasi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi motornya lemah, aktivitas yang terjadipun lemah. Motivasi ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri ketika belajar karena siswa siswa ingin menguasai kemampuan yang terkandung dalam di dalam tujuan pembelajaran. Sedangkan motivasi ekstrinsik muncul dari luar tujuan pelajaran. Memunculkan motivasi intrinsik sangat sulit karena pada umumnya mereka belum menyadari akan pentingnya pelajaran yang dipelajari. Sedangkan memunculkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara: memberi pujian, hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. b. Perhatian Adalah pemusatan energi psikis fikiran dan perasaan terhadap suatu objek.Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan hasilnya akan baik pula. c. Aktivitas Siswa yang aktif adalah siswa yang selalu menanggapi setiap pertanyaan guru. Sehingga dalam kajian yuridis formal, makna pendidikan seperti tersurat dalam UU nomor 2 tahun 1989 tetang system pendidikan nasional yang diungkapkan sebagai berikut “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa mendatang”. W.Swayer dalam The Liang Lie 1993: Matematika adalah penggolongan dan penelaahan tentang semua pola yang mungkin. pola di sini dipakai dalam suatu 8 makna yang amat luas mencakup hampir setiap macam keteraturan yang dapat dikenali oleh pikiran. GD Fitch dalam The Liang Gie 2000:76 Matematika adalah kumpulan teoriteori deduktif hipotesis masing-masing terdiri dari sebuah sistem tertentu dari pengertian –pengertian primitif, tak diterangkan atau simbol-simbol dan patokan piker tak dibuktikan tetapi ajeg bersama-sama akibat mereka yang dapat diturunkan secara logis mengikuti proses deduktif yang tegar tanpa bantuan ilham.Sampai saat ini belum ada kesepakatan bulat tentang apa yang dimaksud tentang matematika. Sasaran pembelajaran matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak dengan cabangcabangnya semakin lama semakin berkembang dan bercampur. Istilah matematika berasal dari bahasa yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya adalah mempelajari, dan juga kata itu ada hubunganya dengan bahasa sansekerta “Medha” atau “ widya” yang artinya “ kepandaian “ (Andi Hakim Nasution, 1980, : 12) Matematika menurut Johnson dan Rissing (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Menurut Brownell bahwa anak-anak pasti memahami apa yang sedang mereka pelajari, jika belajar secara permanen atau terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Menurutnya penggunaan benda-benda kongkrit dapat dimanipulasikan sehingga anak-anak memahami makna dari konsep ketrampilan belajar yang baru. Dalam Kamus Matematika bergambar untuk SD oleh Shamsudin (2007 ;78) dikatakan bahwa :penjumlahan dan pengurangan merupakan suatu oprasi bilangan dimana untuk mengetahui suatu hasil dari suatu proses pengambilan atau penambahan bilangan atau nilai suatu bilangan. Penjumlahan dan pengurangan biasanya dimulai dari satu angka sampai dengan tak terhingga guna muntuk menghitung suatu satuan.Contoh 23-12=....234 -123=...... dan setrusnya. Dalam mencari hasiloperasi bilangan pengurangan dan penjumlahan guru dapat menggunakan cara penjumlahan atau pengurangan bersusun sehingga dalam pengerjaan lebih mudah. Media Abakus Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia ( 2001:1 ) menyatakan media abakus adalah dekak-dekak, sampoa. Abakus atau dekak-dekak adalah salah satu media pembelajaran matematika yang sangat sesuai dalam materi oprasi hitung bilangan baik pengurangan dan penjumlahan. Fungsi Abakus untuk menjelaskan secara rinci cara dan hasil dari oprasi hitung penjumlahan dan pengurangan sehingga siswa lebih jelas mengapa medapatkan hasil yang sesuai karena dapat dibuktkan. Ensiklopedia matematika. