Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Bandung untuk perencanaan jangka menengah hingga tahun 2018. Tujuan, sasaran dan strategi yang dipaparkan pada bab ini, ditetapkan berdasarkan pertimbangan hasil analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity and Weakness) yang telah dilakukan sebelumnya pada tahap penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung. Secara detail strategi percepatan pembangunan sanitasi persubsektor sanitasi di Kabupaten Bandung dipaparkan pada Subbab 3.1, Subbab 3.2, Subbab 3.3 dan Subbab 3.4. 3.1. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Ditinjau dari segi internal, selama ini Kabupaten Bandung memiliki tiga kelemahan utama dalam pengelolaan air limbah domestik. Kelemahan pertama yaitu terkait teknis dan operasional berupa belum optimalnya pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan air limbah domestik. Beberapa faktor penyebab hal tersebut antara lain akibat belum efektifnya penerapan peraturan daerah mengenai pengelolaan air limbah domestik serta belum optimalnya ketersediaan infrastruktur pendukung. Kelemahan kedua dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bandung yaitu terletak pada sistem kelembagaan. Hingga saat ini belum ada UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) khusus yang mengelola air limbah domestik di Kabupaten Bandung. Pengelolaannya masih bergabung dengan pengelolaan persampahan di bawah UPTD persampahan. Kelemahan ketiga dalam pengelolaan air limbah domestik yaitu dalam hal keuangan, dimana proporsi anggaran yang tersedia masih terbatas jika dibandingkan dengan kebutuhan sarana dan prasarana air limbah. Pada dasarnya jika ditinjau dari segi internal, Kabupaten Bandung juga memiliki beberapa kekuatan (strength). Salah satunya yaitu dalam bidang kelembagaan dimana saat ini telah terbentuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidangi pengelolaan air limbah domestik. Meskipun untuk saat ini UPTD khusus yang membidangi air limbah domestik belum terbentuk, tetapi keberadaan OPD sebagai lembaga utama yang mengorganisir perencanaan dan penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik berpotensi menciptakan kondisi pengelolaan air limbah domestik yang lebih baik dengan syarat peran dan fungsi OPD berjalan secara optimal. Ditinjau dari segi eksternal, Kabupaten Bandung juga memiliki beberapa peluang yang dapat dioptimalkan dalam rangka mendukung pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bandung. Beberapa peluang tersebut antara lain dalam aspek teknis dan operasional, dimana saat ini sebetulnya telah ada program pusat dan donor terkait air limbah domestik yang belum diakses secara maksimal oleh pemerintah daerah, baik itu untuk pengembangan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem on site maupun sistem off site. Peluang 38 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 lainnya yaitu dalam aspek keuangan. Saat ini, sebetulnya peluang pendanaan CSR (Corporate Social Responsibility) yang bersumber dari BUMN dan sektor swasta tergolong banyak, hanya saja belum termanfaatkan dengan baik. Selain dalam hal teknis operasional dan keuangan, peluang Kabupaten Bandung lain dalam pengelolaan air limbah domestik yaitu dalam aspek pelibatan masyarakat/ PMJK (Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan) dan pelibatan sektor swasta. Ketersediaan kader, LSM dan kelompok masyarakat peduli lingkungan yang saat ini telah ada di Kabupaten Bandung merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan air limbah domestik. Meskipun dari segi eksternal, pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bandung cenderung memilki beberapa peluang, tetapi tetap perlu diwaspadai akan adanya tantangan yang saat ini telah teridentifikasi. Beberapa tantangan tersebut antara lain dalam aspek kelembagaan, dimana saat ini peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik masih tergolong rendah dan belum terorganisir dengan baik. Selain dari pada itu, dalam aspek PMJK dan pelibatan sektor swasta perlu dilakukannya penyiapan tenaga teknis di masyarakat untuk melakukan pelatihan dan bimbingan teknis. Meninjau keunggulan dan kelemahan pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Bandung dari segi internal dan segi eksternal di atas, maka untuk pengembangan air limbah domestik Kabupaten Bandung hingga tahun 2018 ditetapkan tujuan berupa