Modul Kode Etik Psikologi [TM7]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kode Etik
Bab 5: kerahasiaan rekam dan
hasil pemeriksaan psikologi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
B51611EL
Amy MArdhatillah
Abstract
Kompetensi
Pembahasan mengenai kerahasiaan
rekam dan hasil pemeriksaan psikologi
Memahami perihal menjaga
kerahasiaan rekam dan hasil
pemeriksaan psikologi
Pendahuluan
Bab empat pasal 13-22
Modul ini menjelaskan bab empat dari kode etik psikologi Indonesia. Bab ini
berisikan tentang hubungan anatr manusia dalam pelayan psikologi.
Bab empat dari kode etik psikologi Indonesia pasal 13-22 menjelaskan mengenai
berbagai hal mengenaihubungan antar sesama manusia yaitu:

sikap professional

pelecehan

penghindaran dampak buruk

hubungan majemuk

konflik kepentingan

ekspoitasi

hubungan professional

informed consent

layanan psikologi kepada atau melalui organisasi

pengalihan dan penghentian layan psikologi
Pasal 13: sikap profesional
Seorang ilmuwan psikologi ataupun psikolog hendak lah selalu bertindak
professional dalm memberikan pelayan psikologi.sikap professional ini ditunjukan dengan
mengikuti pedoman kode etik psikologi Indonesia dan juga menjunjung tinggi penghormatan
kepada hak asasi manusia.
Psikolog dan ilmuwan psikologi dapat meberikan layan psikologi kepada:
2016
2

perorangan/individu

kelompok (group)

institusi

lembaga/organisasi.
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam memberikan pelayan psikologi, ilmuwan psikologi dan psikolog berkewajiban
untuk:

Mengutamakan dasar-dasar professional.

Memberikan layanan kepada semua pihak yang membutuhkannya.

Melindungi pemakai layanan psikologi dari akibat yang merugikan sebagai
dampak layanan psikologi yang diterimanya.

Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan pemakai layanan
psikologi serta pihak-pihak yang terkait dalam pemberian pelayanan tersebut.

Dalam hal pemakai layanan psikologi menghadapi kemungkinan akan
terkena dampak negatif yang tidak dapat dihindari akibat pemberian layanan
psikologi yang dilakukan oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi maka
pemakai layanan psikologi tersebut harus diberitahu.
Jadi seorang psikolog dan ilmuwan psikologi hendak lah mengutamakan nilai
manfaat dalam memberikan pelayanan psikologi, adil dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia.
Pasal 14: Pelecehan
Seorang psikolog dan ilmuwan psikologi dituntut untuk professional dalam
memberikan pelayan psikologi. salah satu wujud dari profesionalisme ini adalah memastikan
tidak terjadinya pelecehan terhadap masyarakat yang menggunakan pelayan psikologi yang
dilakukan oleh psikolog dan ilmuwan psikologi. oleh sebab itu pasal 14 dalam kode etik
psikologi membahas secara rinci mengenenai pedoman dalam hal pelecehan seksual dan
pelecehan lainnya yang tidak boleh dilakukan oleh seorang psikolog dan ilmuwan psikologi.
Pelecehan seksual
Menurut pasal 14 kode etik psikologi Indonesia, adapun yang dimaksud dengan
pelecehan seksual adalah:

permintaan hubungan seks

cumbuan fisik

perilaku verbal atau non verbal yang bersifat seksual yang terjadi dalam kaitannya
dengan kegiatan atau peran sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi
2016
3
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adapun jenis dari pelecehan seksual yang mungkin terjadi diantara lain:

satu perilaku yang intens/parah.

perilaku yang berulang

perilaku yang bertahan/sangat meresap

perilaku menimbulkan trauma
Penjelasan lebih lanjut mengenai perilaku yang dianggap pelecehan tersebut adalah
perilaku yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 tidak dikehendaki, tidak sopan, dapat menimbulkan sakit hati atau dapat
menimbulkan suasana tidak nyaman, rasa takut, mengandung permusuhan yang dalam
hal ini Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengetahui atau diberitahu mengenai hal
tersebut
 bersikap keras atau cenderung menjadi kejam atau menghina terhadap seseorang
dalam konteks tersebut
 sepatutnya menghindari hal-hal yang secara nalar merugikan atau patut diduga
dapat merugikan pengguna layanan psikologi atau pihak lain
Selain dari plecehan seksual kode etik psikologi pasal 14 ini juga membahas
mengenai pelecehan lain yang mungkin terjadi. Psikolog dan ilmuwan psikologi tidak
dibenarkan secara sadar melakukan pelecahan ataupun meremehkan orang lain
berdasarkan perbedaan latar belakang dan faktor faktor sosial dan psikologis seperti:
 usia
 gender
 ras
 suku
 bangsa
 agama
 orientasi seksual
 kecacatan
 bahasa
 status sosial dan ekonomi
2016
4
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pasal 15: penghindaran dampak buruk
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, pelayan psikologi yang diberikan oleh
psikolog dan ilmuwan psikologi hendaklah bernilai manfaat yang tinggi dan menghindari
dampak buruk.
Pasal 15 dari kode etik psikologi menyatakan bahwa:

Seorang psikolog dan ilmuwan psikologi hendaklah menghindari dampak buruk dari
pelayanan psikologi terhadap pengguna pelayanan dan pihak pihak terkait lainnya

Seorang psikolog dan ilmuwan psikologi hendaklah berusaha mengantisipasi
dampak buruk yang mungkin tak terhindari sebelum terjadi nya dampak buruk itu

Seorang psikolog dan ilmuwan psikologi wajib memberikan informasi bagi pengguna
layanan psikologi ataupun pihak pihak terkait mengenai kemungkinan adanya
dampak buruk dari pelayanan yang diberikan
Pasal 16: Hubungan majemuk
Pasal 16 dari kode etik psikologi Indinesia menjelaskan mengenai hubungan
majemuk. Adapun yang dimaksud dengan hubungan majemuk dalam hal ini adalah:

Hubungan yang terjadi diantara psikolog/ilmuwan psikologi yang berperan sebagai
psikolog/ilmuwan psikologi namun di waktu yang sama juga mempunyai peran yang
lain terhadap orang yang sama. Sebagai contoh seorang ilmuwan psikolog/psikolog
selain berperasn sebagai psikolog tetapi juga berperan sebagai ibu dari seorang
anak yang mendapatkan pelayan psikologi

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam waktu yang bersamaan memiliki
hubungan dengan seseorang yang secara dekat berhubungan dengan orang yang
memiliki hubungan profesional dengan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi
tersebut.
2016
5
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam kontek hubungan majemuk ini adalah:

Menghindar dari hubungan majemuk apabila memberikan dampak buruk
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sedapat mungkin menghindar dari
hubungan majemuk apabila hubungan majemuk tersebut dipertimbangkan dapat
merusak objektivitas, kom-petensi atau efektivitas dalam menjalankan fungsinya
sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, atau apabila beresiko terhadap
eksploitasi atau kerugian pada orang atau pihak lain dalam hubungan profesional
tersebut.

Mengambil langkah langkah yang masuk akal untuk menghindari hubungan
majemuk yang mungkin berdampak buruk
Apabila ada hubungan majemuk yang diperkirakan akan merugikan, Psikolog
dan/atau Ilmuwan Psikologi melakukan langkah-langkah yang masuk akal untuk
mengatasi hal tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik orang
yang terkait dan kepatuhan yang maksimal terhadap Kode etik.

Kejelasan peran dari awal
Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dituntut oleh hukum, kebijakan
institusi, atau kondisi-kondisi luar biasa untuk melakukan lebih dari satu peran,
sejak awal mereka harus memperjelas peran yang dapat diharapkan dan rentang
kerahasiaannya, bagi diri sendiri maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait
2016
6
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pasal 17: konflik kepentingan
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghindar dari melakukan peran profesional
apabila kepentingan pribadi, ilmiah, profesional, hukum, finansial, kepentingan atau
hubungan lain diperkirakan akan merusak objektivitas, kompetensi, atau efektivitas mereka
dalam menjalankan fungsi sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi atau berdampak
buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak yang terkait dengan pengguna
layanan psikologi tersebut
Pasal 18: eksploitasi
Pasal 18 dari kode etik psikologi Indonesia membahas isu eksploitasi. Adapun
rincian dari pasal 18 ini adalah:
1. Larangan untuk melakukan eksploitasi
Psikolog dan ilmuwan psikologi tidak boleh melakukan eksploitasi dalam
memberikan pelayan psikologi. adapun hal hal yang dianggap eksploitasi adalah:

Pemanfaatan terhadap orang orang yang berada dalam wewenang psikolog dan
ilmuwan psikologi seperti mahasiswa bimbingan, klien pengguna jas psikologi
ataupun peserta penelitian

Pemanfaatana atau terlibat dalam hal yang berbau seksual terhadap orang orang
yang dibawah otoritas langsung seorang psikolog dan ilmuwan psikologi

Pemanfaatana atau terlibat dalam hal yang berbau seksual terhadap orang orang
yang menggunakan jasa pelayan psikologi
2. Larangan untuk melakukan eksploitasi data
Eksploitasi Data Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak melakukan hal-hal yang
di-anggap mengandung unsur pemanfaatan atau eksploitasi data dari mereka yang
sedang disupervisi, dievaluasi, atau berada di bawah wewenang mereka, seperti
mahasiswa, kar-yawan, partisipan penelitian, pengguna jasa layanan psikologi
ataupun mereka yang berada di bawah penyeliaannya dimana data tersebut
digunakan atau dimanipulasi digunakan untuk kepentingan pribadi
2016
7
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pasal 19: Hubungan profesional
PSikolog dan ilmuwan psikologi mempunyai dua jenis hubungan professional yaitu:
hubungan sesama profesi psikologi dan hubungan dengan profesi lain.
Dalam hal hubungan sesama profesi psikolog dan ilmuwan psikologi diharapkan
untuk:

Saling menghargai dan menjaga nama baik rekan profesinya

Saling meberikan umpan balik
yang membangun untuk peningkatan keahlian
profesinya

Wajib mengingatkan rekan satu profesi untuk tidak melanggar kode etik

Apabila rekan satu profesi melanggar kode etik walau sudah ditegur sebelumnya
dapat melaporkan ke HIMPSI
Dalam hubungannya denga profesi lain, psikolog/ilmuwan psikologi hendaklah:

Saling menghormati dan menghargai

Mencegah dilakukannya pemberian pelayan psikologi oleh profesi lain yang tidak
memiliki kompetensi dan kewenangan
Pasal 20: informed consent
Informed Consent adalah persetujuan dari orang yang akan menjalani proses
dibidang psikologi yang meliputi penelitian pendidikan/pelatihan/asesmen dan intervensi
psikologi. Persetujuan dinyatakan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh orang yang
menjalani pemeriksaan/yang menjadi subyek penelitian dan saksi.
Aspek-aspek yang perlu dicantumkan dalam informed consent adalah:
a. Kesediaan untuk mengikuti proses tanpa paksaan.
b. Perkiraan waktu yang dibutuhkan.
c. Gambaran tentang apa yang akan di-lakukan.
d. Keuntungan dan/atau risiko yang dialami selama proses tersebut.
e. Jaminan kerahasiaan selama proses tersebut.Orang yang bertanggung jawab jika
terjadi efek samping yang merugikan selama proses tersebut.
Apabila informed consent secara tertulis sulit untuk dilakukan khusunya di Indonesia
dengan keterbatasn pendidikan, informed consent dapat dilakukan secara lisan,direkam
atau adanya saksi yang mengetahui bahwasanya yang bersangkutan bersedia.
2016
8
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pasal 21: layanan psikologi kepada atau melalui organisasi
Psikolog dan/atau Ilumuwan Psikologi yang memberikan layanan psikologi kepada
organisasi/ perusahaan memberikan informasi sepenuhnya tentang:
• Sifat dan tujuan dari layanan psikologi yang diberikan
• Penerima layanan psikologi
• Individu yang menjalani layanan psikologi
• Hubungan antara Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dengan organisasi dan orang yang
menjalani layanan psikolog
i• Batas-batas kerahasiaan yang harus dijaga
• Orang yang memiliki akses informasi informasi
Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi di-larang oleh organisasi peminta
layanan untuk memberikan hasil informasi kepada orang yang menjalani layanan psikologi,
maka hal tersebut harus diinformasikan sejak awal proses pemberian layanan psikologi
berlangsung
Pasal 22: Pengalihan dan penghentian layanan psikologi
Seorang psikolog dan ilmuwan psikologi perlu merencanakan kegiatan sehingga
mempermudah kelancaran proses pelayanan abapila pelayanan psikologi harus dihentikan,
dialihkan.
Psikolog dan ilmuwan psikologi dapat mengalihkan tugasnya apabila:

Ketidakmampuan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, misalnya sakit atau
meninggal.

Salah satu dari mereka pindah ke kota lain.

Keterbatasan pengetahuan atau kompetensi dari Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi.

Keterbatasan pemberian imbalan dari penerima jasa layanan psikologi
Psikolog dan ilmuwan psikologi harus menghentikan layanan apabila:
 Pengguna layanan psikologi sudah tidak memerlukan jasa layanan psikologi yang
telah dilakukan.
 Ketergantungan dari pengguna layanan psikologi maupun orang yang menjalani
pemeriksaan terhadap Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang bersangkutan
sehingga timbul perasaan tak nyaman atau tidak sehat pada salah satu atau kedua
belah pihak
2016
9
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan
Modul ini menjelaskan bab 4 dari kode etik psikologi Indonesia. Bab 4 ini terdiri dari
pasa 13-22 yang membahas hubungan antar manusia. Bab ini menjelaskan ketentuan tidak
bboleh melakukan pelecehan seksual atau un tindakan meremehkan lainnya. Selain itu bab
ini juga membahas mengenai informed consent yang harus diberikan kepada semua
pengguna layanan psikologi. bab ini juga membahas ketentuan hubungan sesam profesi
psikologi dan hubungan dengan profesi lain, psikolog dan ilmuwan psikologi hendaklah
memastikan tidak dibenarkan nya seseorang yang tidak mempunyai kompetensi dan bukan
dari profesi psikologi memberikan pelayanan psikologi.
2016
10
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
American
Psychology
Association
code
of
conduct
retrieved
from
www.apa.org/ethics/code/principles.
http://www.psychwiki.com/wiki/Why_is_it_important_to_follow_APA%27s_Ethical_Principles
Kode Etik Psikologi Indonesia. Juni 2010. http://himps.or.id/
2016
11
Kode Etik Psikologi
Setiawati Intan Savitri S.P, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download