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran matematika dengan penerapan metode demonstrasi pada materi pokok Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka.Penelitian ini penulis laksanakan dalam bentuk tindakan kelas. Beberapa langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mengajarkan konsep tersebut adalah sebagai berikut : sebagai langkah awal penulis dalam pelakasanaan perbaikan pembelajaran menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran ( RPP ) yang disesuaikan dengan fokus perbaikan, persiapan lain adalah menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti gambar model gambar Melakukan penjumlahan bilangan, dan meminta bantuan teman sejawat untuk menjadi pengamat dalam proses pembelajaran, 9 menyusun lembar pengamatan sebagai alat pengumpul data. Setelah persiapan penulis pandang cukup, barulah melaksanakan perbaikan pembelajaran dalam kelas. Sesuai dengan rencana yang penulis siapkan, maka langkah penelitian yang dilaksanakan terdiri atas empat kegiatan pada tiap siklus. Tiap siklusnya terdiri dari empat kegiatan utama yaitu : perencanaan (Planing), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasi), refleksi (reflecting). 1. Perencanaan Pembelajaran Dalam tahap perencanaan, peneliti melakukan 4 kegiatan utama, yaitu meneliti kelas untuk menentukan dan merumuskan masalah penelitian, menentukan tindakan yang disusun dalam kegiatan guru dan siswa, membuat RPP, dan membuat lembaran observasi.Perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Perencanaan pembelajaran terdiri dari dua kegiatan utama yaitu pendahuluan dan apersepsi. Pendahuluan berkaitan dengan kegiatan : 1) menyiapkan kelengkapan alat dan bahan untuk belajar dan 2) menyiapkan lembar pengamatan, sedangkan kegiatan apersepsi berkaitan dengan : 1) pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan konsep matematika yang akan diajarkan, dan 2) membahas perencanaan teknis dalam lingkungan belajar. Aspek-aspek tersebut dilakukan guru secara cermat dengan harapan pelaksanaan pembelajaran nanti dapat menghasilan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelengkapan alat dan bahan untuk belajar yang berkaitan dalam pembelajaran matematika, lembar pengamatan berkaitan dengan penilaian terhadap penulis selama pembelajaran yang nantinya akan dipergunakan oleh pengamat sebagai evaluator. Kegiatan selanjutnya berkaitan dengan apersepsi adalah mengilustrasikan gambar Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka dengan menampilkan peraga yang telah dibuatnya untuk dilaksanakan demontrasi. 2. Pelaksanaan Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan pada tahap perencanaan diatas, maka tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas 3 SDN Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan matematika dengan Media Abakus mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswaKegiatan utama merupakan kegiatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Terdapat tiga aspek kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan utama, yaitu 1) perumusan permasalahan, 2) kegiatan dan 3) pengamatan belajar. Perumusan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pembelajaran matematika siswa terlebih dahulu diberi tugas menjawab pertanyaan-petanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai appersepsi. Apersepsi tersebut dilakukan agar siswa siap untuk belajar dan memahami tujuan pembelajaran selanjutnya yang ingin dicapai. Selanjutnya adalah guru melakukan kegiatan pengamatan belajar siswa yang meliputi : 1) pengamatan belajar siswa, 2) mengkomunikasi pesan kepada siswa, seperti menunjukkan gambar bangun luas persegi dan persegi panjang, 3) menginterpretasi pendapat siswa, 4) 10 memberikan penjelasan kepada siswa. Mengkomunikasi pesan berkaitan dengan menugaskan siswa untuk melakukan suatu aktivitas, menginterpretasi berkaitan dengan menafsirkan pendapat yang diajukan siswa, sedangkan memberikan penjelasan berkaitan dengan upaya membantu siswa memecahkan dan memahami suatu permasalahan. 3. 