tercapainya standar pelayanan minimal untuk pengelolaan air limbah domestik dengan sistem on-site serta meningkatnya cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem off-site. Terkait tujuan tersebut, sasaran yang ditetapkan dalam pengelolaan air limbah domestik hingga tahun 2018 yaitu meningkatnya cakupan pelayanan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem on-site dari 63 % pada tahun 2013 menjadi 75,5 % pada tahun 2018 serta meningkatnya cakupan pelayanan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem off-site dari 0,03 % pada tahun 2013 menjadi 2,5 % pada tahun 2018. Untuk pengelolaan air limbah domestik dengan sistem off-site, target sasaran ditetapkan lebih rendah dari standar pelayanan minimal yang disyaratkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 14 PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bdang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Penetapan target yang berada di bawah standar tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan daerah dalam pendanaan sanitasi sistem off-site. Secara detail, tujuan, sasaran dan strategi pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Bandung ditunjukkan pada tabel 3.1. Tujuan Tercapainya Standar Pelayanan TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Sasaran Strategi Pernyataan Indikator Sasaran Sasaran Meningkatnya Penggunaan septik Meningkatkan penggunaan cakupan layanan tank bersuspek tanki septik bersuspek pengelolaan air aman oleh pengguna 39 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Sasaran Pernyataan Indikator Sasaran Sasaran Minimal untuk limbah domestik septik tank eksisting pengelolaan dengan sistem on- mencapai 100 % air limbah site dari 59.55 % pada tahun 2018 domestik pada tahun 2013 Penggunaan septik dengan menjadi 75,5 % tank individual sistem on-site pada tahun 2018 meningkat sebesar serta 12 % dari jumlah meningkatnya rumah tangga di cakupan Kabupaten Bandung layanan pengelolaan Penggunaan dan air limbah kapasitas IPLT domestik Cibeet optimal dengan hingga mampu sistem offmengolah limbah site. tinja sebesar 25 m3/hari pada tahun 2018 Tujuan Terjadi penambahan 8 unit truk tinja Terbangunnya 31 unit septik tank komunal baru hingga tahun 2018 Meningkatnya Penggunaan dan cakupan layanan kapasitas IPAL pegelolaan air Soreang optimal limbah domestik hingga melayani dengan sistem off- 1000 sambungan site dari 0,03 % rumah pada tahun pada tahun 2013 2015 menjadi 1,5 % pada Terbangun 3 unit tahun 2018 IPAL baru dengan kapasitas masingmasing yang mampu melayani 2000 sambungan rumah di Kabupaten pada tahun 2018 Strategi 40 2013 - 2018 aman oleh rumah tangga Meningkatkan kualitas layanan air limbah sistem on-site komunal bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) perkotaan Revitalisasi Infrastruktur pengelolaan air limbah domestik dengan sistem off-site eksisting Optimalisasi kapasitas Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Peningkatan kuantitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik dengan sistem off-site Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem off-site Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan Mendorong pembiayaan alternatif pengelolaan air limbah domestik melalui mekanisme TJSLP (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan) Meningkatkan efektifitas peraturan daerah dalam mengatur pengelolaan air limbah domestik Mengoptimalkan kelembagaan dan aparatur dalam pengelolaan air limbah domestik Meningkatkan koordinasi antar organisasi perangkat Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 Sasaran Tujuan Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Strategi daerah dalam pengelolaan air limbah domestik Meningkatkan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan mengenai pengelolaan air limbah domestik yang dilakukan secara kontinyu Sumber: Hasil analisis, 2013 3.2. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan Seperti halnya dalam sektor air limbah domestik, sektor persampahan di Kabupaten Bandung memiliki keunggulan dan kelemahan, baik itu ditinjau dari segi internal maupun dari segi eksternal. Berdasarkan hasil analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat), dari segi internal pengelolaan persampahan Kabupaten Bandung memiliki beberapa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Salah satu kekuatan Kabupaten Bandung yaitu adanya political will kepala daerah dalam pengelolaan persampahan. Political will tersebut tercermin dalam program raksa sabilulungan yang dicanangkan oleh Bupati Bandung. Kekuatan lain dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung yaitu sudah tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan sampah meskipun pada kondisi eksisting cakupan pelayanannya belum mencapai 100 %. Kekuatan lain dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung yaitu dalam aspek kelembagaan, dimana saat ini telah tersedia regulasi pengelolaan persampahan berupa perda retribusi dan perda pengelolaan sampah seperti Peraturan Daerah No 21 dan Tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Daerah No 25 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No 21 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Daerah No 15 Tahun 2012 Tentang Perubahan Perda No 21 Tahun 2009, dan Peraturan Daerah No 11 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum. Adapun yang menjadi kelemahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung yaitu belum adanya otoritas penuh dalam pengambilan kebijakan dalam pengelolaan persampahan oleh bidang yang khusus mengelola persampahan dan kebersihan. Kelemahan lain dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung yaitu belum efisiennya ritasi pengangkutan sampah eksisting. Dari segi eksternal, pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung memiliki beberapa peluang dan tantangan. Beberapa peluang yang dimiliki Kabupaten Bandung antara lain keberadaan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan kelompok masyarakat yang aktif dan peduli dalam mengelola persampahan, adanya peluang pendanaan pengelolaan persampahan melalui mekanisme TJSLP (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan), serta adanya peluang pendanaan pengelolaan persampahan dari program dan pendanaan dari pusat dan lembaga donor. Sedangkan tantangan yang dihadapi antara lain masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola persampahan skala rumah tangga 41 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 maupun skala lingkungan serta belum adanya kerjasama khusus antara pemerintah dengan sektor swasta. Selain dari pada itu, masih terbatasnya jangkauan pemasaran hasil pengolahan sampah daur ulangan saat ini masih menjadi tantangan dalam sektor persampahan di Kabupaten Bandung. Meninjau kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung di atas, maka tujuan yang ditetapkan dalam pengelolaan persampahan Kabupaten Bandung hingga tahun 2018 yaitu terwujudnya standar pelayanan minimal untuk pengelolaan persampahan pada tahun 2018. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan sasaran berupa meningkatnya cakupan layanan persampahan perkotaan dengan sistem penanganan tidak langsung dari semula 26,24 % pada tahun 2013 menjadi 28 % pada tahun 2013 atau meningkatknya cakupan layanan persampahan keseluruhan Kabupaten Bandung dari 13, 65 % pada tahun 2013 menjadi 20 % pada tahun 2018. Sasaran lain yang ditetapkan yaitu meningkatnya cakupan layanan persampahan perkotaan dengan sistem penanganan berbasis masyarakat dari 63,36 % pada tahun 2013 mnjadi 65 % pada tahun 2018 atau menngkatnya cakupan pelayanan persampahan keseluruhan Kabupaten Bandung yang berbasis masyarakat dari 0,95 % pada tahun 2013 menjadi 3,5 % pada tahun 2018. Sebagai parameter terhadap kedua sasaran yang telah ditetapkan tersebut, digunakan beberapa indikator strategi pencapaian. Secara detail, tujuan, sasaran, indikator dan strategi pengembangan persampahan di Kabupaten Bandung ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut. TABEL 3.2 TUJUAN, SASARAN, DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN Sasaran Tujuan Pernyataan Sasaran Terwujudnya Standar Pelayanan Minimal untuk pengelolaan persampahan pada tahun 2018 Meningkatnya cakupan layanan persampahan oleh pemerintah dari 13,65 % pada tahun 2013 menjadi 20 % pada tahun 2018. Indikator Sasaran Penggunaan dan kapasitas TPA Babakan optimal hingga dapat menampung dengan kapasitas menampung 1000 m3/hari Terjadi penambahan fasilitas truk sampah sebanyak 20 unit hingga tahun 2018 Optimalnya kapasitas dan penggunaan 46 unit TPST skala RW eksisting Tersedia 108 unit TPST skala RW dengan kapasitas 6 m3 42 Strategi Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan persampahan dengan sistem penanganan tidak langsung Mengoptimalkan