MODUL PERKULIAHAN Manajemen Isu dan Krisis Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Public Relations 02 Kode MK Disusun Oleh 42023 Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Abstract Kompetensi Dalam modul ini akan dibahas tentang Tahapan Isu dan hubungannya dengan krisis, serta langkah-langkah pengendalian dan pengelolaan Isu. Mahasiswa diharapkan mampu memahami tahapan terjadinya Isu, dan memahami langkah-langkah pengendalian serta pengelolaan Isu. 1. Pengantar Meski ada berbagai macam pengertian atau definisi Isu, pada prinsipnya Isu secara umum menunjukkan adanya kabar angin yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak jelas kebenarannya mengarah kepada individu, kelompok, organisasi bahkan Negara, yang perlu penanganan segera. Dalam konteks bisnis, isu adalah; kabar angin yang tidak jelas asalusulnya dan tidak jelas kebenarannya lebih tertuju kepada individu yang ada di dalam organisasi, atau produk yang dihasilkan, merek atau perusahaannya. Perusahaan yang sudah maju, tidak segan-segan menyiapkan sejumlah sumber daya dan anggaran yang tidak sedikit, untuk menghadapi isu atau krisis. Perusahaan tersebut biasanya sudah mempersiapkan tim khusus yang siap setiap saat menangani isu, atau krisis yang menerpa perusahaan. Sehingga pada saat isu muncul, isu tersebut dengan cepat terdeteksi oleh tim, dan segera dilakukan pengelolaan atau pengendalian, sebelum isu berkembang. 2. Tahapan Isu dan Hubungannya dengan Krisis Menurut Hainsworth (Regester & Larkin, 2003:47), issue biasanya berkembang dalam cara yang dapat diprediksi, bersumber dari tren atau peristiwa yang berkembang melalui suatu rangkaian tingkatan yang dapat diidentifikasi serta tidak berbeda dari siklus perkembangan sebuah produk. Karena evolusi atau perkembangan sebuah issue sering menghasilkan kebijakan publik, semakin dini suatu issue yang relevan diidentifikasi dan dikelola dalam rangka respon organisasional yang sistematis, semakin mungkin organisasi tersebut dapat mengatasi konflik serta meminimalisir implikasi biaya demi keuntungannya. Karena itulah, memahami siklus perkembangan issue sangat penting. Sedangkan trend (tren) menurut Howard Chase adalah perubahan yang terdeteksi yang mendahului issue. Pada sisi lain, Max Meng mengidentifikasi enam kelompok atau publik yang mungkin membuat issue: partner, asosiasi karyawan, masyarakat umum, pemerintah, media massa dan kelompok penekan/kelompok yang berkepentingan. Pengaruh mereka pada organisasi 14 2 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bervariasi dari mengontrol operasi perusahaan hingga membentuk koalisi internal dan eksternal untuk meningkatkan pengaruh potensial mereka atas sebuah issue. Jadi, ketika issue siap diambil keputusannya, respon organisasi dapat menjadi penting. Meng mengkategorikan issue kepada beberapa tipe: demografis, ekonomis, lingkungan, pemerintah, internasional, sikap publik, sumber daya, teknologis serta nilai dan gaya hidup. Sedangkan Hainsworth, mengemukakan bahwa; sebuah issue diciptakan sebagai sebuah ide yang memiliki dampak potensial pada beberapa organisasi atau publik yang mengakibatkan tindakan yang menyebabkan peningkatan kesadaran dan/atau reaksi pada bagian dari organisasi atau publik lainnya. Dalam sebuah model yang dikembangkan oleh Hainsworth & Meng (Regester & Larkin, 2003: 48), proses ini dapat digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari empat tahap berikut: sumber, mediasi, organisasi dan resolusi. Dalam gambar “Siklus Kehidupan Isu” di atas, sumbu vertikal merepresentasikan tingkat tekanan yang dikenakan pada sebuah organisasi dengan mengembangkan suatu isu; sumbu horizontal merepresentasikan ragam tahapan perkembangan isu. Pada setiap tahap dari evolusi, tekanan pada organisasi semakin meningkat untuk segera merespon akibat peningkatan isu. 14 3 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berikut penjelasan tahap-tahap terjadinya isu menurut Hainsworth & Meng (Regester & Larkin, 2003: 48): 1. TAHAP 1 – Sumber: Isu Potensial Sebuah isu muncul ke permukaan ketika sebuah organisasi atau kelompok merasa berkepentingan terhadap suatu masalah (atau kesempatan) yang terlihat seperti konsekuensi perkembangan tren politik atau undang-undang, ekonomi dan sosial. (Crabble & Vibert, 1985). Dari sudut pandang manajemen, tren harus diidentifikasi sebagai asal kemunculan isu. Biasanya tren teridentifikasi di kalangan akademisi atau para pakar yang berpartisipasi dalam kelompok kerja, unit kebijakan dan perencanaan yang mungkin menyadari beberapa masalah, situasi atau peristiwa yang berpotensi memiliki dampak serta membutuhkan respon dari sebuah institusi, organisasi, industri atau kelompok lain. Isu mulai menguat ketika suatu organisasi/kelompok berencana untuk melakukan sesuatu yang memiliki konsekuensi bagi orang atau kelompok lain. Kesadaran dan perhatian pada pihak suatu kelompok menyebabkan keputusan mereka untuk “melakukan sesuatu”. Di sini garis sudah tergambar dan konflik mulai timbul. Jadi yang kita lihat dalam tahap awal ini adalah kondisi/peristiwa nyata yang mempunyai potensi untuk berkembang menjadi sesuatu yang penting. Bagaimanapun juga, tipe isu yang ada dalam fase ini biasanya belum terlihat oleh para pakar atau perhatian publik, walaupun beberapa ahli sudah mulai menyadari kehadiran isu tersebut. Pada tahap 1, beberapa kelompok atau individu secara umum mulai menetapkan suatu target kredibilitas tertentu dalam perhatian mereka serta mencari dukungan dari para pembentuk opini yang dapat terlibat pada tingkatan tertentu dalam masalah tersebut. Pada poin ini, umumnya mereka yang terlibat merasa sedikit sulit mengenali bahwa sebuah konflik mungkin timbul. 2. TAHAP 2 – Mediasi dan Penguatan Suara: Isu yang Muncul ke Permukaan Ketika beberapa kelompok muncul dan garis telah tergambar, suatu proses mediasi dan penguatan suara hadir di antara para individu dan kelompok yang mungkin memiliki pandangan sama dan mungkin diharapkan untuk bereaksi dalam cara yang sama. Awalnya, hal ini terjadi di dalam media spesialis yang relevan dari kelompok14 4 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kelompok yang berkepentingan, industri, profesi dan lainnya dengan opini, nilai atau kepentingan yang dapat diperbandingkan. Ketika momentum terbentuk di dalam media massa, isu berkembang menjadi sebuah isu publik yang dapat menjadi bagian dari proses kebijakan publik dan sudah memasuki ranah publik. Tahap pemunculan isu ini mengindikasikan peningkatan bertahap pada tingkat tekanan terhadap organisasi tersebut untuk menerima isu. Dalam banyak kasus, peningkatan ini adalah hasil dari kegiatan oleh satu atau beberapa kelompok ketika mereka mulai mendorong atau melegitimasi isu. Pada tahap perkembangan isu ini, masih relatif mudah bagi organisasi untuk ikut campur dan memainkan peranan proaktif dalam pencegahan atau pengeksploitasian perkembangan isu tersebut. Bagaimanapun juga, pada fase ini, perusahaan harus mulai mengidentifikasi, apakah isu tersebut dalam klasifikasi; tidak penting, agak penting, penting atau sangat penting. Jangan sampai isu yang sudah menjadi konsumsi publik apalagi terus menerus diekspose berbagai media dibiarkan menguap begiitu saja, karena manajemen lebih memperhatikan masalah lain yang dianggap lebih penting. Bukan tidak mungkin, isu yang didiamkan tanpa respond an penanganan yang benar, akan berkembang menjadi krisis, yang semakin sulit pengelolaann dan penaganannya. Faktor dominan dalam perkembangan isu dalam fase ini adalah liputan media yang semakin gencar. Untuk mencapai tahap berikutnya, mereka yang terlibat kadangkadang mencoba untuk menarik perhatian media sebagai alat untuk mempercepat perkembangan isu. Liputan ini akan menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan sebagai penyebab berkembangnya isu semakin cepat. Tahap ini sangat penting, karena memiliki efek mempercepat perkembangan isu. Karena itu sangat penting bagi perusahaan yang menjadi target, untuk melakukan monitor yang reguler dan efektif terhadap lingkungan bisnis, peraturan perundangan dan sosial dalam rangka mengidentifikasi isu tahap 2 serta mulai memformulasikan rencana tindakan untuk mengelola isu tersebut. 