MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Interpersonal dikaji dalam beberapa bagian Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Public Relations 0405 Abstract Kode MK Disusun Oleh 85006 Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Kompetensi Modul ini akan membahas tentang Mahasiswa diharapkan memahami Proses Komunikasi dan dapat menjelaskan proses Interpersonal dikaji dalam Psikologis Komunikasi Interpersonal beberapa bagian: Persepsi Interpersonal, Konsep Dir i, Atraksi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal [Type text] Pengantar Apa itu Komunikasi Interpersonal : Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159). Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73). Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. 1. Persepsi Interpersonal 15 2 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Persepsi pada objek selain manusia adalah persepsi objek, sedangkan persepsi pada objek manusia disebut persepsi interpersonal. Pada tahun 1950-an, dikalangan psikolog social lahirlah istilah persepsi sosial yang didefinisikan sebagai “the role of socially generated influences on the basic processes of perception” (Mc David dan Harari, 1968:173). Akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an fokus penelitian tidak lagi pada faktor-faktor sosial yang mempengaruhi persepsi, tetapi objek-objek dan peristiwa sosial. Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia (bukan benda) sebagai objek persepsi, disini digunakan istilah persepsi interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja persepsi objek. Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. 1. Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya; pada persepsi interpersonal, stumuli mungkin sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan fihak ketiga. 2. Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu; kita tidak meneliti sifat-sifat batiniyah obyek itu. Pada persepsi interpersonal kita mencoba memahami apa yang tampak pada alat indera kita. 3. Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sampai cenderung untuk keliru. 4. Keempat, objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah. 15 3 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Betetapun kita sulit mempersepsi orang lain, kita toh berhasil juga memahami orang lain. Buktinya, kita masih dapat bergaul dengan mereka, masih dapat berkomunikasi dengan mereka, dan masih dapat menduga perilaku mereka. Dari mana kita memperoleh petunjuk tentang orang lain ? Apa yang menyebabkan kesimpulan kita bahwa X bersifat Y? Kita menduga karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk eksternal (external cues) yang dapat diamanati petunjuk-petunjuk itu adalah diskripsi verbal dari pihak ketiga, petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Selain yang pertama, yang lainnya boleh disebut sebagai petunjuk non verbal (non verbal cues). Semuanya disebut faktor-faktor situasional. 1.1. Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal a. Deskripsi Verbal Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central organizing trait. Walaupun teori Asch ini menarik untuk melukiskan bagaiana cara orang menyampaikan berita tentang orang lain mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu, dalam kenyataan kita jarang melakukannya. Jarang kita melukiskan orang dengan menyebut rangkaian kata sifat. Kita biasanya mulai pada central trait, menjelaskan sifat itu secara terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain. b. Petunjuk Proksemik Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak daam menyamaikan pesan; istilah ini dilahirkan oleh antroplog intercultural Eward T. Hall. Hall membagi jarak kedalam empat corak; jarak public, jarak sosial, jarak 15 4 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id personal, dan jarak akrab. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Betulkah kita pun mempersepsi orang lain dengan melihat jaraknya dengan kita? Bagaimana penanggap mentimpulkan sesuatu dari jarak interpersonal? Pertama, seperti Edward T. Hall, kita juga menyimpulkan keakraban seorang dengan orang lain dari jarak mereka, seperti yang kita amati. Kedua, erat kaitannya dengan yang pertama, kira menangapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan kita. Ketiga, caranya orang mengatur ruang mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu. c. Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues) Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga apabila petunjukpetunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap). d. Petunjuk Wajah Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather (1976:21), menulis; “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah wajah rekan 15 5 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka,pada gilirannya, menelaah kita”. Walaupun petunjuk fasial dapat mengungkapkan emosi, tidak semua orang mempersepsi emosi itu dengan cermat. Ada yang sangat sensitive pada wajah, ada yang tidak. Sekarang para ahli psikologi sosial sudah menemukan ukuran kecermatan persepsi wajah itu dengan tes yang disebut FMST-facial meaning sensitivity test (tes kepekaan makna wajah). Dengan tes ini, kepekaan kita menangkap emosi pada wajah orang lain dapat dinilai skornya. e. Petunjuk Paralinguistik Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambinglambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting. Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri atau … kebodohan. Dialek juga digunakan menentukan persepsi. Bila kita berhadapan dengan kawan kita yang berasal dari Batak, dengan segala dialeknya, tentu anda akan mempersepsi kawan anda yang dari Batak tersebut dengan segala atribut umum (menggenaralisasi) orang-orang Batak, bahwa kawan anda tersebut cenderung berbicara kasar, suara keras dan karkater orang Batak pada umumnya. Bila perilaku komunikasi (cara bicara) dapat memberikan petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan keadaan emosional. Bahkan seorang anak kecil sekalipun, sudah dapat mempersepsi bilamana suara lembut, itu adalah pertanda kasih saying, suara keras dan meninggi penuh emosi adalah pertanda kemarahan. 