kapasitas infrastruktur persampahan (Bak Sampah, TPS, TPA) Meningkatkan cakupan pelayanan TPS dan TPA Meningkatkan cakupan pelayanan infrastruktur Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 Sasaran Tujuan Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran hingga tahun 2018 Tersedia 9 unit TPST skala desa/ kelurahan dengan kapasitas 12 m3 hingga tahun 2018 Tersedia 2 unit TPST skala kecamatan dengan kapasitas 25 m3 pada tahun 2018 Terbangun tambahan 3 unit pool kendaraan pengangkut sampah hingga tahun 2018 Meningkatnya cakupan layanan persampahan dengan sistem penanganan berbasis masyarakat dari (0,95 %) 60,36 % pada tahun 2013 menjadi (3,5 %) 65 % pada tahun 2018 Optimalnya 42 Unit Pengelolaan Sampah berbasis masyarakat eksisting hingga tahun 2018 Terjadi penambahan Unit Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebanyak 31 unit hingga tahun 2018. Tersedia 5000 unit fasilitas tong sampah organik dan anorganik hingga tahun 2018 pada fasilitas - fasilitas pendidikan, fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya Terselenggara 25 kali penyuluhan/ pelatihan/ sosialisasi pemerintah kepada masyarakat di Kabupaten Bandung Terselenggara 20 kali penyuluhan/ pelatihan/ 43 Strategi pendukung penanganan persampahan dengan pola penanganan tidak langsung melalui peningkatan kuantitas infrastruktur persampahan skala desa dan RW dan skala desa/kelurahan Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan praktik pemilahan dan pengelolaan sampah rumah tangga yang berwawasan lingkungan Meningkatkan peranserta sektor swasta dalam pengelolaan persampahan Meningkatkan peran kelembagaan dan aparatur untuk mengajak peranserta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan persampahan Mendorong pendanaan pengelolaan persampahan melalui pola pendanaan alternatif berupa TJSLP Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 Sasaran Tujuan Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran sosialisasi kepada tenaga pendidik/ pengajar sekolah dasar dan menengah di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung yang dilakukan secara berkala setiap triwulan Terselenggara publikasi berkala pada media website, media cetak dan media elektronik lokal mengenai peraturan persampahan dan pengelolaan sampah berbasis 3 R sebanyak 2 kali per tahun Strategi (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan) dari BUMN dan perusahaan. Meniingkatkan efektifitas implementasi peraturan daerah terkait pengelolaan persampahan Meningkatkan koordinasi antar organisasi perangkat daerah dalam pengelolaan persampahan Meningkatkan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan mengenai pengelolaan persampahan Sumber: Hasil Analisis, 2013 3.3. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase Dalam bidang drainase permukiman, pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Bandung masih dihadapkan pada beberapa kelemahan dari segi internal dan tantangan dari segi eksternal. Beberapa kelemahan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bandung selama ini antara lain dalam aspek keuangan. Proporsi anggaran untuk pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bandung cenderung masih tergolong minim dibandingkan dengan kebutuhan penyusunan anggaran perencanaan dan perbaikan sistem drainase. Kelemahan lainnya yaitu dalam aspek kelembagaan. Saat ini pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Bandung secara kelembagaan masih belum jelas. Kelemahan lain dalam pengelolaan drainase lingkungan yaitu masih adanya keterbatasan jumlah tenaga teknis dalam hal manajemen pengelolaan drainase, khususnya untuk tenaga pengawas. Adapun yang menjadi tantangan eksternal dalam pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Bandung antara lain dalam aspek PMJK (Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan) dan keterlibatan sektor swasta, dimana saat ini peran serta masyarakat dan sektor swasta dalam pengelolaan drainase masih tergolong rendah. Selain dalam aspek PMJK dan keterlibatan sektor swasta, tantangan lain yang dihadapi dalam pengelolaan drainase permukiman yaitu belum adanya pedoman teknis operational 44 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 dan pemeliharaan sungai serta belum optimalnya peluang pendanaan oleh CSR (Corporate Social Responsibility) atau TJSLP (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan). Dalam