4. Observasi/ Pengamatan Dalam kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan upaya guru untuk membantu siswa memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam belajar yang dapat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain pemecahan masalah berkaitan dengan upaya guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar pada mata pelajaran matematika materi pokok “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka” di kelas III, sehinga kemampuan belajar siswa akan lebih meningkat.haltersebut dapat dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer dari tingkah laku anak dalam proses pembelajaran dan juga dari hasil tes kualitatif. Refleksi Pada hasil observasi ditunjukan bahwa kelemahan dari metode ini adalah anak lebih monoton dan adalam proses pembelajaran anak tidak diikut sertakan secara langsung sehingga anak dianggap sebagai audien yang membuat anak tidak berfikir aktif dan kreatif namun pada metode yang digunakan pada proses pembelajaran pra siklus memiliki kekuatan yaitu anak menjadi lebih sibuk karena tugas – tugas yang diberikan guru yang mengakibatkan tidak ada kegaduhan didalam kelas. Namaun dengan adanya kelebihan seperti disebutkan diatas tidak dapat meningkatkan hasil belajar yang baik maka peneliti menggunakan metode kontekstual sehingga anak didorong untuk mencari namun juga anak harus menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi, sehingga guru disitu hanya sebagai nara sumber dan pembimbing saja. Dengan demikian untuk memperbaiki dari hasil yang kurang memuasakan tersebut dilakukanlah tahap selanjutnya kesiklus I dan II dengan metode kontekstual. Kegiatan ini dilakukan guru dalam rangka meyakinkan bahwa siswa telah mampu menguasai materi yang diajarkan. Kegiatan pemantapan/ akhir dilakukan dengan cara : membuat ringkasan, menjawab pertanyaan dan memberikan tugas. Membuat ringkasan berkaitan dengan meringkas materi pelajaran menjadi materimateri pokok atau khusus yang mudah dipahami oleh siswa.Setelah semua kegiatan selesai sebagai dasar untuk mengetahui kemampuan akhir siswa, maka dilakukan evaluasi sehingga dapat diketahui dampak penggunaan Adapun pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut: a. Teknik Tes Teknik test terdiri dari 12 soal objektif dalam bentuk pilihan ganda 5 soal, isian 5 soal dan jawaban singkat 2 soal. Teknik test ini diberikan kepada siswa setiap mengakhiri siklus pembelajaran, baik siklus I , II dan III pada proses pembelajaran matematika materi pokok Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka. b. Teknik Non Test 11 Teknik non test dilakukan untuk memperoleh data dan informasi melalui proses observasi (pengamatan langsung) tentang proses belajar mengajar yang dilakukan guru dengan siswa. Teknik non test digunakan karena mengkaji hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga mendapatkan hasil pengamatan yang akurat. HASIL PENELITIAN Dari hasil observasi tersebut diatas guru melakukan kajian atau refleksi dimana semua poin observasi sudah dimunculkan sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Dengan keberhasilan proses siklus II mendapatkan hasil yang sangat signitifikankarena dapat dilihat Dari hasil penelitian pra siklusdi atas jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar ada 9 orang (28%) dan di siklus I ini ketuntasan nilai mencapai 16 orang (50%) di siklus II jumlah siswa yang mengalami ketuntasan yaitu 26 siswa (81%) dari nilai ketuntasan minimal 75. Namun dibalik keberhasilan yang dicapai masih ada kegagalan yaitu6 anak yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal dikarenakan ke 6 anak tersebut merupakan berkebutuhan sehingga sulit untuk meningkatkan hasil belajar seperti teman yang lainnya. Meskipun pelaksanaan perbaikan pembelajaran khusus telah dihentikan namun guru tidak berhenti disitu guru tetap mencarikan solusi misalkan dengan memberikan jam tambahan khusus bagi 3siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal. Dari pelaksanaan tindakan perbaikan yang dilakukan penulis di kelas III SD Negeri Kedungmalang Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang diperoleh data yaitu data hasil pembelajaran dan observasi didapatkan aktivitas anak meningkat, data perolehan nilai siswa dari hasil evaluasi belajar sebelum tindakan perbaikan dan setelah dilakukan tindakan perbaikan dalam setiap siklusnya dalam kegiatan pembelajaran konsep matematika materi pokok “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka” Pada penelitian prasiklus guru telah melakukan ferivikasi nilai sehingga menghasilkan data sebagai berikut Pada pra siklus jumlah anak yang mrngalami ketuntasan hanya 9 orang dengan prosentase ketuntasan 28 % dari jumlah siswa keseluruhan 32 orang dengan KKM 75, dan jumlah anak yang mengalami tidak tuntas dalam proses belajar mengajar yaitu 23 siswa dari 32 siswa dengan prosentase 71,9 %. Berikut hasil penelitian dalam bentuk grafik : 12 Grafik 4.2 Observasi Pembelajaran Prasiklus Data rata-rata total siswa pada siklus I telah mengalami perubahan jika dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan perbaikan. Bahkan pada perbaikan siklus I ini siswa masih kurang dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan baik terbukti nilai rata-rata mencapai 75 dari 12 siswa pada mata pelajaran matematika materi pokok Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka. Untuk itulah dalam siklus I ini penampilan mengajar guru cukup sempurna, sehingga kekurangan atau kelemahan dalam pembelajaran perlu ada penekanan lagi. Untuk itu penulis melanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar siklus I 13 Grafik4.4 Observasi Pembelajaran Siklus I Dari hasil grafik diatas dapat kita lihat bahwa pada setiap siklus telah mengalami peningkatanyang sangat pesat sehingga peneliti harus menyiapkan dan mengecek kelengkapan alat dan bahan demontrasi, melakukan percobaan pendahuluan sebelum melaksanakan demontrasi kelas, menyiapkan lembar pengamatan , melakukan review tehadap materi pembelajaran terdahulu yang belum lengkap, mengajukan pertanyaan yang relevan dengan konsep, mengajukan pertanyaan yang membuat siswa untuk berpikir, mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memperhatikan aturan pembelajaran matematika, proses pembelajaran berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan alat dan bahan pembelajaran sesuai dengan konsep, membimbing siswa dalam melakukan demonstrasi, membimbing siswa dalam menarik kesimpulan yang tepat, mengevaluasi hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.. Pada siklus II ini terjadi perubahan secara signifikan pada perolehan nilai rata-rata adalah 75 untuk mata pelajaran matematika, untuk itulah penulis bersama dengan teman sejawat sudah bersepakat untuk melanjutkan pada siklus ke III. Grafik 4.5 KetuntasanBelajarSiklus II 14 Grafik 4.6 Observasi Pembelajaran Siklus II Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa aspek-aspek proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika dilaksanakan guru dengan kategori baik, artinya pengamat memandang bahwa penampilan mengajar guru dapat dikatakan baik berdasarkan aspek-aspek dalam persiapan pembelajaran, kegiatan utama dan pemantapan Pembahasan Antar Siklus Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui tiga siklus, ternyata terdapat perubahan nilai yang sangat mencolok dan daya serap siswa lebih meningkat, serta dibuktikan dengan banyaknya siswa dapat menunjukkan Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga angka, karena penulis dalam pembelajaran matemtika telah memanfaatkan metode kontekstual dan media gambar yang telah dipersiapkan. Pada kenyataannya dalam pemberian tugas secara individu maupun secara klasikal terdapat pula perubahan ke arah yang lebih sempurna. Pada pelaksanaan siklus kedua dan dilanjutkan dengan evaluasi, penulis menganalisa kekurangan-kekurangan pada awal pembelajaran dan siklus pertama ternyata hasil yang diperoleh meningkat. Pada pembelajaran siklus kedua yang dilakukan sebagai kegiatan pemantapan. Ternyata setelah dilaksanakan dan diadakan evaluasi hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Grafik 4.7Ketuntasan Belajar Tiap Siklus 15 Grafik 4.8Kualitas Keaktifan Siswa Tiap Siklus Dilihat dari grafik tampilan diatas ketuntasan hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan dairi 33,3 % ( 4siswa ) pada pra siklus dan disiklus I yaitu peningkatan 50 % dengan jumlah siswa yang tuntas 6 siswa dilanjut pada siklus II ketuntasan mencapai 75 % dengan jumlah siswa tuntas 9 Orang. Jadi berdasarkan perkembangan anak, maka dengan adanya materi yang diulang-ulang akan membuat perubahan tingkah laku pada siswa dalam belajar. Perubahan tingkah laku ini tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan, atau keadaan sesaat seseorang. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Santrok dan Yussen (1992) mengatakan : peningkatan hasil merupakan suatu usaha yang dicapai dengan cara mencari masalah yang menyebabkan dai penurunan hasil satu pembelajaran sehingga dapat dijadikan tolak ukur kenaikan hasil. Sehingga dalam suatu proses peningkatan hasil kerja perlu dukungan dari berbagai pihak yang saling besinergi. SIMPULAN 1. 2. 3. 4. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Dalam proses pembelajaran anak lebih aktif karena anak lebih termotivasi sehingga didapatkan hasil yang signifykan dari setiap proses perbaikan pembelajaran. dalam proses pembelajaran diatas anak dapat bekerjasama dengan teman– temanya satu kelompok sehingga anak mampu memecahkan materi dengan mudah karena masing-masing anak mempunyai kelebihan masing– masing. Pada proses perbaikan pembelajaran dengan materi Melakukan penjumlahan bilangan media abakus sangat cocok dikarenakan pada tahapan – tahapan atau tiap siklus mengalami peningkatan prosentase hasil belajar siswa. Implementasi metode demonstrasi melalui pembelajaran cooperatif learning untuk meningkatakan kemampuan hitung siswa kelas 3 SD Negeri Kedungmalang Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan dari pra siklus nilai rata-rata kelas 58,6 tuntas 28,1%. pada silkus I menjadi 50%pada siklus II rata – rata 79,7 dengan taraf serap ketuntasan 81% .Meskipun ketuntasan belajar belum memenuhi tuntutan kurikulum,tetapi ketuntasan belajar siswa meningkat pada pra siklus28% pada silkus I menjadi 50% pada siklus II menjadi 81%.Naiknya daya serap hingga mencapai ketuntasan daya 16 serap 23 % memberikan bukti bahwa belajar akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya mengetahui.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima,sesuatu yang harus dikontruksikan oleh peserta didik yang sama.. SARAN Dari kesimpulan di atas peneliti memberikan saran kepada para guru terutama para guru Sekolah Dasar sebagai berikut: 1. Guru hendaknya senantiasa melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan teori-teori belajar agar anak didik termotivasi dalam belajarnya dan prestasi peserta didik baik. 2. Guru seharusnya memberikan arahan juga demonstrasi cara penggunaan dalam menghitung menggunakan media abakus sehingga siswa lebih mengerti dan memahami materi. 3. Disarankan kepada peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran tersebut diatasdan mencobanya dijenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4. Guru hendaknya senantiasa menghindari pola pembelajaran konvensional, sebagai pembelajaran dengan pendekatan kontekstual telah terbuktimemotivasi peserta didik untuk belajar lebih aktif serta dapat menemukan informasi dengan baik. 17 DAFTAR PUSTAKA Andrian, 2004, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Artikel (Mei 2005). Andayani dkk, Tim FKIP 2007, Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan) Jakarta: 2009 Universitas Terbuka Baharin Shamsudim 2007, Kamus Matematika Bergambar SD, Jakarta Gramedia Widiasarana Indonesia Depdiknas 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta. BP Cipta Jaya Gatot Mahestyo dkk,. 2008. Pembelajaran Matematika SD: Jakarta Universitas Terbuka. Nurhadi 2003, Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan menengah. Nur Fajariyah dan Defi Tiratnawati 2008, Cerdas Matematika III, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Purwadarminto WJS. 2002, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Suherman, Erman dkk, 2003, Strategi Pembelajaran Matematika kontemporer (Edisi Revisi) Bandung Wardani IGAK. Wihardid Kuswoyo, 2007 : Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : 2008 Universitas Terbuka. Estiningsih,Elly (2001). Menyukseskan Proses Belajar Mengajar Matematika di Sekolah Dasar. Yogyakarta