3. TAHAP 3 – Organisasi: Isu yang Tengah Berlangsung dan Krisis Mediasi membawa tingkatan beragam terhadap organisasi. Posisi-posisi menguat. Beberapa kelompok mulai mencari resolusi atas konflik tersebut, baik resolusi yang 14 5 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat diterima menurut kepentingan mereka atau setidaknya yang dapat meminimalkan kerusakan potensial. Dalam proses kebijakan publik, masyarakat atau para kelompok ini harus dilihat sebagai sesuatu yang dinamis. Seringkali mereka adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari para individu dengan tingkat komitmen beragam yang menghadapi suatu problem yang sama, menyadari bahwa problem tersebut hadir dan mereka bersatu dengan beberapa cara untuk melakukan sesuatu terhadap problem tersebut. Kelompok-kelompok ini tidak statis dan tingkat organisasi mereka, pendanaan serta pengetahuan akan medianya sangat beragam. Mereka mungkin adalah jaringan informal yang terdiri dari orang-orang yang berbagi informasi melalui internet dalam mencari resolusi atas suatu konflik, atau mereka bisa sangat terorganisir, saling berhubungan dengan baik, serta didanai oleh suatu komitmen yang intens dan fokus. Ketika kelompok-kelompok ini menggerakkan sudut pandang dan tujuan mereka serta mencari cara mengkomunikasikan posisi mereka, konflik mencapai tingkat yang terlihat oleh publik yang akhirnya mendorong issue tersebut ke dalam proses kebijakan publik. Selanjutnya, perhatian publik yang meningkat memotivasi para pemimpin berpengaruh untuk menjadi bagian dari konflik yang timbul dan tekanan terhadap institusi terkait untuk mencari resolusi atas konflik tersebut pun meningkat. Pada fase dimana isu telah berkembang menjadi konsumsi publik, menjadi sangat sulit untuk merubahnya, karena sudah sedemikain luas penyebarannya dengan intensitas yang semakin tinggi. Pihak-pihak berbeda yang terlibat menyadari pentingnya isu tersebut dan sebagai respon, menekan institusi pembuat regulasi untuk turut terlibat. Dalam hal ini status isu tengah berlangsung menuju krisis. Seperti yang digambarkan oleh diagram siklus isu, hampir tidak ada waktu ketika isu berubah dari status “tengah berlangsung” menjadi “krisis” untuk mencapai institusi formal seperti otoritas regulator yang memiliki kekuasaan untuk ikut campur dan memaksakan batasan terhadap organisasi/industri tersebut sebagai cara untuk meredakan situasi. Contohnya adalah peristiwa “Lumpur Lapindo” beberapa tahun yang lalu. Dimana diluar dugaan salah satu titik pengeborannya memuntahkan lumpur dan gas yang sangat besar, yang mengakibatkan ribuan rumah penduduk, pabrik dan sekolah di sekitar kecamatan Porong, Kab. Sidoarjo – Jawa Timur terendam lumpur. Semburan lumpur bersama gas yang semakin tak terkendali, menelan korban semakin besar pula. Krisis yang awalnya terjadi antara penduduk yang terkena Lumpur dengan PT. Minarak Lapindo. Namun karena tak kunjung 14 6 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terselesaikan, selanjutnya melibatkan para tokoh masyarakat, bahkan pejabat Negara. Akhirnya, ditengah-tengah keputus asaan PT. Minarak Lapindo, sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap bencana tersebut, mendorong pemerintah untuk turut campur menanggulangi, dan bahkan turut campur bertanggung jawab terhadap bencana tersebut. Dengan dalih bahwa kejadian ini adalah musibah, bukan karena kesalahan pihak perusaaan (PT. Minarak Lapindo), pemerintahpun akhirnya turur capur dalam penanggulangan lumpur, serta menganggarkan biaya ganti rugi rumah warga, pabrik, dan fasilitas lain yang terendam lumpur tersebut dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). 