rangka menghadapi kelemahan dan tantangan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bandung tersebut, sebetulnya Kabupaten Bandung memiliki keunggulan internal dan peluang eksternal yang dapat didorong untuk lebih dioptimalkan penanganan drainase permukiman. Beberapa kekuatan yang dimiliki Kabupaten Bandung antara lain dalam aspek teknis dan operasional. Saat ini, Kabupaten Bandung telah memiliki Master Plan Sub DAS (Sub DAS CIwidey, Cisangkuy, Citarik, dan Cirasea) yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam perencanaan drainase lingkungan. Hal tersebut diperkuat dengan telah tersedinya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai. Selain kekuatan dalam kelembagaan, Kabupaten Bandung juga memiliki kekuatan dalam aspek kelembagaan, saat ini di Kabupaten Bandung telah ada bidang khusus yang menangani drainase makro. Meskipun untuk penanganan drainase mikro di Kabupaten Badung, saat ini belum ada bidang yang secara khusus menangani, tetapi dengan telah adanya bidang yang menangani drainase makro, maka kedepan penanganan drainase tersier memungkinkan untuk berada dibawah bidang drainase. Selain dari pada itu, dokumen perencanaan drainase primer yang telah tersedia dapat digunakan sebagai basis bagi perencanaan drainase tersier yang terintegrasi dengan jaringan drainase sekunder dan jaringan drainase primer. Dari segi eksternal, Kabupaten Bandung memiliki beberapa peluang dalam pengelolaan drainase lingkungan. Beberapa peluang tersebut antara lain sudah tersedianya Keputusan Presiden No 12 Tahun 2012 tentang penetapan Sungai Citarum sebagai sungai strategis nasional. Secara tidak langsung hal ini menjadikan peluang bagi pengelolaan drainase ligkungan di Kabupaten Bandung. Hal tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa Sungai Citarum merupakan drainase primer utama di Kabupaten Bandung yang menjadi end point bagi air buangan yang berasal dari drainase sekunder dan drainase tersier (drainase lingkungan). Ditetapkannya Sungai Citarum sebagai sungai strategis nasional memberikan jaminan bahwa terdapat concern pemerintah pusat dalam penanganan Sungai Citarum. Peluang lain yang dimiliki Kabupaten Bandung dalam pengelolaan drainase permukiman di Kabupaten Bandung yaitu dalam aspek kelembagaan, dimana saat ini telah ada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) untuk drainase perkotaan selain sungai. Peluang lainnya yaitu dalam aspek pelibatan masyarakat, PMJK dan sektor swasta, dimana saat ini sebetulnya telah ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Forum Sumber Daya Air, dan kelompok- kelompok pemerhati lingkungan yang dapat didorong keterlibatannya dalam pengelolaan drainase permukiman. Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan Kabupaten Bandung dalam pengelolaan drainase lingkungan tersebut, maka ditetapkan bahwa tujuan pengelolaan drainase permukiman Kabupaten bandung hingga tahun 2018 yaitu untuk mewujudkan sepertiga wilayah Kabupaten Bandung yang memiliki jaringan drainase perkotaan terintegrasi serta drainase permukiman yang berwawasan lingkungan (ecodrain) pada tahun 2018. Untuk mendukung tujuan tersebut, beberapa sasaran yag ditetapkan antara lain meningkatnya cakupan layanan jaringan drainase permukiman yang terintegrasi melalui sistem penanganan oleh pemerintah menjadi 20 % pada tahun 2018 dan meningkatnya cakupan layanan jaringan drainase permukiman yang terintegrasi melaui sistem penanganan oleh masyarakat dan 45 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 swasta menjadi masing- masing sekitar 5 % pada tahun 2018. Informasi detail mengenai tujuan, sasaran dan strategi pengembangan drainase permukiman di kabupaten Bandung ditampilkan pada Tabel 3.3 berikut. TABEL 3.3 TUJUAN, SASARAN, DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN DRAINASE PERMUKIMAN Sasaran Tujuan Pernyataan Sasaran Mewujudkan sepertiga wilayah Kabupaten Bandung yang memiliki jaringan drainase perkotaan terintegrasi serta drainase permukiman yang berwawasan lingkungan (ecodrain) pada tahun 2018 Meningkatnya cakupan layanan jaringan drainase permukiman yang terintegrasi melalui sistem penanganan oleh pemerintah menjadi 20 % pada tahun 2018 Indikator Sasaran Tersusun Peraturan Daerah yang mengatur secara khusus mengenai drainase permukiman pada tahun 2018 Tersusunnya Outline Plan Drainase Perkotaan pada tahun 2018 Tersusunnya Master Plan Drainase