15 6 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id f. Petunjuk Artifaktual Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita beranggapan bahwa ia memiliki sifatsifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifat-sifat baik pada orang itu dan sebaliknya. Selain berbagai petunjuk diatas, petunjuk verbal juga mempunyai peran. Yang dimaksud dengan petunjuk verbal disini adalah isi komunikasi persona stimuli, bukan cara. Misalnya, orang yang menggunakan pilihan katakata yang tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar. 1.2. Pengaruh Faktor-faktor Personal Pada Persepsi Interpersonal Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu,keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa cirri-ciri khusus penanggap yang ceramat adalah : a. Pengalaman Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi 15 7 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat dengan kita. b. Motivasi Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi. c. Kepribadian Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957). Bila petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal membantu kita melakukan persepsi yang cermat, beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi interpersonal menjadi lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar. Menusia secara sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut dengan Erving Goffman sebagai self-presentation (penyajian diri). 1.3. 15 Proses Pembentukan Kesan 8 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Stereotyping Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacammacam, ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping. Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik. b. Implicit Personality Theory Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral. 15 9 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Atribusi Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran. Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972). Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan factor internal, dan bukan factor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa. Menurut teori atribusi dari Harold Kelly (1972), kita menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: konsensus, –apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap; konsistensi – apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain; dan kekhasan (distinctiveness) –apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja. Menurut teori Kelly, bila ketiga hal itu sangat tinggi, orang akan melakukan atribusi kausalitas eksternal. Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang popular 15 10 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu. 1.4. Proses Pengelolaan Kesan (Impression Management) Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal, dan dipersulit oleh faktor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjukpetunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan (Impression management). Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini disebut front. Front terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner). a. Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Sesorang mengatur ruang tamu sedemikian rupa, dengan piano besar serta sofa mewah berlapis kulit sapi, dimaksudkan untuk menimbulkan kesan tertentu bagi setiap tamu yang datang. b. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Pakaian yang kita kenakan, dasi, ballpoint, sepatu serta jam tangan yang kita kenakan, dimaksudkan untuk menimbulkan kesan tertentu bagi yang melihatnya. c. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya. Pejabat baru di suatu isntansi biasanya pelit humor, karena ingin menjaga wibawa dan image. Tidak asal berbicara, melainkan dengan sangat hati-hati, semua itu dimaksudkan untuk memberi kesan tertentu. 1.5. Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam 15 11 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti kembali persepsi kita. Akibat lain dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang tidak sesuai dengan persepsi kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan persepsi stimuli adalah manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan realitas sebenarnya mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan yang keliru. Wallahu A’lam. 2. Konsep Diri Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang meliputi pikiran dan harga diri diri kita sendiri. 2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri 1) Orang Lain Konsep diri seseorang akan terbentuk jika timbul adanya penilaian dari orang lain, baik penilaian secara positif maupun negatif. 2) Kelompok Rujukan (Reference Group) Konsep diri seseorang akan terbentuk dengan adanya norma-norma pada suatu kelompok yang membuat suatu individu berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya. 2.2. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal 1) Nubuat yang Dipenuhi Sendiri Suatu individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri sesuai kualitas konsep dirinya tersebut. 15 12 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2) Membuka Diri Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru. 3) Percaya diri Kurangnya percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang tidak sehat dan akan menjadi orang yang aprehensif dalam komunikasi. 4) Selektivitas Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri mempengaruhi pesan apa yang akan diterima. Jadi, untuk membentuk suatu konsep diri yang sehat adalah baik jika tidak menerima pesan secara mentah-mentah. 