4. TAHAP 4 – Resolusi: Titik Balik (Turning point) Ketika isu diabaikan atau terlambat ditangani, yang kemudian dengan penuh tekanan isu muncul ke permukaan, diekspose besar-besaran oleh media massa, menjadi ramai dibicarakan publik, kemudian meningkat menjadi opini public, dan akhirnya sampailah pada tahap paling tinggi, yaitu terciptanya krisis. Disinilah titik balik atau (turning point) suatu perusahaan. Apakah perusahaan dapat mengatasi krisis yang dihadapinya dengan baik? Bila krisis ini dapat dilewati, perusahaan tersebut akan tetap eksis, dan bahkan menjadi lebih besar dan lebih terkenal. Sebaliknya, bila perusahaan tidak mampu mengelola dan mnangani krisis ini dengan baik, maka akan menuju kepada kondisi terbengkelai atau kehancuran. Dengan demikian dapat dismpulkan bahwa isu dan krisis mempunyai hubungan yang sangat erat. Isu yang tidak segera direspon, ditanggapi, dikelola dan ditangani dengan baik, menjadi pemberitaan besar di berbagai media massa, meningkat mejnadi opini publik, menjadi pembicaraan masyarakat luas, dan kahirnya menjadi krisis. 3. Langkah-langkah Pengendalian dan Pengelolaan Isu Amatlah jelas bagi kita betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh isu yang tidak segera dikelola dan ditangani dengan cepat dan tepat. Isu akan berkembang menjadi pembicaraan publik, semkain menyebar karena pemberitaan media massa, dan akhirnya 14 7 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menjadi krisis yang sulit untuk diselesaikan. Oleh sebab itu, diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk mengendalikan dan mengelola isu. Langkah-langkah pengendalian dan pengelolaan isu sebagaimana dikemukakan oleh Chase & Jones (Regester & Larkin, 2003; Chase,1948; Horison, 2001) sebagai berikut: 1. Identifikasi Isu: Tujuan utama identitifikasi isu ini adalah; untuk menempatkan prioritas awal atas berbagai isu yang mulai muncul. Isu-isu tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa dimensi, diantaranya: a. Jenis Isu: Sosial, ekonomi, poliitik, tehnologi b. Sumber Respon: Sistem bisinis, industry, perusahaan, anak perusahaan, departemen c. Geografi: Internasional, nasional, regional, daerah, lokal d. Jarak Terhadap Kontrol e. Kepentingan: Segera, penting f. Faktor tingkat dampak serta kemungkinan bahwa isu akan berkembang dalam periode waktu yang dapat diprediksi, juga harus dipertimbangkan 2. Analisa Isu: a. Inventarisir Setiap isu yang muncul segera diinventarisir, diidentifikasi, dan diprioritaskan, tahap kedua dimulai. Tujuannya adalah; untuk mengetahui asal isu, yang sering kali sulit, karena biasanya isu muncul tidak berasal dari satu sumber. b. Untuk memperkuat data terbaru, sebaiknya dilakukan riset secara kualitatif dan kuantitatif. Riset aplikasi tentang hubungan isu terhadap perusahaan harus ditargetkan kepada para pembentuk opini dan penanggung jawab media. c. Pengalaman organisasi atau perusahaan dimasa lalu dan saat ini, baik internal maupun eksternal juga harus disertakan. d. Menganalisa situasi saat ini, dan menentukan intensitas isu yang tengah berlangsung. e. Pada tahap riset dan analisa awal ini, akan membantu mengarahkan identifikasi apa yang dikatakan oleh para individu an kelompok berpengaruh, tentang isu-isu dan memberikan ide yang jelas pada manajemen tentang asal, dan perkembangan isu-isu tersebut. 14 8 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Strategi Perubahan Isu: Tahap ini adalah tahap yang melibatkan pembuatan beberapa keputusan dasar tentang respon organisasi. Terdapat 3 (tiga) pilihan untuk menghadapi perubahan, yaitu: a. Strategi Perubahan Reaktif: Mengacu pada keengganan suatu organisasi untuk berubah dengan penekanan pada melanjutkan sikap lama, contohnya dengan berusaha untuk menunda keputusan kebijakan publik yang tidak bisa dihindari. Keengganan untuk berubah ini jarang menyisakan ruang bagi kompromi terhadap masalah legislatif. b. Strategi Perubahan Adaptif: Menyarankan pada keterbukaan terhadap perubahan serta kesadaran bahwa hal ini tidak bisa dihindari. Pendekatan ini berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi atau akomodasi. c. Strategi Respon Dinamis: Mengantisipasi dan mengusahakan untuk membentuk arah keputusan kebijakan publik dengan menentukan bagaimana berkampanye melawan issue akan dilakukan. Pendekatan ini menjadikan organisasi sebagai pelopor pendukung perubahan. 