Tersier/ permukiman Genangan Kabupaten Bandung berkurang sebesar 30 % Meningkatnya cakupan layanan jaringan drainase permukiman yang terintegrasi melaui sistem penanganan oleh masyarakat menjadi sekitar 5 % pada tahun 2018 Terselenggara 20 kali penyuluhan/ pelatihan/ sosialisasi pemerintah kepada masyarakat di 31 kecamatan yang dilakukan secara berkala setiap triwulan Publikasi berkala pada media website, media cetak dan media elektronik lokal mengenai peraturan dan pengelolaan 46 Strategi Menciptakan sistem jaringan drainase permukiman yang terintegrasi dengan sistem drainase sekunder dan jaringan drainase primer Revitalisasi jaringan drainase permukiman eksisting Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase permukiman Menciptakan peraturan daerah khusus yang mengatur mengenai pengelolaan drainase permukiman Mengoptimalkan peran kelembagaan dan aparatur daerah dalam pengelolaan darainase permukiman Restrukturisasi kelembagaan dalam rangka memperjelas kelembagaan yang membidangi tugas pokok dan fungsi pengelolaan drainase permukiman Mendorong keterlibatan sektor swasta dalam pengelolaan drainase permukiman Meningkatkan kegiatan Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 Sasaran Tujuan Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran drainase permukiman Meningkatnya cakupan layanan drainase permukiman yang terintegrasi melalui sistem penanganan oleh sektor swasta menjadi sekitar 5 % pada tahun 2018 Sumber: Hasil Analisis, 2013 Genangan di Kabupaten Bandung berkurang sebesar 30 % Strategi sosialisasi dan penyuluhan penyadaran publik mengenai pengelolaan drainase permukiman Meningkatkan koordinasi antar organisasi perangkat daerah dalam pengelolaan drainase permukiman 3.4. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengelolaan Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) Seperti halnya dalam penentuan tujuan, sasaran dan strategi air limbah domestik, persampahan dan drainase permukiman, penentuan tujuan, sasaran dan strategi pengelolaan promosi higiene dan sanitasi Kabupaten Bandung ditetapkan berdasarkan pada hasil analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) yang telah dirumuskan sebelummnya dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung. Mengacu pada hasil analisis yang telah dilakukan, teridentifikasi bahwa Kabupaten Bandung memiliki beberapa kekuatan internal dalam pengelolaan promosi higiene dan promosi sanitasi. Beberapa kekuatan tersebut antara lain dalam aspek kelembagaan, dimana saat ini telah tersedia forum masyarakat yang memiliki fokus khusus dalam promosi higiene dan sanitasi, seperti misalnya Forum Desa Siaga. Kekuatan lain yang dimiliki Kabupaten Bandung yaitu dalam aspek teknis dan operasional, dimana saat ini telah tersedia dasar hukum bagi pelaksanaan promosi higiene dan sanitasi. Beberapa dasar hukum tersebut antara lain Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/ Menkes/ SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga dan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Barat tentang Gerakan Sadar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) No 147.14/03/Otdakra/2009 dan 01/NK/PKK.Prov JB/II/2009. Selain dalam aspek kelembagaan dan aspek teknis dan operasional, Kabupaten Bandung juga memiliki kekuatan dalam aspek komunikasi berupa ketersediaan media promosi berupa website, leaflet, brosur dan majalah yang dikelola oleh pemerintah daerah. Selain memiliki kekuatan internal, dari segi eksternal Kabupaten Bandung juga memiliki peluang yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan promosi higiene dan sanitasi. Beberapa peluang tersebut antara lain adanya peluang dalam mengembangkan pola pendanaan alternatif dalam kegiatan promosi higiene dan sanitasi melalui CSR (Corporate Sosial Responsibility) atau 47 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 TJSLP (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan) serta adanya peluang untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Selain dari pada itu, Kabupaten Bandung juga memiliki peluang untuk mendorong partisipasi media swasta untuk berperan seta dalam kegiatan promosi higiene dan sanitasi, khususnya radio lokal. Meskipun dari segi internal dan dari segi eksternal, Kabupaten Bandung telah memiliki kekuatan dan peluang, saat ini pengelolaan promosi higiene dan sanitasi di Kabupaten Bandung masih dihadapkan pada