3. Atraksi Interpersonal Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere ad: menuju; trahere; menarik. Artinya adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. 3.1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi sesorang dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut: a. Kesamaan karakteristik personal Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosisal ekonomi, agama dan ideologi. b. Tekanan emosional Individu yang sedang mengalami tekanan emosional akan membutuhkan kehadiran orang lain sehingga kecenderungan untuk menyukai semakin besar. 15 13 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Harga diri yang rendah Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain. d. Isolasi sosial Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin besar tingkat isolasi yang dialami seseorang maka semakin besar pula kecenderungan seseorang menyukai orang lain. 3.2. Faktor Situasional Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya atraksi interpersonal, antara lain: a. Daya tarik fisik ( physical attractiveness) Biasanya seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih mudah mendapat perhatian dan simpati dari orang lain. b. Ganjaran ( Reward ) Individu cenderung menyukai orang yang memberikan ganjaran yang berupa dorongan motivasi dan bantuan secara moral. c. Familiarity Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia kenal dan akrab. d. Kedekatan (Proximity) atau Closeness Kelekatan antara individu dengan individu lainnya dapat terjadi karena adanya sebuah stimulus netral yaitu tempat tinggal yang berdekatan. e. Kemampuan (Competence) Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya. 3.3. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal a. Penafsiran Pesan dan Penilaian Manusia adalah makhluk rasional dan emosional, oleh karena itu, ketika individu menyenangi seseorang, individu tersebut cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif, begitu pula sebaliknya. b. Efektivitas Komunikasi Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan komunikan. 15 14 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagi Komunikasi akan lebih efektive bila komunikan saling menyukai, bila ada kesamaan antar komunikan (profesi, daerah, nenek moyang, pendidikan, suku, bangsa, budaya, hobby dan sebagainya) 4. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Hubungan Interpersonal Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. 4.1. Teori Hubungan Interpersonal Terdapat beberapa teori mengenai hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu: a. Model Pertukaran Sosial b. Model Peranan c. Model Permainan d. Model Interaksional a. Model Pertukaran Sosial Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang 15 15 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya“. Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan. b. Model Peranan Model peranan melihat hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap individu harus memainkan perananannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi pernanan (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands), memiliki kerterampilan pernanan (role skills), dan terhindar dari konflik peranan dan keracunan peranan. c. Model Permainan Dasar pemikiran teori ini adalah; orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan, dengan kepribadian yang terdiri dari: orang tua, dewasa dan anak (Parent, Adult, Child). Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsure 15 16 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan. Dalam hubungan interpersonal kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, dewasa, anak), dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut. d. Model Interaksional Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari system terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan. Dengan kata lain, model interaksional ini adalah model yang mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan. 4.2. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal a. Pembentukan Hubungan Interpersonal Tahap ini dikenal dengan tahap perkenalan dan penggalian informasi seputar data-data demografis seseorang untuk memunculkan kesan pertama pada lawan bicaranya. b. Peneguhan Hubungan Tahap ini dikenal dengan tahap pemeliharaan hubungan interpersonal yang dilakukan untuk meningkatkan keakraban antarindividu dalam berkomunikasi dengan catatan kedua belah pihak mempunyai pandangan yang sama mengenai tingkat keakraban yang diperlukan. c. Pemutusan Hubungan 15 17 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tahap ini dikenal dengan tahap konflik. Pemutusan hubungan terjadi jika tahap keakraban tidak dapat dilewati, sehingga terdapat konflik-konflik seperti adanya kompetisi antar kedua belah pihak, terdapat individu yang dominan, saling menyalahkan, adanya provokasi, dan adanya perbedaan nilai pada masing-masing individu. 4.3. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi Interpersonal a. Percaya (trust ) Percaya dapat dikatakan sebagai tahap awal seseorang untuk membuka diri terhadap orang lain. Dengan percaya, seseorang akan membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi. b. Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap defensif, karena orang yang bersikap defensif dalam komunikasi adalah orang yang cenderung akan menutup diri dari ancaman dan tidak akan bisa menerima informasi-informasi dari lawan bicaranya. c. Sikap Terbuka Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya sikap terbuka komunikan akan lebih mudah menerima secara selektif dan menyampaikan secara komunikatif. 15 18 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Daftar Pustaka eāPsikologi.com.Brownlie, Ian, Principles of Public International Law-second edition, Universitty Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan keduapuluhtujuh, April 2011 15 19 Psikologi Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id