4. Program Tindakan Terhadap Isu: Setelah memilih satu dari ketiga pendekatan di atas untuk merespon setiap issue, organisasi harus memutuskan kebijakan yang mendukung perubahan yang diinginkan untuk masuk ke tahap keempat. Tahap ini membutuhkan koordinasi sumber-sumber untuk menyediakan dukungan maksimal agar tujuan dan target dapat tercapai. 5. Evaluasi Hasil: Akhirnya, dibutuhkan riset untuk mengevaluasi hasil program yang didapat (actual) dibandingkan dengan hasil program yang diinginkan. Evaluasi terhadap setiap rencana maupun pelaksanaan program, akan menunjukkan bukti-bukti kepada manajemen tentang berbagai hal. Misalnya; apakah rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik? Apakah perlaksanaannya sudah mencapai sasaran yang harus dituju? 14 9 Bila tidak tercapai mengapa? Bila tercapai, berapa persen target Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sasaran yang sudah dicapai? Berapa lama waktu pelaksanaan? Berapa sumber daya manusia yang terlibat? Berapa baiayanya? dan sebagainya. Melalui evaluasi hasil, semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan atau pengendalian kegiatan dapat mengukur, apakah program yang direncanakan dan kemudian dipraktekkan di lapangan tersebut berhasil atau tidak? Dengan keberhasilan dan atau kegagalan yang mungkin diraih, manajemen mempunyai data base yang sangat berharga, dan dapat digunakan sebagai referensi dalam menghadapi isu yang akan dating. Regester& Larkin (2003:60-61) mengingatkan bahwa semakin lama isu bertahan, semakin sedikit pilihan yang tersedia dan semakin mahal biayanya. Manajemen isu yang efektif dapat membantu membangun manfaat dan penjualan yang kompetitif, terutama dalam pasar yang baru; juga dapat membantu mengeksploitasi kesempatan atau melindungi kebijakan organisasi ketika terdapat potensi bagi perubahan sosial yang penting. Tekanan-tekanan dari pasar yang dinamis, kegiatan kompetitor serta ketersediaan sumber daya dapat menyulitkan dalam mengantisipasi, memulai atau merencanakan berbagai issue penting. Kerry Tucker & Bill Trumpfheller (Regester & Larkin, 2003:102-112), menetapkan sebuah rencana lima langkah untuk membantu mencanangkan sebuah sistem manajemen issue yang telah berhasil dipraktekkan di lapangan: a. Mengantisipasi issue dan menetapkan prioritas Membentuk gugus tugas internal, berdasarkan kerangka pendekatan dalam proses terdahulu merupakan titik awal vital. Sesi pertukaran pikiran dan analisa database harus memfokuskan pada penjawaban pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa kompetitor langsung dan tak langsung serta faktor sosial atau regulasi apa yang harus kita hadapi? Perubahan apa yang harus kita antisipasi dalam pasar serta dalam lingkungan politis dan sosial yang lebih luas 12 bulan mendatang dan masa-masa ke depan? Faktor-faktor apa yang mungkin berdampak pada cara kita bekerja? Peristiwa khusus apa yang mungkin terjadi dan memiliki dampak pada kemampuan kita untuk memelihara dan mengembangkan pasar kita? 14 10 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Setelah berbagai isu ini dapat teridentifikasi, kita dapat menempatkan prioritas dan mengambil keputusan tentang; apa yang harus kita lakukan, siapa saja yang perlu dilibatkan, berapa lama, dan berapa besar sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi isu tersebut. b. Menganalisa issue Kembangkan analisa issue yang singkat dan formal, lihatlah pada kesempatankesempatan serta ancaman terhadap serangkaian skenario yang berbeda. Hal ini harus mencakup apa yang terjadi bila issue dibiarkan, serta pengukuran bagaimana khalayak kunci mungkin terkena dampak oleh issue tersebut. Juga