kelemahan, baik dari segi internal maupun dari segi eksternal. Kekuatan Kabupaten Bandung dalam pengelolaan promosi higiene dan sanitasi yaitu dalam aspek kelembagaan, dimana saat ini di Kabupaten Bandung belum ada sarana poskesdes yang sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pusat informasi dan sosialisasi promosi higiene dan sanitasi, khususnya dalam lingkup desa. Selain dalam aspek kelembagaan, kelemahan internal Kabupaten Bandung dalam pengelolaan promosi higiene dan sanitasi saat ini yaitu dalam aspek keuangan. Proporsi anggaran untuk kegiatan promosi dan pemberdayaan masyarakat terhadap total belanja langsung di Kabupaten Bandung cenderung masih rendah. Kelemahan lainnya yaitu dalam aspek sumber daya manusia, dimana tingkat pendidikan dan keahlian serta persebaran tenaga kesehatan saat ini belum merata serta masih rendahnya kesadaran fasilitator kecamatan dan desa dalam melakukan promosi higiene dan sanitasi. Sedangkan dari segi eksternal, tantangan yang dihadapi Kabupaten Bandung antara lain dalam aspek teknis dan operasional, terutama kaitannya dengan tingkat urbanisasi saat ini yang tergolong tinggi. Semakin tingginya kepadatan penduduk perkotaan yang tidak diimbangi dengan penambahan infrastruktur sanitasi yang memadai mengakibatkan rendahnya cakupan sanitasi. Tantangan lain yang dihadapi yaitu dalam aspek PMJK dan sektor swasta. Pada kondisi eksisting, peran serta masyarakat dan sektor swasta masih tergolong rendah sehingga masih perlu didorong oleh pemerintah daerah. Berdasarkan keunggulan dan kelemahan Kabupaten bandung dari segi internal dan eksternal di atas, maka untuk pengelolaan promosi higiene dan sanitasi di Kabupaten Bandung ditetapkan tujuan berupa terwujudnya sumber daya manusia Kabupaten Bandung yang memiliki kesadaran tinggi akan perilaku hidup bersih dan berwawasan lingkungandalam pengelolaan sanitasi. Adapun sasaran yang ditetapkan antara lain berupa meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mempraktikkan stop BABS, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mempraktikkan CTPS, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah setempat secara berwawasan lingkungan serta meningkatnya intensitas kegiatan promosi higiene dan sanitasi. Secara detail, tujuan, sasaran dan strategi pengembangan promosi higiene dan sanitasi di Kabupaten Bandung ditunjukkan pada Tabel 3.4. TABEL 3.4 TUJUAN, SASARAN, DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGELOLAAN SANITASI RUMAH TANGGA Tujuan Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Saaran 48 Strategi Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Tujuan Terwujudnya Sumber Daya Manusia Kabupaten Bandung yang memiliki kesadaran tinggi akan perillaku hidup bersih dan berwawasan lingkungan dalam pengelolaan sanitasi rumah tangga. Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Saaran Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan praktik BABS dari 15,06 % pada tahun 2013 menjadi 100 % pada tahun 2013 100 % penduduk bebas dari praktik BABS Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mempraktikan CTPS di lima waktu penting dari 48,8 % menjadi 100 % pada tahun 2018 100 % penduduk mempraktikkan CTPS di lima waktu penting Meningkatnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat dari 23, 96 % pada tahun 2013 menjadi 65 % pada tahun 2018 Praktik pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R meningkat dari 23, 96 % pada tahun 2013 menjadi 65 % pada tahun 2018. Meningkatnya intensitas kegiatan promosi higiene dan sanitasi di Kabupaten Bandung Terselenggara 20 kali penyuluhan/ pelatihan/ sosialisasi pemerintah mengenai BABS, CTPS, pengelolaan drainase permukiman dan pengelolaan sampah dengan pola 3R kepada masyarakat di 31 kecamatan yang dilakukan secara berkala setiap triwulan Terselenggara publikasi berkala pada media website, media cetak dan media elektronik lokal mengenai BABS, CTPS, pengelolaan drainase permukiman, peraturan persampahan dan 49 2013 - 2018 Strategi Meningkatkan peran kelembagaan dan aparatur dalam melakukan sosialiasi dan penyuluhan mengenai promosi higiene dan sanitasi Mendorong keterlibatan media swasta lokal dalam kegiatan promosi higiene dan sanitasi di Kabupaten Bandung Mendorong peranserta lembaga pendidikan dasar dan menengah sebagai media promosi higiene dan sanitasi Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Tujuan Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Saaran pengelolaan sampah berbasis 3R 2013 - 2018 Strategi Sumber: Hasil Analisis, 2013 Khusus untuk pengelolaan sanitasi sekolah, ditetapkan tujuan berupa terwujudnya lingkungan sekolah yang sehat dan bersih melalui pemberdayaan tenaga pengajar dan siswa untuk mempraktikkan PHBS di lingkungan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan dua sasaran utama. Sasaran pertama lebih difokuskan pada peningkatan kuantitas sarana prasarana sanitasi sekolah. Penentuan tersebut didasari oleh masih minimnya sarana prasarana sanitasi eksisting. Beberapa jenis prasarana yang ditergetkan dapat meningkat pada tahun 2018 antara lain toilet siswa, fasilitas cuci tangan dan tempat sampah terpilah (organik dan non organik). Adapun untuk sasaran kedua, lebih difokuskan pada peningkatan strata PHBS sekolah dari tidak berstrata PHBS menjadi Berstrata PHBS Pratama dan peningkatan dari strata pratama menjadi strata madya. Beberapa karakteristik untuk strata pratama dan strata madya yaitu sebagai berikut: A. Karakteristik Sekolah yang memiliki PHBS Strata Pratama: 1. Memelihara rambut agar bersih dan rapih 2. Memakai pakaian bersih dan rapih 3. Memeliharan kuku agar selalu pendek dan bersih 4. Memakai sepatu bersih dan rapih 5. Berolahraga teratur dan terukur 6. Tidak merokok di sekolah 7. Tidak menggunakan NAPZA B. Karakteristik Sekolah yang memiliki PHBS Strata Madya: 1. Memelihara rambut agar bersih dan rapih 2. Memakai pakaian bersih dan rapih 3. Memeliharan kuku agar selalu pendek dan bersih 4. Memakai sepatu bersih dan rapih 5. Berolahraga teratur dan terukur 6. Tidak merokok di sekolah 7. Tidak menggunakan NAPZA 8. Telah menerapkan pemberantasan jentik nyamuk 9. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 10. Menggunakan air bersih 11. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun 12. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpisah (sampah basah, sampah kering dan sampah berbahaya). Strategi pengelolaan sanitasi sekolah, dalam jangka panjang tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan kualitas PHBS sanitasi pada lingkungan sekolah, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas PHBS lingkungan rumah melalui adanya transfer ilmu yang diperoleh 50 Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung 2013 - 2018 siswa-siswi di sekolah kepada lingkungan di sekitarnya. Untuk setiap sasaran ynag telah ditetapkan di atas, disusun beberapa indikator pencapaian pada tahun 2018. Secara detail, tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengelolaan sanitasi sekolah di Kabupaten Bandung ditunjukkan pada Tabel 3.5. TABEL 3.5 TUJUAN, SASARAN, DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGELOLAAN SANITASI SEKOLAH Tujuan Terwujudnya lingkungan sekolah yang sehat dan bersih melalui pemberdayaan tenaga pengajar dan siswa untuk mepraktikkan PHBS di lingkungan sekolah Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Saaran Meningkatnya kuantitas toilet di 50 % sekolah dasar dan menengah di Kabupaten Bandung hingga tahun 2018 Perbandingan toilet terhadap siswa yang dilayani meningkat dari 1: 80 pada tahun 2013 menjadi 1:20 pada tahun 2018 Terbangun 500 unit toilet siswa pada sarana pendidikan dasar dan menengah Terbangun 500 unit fasilitas cuci tangan/ wastafel pada setiap sarana pendidikan dasar dan menengah Tersedianya 1000 unit fasilitas tong sampah terpilah (organik dan anorganik) pada sarana pendidikan dasar dan menengah Meningkatnya kesadaran PHBS masyarakat sekolah menengah tidak berPHBS dan berstrata PHBS pratama sebesar 50 50 % sekolah menengah berstrata PHBS pratama meningkat menjadi berstrata madya pada tahun 2018 51 Strategi Meningkatkan peran serta tenaga pengajar dalam melakukan sosialiasi dan penyuluhan mengenai promosi higiene dan sanitasi Meningkatkan kualitas sarana sanitasi sekolah eksisting Meningkatkan kuantitas prasarana sanitasi sekolah (toilet siswa, fasilitas cuci tangan Meningkatkan kualitas sistem pengelolaan air limbah pada lingkungan sekolah Meningkatkan sosalisasi dan penyuluhan PHBS kepada siswa siswi sekolah Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Tujuan Sasaran Pernyataan Sasaran % pada tahun 2018 Indikator Saaran 50 % sekolah sekolah menengah tidak ber PHBS meningkat menjadi berstrata Pratama pada tahun 2018 Sumber: Hasil Analisis, 2013 52 2013 - 2018 Strategi dasar dan menengah