harus ada ringkasan kemana arah issue mungkin berkembang. Hal ini akan memberikan pada manajemen pandangan yang luas atas issue serta efeknya pada sejumlah area seperti penempatan posisi produk di pasar, kinerja keuangan, reputasi perusahaan serta prospektif bagi regulasi atau bahkan pengadilan. c. Merekomendasikan posisi organisasi terhadap issue Analisa dari langkah sebelumnya harus menyediakan database untuk mengembangkan suatu posisi yang direncanakan untuk menciptakan dukungan mayoritas terbesar dari para individu atau kelompok-kelompok yang terkena dampak. Database tersebut dibentuk berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa yang terkena dampak? Apa dampaknya? Bagaimana kelompok atau para individu yang terkena dampak ini memandang issue tersebut? Apa kemungkinan posisi dan kecenderungan sikap mereka? Apa informasi/data yang dapat kita kumpulkan untuk mendukung kasus kita? d. Mengidentifikasikan kelompok dan pembentuk opini yang dapat memperbaiki posisi kita Kelompok-kelompok dan para individu ini akan terlihat melalui pertanyaan berikut: Siapa yang membuat keputusan atas issue tersebut? Siapa yang mungkin mendukung posisi kita? Siapa yang mungkin tidak akan mendukung posisi kita? Siapa yang dapat menjadi target kita untuk membuat perubahan terbesar dalam memperbaiki posisi kita? 14 11 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bila memungkinkan, riset harus dilaksanakan untuk memvalidasikan asumsi yang dibuat tentang kelompok-kelompok selama tahap analisa yang meliputi: para pembentuk opini, industri berpengaruh atau asosiasi karyawan, konsumen dan kelompok-kelompok berkepentingan, serta media massa yang sudah mendapatkan informasi, dapat menjadi pendukung kuat dalam berurusan dengan khalayak yang bervariasi, serta kriteria untuk menyeleksi mereka termasuk: Siapa yang dimintai nasehat/saran oleh anggota kelompok target kita atas issue tersebut? Siapa yang akan dipercayai oleh komunitas (konsumen, pelanggan) dan masyarakat luas atas isu tersebut? Siapa yang mempunyai kredibilitas paling baik untuk memperbaiki posisi kita terhadap isu tersebut? Pimpinan perusahaan, tokoh masayarakat, tokoh budaya, tokoh agama, atau pejabat pemeerintah? Siapa yang mungkin terbuka terhadap posisi kita atas isu tersebut? d. Mengidentifikasi sikap yang dikehendaki Kegiatan mengidentifikasi sikap yang dikehendakil sering kali diabaikan, sehingga luput dari perhatian. Mengidentifikasi sikap perushaan yang dikehendaki, berarti memperbaiki sikap perusahaan, dimana hal ini akan mengarahkan pada perubahan perencanaan, yang meliputi: strategi komunikasi dan pemasaran, tujuan, target, pesan, taktik, alokasi sumber daya serta anggaran. 4. Daftar Pustaka: CARREL, L. F. (2004) Leadership in Krisen. Ein Handbuch für die Praxis, Bern, p. 23 Chase, W. Howard. Issue Management: origins of the future. U.S.A.: Issue Actions Publications Inc., 1984. Christine Arena (2008) The High Purpose Company. Pt. Gramedia Pustaka Utama Caywood, Clarke L., Ph.d, Ed. The Handbook of Strategic Public Relations & Integrated Communications. U.S.A: McGraw-Hill, 1997. 14 12 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Harvard business literacy (2006) The essential of Corporate communications and public relations., Harvard business school press Joep Cornelissen, Corporate Communication.Third edition.SAGE publication,India. 2011 Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti, 2003. Putra, I Gusti Ngurah. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999. Regester, Michael, Judy Larkin. Risk Issues and Crisis Management in Public Relations. New Delhi: Crest Publishing House, 2003. Paula A. Argenti, Corporate Communication.Edisi 5.Salemba Humanika,Jakarta. 2010 Wongsonagoro, Maria. “Crisis Management & Issues Management” (The Basics of Public Relations). Jakarta: IPM Public Relations, 24 Juni 1995. http://ow.ly/KNICZ 14 13 Issue and Crisis Management Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id